KEPARIWISATAAN
Du susun oleh :
Saat itu pariwisata di Indonesia mulai menunjukan aktivitasnya sejak tahun 1910-
1920. Pada tahun tersebut seiring dengan dikeluarkannya keputusan Gubernur
Jenderal Belanda bernama VTV (Vereneiging Touristen Verker) dibukalah
kegiatan berwisata ke Hindia Belanda (Indonesia-sekarang).
Pada awalnya kebijakan VTV ini dibentuk dari meningkatnya perdagangan antara
dunia Eropa dengan negara-negara di Asia termasuk Indonesia.
Mereka menggunakan lautan Hindia menjadi jalur yang sering dilewati oleh
orang-orang asing yang pergi dengan berbagai alasan yang berbeda-beda atau
sesuai dengan keperluan masing-masing, misalnya perdagangan.
Dari gambar tersebut dapat diartikan bahwa kegiatan wisata dilakukan bukan di
rumah atau di kediaman si pelaku kegiatan melainkan di suatu tempat tujuan
tertentu, sehingga kegiatan tersebut memerlukan proses perjalanan, baik
menggunakan media (transportasi darat/laut/udara) maupun tidak. Oleh karena itu
terdapat keterkaitan antara kegiatan wisata dengan kegiatan perjalanan (travel).
Keterkaitannya adalah bahwa kegiatan wisata termasuk dalam kegiatan perjalanan,
tetapi tidak semua kegiatan perjalanan merupakan kegiatan wisata. Kalau dilihat dari
sisi ekonomi, kegiatan wisata merupakan kegiatan proses konsumsi terhadap suatu
produk yang dilakukan oleh pelaku wisata dimulai dari tempat tinggalnya,
diperjalanan dan ditempat tujuannya. Produk yang dikonsumsi tersebut merupakan
suatu pengalaman total (total experiences) yang diperoleh oleh pelaku perjalanan
wisata dalam proses konsumsinya tersebut. Sementara itu, pengalaman berwisata
dapat dibagi menjadi dua yaitu pengalaman yang bersifat explisit dan dan
pengalaman yang bersifat implisit.
Sementara itu, terdapat tiga komponen penting yang membuat proses konsumsi
terhadap suatu pengalaman berwisata itu terjadi, yaitu:
Daya tarik wisata: segala sesuatu yang menarik dan menghasilkan pengalaman
kepada pelaku perjalanan wisata, baik secara pasif maupun aktif, contoh: keindahan
pantai, suasana pegunungan, gerhana, pentas seni, event olahraga, karnaval,
menunggangi kuda, mendaki gunung, berselancar, bercengkrama dengan
masyarakat, dll.
Sarana penunjang wisata: segala
sesuatu yang dapat memfasilitasi
kegiatan wisata baik yang dapat diindera
(tangible) maupun yang tidak dapat
diindera (intangible), contoh: jasa
transportasi, akomodasi, makan/minum,
toilet, pramuwisata (guide), informasi dll.
Infrastruktur/prasarana: segala
sesuatu yang merupakan penunjang
utama terselenggaranya proses kegiatan wisata dan kegiatan non wisata, contoh:
jaringan jalan, bandara, terminal, pelabuhan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dll
Sumberdaya Pariwisata
Sumberdaya alam
Sumberdaya Manusia
Sumberdaya ciptaan manusia
a. Service Industry
Perusahaan yang membentuk industri pariwisata adalah perusahaan jasa (service
industry) yang masing-masing bekerja sama menghasilkan produk (good and
services) yang dibutuhkan wisatawan selama dalam perjalanan wisata pada daerah
tujuan wisata.
Pengertian-pengertian yang terkandung dalam services industry antara lain:
b. Labor Intensive
Yang dimaksud dengan labor intensive pariwisata sebagai suatu industri adalah
banyak menyerap tenaga kerja. Dalam suatu penelitian mengatakan beberapa
persen dari belanja wisatawan pada suatu daerah wisata digunakan untuk
membayar upah dan gaji (wages and salaries).
c. Capital Intensive
Industri pariwisata sebagai capital intensive adalah untuk membangun sarana dan
prasarana industri pariwisata diperlukan modal yang besar untuk investasi, akan
tetapi dilain pihak pengembalian modal yang diinvestasikan itu relatif lama
dibandingkan dengan industri manufaktur lainnya.
