NIM : 19407141025
Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada masa kolonial dan modern, peran ilmu pengetahuan
dalam usaha pelestarian cagar budaya
Ilmu pengetahuan berkembang sejak dulu bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia ada. Pada
masa kolonial perkembangan ilmu pengetahuan di berbagai bidang mulai dikembangkan oleh
pemerintah kolonial . pemerintah kolonial mulai mendirikan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam bidang pelayaran, perdagangan, keuangan perbankan, pemerintahan,
pertanian , peternakan, dan pendidikan. Badan badan yang didirikan pemerintah kolonial
antara lain bataviaasch genootschap, komisi dan dinas purbakala, java instituut, sekolah
sekolah sistem barat , dan lembaga- lembaga lainnya. Hal yang menarik dibahas dalam
perkembangan ilmu pengetahuan masa kolonial adalah awal berdirinya sebuah museum yang
akan menjadi tonggak berdirinya museum museum lain. Museum atau lembaga independen
tersebut adalah bataviaasch genootschap.
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September
1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah
Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum
Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
Perjalanan sejarah tentang pelestarian warisan budaya di Indonesia sudah dimulai sejak akhir
abad 19 sampai awal abad 20. Pada saat itu, Pemerintah Hindia Belanda sudah berpikir akan
pentingnya upaya penyelamatan situs dan benda cagar budaya dengan membentuk lembaga
Oudheidkundige Dienst in Nederlansch-Indie pada tahun 1913 yang dipimpin oleh N.J Krom.
Lembaga ini memulai mengadakan identifikasi dan penyelamatan beberapa situs di wilayah
Hindia Belanda. Bahkan, pada masa kepemimpinan F.D.K. Bosch (tahun 1916 – 1936),
Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie mengeluarkan UndangUndang tentang
penanganan peninggalan purbakala, yaitu Monumenten Ordonantie Staatsblad 1931 No.238.
Dengan adanya undang-undang tersebut, pengawasan dan perlindungan peninggalan
purbakala, mempunyai kepastian hukum. Monumenten Ordonantie ini kemudian tetap
diberlakukan ketika Indonesia merdeka sampai lahirnya undang-undang tentang benda cagar
budaya tahun 1992. Menurut undang-undang No. 5 Tahun 1992, Cagar Budaya adalah benda
buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau
bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurangkurangnya 50 (lima puluh) tahun,
atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima
puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan; Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan.
Pertanyaan
Bagaimana peran generasi muda terkait pelestarian cagar budaya, mengingat banyak generasi
muda yang tidak mengetahuinya
Daftar referensi
Abdul Karim. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Fikrah, Vol. 2, No. 1, Juni 2014
Fajar Winarni. 2018. Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat dalam Pelestarian Cagar Budaya.
Jurnal Mimbar Hukum Volume 30, Nomor 1, Februari 2018, Halaman 94-109. Diakses melalui
laman http://doi.org/10.22146/jmh.29160 pada 3 Desember 2020.
Farida Luwistiana. Peran Pembelajaran Sejarah dalam Pelestarian Cagar Budaya Sangiran.
Universitas Sebelas Maret: Tesis Program Studi Pendidikan Sejarah.
Izzatur Rusuli dan Zakiul Fuady M. Daud. Ilmu Pengetahuan dari John Locke ke Al-Attas. Jurnal
Pencerahan Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015