2013
Author - Buwik.com Date - 15.39 Materi Kurikulum 2013 Materi Pengantar Pariwisata
a. Dalam struktur masyarakat dan ekonomi Eropa terjadi pertambahan penduduk, urbanisasi, timbulnya usaha –
usaha yang berkaitan dengan pariwisata di kota – kota industri, lapangan kerja meluas ke bidang industri,
pergeseran penanaman modal dari sektor pertanian ke usaha perantara seperti Bank, termasuk perdangan
Internasional, Hal – hal inilah yang menciptakan pasar wisata.
b. Meningkatnya tehnologi transportasi/sarana angkutan.
c. Munculnya Agen Perjalanan.
Biro Perjalanan pertama kali di dunia adalah Thomas Cook & Son Ltd. Tahun 1840 (Inggris) & American
Express Company Tahun 1841 (Amerika Serikat).
d. Bangkitnya Industri Perhotelan.
Perkembangan sistem transportasi juga mendorong munculnya akomodasi hotel baik di stasiun – stasiun kereta
api maupun di daerah tujuan wisata. Disamping akomodasi, banyak pula restoran dan bar atau sejenisnya
seperti kedai kopi dan teh yang timbul akibat urbanisasi.
e. Munculnya literatur – literatur mengenai usaha kepariwisataan, antara lain : “Guide du Hotels to france ‘ oleh
Michelui ( 1900), “ Guide to Hotels “ oleh Automobile Association (1901)
f. Berkembangnya daerah – daerah wisata di negara Mesir, Italia, Yunani, dan Amerika. Perjalanan tersebut
diatur dan dikoordinasikan oleh Thomas Cook & Son Ltd. Pada sekitar permulaan abad ke 19 yaitu tahun 1861.
2. Pariwisata Dalam Dunia Modern
Yang dimaksud dengan dunia modern adalah sesudah tahun 1919. Hal ini ditandai dengan pemakaian angkutan
mobil untuk kepentingan perjalanan pribadi sesudah perang dunia I (1914 – 1918). Perang Dunia ini memberi
pengalaman kepada orang untuk mengenal negara lain sehingga membangkitkan minat berwisata ke negara –
negara lain. Sehingga dengan adanya kesempatan berwisata ke negara lain maka berkembang pula arti
pariwisata Internasional sebagai salah satu alat untuk mencapai perdamaian dunia , dan berkembangnya
penggunaan sarana angkutan dari penggunaan mobil pribadi ke penggunaan pesawat terbang berkecepatan
suara. Pada thaun 1914 Perusahaan Kereta Api di Inggris mengalami keruntuhan dalam keuangan sehingga
diambillah kebijaksanaan :
kereta api yang bermesin uap diganti menjadi mesin diesel dan mesin bertenaga listrik .
pengurangan jalur kererta api yang kurang menguntungkan
Pada masa ini pula timbul sarana angkutan bertehnologi tinggi seperti mobil, pesawat sebagai sarana
transportasi wisata yang lebih nyaman dan dan lebih cepat.
3. Perkembangan Sarana Angkutan di Abad XX
Pada abad ini perkembangan pariwisata banyak dipengaruhi oleh perkembangan saran angkutan :
a. Motorisasi yaitu sarana angkutan yang berkekuatan motor tenaga listrik sebagai pengganti mesin bertenaga
uap. Akibat dari motorisasi ini adalah : galaknya wisata domestik, tumbuhnya penginapan – penginapan di
sepanjang jalan raya, munculnya pengusaha – pengusaha bus wisata ( coach) tahun 1920, dan munculnya
undang – undang lalu – lintas di Inggris tahu 1924 – 1930.
b. Pesawat udara
Sebelum perang dunia II pesawat udara dipakai hanya untuk kepentingan komersial seperti pengangkutan surat
– surat pos, paket- paket, dan lain – lain tetapi sejak tahun 1963 mulai diperkenalkan paket perjalanan wisata
dengan menggunkan pesawat terbang seperti pesawat supersonik dan concorde dimana poerjalanan dapat
ditempuh dengan nyaman dan waktu yang relatif singkat.
c. Timbulnya Agen perjalanan, Agen perjalanan umum, dan Industri Akomodasi.
Hal ini banyak disebabkan karena meningkatnya pendapatan per kapita penduduk terutama di negara – negara
maju seperti : Eropa, Amerika, Jepang, dan negara lainnya, naiknya tingkat pendidikan masyarakat yang
mempengaruhi rasa ingin tahu terhadap negara – negara luar.
II. Pariwisata Di Indonesia
Sejarah Pariwisata Di Indonesia dibagai menjadi 3 bagian yaitu :
1. Masa Penjajahan Belanda
Kegiatan kepariwisataan masa itu dimulai sejak tahun 1910 – 1920, sesudah keluarnya keputusan Gubernur
Jendral atas pembentukan Vereeneging Toesristen Verker (VTV) yang merupakan suatu badan atau official
tourist bureau pada masa itu. Kedudukan VTV selain sebagai tourist goverm,ent office juga bertindak sebagai
tour operator atau travel agent.
Meningkatnya perdanganan antara Benua eropa dan negara – negara di Asia dan Indonesia pada khususnya,
mengakibatkan ramainya lalulintas orang – orang yang bepergian ke daerah ini dengan motif yang berbeda –
beda sesuai dengan keperluan masing – masing. Untuk dapat memberikan pelayanan kepada mereka yang
melakukan perjalananmaka berdirilah suatu Travel Agent di Batavia pada tahun 1926 yaitu Linssonne
Lindeman (LISLIND) yang berpusat di Negeri Belanda dan sekarang dikenal dengan nama NITOUR
(Netherlanshe Indische Touristen Bureau). Pada masa penjajahan Berlanda dapat dikatakan bahwa kegiatan
kepariwisataan hanya terbatas pada kalangan orang – orang kulit putih saja, sehingga perusahaan – perusahaan
yang bergerak dalam bidang kepariwisataan adalah juga monopoli Nitour, KLM, dan KPM masa itu.
Keadaan Akomodasi
Walaupun kunjungan wisatawan pada masa itu masih sangat terbatas, anamun di beberapa kota dan tempat di
Indonesia telah didirikan hotel untuk menjamin akomodasi bagi mereka yang berkunjung ke daerah Hindia
Belanda.Pertumbuhan usaha akomodasi baru dikenal pada abad ke 19, itupun terbatas pada kota – kota
besardekat pelabuhan. Fungsi hotel yang utama hanya melayani tamu – tamu atau penumpang yang kapal yang
baru datang dari Belanda ataupun negara eropa lainnya yang kemudian dibawa dengan menggunkan kereta –
kereta yang ditarik dengan beberapa kuda karena belum ada kendaraan bermotor atau mobil.
Menginjak abad ke 20 barulah hotel – hotel mulai berkembang ke kota daerah pedalaman seperti losmen atau
penginapan . Semenjek itulah fungsi hotel mulai dirasakan oleh masyarakat banyak dan orang – orang
menempatkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan derajatnyamasing – masing. Kemudian dari hal itu kita
mengenal istilah penginapan besar (hotel) dan penginapan kecil (losmen).
Berikut ini dapat dilihat jumlah hotel dan kamar yang tersedia di beberapa kota penting di Indonesia tahun
1933 :
Tabel 1.1.
Jumlah Hotel dan Kamar Pada Beberpa Kota penting di Indonesia
KOTA HOTEL KAMAR JENIS
KAMAR
Medan 10 353 Double/Single
Jakarta 37 1.601 Double/Single
Bandung 26 999 Double/Single
Surabaya 39 1.123 Double/Single
Denpasar 2 63 Double/Single
Jumlah 114 4.139 Double/Single
Sumber : Himpunan Perintis Kepariwisataan Indonesia
Keadaan Transport
Satu – satunya airlines yang menghubungkan Indonesia dengan Belanda waktu itu adalah KLM yang
mempunyai kedudukan monopoli untuk operasi membawa penumpang antara kedua daerah ini. Seperti halnya
dengan KLM, dalam tahun 1927 angkutan laut juga dimonopoli oleh KPM. Sedangkan angkutan penumpang
dengan menggunkan kereta api baru efektif di Pulau Jawa pada tanggal 1 Oktober 1927. Pada waktu itu para
penumpang yang hendak bepergian ke Pulau Jawa harus melakukan reservasi tempat duduk tiga jam sebelum
kereta api berangkat.
Pada tahun 1927 kegiatan tour sudah mulai dikembangkan terutama di Pulau Jawa dan Sumatra yang
diorganisir oleh LISLIND (Lissonne Lindeman) seperti misalnya :
- Ffourteen days in Java motor ar and train combination tour operated by LSLIND
- Fourteen days in Sumatra.
Kebudayaan
Dalam tahun 1927 ternyata sudah datang ke daerah ini orang – orang penting yang kenamaan untuk
mempelajari kebudayaan Indonesia, terutama tentang kesenian Jawa dan Bali, antara lain :
o Mr. Leopold Chaikoswky, Conductor of syimphony orchestra Philadelpia is expected to arrive at Java shortly
for the purpose of making a study of Javanesse music.
o Dr. Rabindranath Tagore is expected to visit Java early in August, wit the object of studying the influence of
Hinduism on javanese religious concepts.
Promosi
Tahun 1913
Dalam tahun ini Vereneging Teoristen Verker (VTV) menerbitkan sebuah Guide Book yang bagus sekali
mengenai daerah – daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, Sumatra Utara, Sumatra
Barat, Sumatra Selatan, banten, dan Tanah Toraja di Sulawesi.
Tahun 1923
Pada tahun ini beredar surat kabar mingguan yang merupakan Java Touriost Guide yang isinya antara lain
mengenai Express Train Service, News from abroad in Brief, who-where-when to hotels, postal news, dan
sebagainya.
Tahun 1926
Pada tahun ini sudah banyak promotion materials yang telah dipersiapkan oleh badan – badan atau perusahaan
yang bergerak dalam bidang kepariwisataan. Di luar negeri, yakni di Belanda pernah diterbitkan sebuah
majalah “Tourism” yang banyak mempromosikan Indonesia antara lain :
come to Jaca, yang merupaan complete guide to Java
Bandung, the mountain city to Netherland India
Bandoeng
Batavia, queen city of east
The wayang wong or wayang orang
Dan sebagainya
Dalam tahun 1926, berdasarkan catatan yang ada, diketahui bahwa jumlah wisatawan yang mendatangi kantor
VTV Batavia untuk meminta informasi mengenai tour adalah sebagi berikut :
Tabel 1.2
Statistik kunjungan wisatan tahun 1926
NO BULAN JUMLAH WISATAWAN (orang)
1 Juni 391
2 Juli 466
3 Agustus 1.259
4 September 2.070
5 Oktober 1.820
6 November 1.271
7 Desember 870
c) Pariwisata nasional (national tourism) yaitu jenis pariwisata yang dikembangkan dalam wilayah
suatu negara, dimana pesertanya tidak hanya terdiri warganegaranya itu sendiri melainkan dari manca
negara atau orang asing yang datang ke negara tersebut. Misalnya, kepariwisataan yang ada di daerah
Indonesia.
e) Pariwisata internasional (international tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang terdapat atau
dikembangkan di banyak negara di dunia.
a) Business tourism yaitu pariwisata dimana pengunjung datang untuk tujuan dinas, usaha dagang
yang berhubungan dengan pekerjaannya, kongres, seminar dan lain-lain.
b) Vacational tourism yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan wisata
terdiri dari orang0orang yang sedang berlibur, cuti dan lain-lain.
c) Educational tourism yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang yang melakukan
perjalanan bertujuan untuk belajar.
d) Familiarzation tourism yaitu perjalawnan yang dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut atau daerah
yang mempunyai kaitan dengan pekerjaannya.
e) Scientific tourism yaitu perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah momperoleh pengetahuan
atau penyelidikan terhadap suatu bidang ilmu pengetahuan.
f) Special mission tourism yaitu perjalanan wisata yang dilakukan dengan suatu maksud khusus,
misalnya misi kesenian dll.
g) Hunting tourism yaitu perjalanan yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan binatang
yang diijinnkann oleh penguasa setempat sebagai hiburan semata-mata.
4. Menurut waktu berkunjung
a) Seasonal tourism yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu.
Misalnua Summer tourist, Winter Tourist dll.
b) Occasional tourism yaitu kegiatan perjalanan wisatawan yang dihubungkan dengan kejadian
maupun event. Misalnya , Nyepi di Bali dll.
5. Menurut objeknya
a) Cultural tourism yaitu jenis perjalanan pwisata yang motivasinya karena adanya daya tarik dari seni
atau budaya daerah.
b) Recuperational tourism yaitu perjalanan wisata yang motivasinya untuk menyembuhkan penyakit.
Misal, mandi lumpur dll.
c) Commercial tourism perjalanan wisata yang motivasinya untuk melakukan perjalanan yang
berkaitan dengan perdagangan nasional maupun internasional.
d) Sport tourism yaitu jenis perjalanan wisata yang motivasinya untukmelihat atau menyaksikan suatu
pesta olah raga di suatu tempat tertentu.
e) Polotical Tourism yaitu jenisperjalanan wisata di mana motivasinya untuk melihat atau menyaksikan
suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan sutau negara. Misalnya, menyaksikan
peringatan kemerdekaan.
f) Social tourism yaitu jenis perjalanan wisata yang mana penyelenggaranya tidak menekannkan untuk
mencari keunntungan. Misalnya, picnik, study tour dll.
g) Religion tourism, yaitu perjalanan wisata yang motivasinya untuk menyaksikan atau melihat upacara
–upacara keagamaan, seperti haji umroh, upacara bali krama dll.
c) Group tourism yaitu jenis perjalanan wisata dimana yang melakukan perjalanannya terdiri dari
banyak rang yang bergabung dalam satu rombongan yang biasa diorganisasi oleh sekolah, organisasi
atau tour operator/travel agent.
c) Social tourism yaitu perjalanan wisata yang penyelenggaraannya dilakukan secara bersama dengan
biaya yang diperhitungkan semurah mungkin dengan fasilitas yang cukup memadai dalam perjalanan.
B. Produk Wisata
Produk Pariwisata (Tourism Product) merupakan suatu bentukan yang nyata (tangible
product) dan tidak nyata (intangible product), dikemas dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang
hanya dapat dinikmati, apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman
yang baik bagi orang yang melakukan perjalanan atau yang menggunakan produk tersebut.
Produk wisata juga merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan
dari berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial) dan jasa alam.
Menurut Suswantoro (2007:75) pada hakekatnya pengertian produk wisata “adalah keseluruhan
palayanan yang diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat
tinggalnya sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilihnya dan sampai kembali kerumah dimana ia
berangkat semula”
Menurut Mason (2000:46) dan Poerwanto (1998:53) telah membuat rumusan tentang komponen-
komponen produk wisata yaitu :
1. Atraksi, yaitu daya tarik wisata baik alam, budaya maupun buatan manusia seperti
festival atau pentas seni
2. Aksesbilitas, yaitu kemudahan dalam memperoleh atau mencapai tujuan wisata seperti
organisasi kepariwisataan (travel agent)
3. Amenities yaitu fasilitas untuk memperoleh kesenangan. Dalam hal ini dapat berbentuk
akomodasi, kebersihan dan keramahtamahan
4. Networking, yaitu jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan
baik lokal, nasional maupun internasional.
Produk wisata sebagai salah satu obyek penawaran dalam pemasaran pariwisata memiliki unsur-unsur
utama yang terdiri 3 bagian (Oka A. Yoeti, 2002:211) :
1. Daya tarik daerah tujuan wisata, termasuk didalamnya citra yang dibayangkan oleh
wisatawan
2. Fasilitas yang dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi akomodasi, usaha pengolahan
makanan, parkir, trasportasi, rekreasi dan lain-lain.
3. Kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata tersebut.
Sehingga bentuk dari produk pariwisata itu pada hakekatnya adalah tidak nyata, karena dalam suatu
rangkaian perjalanan terdapat berbagai macam unsur yang saling melengkapi, tergantung pada jenis
perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan.
Misalnya seorang wisatawan yang akan melakukan perjalanan ke sebuah pulau dengan tujuan
menikmati keindahan taman laut di sekitar pulau tersebut, tentunya wisatawan membutuhkan fasilitas
penunjang, seperti: perahu untuk menyeberang ke pulau, fasilitas kendaraan yang membawa mereka
dari rumah ke pulau yang dituju dan setibanya di pulau wisatawan membutuhkan fasilitas akomodasi
dilengkapi dengan makan dan minum selama berada di pulau itu, serta perlengkapan menyelam. Dapat
di pahami jelas bahwa rangkaian perjalanan wisatawan ke sebuah pulau membutuhkan komponen
produk pariwisata secara holistik dan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri, yang berarti bahwa fasilitas
penunjang, transportasi, akomodasi, makan dan minum serta perlengkapan menyelam dan bahkan
atraksi wisata di pulau tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mengikat dan melengkapi untuk
tujuan menciptakan kepuasan pengalaman rekreasi bagi wisatawan. Dan masih banyak komponen
produk pariwisata lain yang tidak nampak dalam ilustrasi tersebut, yang pada umumnya disebut sebagai
komponen pelayanan, seperti yang terjadi pada saat petugas memberikan layanan kepada wisatawan
pada saat wisatawan berada di berbagai fasilitas yang digunakan.
Dengan demikian melalui uraian tersebut di atas, secara umum produk pariwisata terdiri dari
aksesibilitas, fasilitas dan pelayanan serta atraksi wisata atau hiburan.
Produk Pariwisata dibanding dengan jenis-jenis produk barang dan jasa lainnya memiliki ciri-ciri
berbeda dan untuk memahami bentuk serta wujud dari produk pariwisata, maka berikut ini pengertian
produk pariwisata yang dikemukakan oleh :
(Burkat dan Medlik), yaitu produk pariwisata dapat merupakan suatu susunan produk yang
terpadu, yang terdiri dari objek dan daya tarik wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan, dimana tiap
unsur produk pariwisata dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisah
kepada konsumen (wisatawan/tourist).
