Anda di halaman 1dari 3

Kehidupan Sosial Budaya Asia Tenggara

Oleh
Kevin Akbar (18407141008)
Ilmu Sejarah – A

Selain senasib dan berada di kawasan yang sama, negara-negara yang tergabung di
ASEAN memiliki kesamaan dalam nilai-nilai dasar kebudayaan. Sejarah mencatat bahwa
negara-negara di Asia Tenggara memiliki budaya, bahasa, serta tata kehidupan dan pergaulan
yang hampir sama. Hal ini karena pewaris peradaban sebelumnya antarnegara sama, yaitu
rumpun Melayu Austronesia. Budaya merupakan cara kelompok masyarakat untuk menjaga
kelangsungan hidupnya dalam menghadapi berbagai perubahan lingkungan. Budaya sebagai
cara pandang dan cara hidup suatu kelompok masyarakat memiliki banyak elemen penting
yang tidak terhitung banyaknya.

Keadaan Sosial Masyarakat Asia Tenggara Masyarakat asia tenggara bersifat lebih
statis, yang sejak dulu samapai sekarang tidak berubah, yaitu sutu sifat statis yang berbeda
secara mencolok dengan pembubaran dan pembentukan kembali Negara-negara asia secara
tetap, serta perubahan dinamis yang tidak pernah berhenti. Ada beberapa hal yang membuat
keadaan sosial di asia tenggara relative sama, yaitu:
1. Bahasa Lebih dari separuh penduduk asai tenggara menggunakan bahasa yang masih
serumpun dengan bahasa Austronesia (meliputi Malaysia, Filipina, Indonesia, brunei
darussalam). Bahasa-bahasa ini dianggap bersumber dari satu bahasa yaitu bahasa proto
Austronesia yang juga di gunakan dalam bahasa Mon, Khmer, dan Cam.
2. Penyesuaian dengan Lingkungan fisik yang sama Lingkungan hidup yang sama telah
menyamakan jenis makanan, tempat tinggal dan kebutuhan lainnya. Beras sudah menjadi
mayoritas makanan pokok bagi bangsa di asai tenggra, ini jugalah yang menyebabkan
mayoritas penduduk asia tenggara bermata pencaharian sebagai petani. Alat yang
digunakan dalam memanen padi juga sama, yaitu ani-ani sebagai wujud penghormatan
terhadap roh padi. Selain itu benyaknya air dan hutan juga mempengaruhi pola hidup
orang asia tenggara, yaitu adanya rumah beriang atau rumah panggung yang dibuat agar
aman dari binatang buas dan pemanfaatan dari banayaknya kayu disekitar mereka.
3. Tingakat jalinan niaga yang tinggi di kawasan asia tenggara Hingga abad ke-17
hubungan pelayaran tetap menghubungkan bangsa-bangsa asia tenggara secara lebih erat
satu sama lain. Walaupun banyak pengaruh dari indiadan cina, bangsa asia tenggar tidak
pernah kehilangan jati dirinya. Penduduk asia tenggara mempunyai kebiasaan yang
mencirikan mereka, antara lain:
a. Tubuh yang indah Masyarakat asaia tenggara mulai mengenal usaha-usaha untuk
merawat badanya dan mereka bersolek dan berhiasan untuk mempercantik diri,
misalnya di kamboja semakin besar kedua lubang tindik telinga semakin naik pula
jenjang sosial orang yang bersangkutan. Merajah badan (tato) di asia tenggara
dianggap sebagai jimat.
b. Rambut Pria dan wanita di asia tenggara berusaha untuk menumbuhkan rambut
sepanjang dan selebat mungkin, hitam legam dan terawat. Di Burma dan Filipina
memotong rambut menunjukan kesedihan. Di kamboja dan siam wanita yang belum
bersuami ditandai dengan rambut panjang yang jatuh ke bahu.
c. Perkawinan Perkawinan monogamy di asia tenggara dianggap dengan mudahnya
perceraian. Oleh karena itu banyak masyarakat asia tenggara yang melaksanakan
paham poligami. Hal ini tampak pada raja-raja yang hamper semuanya memiliki
tidak hanya seorang selir.

Budaya Asia tenggara Budaya masyarakat asia tenggara sangat beragam. Hal ini
disebabkan karena setiap suku yang ada di asia tenggara tentunya mempunyai kebudayaan
yang berbeda-beda. Kebudayaan di asai tenggara umumnya banyak mendapat pengaruh dari
india dan cina. Beberapa kebudayaan yang terdapat di masyarakat asaia tenggara: 
1. Tempat tinggal Orang asia tenggara sedikit menggunakan waktu dan kekayaannya
untuk rumah. Tidak permanennya rumah dan relatife mudahnya membangun rumah
merupakan faktor penting dalm struktur sosial oarng Asia Tenggara. Ciri-ciri umum
rumah di asia tenggara yaitu: Tungku perapian yang dipasang melesak kedalam lantai,
biasanya di belakang ruang dapur. Rumah diatas tiang kayu untuk perlindungan
terhadap banjir. Atap yang curam untuk menahan hujan lebat. Perabotan rumah
tangga yang digunakan juga cukup sederhana. Orang makan di lantai, perabotan meja
dan kursi baru dikenal setelah datangnya pengaruh cina dan eropa. Penerangan
menggunakan lampu minyak tanah atau minyak yang dhasilkan oleh biji kemiri dan
dammar.
2. Pakaian Orang asia tenggara mayoritas bertelanjang kaki, bertelanjang kepala, dan
seringkali bertelanjang dari pinggang ke atas. Orang asia tenggara sanagt pemalu,
yang paling berhati-hati di dunia menyangkut seksualitas, karena itu wanita asia
tenggara biasanya memakai pakaian yang menutup rapat bagian tubuhnya sehingga
tidak menarik perhatian. Wanita Vietnam sebagai yang paling sopan di selurh asia
tenggara senang memakai berlapis-lapis pakaian yang membuat tidak sedikitpun
bagian tubuh mereka terlihat.
3. Kesenian Bangsa asia tenggara disebut sebagai homo ludens yaitu manusia yang
bermain-main. Asaia tenggara adalah teater state atau Negara panggung yang penuh
dengan kegembiraan, kebudayaan diatur oleh negara dalam rangka pengukuhan
statusnya sendiri secara nyata. Pertunjukan istana merupakan suatu cara yang efektif
dimana rakyat dirangkum dalam suatu Negara yang bersifat herarkhis. Dalam acara
hiburan kerajaan selalu diberi tempat khusus untuk perlombaan hewan, misalnya
pertarungan antar kerbau, domba atau harimau. Sedangkan di kota kecil dan pasar
sedikitnya ada acara sabung ayam. Setiap tempat di asia tenggara mempunyai
permainan rakyat, tapi ada satu permainan yang sama yaitu bola kaki yang dalam
bahasa melayu disebut sepak raga, di Burma disebut chinlohn, dan sekarang
umumnya disebut sepak takrow.
4. Barang Kerajinan Keahlian membuat barang-barang dari tanah liat telah berkembang
di asia tenggara sejak zaman pra sejarah. Gerabah di gunakan sebagai alat-alat perabot
rumah tangga, perlengkapan pemujaan dan sebagai bekal kubur.

Pertanyaan : Merajah badan (tato) di asia tenggara dianggap sebagai jimat. Mengapa
demikian?

Sumber :
Danar Widyanata. 2003. Memahami Sejarah Asia Tenggara Kuno (Suatu Pengantar).
Yogyakarta: Pendidikan Sejarah Uny.
Ghee, Lim Teck. 1993. Suku Asli Dan Pembangunan Di Asia Tenggara. Bandung: Yayasan
Obor Indonesia.

Hall, D.G.E. 1988. Sejarah Asaia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional.

Samovar, L. A. 2013. Communication Between Cultures (Vol. 8th Ed. ). International


Edition: Wadsworth Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai