Anda di halaman 1dari 5

Berpikir Diakronis dan Sinkronis dalam Sejarah

Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir Diakronis/kronologis, artinya berpikirlah secara
runtut, teratur, dan berkesinambungan. Tanpa berpikir secara runtut dan berkesinambungan dalam
mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian
solusi yang tidak tepat.

Cara berpikir sinkronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam mengamati gejala
atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu. Konsep berpikir
sinkronik banyak diterapkan pada ilmu-ilmu social lainnya, terutama jika ingin mengetahui secara lebih
mendalam tentang sesuatu hal yang tengah menjadi focus perhatian kita.

Selain melatih kita untuk dapat berpikir kronologi dan sinkronik, sejarah juga mengajarkan kepada
kita cara berpikir holistic. Holistic mempunyai pengertian menyeluruh, artinya dalam mengamati atau
mempelajari suatu peristiwa kita hendaknya menggunakan cara pandang dengan mempertimbangkan
berbagai aspek. Sebagai contoh, kita ingin mempelajari mengapa perang dapat terjadi? Dengan cara
berpikir holistic kita akan memulai mempelajari sebab-sebab, tokoh yang terlibat, dimana kejadiannya,
kapan terjadinya, factor pemicu, usah-usaha yang telah dilakuakn untuk mencegah terjadunya perang,
korban, dan akibat dari perang tersebut.

Konsep Dasar Berpikir Sejarah

Sejarah berasal dari serapan bahasa arab yaitu kata Syajarotun yang berarti pohon. Pengertian
sejarah secara umum diartikan kisah atau cerita yang mengupas kehidupan manusia dimasa lampau.
Menurut Kuntowijoyo, dalam mempelajari sejarah tidak terlepas dari cara berpikir Diakronis dan
Sinkronis, yang masing-masing saling melengkapai.

Berpikir Sejarah Secara Diakronis

Menurut Galtung, diakronis berasal dari bahasa Yunani, diakronis dapat diartikan sebagai suatu
peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri atau
timbul secara tiba-tiba.

a) Contoh berpikir sejarah secara diakronis

Menjelaskan peristiwa detik-detik proklamasi harus menjelaskan pula peristiwa-peristiwa yang


melatarbelakanginya, seperti: peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu, reaksi pemuda Indonesia
terhadap berita kekalahan Jepang, peristiwa Rengasdengklok, penyususnan teks proklamasi, dan lain
sebagainya.

a) Ciri-ciri berpikir sejarah secara diakronis

§ Mengkaji dengan berlalunya masa

§ Menitik beratkan pengkajian peristiwa pada sejarahnya

§ Bersifat historis atau komparatif

§ Bersifat vertikal
§ Terdapat konsep perbandingan

§ Cakupan kajian lebih luas

Berpikir Sejarah Secara Sinkronik

Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dankhronos yang berarti
waktu, masa.

, pengertian berpikir sinkronik dalam sejarah adalah mempelajari (mengkaji) struktur (karakter) suatu
peristiwa sejarah dalam kurun waktu tertentu atau dibatasi oleh waktu.

a) Contoh berpikir sejarah secara sinkronis

Menggambarkan keadaan ekonomi di Indonesia pada suatu waktu tertentu, seperti: Keadaan ekonomi
masyarakat Indonesia tahun 1945-1950

b) Ciri-ciri berpikir sejarah secara sinkronis

§ Mengkaji pada masa tertentu

§ Menitik beratkan pengkajian pada strukturnya(karakternya)

§ Bersifat horizontal

§ Tidak ada konsep perbandingan

§ Cakupan kajian lebih sempit

§ Memiliki sistematis yang tinggi

§ Bersifat lebih serius dan sulit

Keterkaitan Berpikir Sejarah Secara Diakronik dan Sinkronik

Sejarah adalah proses, dalam kata lain sejarah adalah perkembangan. Ilmu sejarah sendiri
memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Sejarah
mengenal adanya suatu proses kontinuitas atau berkelanjutan

Sedangkan ilmu sosial itu bersifat sinkronis (menekankan struktur) artinya ilmu sosial meluas dalam
ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya

Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin mencatat
bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada
kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu
diakronis bercampur dengan sinkronis.

Contoh: Candi Borobudur merupakan peninggalan sejarah kehidupan bangsa Indonesia pada masa
Hindu-Budha. Sehingga dalam menceritakan tentang Candi Borobudur tidak hanya menceritakan
bagaimana urutan waktu (aspek Diakronis) Candi borobudur dibangun tapi juga bisa kita lihat
bagaimana kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya (Aspek Sinkronis) pada masa pembangunan
Candi tersebut. Secara Diakronis Candi Borobudur dibangun antara kurun waktu 760 sampai 830 M dan
dibangun dalam 4 tahap dengan arsiteknya Gunadarma dan rampung pada masa pemerintahan Raja
Samaratungga. Kita dapat berfikir secara sinkronik dari Bangunan monumental Semegah candi
Borobudur mungkinkah dibangun oleh masyarakat yang kacau, tentu saja tidak bangunan yang megah
tersebut tentu dibangun masyarakat yang makmur (aspek ekonomi), hidup bergotong royong dan
toleransi (Aspek sosial budaya), memiliki raja yang berwibawa (aspek politik) dan religius (aspek Agama).

Keterkaitan Konsep Ruang dan Waktu dalam Sejarah

a) Konsep Ruang

§ Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu

§ Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu

§ Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu
terjadinya peristiwa tersebut

§ Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang
menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.

b) Konsep Waktu

§ Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan
merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup

§ Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau
manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu
berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak
dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang

§ Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan
masa

Penerapan Berpikir Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah

Penerapan berfikir sejarah secara diakronik dan sinkronik dalam pembelajaran sejarah, yaitu:

Kepentingan (Significance)

Dalam unsur kepentingan sejarah ini, siswa perlu mempunyai kemahiran membedakan antara
peristiwa yang remeh dan penting. Dalam hal ini pemilihan kepentingan sejarah bergantung kepada
minat dan nilai yang terdapat dalam masyarakat tersebut. Oleh itu siswa disarankan untuk mengkaji
sejarah tentang masyarakat, kehidupan dan perkara-perkara yang mempunyai kepentingan kepada
mereka.
Epistemologi dan bukti (Epistemology and evidence)

Epistemologi dan bukti melibatkan pemahaman bagaimana kita mengetahui masa lampau.
Apakah bukti yang kita ada ? Sejauhmana bukti tersebut boleh dipercayai? Bagaimana kita boleh
menjelaskan tentang kewujudan tafsiran sejarah yang berbeza dan bertentangan. Sebagai contoh kanak-
kanak tidak sepatutnya dibiarkan dengan pandangan bahawa hanya ada satu kisah benar sahaja pada
masa lampau. Sedangkan pada hakikatnya sejarawan membuat pelbagai inferens berdasarkan bukti,
justeru itu wujud pelbagai tafsiran tentang sesuatu peristiwa masa lalu.

2.3.3 Kesinambungan dan perubahan (Continuity and Change)

Unsur ini menekan pemahaman tentang perubahan masa lalu yang merupakan pusat
pemikiran Sejarah. Umur merupakan faktor untuk memahami keadaan ini; iaitu seseorang yang
berumur dikatakan lebih memahami perubahan yang berlaku pada masa lalu misalnya perubahan dari
segi teknologi dan nilai berbanding dengan mereka yang lebih muda. Namun begitu terdapat juga
pengkaji yang menolak pendapat ini. Menurut mereka umur bukanlah satu faktor utama dalam
memahami perubahan masa lalu. Menurut pengkaji-pengkaji ini pengalaman hidup turut menjadi faktor
iaitu golongan muda yang mengalami pengalaman perang, pelarian, imigran dan mereka yang
kehilangan ibu bapa atau yang berpindah randah dari satu kawasan ke kawasan lain mempunyai
pemahaman yang lebih baik tentang perubahan Sejarah berbanding dengan mereka yang hidup dalam
suasana yang aman.

2.3.4 Perkembangan dan kemerosotan (Progress and decline)

Berdasarkan unsur ini siswa perlu memahami bahawa dalam kehidupan akan mengalami
peringkat perkembangan dan kemerosotan. Dalam peringkat perkembangan hidup seseorang
mengalami kejayaan, manakala kemerosotan mereka mengalami satu keadaan yang sukar. Oleh itu
dalam konsep pemikiran Sejarah mereka seharusnya dapat mengenalpasti atau membezakan
kewujudan dua keadaan ini. Ini adalah penting agar mereka dapat memahami proses yang berlaku
dalam peristiwa Sejarah.

2.3.5 Empati dan penilaian moral (empathy and moral judgement)

Pemikiran sejarah memerlukan seseorang mempunyai daya imaginasi dan empati. Tujuannya
agar pelajar-pelajar tidak merasa asing dan pelik tentang peristiwa masa lalu. Malah mereka seharusnya
perlu mempunyai rasa hormat dan perasaan ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa masa lepas.
Penyelidik British Christopher Portal(1987), menegaskan bahawa empati merupakan satu cara pemikiran
imaginative yang memerlukan kemahiran kognitif untuk melihat nilai-nilai kemanusiaan dalam peristiwa
Sejarah.

2.3.6 Historical Agency

Elemen terakhir pemikiran sejarah ini merujuk kepada bagaimana dan mengapa sesuatu
perkara itu terjadi. Dalam elemen ini pelajar ditekankan supaya menghargai Sejarah dan memahami
bahawa tindakan rakyat pada masa lampau memberi kesan kepada rakyat pada masa kini. Seterusnya
menyedari bahawa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mereka pada masa kini akan memberi kesan
kepada generasi yang akan datang. Mempunyai pemikiran Sejarah bukan sahaja memikirkan tentang
masa lampau , malah ia melibatkan melihat diri sendiri sebagai waris daripada masa lampau dan sebagai
pelaku pada masa kini.

Anda mungkin juga menyukai