Anda di halaman 1dari 16

KEDATANGAN SEKUTU ke INDONESIA

Setelah Perang pasifik berakhir dan Jepang kalah dalam menghadapi sekutu,
maka Jepang meyerahkan kekuasaannya pada sekutu. Pasukan sekutu yang
bertugas menangani Indonesia adalah Tentara Kerajaan Inggris. Pasukan

tersebut terdiri dari 2, yaitu :

SEAC (South East Asia Command) dipimpin olehLaksamana Lord Louis


Mounbatten untuk wilayahIndonesia bagian Barat. Mendarat di
Indonesia tanggal 22 September 1945.

SWPC (South West Pasific Command) untuk wilayah Indonesia bagian


Timur.
Dalam melaksanakan tugasnya di Indonesia bagian barat, Mounbatten
membentuk AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies) dipimpin
oleh Letnan Jenderal Philip Christison. Tugas AFNEI adalah sebagai berikut.

Menerima penyerahan dari tangan Jepang.


Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian
dipulangkan.
4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian
diserahkan kepada pemerintahan sipil.
1.
2.
3.

Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut


mereka di depan pengadilan Sekutu.
Kedatangan AFNEI ke Indonesia didahului oleh kelompok penghubung yang
dipimpin Mayor Geenhalg yang tiba di Jakarta tanggal 8 September 1945. Ia
bertugas mempersiapkan markas Besar sekutu di Jakarta. Kedatangannya
disul oleh Kapal Perang Inggris Cumberland dibawah pimpinan Laksamana
Peterson yang berlabuh di Tanjung Priok pada tanggal 29 September 1945
dan disusul oleh kapal perang Belanda, Tromp.
Kedatangan sekutu awalnya disambut baik (netral) oleh pemimpin Indonesia
sebab melihat tugas yang dibawanya. Namun setelah mengetahui bahwa
ternyata sekutu membawa NICA (Netherlands Indies Civil Administration)
maka Indonesia mulai curiga dan meragukan maksud kedatangan pasukan
sekutu tersebut. Kecurigaan tersebut disebabkan karena:

NICA adalah pegawai sipil pemerintah Hindia-Belanda yang


dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan sipil di Indonesia.

Dugaan bahwa Belanda mau menegakkan kembali kekuasaannya di


Indonesia sebab Belanda masih merasa memiliki hak di Indonesia.

NICA mempersenjatai orang-orang KNIL yang baru dilepaskan dari


tawanan Jepang.

Bekas interniran juga menuntut kembali barang-barang miliknya.


Akhirnya Panglima AFNEI, Christison mengakui kemerdekaan Indonesia
secara de facto pada tanggal 1 Oktober 1945. Sehingga para pejabat daerah
pun menerima pasukan AFNEI dan bersedia membantu tugas AFNEI.
Pelaksanaannya di daerah-daerah yang didatangi pasukan sekutu terjadi
insiden dan pertempuran dari pihak RI. Hal tersebut disebabkan karena
pasukan sekutu tidak sungguh-sungguh menghormati kedaulatan RI meskipun
telah menyampikan bahwa tidak akan mencampuri persoalan status
kenegaraan Indonesia. Sementara pihak sekutu merasa kewalahan dan
menuduh pemerintah RI tidak mampu menegakkan keamanan dan ketertiban
sehingga terorisme merajalela.
Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh Belanda yang ingin menguasai kembali
Indonesia dengan membantu pihak sekutu dibawah pimpinan Panglima
Angkatan Perang Belanda, Lakasamana Helfrich.
Sejak saat itu terjadilah konflik antara sekutu dan para pejuang Indonesia,
seperti di Surabaya, Ambarawa, Medan, Bandung, Manado, Biak
B. DUKUNGAN DUNIA dalam MENGHDAPI KONFLIK INDONESIA-BELANDA
5.

Dalam menghadapi masalah konflik Indonesia-Belanda maka Indonesia


melakukan upaya untuk menarik dukungan internasional melalui PBB.
Adapun upaya indonesia tersebut adalah sebagai berikut.
Tindakan langsung, dengan mengemukakan masalah Indonesia di hadapan
sidang Dewan Keamanan PBB.
Tindakan tidak langsung, dengan melakukan pendekatan dan hubungan
baik dengan negara-negara yang mendukung Indonesia dalam sidang PBB.
Usaha untuk menarik dukungan internasional lewat PBB tersebut
diantaranya :

Membina hubungan baik dengan Australia saat pasukan dari negara


tersebut terlibat dalam tugas AFNEI.

Membina hubungan baik dengan India yang dimulai dengan


mengirimkan bantuan beras sejak bulan Agustus 1946.

Membina Hubungan baik dengan Liga Arab.

Mengadakan pendekatan dengan negara-negara anggota Dewan


Keamanan PBB.
C. LATAR BELAKANG KONFLIK INDONESIA-BELANDA
Belanda masih ingin mengusai Indonesia sebab merasa bahwa Indonesia
adalah miliknya. Sehingga dia melakukan berbagai upaya guna mendapakan
kembali Indonesia, termasuk melalui perlawanan dan meja perundingan.
Sejak 10 Februari 1946 telah terjadi perundingan antara Indonesia-Belanda
sebelum selanjutnya terjadi perundingan pendahuluan mengenai gencatan
senjata Indonesia-Belanda pada tanggal 7 Oktober 1946 sebelum selanjutnya
terjadi perundingan Linggarjati.
Sementara itu pasukan sekutu telah mengosongkan daerah yang didudukinya
dan diganti oleh tentara Belanda. Pada tanggal 24 Oktober 1946, Inggris
mengosongkan Bogor, Palembang, Medan, dan Padang. Secara berangsurangsur pasukan sekutu ditarik dari Indonesia. Akhir November 1946 seluruh
pasukan sekutu telah meninggalkan Indonesia.

D. PERJANJIAN LINGGARJATI
Perundingan Linggarjati berlangsung tanggal 10 November 1946 di
Linggarjati. Perundingan Linggarjati merupakan perundingan antara RI
dengan Komisi Umum Belanda.

Delegasi Republik Indonesia dipimpin olehPM. Syahrir.

Delegasi Belanda dipimpin olehSchermerhorn.

Perundingan Linggarjati dipimpin oleh Lord Killearn di Inggris (sebagai


perantara)
Tanggal 15 November 1946 naskah persetujuan Linggarjati diumumkan di
Jakarta.
Hasil perundingan Linggarjati adalah sebagai berikut.
1.
Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah
kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1
Januari 1949
3. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk
Negara federal, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah
satu Negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
4. RepubliK Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni
Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya.
Pengakuan secara de facto Belanda terhadap RI, meliputi wilayah Jawa,
Madura, dan Sumatera. Secara de Jure (hukum) status hubungan
Internasional Indonesia tidak jelas, tidak ada penegasan dalam perjanjian
apakah Indonesia dapat melakukan hubungan internasional atau tidak.
Terjalinnya hubungan diplomasi dengan negara lain inilah yang memicu
pertentangan lebih lanjut antara Indonesia-Belanda.

Terjadi pro dan kontra mengenai perjanjian Linggarjati tetapi akhirnya


Indonesia menandatangani perjanjian ini pada 25 Maret 1947 dengan
alasan :
1. Adanya keyakinan bahwa bagaimanapun juga jalan damai merupakan
jalan yang paling baik dan aman untuk mencapai tujuan Bangsa
Indonesia.
2. Cara damai akan mendatangkan simpati dan dukungan internasional
yang harus diperhitungkan oleh lawan.
3. Keadaan militer Indonesia yang masih lemah jika menyetujui
perundingan memungkinkan Indonesia memperoleh kesempatan untuk
memperkuat militer.
4. Jalan diplomasi dipandang sebagai jalan untuk memperjuangkan
pengakuan kedaulatan dan penegakan Negara RI yang berdaulat.
E. AGRESI MILITER BELANDA I

Latar Belakang Agresi Militer Belanda I


:
Perbedaan pendapat dan penafsiran yang semakin memuncak
mengenai ketentuan-ketentuan persetujuan Linggarjati. Pihak Belanda
beranggapan bahwa Republik Indonesia berkedudukan sebagai Negara
persemakmurannya. Sementara itu pihak Republik Indonesia
beranggapan bahwa dirinya adalah sebuah Negara merdeka yang
berdaulat penuh.
2. Belanda berpendapat bahwa kedaulatan RI berada di bawah Belanda
sehingga RI tidak boleh melakukan hubungan diplomasi dengan negara
lain.
3. Belanda secara terang-terangan melanggar gencatan senjata.
4. Tanggal 27 Mei 1947 Belanda menyampaikan nota/ ultimatum kepada
Pemerintah RI yang harus dijawab dalam waktu 14 hari (2 minggu).
5. Belanda mengalami keadaan ekonomi yang semakin sulit dan buruk.
Ketengangan semakin memuncak, hingga akhirnya Belanda tanggal 20 Juli
1947 mengumumkan bahwa tidak terikat lagi terhadap perjanjian Linggarjati
sehingga Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 pukul. 00.00 WIB melakukan
aksi Agresi Militer Belanda. Hasil yang dicapai sebagai aksi tersebut.
1.


Dalam waktu singkat Belanda mampu menerobos garis pertahanan TNI.
Kekuatan TNI dengan organisasi dan peralatan yang sederhana tidak
mampu menahan pukulan musuh yang serba modern. Bukan berarti kekuatan
TNI bisa dihancurkan sebab TNI masih terus dapat bertahan dengan
perlawanan gerilyanya di desa-desa.

Ibu kota RI berhasil dikuasai.

Pelabuhan-pelabuhan penting berhasil dikuasai sehingga hubungan


keluar sangat sulit.

Mengusai daerah penghasil beras dan melakukan blokade.


Tujuan dilakukan Agresi Militer Belanda I adalah sebagai berikut.
1. Mengepung ibu kota dan menghancurkan kedaulatan Republik
Indonesia (tujuan politik)
2. Merebut pusat penghasilan makanan dan bahan eksport (tujuan
ekonomi)
3. Menghancurkan TNI (tujuan militer)
Reaksi dunia dengan adanya Agresi Militer Belanda I :
1. Pemerintah India dan Australia mengajukan resolusi ke Dewan
Keamanan PBB.
2. Amerka Serikat mengeluarkan himbauan agar pihak Belanda dan
Republik Indonesia menghentikan tembak menembak.
3. Polandia dan Uni Soviet mendesak agar pasukan Belanda ditarik dari
wilayah Republik Indonesia.
4. Akibat tekanan dari berbagai negara tersebut maka pada tanggal 4
Agustus 1947 Belanda bersedia menghentikan agresinya.
F. PERJANJIAN RENVILLE
Latar Belakang:

Keinginan Belanda untuk terus memperluas wilayah kekuasaannya,


yang kemudian dikenal dengan garis demarkasi Van Mook, yaitu garis
terdepan dari pasukan Belanda setelah Agresi Militer sampai perintah
genctan senjata Dewan Keamanan PBB tanggal 4 Agustus 1947.
Untuk mengatasi konflik Indonesia-Belanda maka dibentuklah komisi jasa
baik yaituKomisi Tiga Negara (KTN) yang beranggotakan tiga negara
yaitu Belgia, Amerika, dan Australia.
1. Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland
2. Australia diwakili oleh Richard Kirby
3. Amerika Serikat diwakili oleh Frank Graham.
Tujuannya untuk membantu Indonesia-Belanda menyelesaikan konflik.

Akhirnya KTN dapat mempertemukan wakil-wakil Belanda dan RI di meja


perundingan yaitu di kapal Renville milik USA yang berlabuh di Tanjung
Priokpada 8
Desember
1947
sampai
17
Januari
1948. Delegasi Indonesia dipimpin
olehPM.
Amir
Syarifuddin.
Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdulkadir Widjojoatmodjo. Penengah
perundingan adalah KTN.
Isi persetujuan Renville adalah sebagai berikut
1. Belanda tetap berkuasa sampai terbentuknya Republik Indonesia
Serikat
2. RI sejajar kedudukannya dengan Belanda dalam Uni Indonesia Belanda.
3. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan kekuasaannya
kepada pemerintah federal sementara.
4. RI merupakan Negara bagian dalam RIS.
5. Dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun akan diadakan pemilihan umum
untuk membentuk konstituante RIS.
6. Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda harus dipindahkan ke
daerah RI.
Sebenarnya banyak pemimpin Negara RI menolak persetujuan Renville
tersebut tetapi akhirnya mereka bersedia menyetujui. Hal tersebut
dikarenakan adanyapertimbangan sebagai berikut:
1. Persediaan amunisi yang menipis
2. Adanya kepastian bahwa penolakan berarti serangan baru dari pihak
Belanda secara lebih hebat.
3. Adanya keterangan dari KTN bahwa itulah maksimum yang dapat
mereka lakukan.
4. Tidak adanya jaminan bahwa Dewan Keamanan PBB dapat menolong.
5. Bagi RI menandatangani persetujuan Renville merupakan kesempatan
yang baik untuk membina kekuatan militer.
6. Timbul simpati dunia yang semakin besar karena RI selalu bersedia
menerima petunjuk KTN.
Akibat dari perjanjian Renville :

Wilayah Indonesia menjadi semakin sempit

Bagi kalangan politik, hasil perundingan ini memperlihatkan kekalahan


perjuangan diplomasi.

Bagi TNI, hasil perundingan ini menyebabkan sejumlah wilayah


pertahanan yang telah susah payah dibangun harus ditinggalkan.

Muncul berbagai ketidak puasan akibat perundingan ini.

Sementara itu Belanda membentuk Negara-negara bonekanya yang


terhimpun dalam organisasi BFO (Bijeenkomst voor Federal
Overleg) yang disiapkan untuk pertemuan musyawarah federal.
G. AGRESI MILITER BELANDA II

Latar Belakang:
Belanda masih ingin menguasai Indonesia dan berusaha untuk mengingkari
perjanjian Renville
18 Desember 1948 Belanda mengeluarkan surat pernyataan bahwa Belanda
tidak terikat lagi dengan persetujuan gencatan perang Renville. Tetapi surat
pernyataan tersebut tidak dapat disampaikan ke pemerintahan pusat di
Yogyakarta sebab dilarang oleh Belanda.
Pelaksanaan:

Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melakukan serangan terhadap


kota Yogyakarta.

Tepatnya
pada
pukul
05.30
Belanda
melakukan
aksi membom pangkalan udara Maguwoharjo (Lapangan Udara
Adisucipto) yang dilanjutkan dengan menghancurkan bangunanbangunan penting dan akhirnya merambat ke pusat kota Yogyakarta dan
berhasil menguasainya.

Belanda berhasil menawan presiden Soekarno, wakil presiden Moh


Hatta, Syahrir (penasehat presiden),H. Agus Salim (Menlu).

Sebelum ditawan presiden berhasil mengirimkan surat pemberian


kekuasaan kepada Menetri Kemakmuran Syafruddin (Syarifuddin)
Prawironegoro untuk
membentuk Pemerintahan
Darurat
RI
(PDRI) di Sumatera. Jika Syarifuddin tidak dapat menjalankan tugasnya
maka presiden memerintahkan kepadaSudarsono, L.N. Palar, dan A.A
Maramis yang ada di New Delhi untuk membentuk pemerintahan RI di
India.

Belanda akhirnya menguasai Yogyakarta dan TNI berhasil dipukul


mundurhingga ke desa-desa.

Belanda menganggap TNI telah kalah tetapi ternyata TNI dapat tetap
mengumpulkan kekuatan untuk melawan Belanda.

Sementara Belanda menyiarkan kabar ke seluruh dunia bahwa TNI


sudah lemah dan RI sudah tidak ada lagi.

Belanda melakukan sensor pers agar berita tersebut tidak tersiar


keluar. Tetapi ternyata dari radio gerilya Indonesia dapat disiarkan
berita perlawanan rakyat hingga ke luar negari.

Akhirnya setelah 1 bulan dari agresi tersebut TNI mulai melakukan


gerakan menyerang kota-kota. Serangan yang terkenal adalah Serangan
Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta yang dipimpin oleh
Letnan Kolonel Soeharto, dan berhasil menduduki kota Yogyakarta.

Hal tersebut membuktikan kepada dunia bahwa TNI tidak hancur


mereka masih mempunyai kemampuan bahkan mampu menyerang
Belanda. Sehingga Belanda akhirnya mau membicarakan dalam meja
perundingan.
Tujuan Belanda menyelenggarakan Agresi Militer II :
Belanda ingin menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintah Republik
Indonesia dan TNI secara de facto tidak ada lagi.
Tindakan perjuangan secara diplomatik yang dilakukan untuk
menggagalkan tujuan Belanda, yaitu :

Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Agresi Militer Belanda


II merupakan tindakan melanggar perjanjian damai (hasil Perundingan
Renville)

Meyakinkan dunia bahwa Indonesia cinta damai, terbukti dengan sikap


menaati hasil Perundingan Renville dan penghargaan terhadap KTN.

Membuktikan bahwa Republik Indonesia masih ada. Hal ini ditunjukkan


dengan eksistensi PDRI dan keberhasilan TNI menguasai Yogyakarta
selama enam jam pada Serangan Umum 1 Maret 1949.

Upaya Indonesia menarik simpati Amerika serikat hingga akhirnya


mendesak Belanda untuk menarik mundur pasukannya dari wilayah
Indonesia.

Dewan Keamanan PBB juga mendesak Belanda untuk menghentikan


operasi militer dan membebaskan para pemimpin Indonesia.
Desakan tersebut membuat Belanda mengakhiri agresi militer II.
H. PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN DARURAT REPUBLIK INDONESIA

Pada tanggal 19 Desember 1948 sebelum pemerintah Indonesia ditawan


maka mengadakan rapat di Gedung Negara Yogyakarta yang menghasilkan
kesepakatan sebagai berikut.
A. Memberi kuasa penuh kepada Mr. Syarifuddin Prawiranegara (Menteri
Kemakmuran RI) untuk membentuk PDRI di Sumatera.
B. Kepada A.A Maramis, L.N Palar, dan Soedarsono dperintahkan untuk
membentuk PDRI di India bila Mr. Syarifuddin Prawiranegara gagal di
Sumatera.
C. Presiden, wakil presiden, dan petinggi lainnya akan tinggal di ibu kota
dengan resiko ditawan oleh Belanda tetapi tetap berdekatan dengan KTN.
Sesuai dengan instruksi Presiden untuk membentuk pemerintahan darurat
jika pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta tidak dapat berfungsi lagi
maka dibentuklah PDRI yang berkedudukan di Bukittinggi, Sumatra Barat.
Dimana Perdana Mentri merangkap menteri pertahanan dan penerangan
dijabat oleh Syafruddin Prawiranegara. Sementara itu, Menteri Luar Negeri
dijabat oleh A.A Maramis.
PDRI berhasil menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintah
Indonesia masih ada. Pada tanggal 23 Desember 1948, PDRI memberikan
instruksi lewat radio kepada wakil Indonesia di PBB. Isinya, pihak Indonesia
bersedia menghentikan tembak-menembak dan berunding dengan Belanda.
Tindakan ini berhasil mengangkat wibawa Indonesia sekaligus mengundang
simpati dunia internasional.
Pemerintah PDRI kecewa sebab telah terjadi kesepakatan perjanjian RoemRoyen yang dianggap akan melemahkan wibawa Indonesia padahal
kedudukan Indonesia telah kuat sehingga mampu menuntut lebih banyak
kepada Belanda.
Karena kekecewaan para pemimpin PDRI maka melakukan pertemuan pada
tanggal 13 Juli 1949 dengan pimpinan Indonesia yang di tawan di Bangka.
Hasil pertemuan itu antara lain :
PDRI menyerahkan keputusan mengenai hasil perundingan Roem-Royen
kepada kabinet, Badan Pekerja KNIP, dan pimpinan TNI.
Pada tanggal 13 Juli 1949, Syafruddin Prawiranegara menyerahkan mandat
secara resmi kepada Wakil Presiden Hatta.
I. PERJANJIAN ROEM ROYEN

Guna menjamin terlaksananya penghentian Agresi Militer Belanda II maka


PBB menganti KTN dengan membentuk UNCI (United Nations Comission for
Indonesia) yaitu komisi PBB untuk Indonesia.
Komisi ini selanjutnya mempertemukan Indonesia dan Belanda ke meja
perundingan pada tanggal 14 April 1949. Dimana Delegasi RI dipimpin
oleh Mr. Moh. Roem (ketua), Mr. Ali sastro Amijoyo (wakil) sedangkan
delegasi Belandadipimpin oleh Dr. J. H Van Royen. Perundingan diadakan
di Hotel Des IndesJakarta dipimpin oleh Merle Cochran, anggota komisi dari
Amerika Serikat.
Perundingan ini mengalami hambatan sehingga baru pada awal Mei 1949
terjadi kesepakatan.
Isi Perjanjian Roem-Royen (Roem-Royen Statement) sebagai berikut:
Delegasi Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah RI untuk:
1. Pemerintah
Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah
penghentian perang gerilya.
2. Bekerjasama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga
ketertiban dan keamanan.
3. Turut serta dalam KMB di Den Haag dengan maksud untuk
mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh dan lengkap
kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat.
Pernyataan Delegasi Belanda yang dibacakan oleh Dr. H.J. Van Royen
yaitu:
1. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah RI harus bebas dan leluasa
melakukan jabatan sepatutnya dalam satu daerah meliputi karisidenan
Yogyakarta.
2. Pemerintah Belanda membebaskan tak bersyarat pemimpin-pemimpin
dan tahanan politik yang tertangkap sejak 19 Desember 1948.
3. Pemerintah Belanda menyetujui RI sebagai bagian dari Negara Indonesia
Serikat
4. KMB di Den Haag akan diadakan selekasnya sesudah pemerintah RI
kembali ke Yogyakarta.
Sejak bulan Juni 1949, berlangsung persiapan pemulihan pemerintahan
Indonesia di Yogyakarta. Persiapan itu berlangsung di bawah pengawasan
UNCI.
Sejak tanggal 24-29 Juni 1949, tentara Belanda ditarik dari Yogyakarta.
TNI akhirnya memasuki kota Yogyakarta.

Pada 6 Juni 1949, presiden, wakil presiden, serta para pemimpin lainnya
kembali ke Yogyakarta.
J. KONFERENSI INTER-INDONESIA
Latar Belakang Konferensi Inter Indonesia :

Sebagai upaya pendahuluan sebelum diselenggarakannya Konferensi


Meja Bundar.

Adanya keinginan melalin persatuan antara RI dan BFO (Badan


Musyawarah Negara-negara Federal) serta sikap bersama untuk
menghadapi Belanda dalam KMB.

Kembalinya para pemimpin RI ke Yogyakarta pada 1 Juli 1949 maka


dilakukan perundingan antara Belanda dan Indonesia

Konferensi Inter Indonesia ini menunjukkan kegagalan poltik devide et


imperayang dijalankan Belanda untuk memisahkan daerah-daerah di
luar Republik.
Konferensi
tersebut
berlangsung
dari
tanggal 19-22
Juli
1949 di Yogyakarta yang dihadiri oleh wakil-wakil RI dan BFO( Negara-negara
ciptaan Belanda disebut Negara Boneka. Melalui Negara boneka ini Belanda membentuk
pemerintahan Federal dengan Van Mook sebagai kepala pemerintahannya.Tanggal 27 Mei
1948 lahirlah Badan Permusyawaratan Federal (BFO) yang terdiri dari negara-negara
boneka ciptaan Belanda). Konfrensi Inter Indonesia menghasilkan persetujuan

mengenai ketatanegaraan Negara Indonesia Serikat.


Adapun
hasil
dari
Konferensi
Antar
Indonesia
dalam bidang
ketatanegraan adalah sebagai berikut:
1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia
Serikat(RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme(serikat).
2. RIS akan dikepalai seorang presiden konstitusional dibantu oleh mentri
yang bertanggungjawab pada Presiden.
3. Akan dibentuk dua badan perwakilan,yaitu sebuah DPR dan sebuah
dewan perwakilan Negara bagian (senat). Pertama kali akan dibentuk
DPR seme4ntara.
4. Pemerintah federal sementara akan menerima kedaulatan bukan saja
dari pihak Belanda melainkan pada saat yang sama juga dari RI.
Di bidang Militer tercapai kesepakatan sebagai berikut:
1. Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional. Presiden RIS adalah
panglima tertinggi Angkatan Perang RIS.
2. Pertahanan Negara adalah semata-mata hak pemerintah RIS, Negara
bagian tidak akan memiliki angkatan perang sendiri.

3.Pembentukan angkatan perang RIS adalah semata-mata soal bangsa


Indonesia. Angkatan perang RIS akan dibentuk oleh pemerintah RIS dengan
inti angkatan perang RI (TNI) bersama-sama dengan orang Indonesia yang
ada dalam KNIL, ML,KM, VB, dan Territoriale Bataljons.
4. Pada masa permulaan RIS, menteri pertahanan dapat merangkap sebagai
Panglima Besar APRIS.
Konferensi Inter-Indonesia kemudian dilanjutkan kembali di Jakarta pada
tanggal30 Juli sampai 2 Agustus 1949 dipimpin oleh Mohammad Hatta
selaku Perdana Menteri. Pertemuan tersebut membahas pelaksanaan pokokpokok persetujuan yang telah dicapai di Yogyakarta. Kesepakatan yang
berhasil dicapai adalah :

Pembentukan Panitia Persiapan Nasional yang bertugas menjaga


suasana terib sebelum dan sesudah Konferensi Meja Bundar.

Agustustus 1949 dikeluarkan perintah untuk menghentikan tembakmenembak baik itu dari pemerintah Indonesia maupun Belanda.
Perintah tersebut berlaku mulai 11 Agustus 1949 untuk Jawa dan 15
Agustus 1949 untuk Sumatera.
K. KONFERENSI MEJA BUNDAR
Realisasi dari perjanjian Roem-Royen adalah diselenggarakannya Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Konferensi tersebut berlangsung
selama 23 Agustus sampai 2 November 1949. Konferensi ini diikuti oleh
delegasi Indonesia, BFO, Belanda, dan UNCI.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Delegasi BFO dipimpin
olehSultan Hamid dari Pontianak. Delegasi Belanda diketuai oleh J. H Van
Maarseveen. Sebagai penengah adalah wakil dari UNCI oleh Critley R.
Heremasdan Marle Cochran.
Hasil dari persetujuan KMB adalah:
1. Belanda menyerahkan dan mengakui kedaulatan Indonesia tanpa syarat
dan tidak dapat ditarik kembali
2. Indonesia akan berbentuk Negara serikat (RIS) dan merupakan uni
dengan Belanda.
3. RIS mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan hak konsesi dan
izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
4. RIS harus menanggung semua hutang Belanda yang dibuat sejak tahun
1942.
5. Status karisidenan Irian akan diselesaikan dalam waktu 1 tahun setelah
penyerahan kedaulatan RIS.

Makna dari Persetujuan KMB :

Merupakan babak baru dalam perjuangan sejarah Indonesia

Meskipun merupakan Negara serikat tetapi wilayahnya hampir


mencakup seluruh Indonesia.

Eksistensi pemerintah RI dimata dunia internasional makin kuat.


L. KEMBALI KE NKRI
Konstitusi RIS
Selama berlangsungnya KMB Tanggal 29 Oktober 1949 dilakukan
penandatanganan bersama Piagam Persetujuan Konstitusi RIS antara
Republik Indonesia dengan BFO yang selanjutnya diajukan ke Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Melalui Piagam tersebut disetujui
bahwa Negara bentukan federasi tersebut meliputi:
1.
Negara RI yang meliputi daerah menurut perjanjian Renville
2.
Negara Ciptaan Belanda hasil konferensi Malino, meliputi:

Negara Indonesia Timur, presidennya Cokorde Gde Sukowati dan


Perdana Menteri Najamudin Daeng Malewa

Negara Sumatera Timur dengan wakilnya Dr. Mansyur

Negara Sumatera Selatan dengan wakil Abdul Malik

Negara Madura dengan walinya Cokroningrat

Negara Jawa Timur dengan walinya Wiranata Kusumah.


3.
Satu-satuan kenegaraan yang tegak sendiri
4.
Daerah-daerah selebihnya bukan daerah-daerah bagian.
Dari hasil kesepakatan antara RI dan BFO tersebut maka KNIP pada tanggal
6-14 Desember 1949 mengadakan sidang yang membahas hasil KMB dan
mereka menyetujui hasil KMB.
Langkah selanjutnya:
1) Tanggal 15 Desember 1949 diadakan pemilihan presiden RIS dengan
calon tunggal Ir. Soekarno.
2) Tanggal 16 Desember 1949 Ir. Soekarno dipilih menjadi presiden RIS.
3) Tanggal 17 Desember 1949, Ir Soekarno dilantik menjadi Presiden RIS
4) Tanggal 20 Desember 1949, Presiden Soekarno melantik cabinet RIS
yang pertama dengan Moh. Hatta sebagai Perdana Menteri.
Perjuangan kembali ke Negara kesatuan RI
a.
Tanggal 27 Desember 1949 terjadi :
1. Penyerahan dan penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan antara
Negara Belanda dan Jakarta. Penandatanganan tersebut dilakukan secara
bersamaan antara di Indonesia dengan di negeri Belanda. Selain itu di

Yogyakarta dilakukan pula penyerahan kedaulatan dari RI kepada RIS.


Dengan pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949 maka berakhirlah periode
perjuangan bersenjata dalam menegakkan dan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
2. Presiden Soekarno menyerahkan jabatannya di Yogyakarta kepada Acting
President RI, Mr. Asaat yang sebelumnya menjabat sebagai ketua KNIP.
b. Tanggal 28 Desember 1949

Presiden Soekarno kembali ke Jakarta dengan membawa bendera


pusaka.

Atas usul RI, pemerintah RIS mengadakan perundingan dengan 2


negara bagian lain tentang pembentukan Negara kesatuan. Sehingga
akhirnya parlemen dan senat RIS mengesahkan rencana Undang-undang
Dasar Sementara dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c. Tanggal 15 Agustus 1950,

Presiden RIS, Ir. Soekarno membacakan piagam terbentuknya Negara


Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Sejak saat itu Soekarno menerima kembali jabatan Presiden RI


dari Acting President RI, Mr. Asaat

Perdana Menteri Moh. Hatta menyerahkan mandatnya kepada Presiden


dan wakil presiden RI.

Hal ini menunjukkan bahwa Negara federal ciptaan Van Mook hanya
berumur 8 bulan.
d.
Tanggal 17 Agustus 1950
Bendera Pusaka dapat dikibarkan kembali di halaman depan bekas istana
Gubernur Jenderal (Istana Negara).
RIS dibubarkan dan kembali dalam bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sejak NKRI berdiri tegak kembali, PBB menerima Indonesia masuk
menjadi anggota PBB yang ke-60 tepat pada tanggal 28 September 1950.
Masalah Irian Barat menurut KMB akan dibicarakan satu tahun kemudian
ternyata sampai tahun 1960 tidak ada tanda-tanda untuk diserahkan oleh
Belanda.
Sejak tanggal 19 Desember 1961 Indonesia menempuh perjuangan
bersenjata dengan Tri Komando Rakyat (Trikora).
Perjuangan Trikora berhasil memaksa Belanda menerima Persetujuan New
Yorktanggal 15 Agustus 1962 dengan pokok-pokok perjuangan sebagai
berikut:
1.
Penghentian permusuhan

2. Membentuk United Nation of temporary Executive Authority (UNTEA) di


Irian Barat yang berarti kekuasaan untuk sementara dipegang PBB dengan
tahapan sebagai berikut:

Antara 1 Oktober sampai 31 Desember 1962 masa pemerintahan


UNTEA dilakukan bersama-sama dengan kerajaan Belanda.

Antara 1 Januari sampai 1 Mei 1963 masa pemerintahan dilakukan


bersama RI.

Sejak 1 Mei 1963 wilayah Irian Barat sepenuhnya berada di bawah


kekuasaan RI.

Tahun 1969 akan diadakan Act of Free Choice yaitu penen tuan
pendapat rakyat (pepera).

Tanggal 14 Juli 1969 pepera dilaksanakan dengan hasil pernyataan


bahwa segenap rakyat Irian Barat tetap berada dalam kekuasaan
republik Indonesia.
Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai