Anda di halaman 1dari 10

GERAKAN – GERAKAN MODERNISASI ISLAM

DI INDONESIA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah AMDI
Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam
Tahun 2019

Dosen Pengampu :
Sugeng Riyadi, M.Pd.I

Disusun Oleh
Nama : Bima Crisdiantoro
Program Studi/Smt. : Pendidikan Agama Islam / III
NIM : 201816012095

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


MUHAMMADIYAH PACITAN
Jl. Gajah Mada No. 20, Baleharjo, Kecamatan Pacitan,
Kabupaten Pacitan
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb,


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas berkah dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul “Gerakan-
gerakan Modernisasi islam di indonesia”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah


Peradaban Islam. Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada :
a. Allah SWT
b. Bapak Sugeng Riyadi, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
c. Teman-teman memberikan dukungan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak


kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf. Saran dan kritik kami
harapkan untuk menjadi perbaikan di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum wr. wb,

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan islam yang ada di Indonesia tidak terlepaas dari pengaruh
perkembangan islam dibelahan bumi lain. Membaca islam yang ada di Indonesia
rasanya cukup pnting. Sebab, dari hasil pembacaan itu, kita sebagai umt islam dapat
mengetahui akan bagaimana perkembangan islam di Indonesia setelah islam
mengalami beberapa fase perubahan dari waktu ke waktu.

Kajian islam di dunia kontemporer pada umumnya berkonsenterasi pada subyek


materi tentang tipetipe gerakan modernisasi yang beragam atau disebut-sebut
sebagai fundamentalisme, pada saat yang sama kaum muslimin terus menjalani
hidup di dunia tradisi meskipun beberapa serangan terhadap pandangan tradisional
di era modern. Untuk memahami islam dewasa ini, pada langkah pertama sebelum
yang lain adalah penting untuk memiliki kesadaran akan sejarah agama-agama lain
yang tidak mengikuti satu alur yang sama.

Pembaharuan dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban yang
ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya.

2. Rumusan Masalah
 Apa itu gerakan modernisasi islam, dari mana asal usul dan bagaimana
perkembangannya?
 Bagaimana perjuangan kemerdekaan umat islam?
 Apa saja organisasi politik dan organisasi sosial islam dalam suasana
indonesia merdeka?
 Apa saja bentuk-bentuk modernisasi islam?
 Apa saja bentuk-bentuk politik islam?
 Apa saja bentuk gerakan kemasyarakatan sosial di Indonesia?

3. Tujuan
Untuk menambah serta memperdalam wawasan dan pengetahuan tentang
Pengaruh gerakan modernisasi atau pembaharuan islam terhadap Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Gerakan Modernisasi Islam, Asal Usul dan Perkembangan

Pembaharuan dalam islam atau gerakan modernisasi islam merupakan


jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada
masanya. Kemunduran progresif kerajaan Utsmani yang merupakan pemangku
khalifah islam, setelah abad ke-17, telah melahirkan kebangkitan islam
dikalangan warga arab dipinggiran imperium itu. Yang terpenting diantaeanya
adalah gerakan wahabi, sebuah gerakan reformasi puritanis (salafiah). Gerakan
ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan kearah pebaruan islam ke-20
yang lebih bersifat intelektual.

Katalisator terkenal gerakan pembaharuan ini adalah Jamaluddin Al-


Afghani (1897). Ia mengajarkan solidaritas pan islam dan pertahanan terhadap
imperalisme Eropa, dengan kembali kepada islam dalam suasana yang secara
ilmiah dimodernisasi. Gerakan yang terlahir di Timur Tengah itu telah
memberikan pengaruh besar kepada kebangkitan islam di Indonesia.

Bermula dari pembaharuan pemikiran-pemikiran dan pendidikan islam di


Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh
masyarakat arab di indonesia, kebangkitan islam semakin berkembang
membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang
Islam (SDI) di Bogor (1909) dan Solo (1911), Muhammadiyah di Yogyakarta
(1912), Persatuan Islam (Persis) di Bandung (1920-an), Nahdatul Ulama (NU)
di Surabaya (1926), dan lain-lain.

Organisasi-organisasi sosial keagamaan islam dan organisasi-organisasi


yang didirikan kaum terpelajar, menandakan tumbuhnya benih-benih
nasionalisme dalam pengertian modern.

2. Perjuangan Kemerdekaan Umat Islam

Nasionalisme dalam pengertian politik baru muncul setelah H. Samanhudi


menyerahkan tampuk pimpinan SDI pada bulan mei 1912 kepada HOS
Tjokroaminoto yang mengubah nama dan sifat organisasi serta memperluas
ruang geraknya. Sebagai organisasi politik pelopor nasionalisme Indonesia, SI
pada dekade pertama adalah organisasi politik besar yang mengrekrut
anggotanya dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia. Waktu itu
ideologi bangsa memang belum beragam, semua bertekad ingin mencapai
kemerdekaan.
Dengan demikian, terdapat tiga kekuatan politik yang mecerminkan tiga
kekuatan politik yang mencerminkan tiga aliran ideologi “islam”, komunisme dan
nasionalis “sekuler”. Perpecahan antara ketiga golongan tersebut, menurut Dealiar
Noer, disebabkan oleh pendidikan yang mereka terima bersifat barat. Pendidikan
belanda memang diusahakan agar menimbulkan emansipasi dari agaa di kalangan
pelajar, sebab agamalah yang menimbulkan pergolakan politik dikalangan rakyat
Indonesia. Golongan sekular yang ditimbulkan oleh pendidikan itu kemudian
terpecah menjadi dua, komunis dan nasionalis “sekular”.

