NIM : 19407141025
Kegiatan pariwisata di Indonesia sebenarnya sudah ada dan sudah dirintis sejak
zaman kolonial. Pada saat berada di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Van
Heutsz dibentuklah badan yang menjadi “official tourist bereau” Hindia Belanda
yang bisa dikembangkan menjadi salah satu alternatif pemasukan kas negara selain
dari sektor perdaangan dan pertambangan. Didirikannya VTV pada tahun 2908
menjadi tonggak awal bagi pariwisata di nusantara. VTV mempunyai tugas untuk
mengembangkan pariwisata di Hindia Belanda.1 Dalam pengembangan itu, VTV
bekerja sama dengan beberapa perusahaan di Hindia Belanda seperti KPM
(Koninklijke Pakeetvaart Maatschappi), KNILM(Koninklijke Nederlandsch-
Indische Luchtvaart Maatschappij), JMC (Java Motor Club), ABHINI
(Algemeenen Bond Hotelhouders in Nederlandsch-Indie), Staatsspoor-en
Tramwegen.2 VTV sendiri bertugas untuk mempromosikan bahwa Hindia Belanda
telah aman untuk dikunjungi oleh para turis asing. 3 Saat menjalankan tugasnya,
VTV membutuhkan banyak biaya untuk melakukan promisi, yang kemudian
pemerinta belanda memberikan subsidi untuk VTV. Promosi yang dilakukan oleh
VTV yaitu menerbitkan atau mengeluarkan butu pantuan tourisme, reklame,
majalah, peta, foto, bwosud, kartu pos. Iklan VTV menyajikan foto atau gambar
gambar berupa pemandangan alam seperti gunung- gunung, candi, mapun
kehidupan penduduk pribumi yang msih tradisional. Selain itu, ada juga foto foto
Setelah Konferensi Meja Bundar ditandatangani pada tahun 1949, maka menurut
perjanjian tersebut semua harta kekayaan milik pemerintah Belanda maupun orang
Belanda yang berada di Indonesia harus dikembalikan kepada pemilik nya,
termasuk hotelhotel yg dikelola oleh HONET. Dengan begitu, HONET secara
resmi dibubarkan tahun 1950 dan digantikan oleh suatu badan yang bernama NV.
Honet, yang merupakan satusatunya badan usaha Bangsa Indonesia dalam aktivitas
di bidang perhotelan dan pariwisata. Ditahun 1952 dengan keputusan Presiden RI
dibentuk Panitya Inter Departemental Urusan Tourisme yang diketuai oleh Nazir
St. Pamuncak (dari Kementrian Luar Negeri) dan Sekertarisnya R.A.M.
Sastrodanukusumo (kepala Parket Kejaksaan Agung). Panitia tersebut
mengusahakan kemungkinan kemungkinan terbukanya Indonesia sebagai daerah
turisme. Karena panitia ini tidak dapat berjalan sesuai dengan keinginannya yaitu
mempromosikan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata maka pada tahun 1953
dibubarkan. Beberapa tokoh perhotelan Indonesia akhirnya berinisiatif untuk
membentuk suatu organisasi yang bernama Serikat Gabungan Hotel dan Tourisme
Indonesia atau yang disingkat SERGAHTI. Setelah Konferensi Asia-Afrika atau
KAA yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955, bangsa
Indonesia semakin dikenal di dunia Internasional. Hal ini sedikit banyak juga