d. Sensitive
Industri pariwisata sangat peka terhadap keamanan (security) dan kenyamanan
(comfortably). Dalam melakukan perjalanan wisata tidak seorang pun wisatawan
yang mau mengambil resiko dalam perjalanan yang dilakukan. Sebagai contoh
ketika terjadi ledakan bom di Bali kunjungan wisatawan mancanegara ke Bai turun
merosot hingga hotel, restoran dan toko cenderamata menutup usahanya.
e. Seasonal
Industri pariwisata sangat dipengaruhi oleh musim, bila pada masa musim liburan
(peak season) semua kapasitas akan terjual habis dan sebaliknya pada masa
musim libur selesai (off-season) semua kapasitas terbengkalai (idle) karena sepi
pengunjung.
Pengertian Wisatawan
Berwisata Alam
B. Motivasi Perjalanan
Pertama; banyak orang yang menggunakan traveler sebagai jeda dari
tekanan kehidupan sehari-hari yang membosankan: Kedua, pariwisata
sebagai kebutuhan dan atau keinginan individu atau kelompok
atau masyarakat untuk melakukan perjalanan bersama keluarga atau
komitmen tahunan untuk melakukan hal-hal tertentu di destinasi (tempat
tujuan wisata), misalnya merayakan ulang tahun, atau sekedar jalan-jalan,
mengunjungi pub dan klub, menghadiri acara-acara,
dan menyaksikan atraksi lainnya – mereka ini lebih menekankan
pada releksasi atau bersenang-senang
Motif yang paling populer kedua untuk melakukan perjalanan
adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Ini adalah motif
dorongan umum dalam banyak literatur motivasi. Motif sosial dibedakan
menjadi dua kategori utama: peningkatan hubungan kekerabatan dan
fasilitasi interaksi sosial. Keinginan untuk meningkatkan atau memperkaya
hubungan keluarga, sedangkan yang kedua merupakan kebutuhan untuk
"bertemu orang baru di lokasi wisata yang berbeda."kedua motif ini
diklasifikasikan sebagai sosialisasi internal dalam komunitas,
dan sosialisasi eksternal di luar komunitas.
Dalam perjalanan wisata, keinginan untuk meningkatkan hubungan dalam
konteks mitra, pasangan atau orang dewasa lainnya, berbeda dengan liburan di
mana peningkatan hubungan sebagian besar melibatkan unit keluarga yang
lebih luas termasuk anak-anak. kesempatan untuk berkumpul bersama dan
menghabiskan "waktu yang berkualitas" sebagai sebuah keluarga. Demikian
pula, perbedaan antara jenis liburan dalam kaitannya dengan sosialisasi
eksternal. Pariwisata menawarkan kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi
dengan penduduk setempat (hosting), bersosialisasi eksternal seperti itu jelas
merupakan fitur penting dari sebuah liburan.
1. Karakteristik Wisatawan
Berbagi bujet untuk mengurangi pos pengeluaran Sebanyak 42 persen milenial
mengaku menggunakan aplikasi
sharing economy, biasanya untuk
transportasi dan akomodasi. Milenial
yang banyak melakukan sharing
economy lewat digital saat berwisata
kebanyakan berasal dari India dan
paling terendah dari Jepang. Sedangkan wisatawan generasi milenial dari
Indonesia paling tertarik dengan rekomendasi yang bisa membuat perjalanan
mereka lebih nyaman (35 persen), diikuti oleh rekomendasi yang dapat
memberikan pengalaman baru bagi mereka (30 persen). Mayoritas milenial
Indonesia memilih dihubungi lewat media sosial (34 persen) untuk informasi
wisata, ketimbang lewat email (19 persen).
2. Keluarga dan teman memberi pengaruh
untuk berwisata Sebagian besar milenial
Indonesia menjawab keluarga dan teman,
diikuti oleh situs-situs booking online atau
perjalanan, dan kanal-kanal media sosial.
Hal yang cukup mengejutkan adalah milenial menempatkan selebriti dan
influencer di posisi paling bawah, bahkan lebih rendah dibandingkan brosur
dan petunjuk perjalanan.
3. Wisatawan yang berani Dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya,
milenial memiliki kecenderungan kecil untuk menghindari destinasi yang
menjadi tempat serangan teror, politis atau demonstrasi sosial, atau destinasi
yang mungkin akan terkena bencana alam seperti gempa bumi. Sementara 59
persen generasi baby boomer akan menghindari destinasi yang mungkin akan
terkena bencana alam. Hanya 51 persen milenial yang berpendapat sama.
4. Milenial tak selalu terbuka dengan
informasi baru Riset ini menemukan
bahwa milenial Taiwan (76 persen) dan
Indonesia (75 persen) adalah yang
paling terbuka terhadap informasi
penyedia perjalanan. Sementara milenial dari Jepang (33 persen) dan
Selandia Baru (45 persen) adalah yang paling tertutup dengan informasi
penyedia perjalanan.
C. Profil Wisatawan
Profil wisatawan mengacu pada sifat tertentu dari tipe wisatawan yang berbeda,
yang khususnya dihubungkan dengan kebiasaan perjalanan, tuntutan, dan
kebutuhannya. Beberapa kategori wisatawan telah disebutkan pada bagian
sebelumnya, dan dalam bagian ini kita akan mempetimbangkan ke dalam lima hal
penting mengenai kelompok wisatawan secara lebih mendetail.
1. Perancis
Sangat tertarik pada kebudayaan meliputi gaya hidup tradisional, tari – tarian,
drama, musik, kesenian, upacara keagamaan, dan desa tradisional yang
belum terjamah.
Sangat tertarik mengunjungi dan mempelajari tentang atarksi wisata yang
khusus seperti tempat arkheologi, pura – pura tua, dan lebih menyenangi
tempat – tempat tepencil dan kurang komersiil.
• Diantara barang – barang yang dibeli, khususnya menyenangi kerajinan
tangan dan barang antik.
• Sangat aneh dan lambat memilih segala sesuatu yang akan ibeli, dan teliti
memilih restoran.
• Ramah, disiplin, tahu tingkah laku yang baik, dan tunduk kepada aturan
lokal.
• Suka berbicara dengan bahasanya sendiri dan lebuh suka pemandu wisata
berbahasa Prancis meskipun ia bisa
berbahasa Inggris.
• Cenderung berpakaian yang
mencerminkan keindividuan, kadang –
kadang berpakaian yang agak aneh.
• Agak suka mencari kesalahan dan
sukar untuk ditangani.
2. Jerman
• Tertarik pada kebudayaan, upacara keagamaan, tari – tarian , tempat bersejarah,
pemandangan indah, dan suka membandingkan tradisi dari tempat- tempat yang
berbeda.
• Sangat tertarik mendengarkan penjelasan guide dan ingin mengetahui segala
sesuatu secara detail.
• Diantara barang – barang belanja, sangat menyukai ukiran kayu dan batu.
• Dapat menerima berbagai fasilita dan jasa.
• Memiliki tingkah laku yang sopan dan hati – hati, memberi komentar yang jujur dan
langsung terhadap pengalaman.
• Pada umumnya suka tour dengan group yang berasal dari negaranya, kadang –
kadang menjadi masalah bila digabung dengan yang lain.
3. Inggris
4. Italia
• Menyukai pola – pola budaya tradisional dan tempat yang romantis, seperti
pantai dan lambaian pohon palmnya.
• Terbuka, suka bicara, romantis, ekspresif, dan agak cerewet.
• Tidak begitu disiplin, kadang-kadang susah diatur namun mereka cepat
menyesuaikan diri dengan situasi setempat.
• Menyenangi hotel dan tempat – tempat mewah serta dangat hati – hati
dalam hal menggunakan uang.
• Memerlukan pemandu wisat ayang mengerti bahasa Italia.
• Pada umumnya orang Itaalia sangat terbuka, romantis, ramah, namun
kurang disiplin dengan tradisi historis yang kuat dalam hal apresiasi terhadap
karya seni.
5. Belanda
• Memiliki hubungan historis yang erat dengan Indonesia,senang mengunjungi
• tempat dimana mereka bekerja dan tinggal, dan daerah yang telah mereka
dengar
• dari teman/famili atau yang pernah dipelajari dari sekolah.
• Sangat tertarik akan pola – pola kebudayaan dan keindahan pantai serta
• pemandangan, termasuk gaya pengembangan masa kini.
• Cenderung menginginkan informasi yang jelas dan tepat , sebaliknya
mereka akan kecewa bila informasinya tidak jelas.
• Ramah dan suka humor, tetapi biasanya mereka tidak jujur dan terbuka
dalam komentar da menanggapi sesuatu.
• Memperhatikan kesehatandan kebersihan, terutama dalam hal makanan dan
minuman.
• Secara keseluruhan orang Belanda adalah orang yang berdisiplin, mudah
diatur dengan informasi mengenai tempat – tempat wisata yang khusu
mengingat hubungan historis Belanda dengan Indonesia.
6. Orang amerika utara (usa dan canada)
• Senang dengan aspek – aspek yang mendetail dari suatu kebudayaan
speerti tari –tarian, upacara – upacara, sebaliknya tidak begitu tertarik kapada
pola – pola kkebudayaan. Suka akan pemandangan alam yang indah juga
kepada pola – pola perkembangan masa kini.
• Sennag dengan hotel mewah dan pelayanan yang baik serta transportasi
yang nyaman .
• Sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan terutama makanan dan
minuman.
• Tidak suka perjalanan yang lama, mereka lebih menyukai perjalanan yang
singkat, dan bergerak cepat dan tepat.
• Terbuka, jujur, dan langsung dalam berkomentar serta tanggap terhadap
pelayanan, dan fasilitas yang diperoleh.
• Sopan santun dan bertingkah laku baik dan formal, tapi pada umumnya
mereka ramah.
• Mudah diatur jika mereka menerima pelayanan dan fasilitas yang
menyenangkan.
• Secara keseluruhan orang Amerika kurang mendalami apresiasi budaya
dibandingka dengan orang Eropa. Mereka jujur, terbuka, ramah, namun
sangat menginginkan pelayanan dan fasilitas yang berkwalitas serta
menyenangkan.
7. Australia
• Suka dengan kebudayaan tradisional dan kegiatan di pedesaan, di pantai
(terutama anak muda), tetapi tidak tertarik mendalami kebudayaan karena
sudah tahu banyak tentang Indonesia.
• Ramah, tidak bertele – tele, suka humor, dan mudah bergaul dengan
penduduk setempat
• Lebih suka melakukan perjalanan sendiri, tetapi jika tour mereka tanggap
akan semua informasi yang diberikan oleh pemanud wisata. Suka dengan tour
yang harganya murah.
• Menerima dan suka dengan pelayanan serta fasilitas yang sederhana.
• Secara keseluruhan mereka terbuka, ramah, tidak bertele – tele, dan
individualistis. Kadang – kadang mereka berbicara agak keras namun mudah
beradaptasi dan toleran terhadap berbagai situasi.
8. Jepang
• Tidak begitu tertarik terhadap pola – pola kebudayaan dan pertunjukan untuk
wisatawan. Mereka ikut tour untuk melihat tempat sepintas saja, oleh karena
itu tour dan lama tinggal mereka sangat singkat.
• Mereka senang tour bergroup, selalu mengikuti jadeal tour dan jarang
membatalkan perjanjian yang telah dibuat.
• Mereka mudah diatur dan disiplin, tetapi ribut/cerewet dan kasar terhadap
orang lain selain groupnya.
• Lebih suka makanan Jepang, tetapi juga senang dengan makanan Eropa.
• Suka membeli dengan barang – barang prosuksi lokal dan tidak suka
menawar.
• Suka hotel mewah dan pelayanan yang memuaskan, akan tetapi mereka
akan menerima hotel dan pelayanan yang murah jika mereka telah
diinformasikan sebelumnya.
• Perlu pemandu wisata yang berbahasa Jepang, dan tidak perlu informasi
yang rinci.
• Suka akan kehidupan malam dan perempuan
• Suka fotografi dan perlu wakktu khusus untuk itu dalam tour.
• Tidak menuntut secara langsung (selalu bilang “ya) elama perjalanan, tetapi
akan komplin setelah tiba di negaraanya.
• Secara keseluruhan orang Jepang disiplin, suka tour bergroup,
berkepribadian terttutup, tidak suka basa – basi, tetapi mudah diatur dalam
group mereka sendiri. Disamping itu mereka menginginkan pelayanan dan
fasilitas yang bermutu tinggi.
9. Singapura
• Tertarik terutama terhadap atraksi alam dan pola perkembangan masa kini,
da minatnya sedikit terhadap kebudayaan.
• Beberapa orang Singapura suka dengan perjudian dan kehidupan malam.
• Suka membeli bermacam – macam produk lokaltermsuk makanan.
• Menerimaa pelayanan dan akomodasi yang sederhana, tidak begitu
memperhatikan maslah kesehatan dan kebersihan.
• Sangat mudah diatur dalam perjalanan tour bergroup.
• Mereka umumya sudah tahu tentang Indonesia.
• Secara keseluruhan orang Singapura memiliki latar belakang etika China
juga pengaruh kuat dari Eropa, tidak terlalu menuntut masalah kwalitas
pelayanan, di samping itu wisatawan Singapura sangat suka berbelanja.
10. Malaysia
• Amat tertarik dengan keindahan alam termasuk pantai – pantai dan pola
perkembangan masa kini. Tidak begitu berminat terhadap kebudayaan dan
kesenian.
• Beberapa orang Malaysia memiliki hubungan keluarga dan suku dengan
orang Indonesia terutama Sumatra. Mereka datang untuk mengunjungi teman,
keluarga, serta tempat tinggal aslinya.
BAB III
Dampak ini dapat dilihat dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan dari
kegiatan yang secara langsung terkait dengan kegiatan pariwisata seperti hotel,
agen perjalanan, maskapai penerbangan dan tur operator atau restoran dan kegiatan
lainnya yang diperuntukkan untuk memfasilitasi pengunjung dalam melakukan
kegiatan wisata. Steck (2010) mengungkapkan enam saluran yang dapat
menciptakan dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata:
1. Penjualan Langsung Barang & Jasa: pengecer (ritel) di destinasi wisata dapat
menjual produk dan layanan mereka langsung ke wisatawan (seperti: suvenir atau
makanan), langsung dapat mengambil keuntungan secara moneter dari kegiatan
wisata tersebut.
2. Pendirian Bisnis Pariwisata: tingkat kegiatan pariwisata yang tinggi (atau meningkat)
dapat mengarah pada pembentukan bisnis pariwisata baru, menciptakan peluang
kerja baru, dll.
Tidak langsung:
1. Modal Investasi Pariwisata: Termasuk investasi modal dalam semua sektor yang
terlibat langsung dalam industri pariwisata serta pengeluaran oleh bisnis di sektor
lain pada aset pariwisata seperti transportasi atau akomodasi.
2. Pengeluaran Pemerintah untuk Pariwisata: Pengeluaran pemerintah untuk
mendukung sektor pariwisata yang dapat mencakup belanja nasional dan lokal.
Kegiatan ini meliputi promosi pariwisata, layanan pengunjung, administrasi dll.
3. Efek Rantai Pasokan: Ini mewakili pembelian barang dan jasa domestik, sebagai
input untuk produksi output akhir mereka oleh bisnis dalam sektor pariwisata.
A. Terhadap Perekonomian
B. Terhadap Lingkungan
Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk manusia dan kegiatan
mereka (Darsono, 1995). Dan semua benda dan kondisi termasuk didalamnya
manusia dan aktifitasnya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada
dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan hidup dan jasad
renik lainnya (Siti Munajat, 1995).
Dalam pariwisata lingkungan yaitu segala sesuatu yang dapat mempengaruhi
perubahan dari suatu bentuk fisik alam, budaya, maupun sosial yang telah
terjadi dan yang akan terjadi baik dampak positif maupun negatif disuatu
wilayah akibat adanya pembangunan atau aktivitas pariwisata (Darsono,
1995).
C. Terhadap Kebudayaan
C. Terhadap Sosial
PENGEMBANGAN PARIWISATA
MASYARAKAT / LINGKUNGAN
Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai Objek dan Daya Tarik Wisata akan
mengundang kehadiran wisatawan yang berkunjung. Adapun yang ikut berperan
dalam pengembangan suatu objek dan daya tarik wisata adalah sebagai berikut
menurut Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata (1997: 23-24) :
1. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran
wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan yang diperlukan
oleh para wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitar objek wisata perlu
mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para
wisatawan. Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah
menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat. Salah satunya
adalah dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata. Dengan terbinanya
masyarakat yang sadar wisata akan berdampak positif karena mereka akan
memperoleh keuntungan dari wisatawan yang membelanjakan uangnya. Para
wisatawan akan untung karena mendapat pelayanan yang memadai dan juga
mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Lingkungan
Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan sekitar objek
wisatapun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan tercemar.
Lalu lalang manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat
mengakibatkan rusaknya ekosistem dari fauna dan flora di sekitar objek
wisata. Oleh sebab itu perlu ada upaya menjaga kelestarian lingkungan
melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu
objek wisata.