(Medlik dan Middleton), yaitu produk pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur yang
merupakan suatu paket yang satu sama lainnya tidak terpisahkan serta memenuhi kebutuhan
wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya sampai ketempat tujuannya dan kembali lagi
ketempat asalnya.
Berdasarkan kedua pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 3(tiga) unsur yang
membentuk suatu Produk Pariwisata, yaitu :
1. Daya Tarik dari Destinasi (daerah tujuan wisata)
2. Fasilitas dari Destinasi (daerah tujuan wisata)
3. Kemudahan dari Destinasi (daerah tujuan wisata)
Selanjutnya ketiga unsur tersebut menyatu dan menghasilkan citra terhadap suatu destinasi, apakah
baik atau buruk. Berikut ini terdapat sejumlah 6(enam) unsur produk pariwisata yang membentuk suatu
paket pariwisata terpadu yang diuraikan berdasarkan kebutuhan wisatwan, antara lain:
1. Objek dan Daya Tarik Wisata;
2. Jasa Travel Agent & Tour Operator;
3. Jasa Perusahaan Angkutan;
4. Jasa Pelayanan Akomodasi, Restoran, Rekreasi dan Hiburan;
5. Jasa Souvenir (Cinderamata);
6. Jasa Perusahaan Pendukung.
Memahami produk pariwisata secara mendalam dapat dilakukan dengan terlebih dahulu memehami
ciri-ciri produk pariwisata, antara lain:
1. Tidak dapat dipindahkan
2. Tidak memerlukan perantara (middlemen) untuk mencapai kepuasan
3. Tidak dapat ditimbun atau disimpan
4. Sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomis
5. Tidak dapat dicoba atau dicicipi
6. Sangat tergantung pada faktor manusia
7. Memiliki tingkat resiko yang tinggi dalam hal investasi
8. tidak memiliki standart atau ukuran yang objektif dalam menilai tingkat mutu produk.
Ada beberapa pendapat yang dikemukan oleh para ahli terhadap pengertian produk pariwisata,
diantaranya :
Menurut Gooddall (1991: 63), produk wisata dimulai dari ketersediaan sumber yang berwujud
(tangible) hingga tak berwujud (intangible) dan secara totalitas lebih condong kepada kategori jasa yang
tak berwujud (intangible).
Menurut Burns and Holden (1989:172) produk wisata dinyatakan sebagai segala sesuatu yang
dapat dijual dan diproduksi dengan menggabungkan faktor produksi, konsumen yang tertarik pada
tempat-tempat yang menarik, kebudayaan asli dan festival-festival kebudayaan.
Menurut Kotler dan Amstrong (1989:463) yaitu sebagai sesuatu yang ditawarkan kepada
konsumen atau pangsa pasar untuk memuaskan kemauan dan keinginan termasuk di dalam objek fisik,
layanan, SDM yang terlibat didalam organisasi dan terobosan atau ide-ide baru.
Suwantoro (1997:49), berpendapat produk wisata merupakan keseluruhan pelayanan yang
diperoleh dan dirasakan atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai
ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula.
Bukart dan Medlik (dalam Yoeti,1986:151) mendeskripsikan produk wisata sebagai susunan
produk yang terpadu, yang terdiri dari obyek wisata, atraksi wisata, transportasi (jasa angkutan),
akomodasi dan hiburan di mana tiap unsur dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan
ditawarkan secara terpisah.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dideskripsikan bahwa produk wisata merupakan pelayanan
yang dapat dinikmati oleh wisatawan dari tempat asal,di daerah tujuan wisata, sampai kembali ke
rumah, yang ditunjang oleh atraksi wisata, fasilitas dan layanan, harga produk, aksesibilitas pendukung
yang dapat mempermudah kegiatan perjalanan wisata.
1. Obyek Wisata Alam: laut, pantai, gunung, danau, fauna, flora, kawasan lindung, cagar alam,
pemandangan alam.
2. Obyek Wisata Budaya: upacara kelahiran, tari-tari tradisional, pakaian adat, perkawinan adat, upacara
laut, upacara turun ke sawah, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival
budaya, kain tenun tradisional, tekstil lokal, pertunjukan tradisional, adat-istiadat lokal, musem, dll.
3. Obyek Wisata Buatan: sarana dan fasilitas olehraga, permainan (layang-layang), hiburan (lawak,
akrobatik), ketangkasan (naik kuda), Taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-
lain.
Suatu obyek daya tarik wisata pada pinsipnya harus memenuhi tiga persyaratan berikut: