0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
119 tayangan11 halaman
Kerajaan Mataram Islam berdiri pada abad ke-16 di Jawa Tengah dengan letak geografis di pedalaman yang subur. Kerajaan ini mengalami puncak kejayaan di bawah Sultan Agung yang berhasil menguasai sebagian besar Jawa pada abad ke-17, namun kemudian mengalami kemunduran setelah kekalahan merebut Batavia dari Belanda.
Kerajaan Mataram Islam berdiri pada abad ke-16 di Jawa Tengah dengan letak geografis di pedalaman yang subur. Kerajaan ini mengalami puncak kejayaan di bawah Sultan Agung yang berhasil menguasai sebagian besar Jawa pada abad ke-17, namun kemudian mengalami kemunduran setelah kekalahan merebut Batavia dari Belanda.
Kerajaan Mataram Islam berdiri pada abad ke-16 di Jawa Tengah dengan letak geografis di pedalaman yang subur. Kerajaan ini mengalami puncak kejayaan di bawah Sultan Agung yang berhasil menguasai sebagian besar Jawa pada abad ke-17, namun kemudian mengalami kemunduran setelah kekalahan merebut Batavia dari Belanda.
Sumber sejarah mengenai periode kerajaan Pajang dan permulaan kerajaan Mataram Islam sebenarnya sangat terbatas. Sumber tersebut sebagian besar terdiri dari naskah-naskah Babad, Serat ataupun tradisi lisan. Sumber asing baik dari Portugis pada abad ke 16 dan permulaan abad ke 17 sebagian besar hanya menyinggung kejadiankejadian di kota-kota pantai, baik yang mengenai kegiatan perdagangan ataupun sedikit mengenai kerajaan. Oleh karena itu untuk menguraikan sejarah timbulnya kerajaan Mataram Islam terpaksa hanya didasarkan atas sumber-sumber dalam negeri tersebut.
AWAL PERKEMBANGAN MATARAM ISLAM.
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528 M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah Kerajaan Mataram.
LETAK GEOGRAFIS MATARAM ISLAM.
Kerajaan Mataram terletak di Jawa Tengah dengan daerah intinya disebut Bhumi Mataram. Daerah tersebut dikelilingi oleh pegunungan dan gunung-gunung, seperti Pegunungan Serayu, Gunung Prau, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Pegunungan Kendang, Gunung Lawu, Gunung Sewu, Gunung Kidul. Daerah itu juga dialiri banyak sungai, diantaranya Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo, dan yang terbesar dalah Sungai Bengawan Solo.
RAJA-RAJA MATARAM ISLAM.
1. Kiai Ageng Pamanahan 2. Panembahan Senopati (1584-1601 M) 3. Mas Jolang atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M) 4. Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma (16131646 M) 5. Amangkurat I (1646- 1676 M) 6. Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677-1703 M) 7. Sunan Mas atau Amangkurat III pada 1703 M 8. Pangeran Puger yang bergelar Paku Buwana I (1703-1719 M) 9. Amangkurat IVdikenal sebagai Sunan Prabu (1719-1727 M) 10. Paku Buwana II (1727-1749 M) 11. Paku Buwana III pada 1749 M pengangkatannya dilakukan oleh VOC.
KEHIDUPAN POLITIK MATARAM ISLAM
Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak menghadapi rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara, dan Kudus yang dulunya tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi, Sutawijaya berusaha menundukkan bupati-bupati yang menentangnya dan Kerajaan Mataram berhasil meletakkan landasan kekuasaannya mulai dari Galuh (Jabar) sampai pasuruan (Jatim). Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas Jolang, lalu cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, muncul kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro. Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan sejumlah besar pasukan, persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan mengalami kegagalan.
KEHIDUPAN EKONOMI MATARAM ISLAM.
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan
Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram.
KEHIDUPAN SOSIAL MATARAM ISLAM.
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk
KEHIDUPAN BUDAYA MATARAM ISLAM.
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.E.
FAKTOR KEMAJUAN MATARAM ISLAM.
Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Agung. Beliau banyak berjasa dalam bidang kebudayaan dan agama. Beliau mengarang Serat Sastra Gending yang berisi filsafat Jawa, menciptakan penanggalan tahun Jawa, dan memadukan unsur Jawa dan Islam, seperti penggunaan gamelan dalam perayaan Sekaten untuk memperingati MaulId Nabi.
FAKTOR KEMUNDURAN MATARAM ISLAM.
Kemunduran Mataram Islam berawal saat
kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.