A. Zaman Penjajahan Belanda


Dimulai sekitar tahun 1600 saat kota jakarta diduduki oleh belanda yaitu
V.O.C (Verenigde Oost Indische Compagnie), suatu maskapai perusahaan
dagang yang didirikan oleh belanda yang berfungsi sebagai pemerintah dewasa.

Pada dasarnya gerakan islam bertujuan kepada tegaknya agama islam


dimuka bumi agar kedamaian dan kesejahteraan bagi umat islam terwujud.
Banyak ideologi atau paham yang melandasi gerakan ini. Ada yang bersifat
fillah dan sabillilah. Fillah adalah gerakan islam yang berangkat dari dakwah
dan dilandasi dengan ilmu. Sedangkan sabillilah adalah gerakan dengan bersifat
kearh peperangan. Semua gerakan itu bertujuan sama, akan tetapi gerakan ini
harus melihat kapan waktu yang tepat untuk menggunakan cara fillah atau
sabillilah.

Yang terpenting dalam sebuah gerakan islam adalah gerakan yang


didalamnya semua muslim bersatu hati dan pikirannya yang dilandasi dengan
sikap wala wal bara. Karena sebuah gerakan islam tanpa barisan yang kuat akan
mudah dihancurkan dengan gerakan musuh islam yang memiliki barisan yang
rapi.

Awal abad 20 masehi, penjajah belanda mulai melakukan politik etis atau
politik balas budi yang sebenarnya adalah hanya membuat lapisan masyarakat
dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas
budi memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia
khususnya umat islam, tetapi sebenarnya tujuan dari itu semua untuk
mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-Qur’an dan Hadist dan akan
dijadikan boneka-boneka penjajah. Selain itu, juga mempersiapkan untuk
lapisan birokrasi yang tidak mungkin dipegang lagi oleh orang-orang belanda.
Yang mendapat pendidikan pun tidak seluruh masyarakat, melainkan hanya
golongan bangsawan. Karena itu yang menjadi pemimpin-pemimpin
pergerakan adalah golongan bangsawan.

Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini adalah lebih kepada
organisasi yang bersifat formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi
Serikat Islam merupakan organisasi nasional yang pertama di Indonesia pada
tahun 1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata sampai bangsawan
dan meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah Budi Utomo yag bersifat
masih kedaerahan yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam dapat organisasi
pergerakan nasional daripada Budi Utomo.

B. Jaman Penjajahan Jepang


Pada tahun 1942, pemerintah bala tentara dari Nippon menduduki
indonesia. Pemikiran yang timbul ialah mengenai Sai Keirei, yakni upacara
membongkokkan diri menghadap ke Tokyo menghormat kaisar Jepang, Tenno
Heika pada upacara menaikkan bendera Hinomaru.

Kemunduran progresif yang dialami partai-partai islam seakan


mendapatkan dayanya kembali setelah jepang datang menggantikan posisi
belanda. Jepang berusaha kengakomodasi kekuatan, islam dan nasionalis
“sekular”, ketimbang pimpinan tradisional (raja & bangsawan lama). Jepang
berpendapat, organisasi-organisasi islamlah yang sebenarnya mempunyai masa
yang patuh dan hanya dengan pendekatan agama, penduduk indonesia ini dapat
dimobilisasi. Oleh karena itu, apabila organisasi-organisasi nonkeagamaan
dibubarkan maka organisasi besar islam seperti Muhammadiyah, Nahdatul
Ulama, dan persyarikatan ulama, jua majelis islam A’la Indonesia yang
kemudian dilanjutkan Majelis Syuro muslim Indonesia diperkenankan
melanjutkan kembali kegiatannya. Permohonan Masyumi juga diterima
pemerintah pendudukan jepang untuk mendirikan barisan Hizbullah, sebuah
wadah kemiliteran bagi para santri. Bahkan Tentara Pembel Tanah Air (PETA)
juga mendominasi oleh golongan santri.

Bagi golongan nasionalis dibentuk lembaga-lembaga baru, seperti geraka


3A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia)
yang hanya berumur beberapa bulan sejak mei 1942 dan Poesat Tnaga Rakyat
(Poetra) yang dilahirkan bulan maret 1943. Usaha pembangunan Poetra baru
dimulai dimulai sejak bulan april 1943. Sebagai pemimpin tertingginya adalah
Soekarno dibantu oleh Mohhamad Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan K.H Mas
Mansur. Mereka dikenal dengan sebutan empat serangakai pemimpin bangsa.
Dari empat seranglai itu, tercermin bahwa tokoh nasionalis secular lebih
dominan dalam gerakan kebangsaan daripada golongan islam.

Jepang kemudian menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan


mengeluarkan maklumat Gunseikan No. 23/29 April 1945, tentang
pembentukan badan penyelidi usaha-usaha kemerdekaan republik Indonesia
(BPUPKI). Berbeda dengan situasi sebelumnya, yang kalangan islam mendapat
pelayanan lebih besar dari jepang. Keanggotaan BPUPKI didominasi oleh
golongan nasionalis “secular”, yang ketika itu lazim disebut golongan
kebangsaan. Didalam bbadan inilah Soekarno mencetuskan ide pancasilanya.
Mekipun, didalam rumusan Pancasila itu terdapat prinsip ketuhanan, tetapi
negara pada dasarnya dipisahkan dari agama.

3. Gerakan Sosial Kemasyarakatan Islam di Indonesia

Beberapa organisasi islam yang bergerak dalam bidang pembinaan


kehidupan masyarakat (infrastruktur), lewat gerakan dakwah islam amar mar’uf
nahi mungkar yang dalam ajarannya secara konsisten berpegangan pada tiga
prinsip, yaitu :
1. Mengajak kepada umat untuk kembali pada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah
secara murni.
2. Membuka pintu ijtihad selebar-lebarnya kepada siapapun yang telah erhak
memeluknya.
3. Mengamalkan ajaran islam secara konsisten, bersih dari berbagai gejala
kemusrikan, khufarat, bid’ah, dan taqlid.

Organisasi yang beridentitas seperti diatas antara lain adalah gerakan Al-
Islah Wal Irsyad, Persatuan Islam dan Muhammadiyah.

a. Al-Irsyad

Al-Irsyad adalah organisasi islam nasional. Perhimpunan Al-Irsyad


mempunyai sifat khusus, yaitu perhimpunan yang berkaidah islamiyah dalam
memberikan pelayanan kepada masyakat dibidang pendidikan, pengajaran,
serta sosial dan dakwah bertingkat nasional.

Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyah berdiri pada 6 september 1914.


Tanggal ini mengacu pada pendirian madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyah
oertama di Jakarta. Pengakuan hukumnya sendiri dikeluarkan pemerintah
kolonial belanda pada 11 Agustus 1915.

Tokoh pendiri Al-Irsyad adalah Al-‘Alamah Syeikh Ahmad Bin


Muhammad Asoorkaty Al-Anshary, seorang ulama besar dari Mekkah yang
berasal dari Sudan. Pada mulanya Syeikh Soorkaty datang ke indonesia atas
perintah perkumpulan Jami’at Khair yang mayoritas anggota pengurusnya
terdiri dari orang-oorang indonesia keturunan arab golngan Sayyid, dan
berdiri tahun 1905.
b. Persatuan Islam (Persis)
Persatuan Islam (Persis) didirikan oleh KH. Zamzam, seorang alim ulama
dari Palembang pada tanggal 17 September 1923 di kota Bandung. Persis
bertujuan mengembalikan kaum muslimin kepada piminan Al-Qur’an dan
Sunnah Rasullulah SAW. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut Persis
melakukan berbagai usaha, antara lain mendirikan berbagai madrasah,
pesantren, kegiatan tabligh, menerbitkan majalah maupun buku-buku adama.
Diantara majalah yang sangat populer ditengah-tengah masyarakat islam di
indonesia, bahkan sampai juga di malaysia adalah majalah “Pembela Islam”
dan majalah “Al-Muslimun”.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Perkembangan islam pada masa modern ini mempunyai banyak


problema-problema dalam negeri. Terutama masalah politik. Islam dewasa ini
perkembangannya dipengaruhi oleh kekuatan politik yang ada, seperti partai-
partai dan organisasi islam seperti (Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama).

Disamping itu, organisasi-organisasi islam terutama Muhammadiyah dan


Nahdatul Ulama, dua organisasi terbesar ditanah air, terus diperhatikan oleh
setiap kekuatan politik. Kebangkitan islam dewasa ini, bagaimanapun akan
mempunyai dampak politik juga. Umat islam dengan segala keberaniannya
telah melepaskan suatu wadah politik. Dengan lapang dada, mereka memerima
Pancasila dan berharap dapat mengisinya dengan nilai-nilai agama.

Mereka ingin agar pihak-pihak lain yang selama ini memandang curiga
terhadap “islam” dapat mempercayai ulama-ulama dan tokoh-tokoh islam
lainnya.

2. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh


karena itu kami menyarankan kepada pembaca untuk mecari informasi
tambahan dari apa yang telah kami uraikan diatas.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/Wiki/Al-Irsyad
http://ukhuwahislah.blogspot.com/2014/03/makalah-pengaruh-modernisasi-
islam.html

Mansur. 2004. Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta : Global


Pustaka Utama
Muntoha, Wijayanto, Fa’ud Nashori, Basit Wahid. 1998. Pemikiran dan
Peradaban Islam. Yogyakarta : UII Press
Supriyadai, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : CV Pustaka Setia
Yatim, Badri. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai