Pada awalnya kegiatan perjalanan berkembang karena adanya kebutuhan manusia untuk bertahan hidup. Perjalanan pada awalnya bertujuan memperluas jaringan perdagangan, di mana makin luas jaringan perdagangan terkait erat dengan ragam/variasi produk yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Aspek lainnya berkaitan dengan keinginan untuk menaklukkan/memperluas daerah jajahan. Ketika populasi makin meningkat, maka kebutuhan kelompok masyarakat juga meningkat. Hal ini mendorong kelompok berusaha memenuhi kebutuhan anggotanya dengan melakukan ekspansi (perluasan) daerah jajahan ke wilayah lain yang potensial. Sebelum manusia dapat melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil, berlayar dengan kapal, atau terbang dengan pesawat udara, sarana untuk dapat melakukan perjalanan adalah kaki mereka sendiri. Tuhan telah menciptakan manusia secara sempurna dengan diberikannya kaki. Manusia dapat berjalan untuk mencari dan menemukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti berburu makanan untuk dimakan atau mencari kulit pohon untuk pakaiannya serta mencari tempat untuk berteduh dan bersembunyi dari ancaman binatang buas. Perjalanan juga berkaitan erat dengan keingintahuan manusia yang tidak terbatas menyebabkan manusia tidak berhenti melakukan perjalanan dengan tujuan memenuhi rasa ingin tahunya. Keingintahuan ini yang mendorong manusia melakukan perjalanan lintas daerah, negara bahkan lintas benua. Keinginan untuk melepaskan diri dari tekanan kehidupan juga erat kaitannya dengan terjadinya perjalanan. Aktivitas hidup yang makin kompleks membuat manusia berada dalam situasi yang tertekan. Guna melepaskan diri dari rutinitas kehidupan, manusia kemudian melakukan perjalanan ke wilayah lain agar sejenak dapat melupakan aktivitas rutinnya dan mendapat penyegaran suasana. Selanjutnya kegiatan perjalanan yang awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia berkembang lebih jauh menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan lainnya yaitu kebutuhan untuk bersenang-senang. Saat ini banyak kegiatan perjalanan yang dilakukan secara khusus untuk bersenang-senang. Namun juga ada kegiatan bersenang-senang yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan bisnis. Pariwisata pada awalnya hanya dapat dilakukan oleh mereka yang mempunyai uang banyak. Dengan kata lain orang-orang kaya sajalah yang dapat menikmati perjalanan dengan tujuan bersenang-senang. Adapun penduduk rendahan melakukan perjalanan untuk mencari makanan. Sejarah perjalanan pariwisata dimulai di Yunani. Pada awalnya pariwisata merupakan hak khusus orang kaya saja sebagai bagian dari fasilitas eksklusif yang membedakan dengan orang miskin/rakyat jelata. Pada saat itu di Yunani sudah dibangun resort untuk bersantai di luar kota atau sepanjang garis pantai. Beberapa objek yang terkenal saat itu antara lain Kota Dephne yang terkenal dengan sumber air panas dan Balae yaitu suatu kawasan pantai yang mewah. Di Romawi juga sudah ada objek wisata (Colisseum/Forum), di mana wisatawan dapat menikmati keindahannya sambil berpose di depan bangunan tersebut. Sementara itu di Italia sudah membangun sistem jalan batu untuk perdagangan dan pasukan perang. Orang yang kaya dapat melakukan perjalanan dengan kereta perang di atas jalan batu jika membayar. Selain itu dilengkapi dengan pemandu (vetturino) yang mengatur transport, penginapan, makan, keamanan (melindungi wisatawan dari bandit). Orang Norwegia dipercaya menjadi orang Eropa pertama yang mengunjungi Amerika Utara pada Tahun 982 M. Tahun 1275, Marcopolo melakukan perjalanan ke Bagdad melintasi Gurun Gobi menuju kota terlarang Peiping dan kemudian kembali ke Venice. Ia menulis buku tentang perjalanan dan eksplorasinya. Perkembangan perjalanan wisata pada zaman penemuan Eropa ditandai tahun 1492 dengan mulainya ekspedisi Columbus ke Benua Timur dan Dunia Baru (Eropa). Tahun 1947 John Cabot mengikuti jejak Columbus mengeksplorasi dunia lautan dan menemukan daratan Amerika Utara. Pada abad ke-18 James Cook berhasil memetakan Samudra Pasifik, memasukkan Australia dan Selandia Baru. Ekspansi Eropa (Belanda, Inggris, Spanyol dan Prancis) untuk memperluas daerah pemerintahan Eropa ke Amerika Utara/Selatan, Asia dan kawasan Pasifik juga menjadi bagian penting dalam sejarah perjalanan wisata. Pada tahun 1688, kereta kuda merupakan alat transportasi yang dominan bagi masyarakat Inggris. Adapun di Jerman, ditemukan kereta api pertama yang menggunakan rel terbuat dari kayu pada abad ketujuh belas. Pada pertengahan abad kesembilan belas, kereta api menjadi alat transportasi yang dominan dan menjadi penggerak pengembangan pariwisata. Pada akhir abad kesembilan belas transportasi penumpang antara Eropa dan Amerika Utara didominasi oleh kapal uap cepat berbobot 20.000 ton. Biro perjalanan pertama dibuka di London oleh Thomas Cook pada tahun 1845. Biro perjalanan dengan nama Thomas Cook and Son, menangani paket wisata bagi orang-orang kaya yang tertarik melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Selain paket wisata juga membantu penjualan tiket kereta api. Di Amerika Serikat, biro perjalanan pertama didirikan oleh Ward G. Foster pada tahun 1882. Pada tahun 1919, pelayanan penerbangan secara reguler untuk penumpang dibuka dengan jalur bandara Hounslow di London dan bandara Bourget di Paris. Imperial Airways, maskapai penerbangan Inggris yang pertama mulai beroperasi pada tahun 1924. Adapun di Amerika Serikat, maskapai penerbangan internasional pertama mulai beroperasi antara Florida dan Cuba pada tahun 1927 oleh Pan American Airways (Pan Am). Perkembangan kapal uap, kereta api, mobil, dan pesawat terbang membantu menyebarkan gagasan dan teknologi yang lahir di Eropa ke seluruh dunia. Dengan adanya Revolusi Industri, transportasi dan akomodasi, tidak hanya mereka yang kaya saja yang dapat melakukan perjalanan tetapi dapat dilakukan juga oleh kelas pekerja. Hal ini mengakibatkan perjalanan dan pariwisata menjadi industri paling besar di dunia. B. SEJARAH PARIWISATA INDONESIA Sejarah pariwisata di Indonesia dibagi menjadi tiga masa, antara lain sebagai berikut. 1. Masa Penjajahan Belanda (tahun 1910–1920) Diawali dengan pembentukan Vereeneging Toesristen Verker (VTV) yang merupakan suatu badan atau official tourist bureau pada masa itu. Kedudukan VTV selain sebagai tourist goverment office juga bertindak sebagai tour operator atau travel agent Pada tahun 1926 berdiri travel agent di Batavia dengan nama Linssonne Lindeman (LISLIND) yang berpusat di Negeri Belanda dan sekarang dikenal dengan nama NITOUR (Netherlanshe Indische Touristen Bureau). Travel agent ini dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada mereka yang melakukan perjalanan antara Benua Eropa, Asia, dan Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda dapat dikatakan bahwa kegiatan kepariwisataan hanya terbatas pada kalangan orang-orang kulit putih saja. Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang kepariwisataan merupakan monopoli Nitour, KLM, dan KPM. Pada abad 19, usaha akomodasi mulai tumbuh, tetapi masih terbatas pada kota-kota besar dekat pelabuhan. Fungsi hotel yang utama hanya melayani tamu-tamu atau penumpang kapal yang baru datang dari Belanda ataupun negara Eropa lainnya. Transportasi yang digunakan masih menggunakan kereta kuda. Awal abad ke- 20, hotel-hotel mulai berkembang di daerah pedalaman seperti losmen atau penginapan. Fungsi hotel mulai dirasakan oleh masyarakat banyak. Tersedia penginapan besar (hotel) dan penginapan kecil (losmen). Fasilitas transportasi udara yang telah ada adalah KLM, sebuah airlines yang menghubungkan Indonesia dengan Belanda. Seperti halnya dengan KLM, dalam tahun 1927 angkutan laut juga dimonopoli oleh KPM. Adapun angkutan penumpang dengan menggunakan kereta api baru efektif di Pulau Jawa pada tanggal 1 Oktober 1927. Pada tahun 1927 kegiatan tour sudah mulai dikembangkan terutama di Pulau Jawa dan Sumatra yang diorganisasi oleh LISLIND (Lissonne Lindeman). Tahun 1913, Vereneging Teoristen Verker (VTV) menerbitkan sebuah Guide Book daerah-daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Banten, dan Tanah Toraja di Sulawesi. Buku ini sebagai alat promosi tentang pariwisata. Tahun 1923, beredar surat kabar mingguan yang merupakan Java Tourist Guide yang isinya antara lain mengenai Express Train Service, News from Abroad in Brief, Who-Where-When to Hotels, Postal News, dan sebagainya. 2. Masa Pendudukan Jepang Pada masa ini kondisi kepariwisataan terlantar karena adanya Perang Dunia II yang disusul dengan pendudukan tentara Jepang. Dapat dikatakan bahwa orang-orang tidak ada gairah atau kesempatan untuk mengadakan perjalanan. Objek-objek wisata terbengkalai, jalan-jalan rusak karena ada penghancuran jembatan-jembatan untuk menghalangi musuh masuk. Perhotelan sangat menyedihkan karena banyak hotel yang diambil oleh pemerintah Jepang untuk dijadikan rumah sakit, dan asrama sebagai empat tinggal perwira-perwira Jepang. Setelah jatuhnya bom di Hiroshima dan Nagasaki, inflasi terjadi di berbagai wilayah yang mengakibatkan keadaan ekonomi rakyat tambah parah. 3. Setelah Indonesia Merdeka Setelah merdeka, perhotelan mendapat perhatian dari pemerintah, sehingga dikeluarkanlah Surat Keputusan Wakil Presiden RI (DR. Moch. Hatta) tentang pendirian suatu badan yang bertugas untuk melanjutkan perusahaan hotel bekas milik Belanda. Badan ini bernama HONET (Hotel National & Tourism). Semua hotel yang berada di bawah manajemen HONET diganti namanya menjadi Hotel MERDEKA. Tahun 1949 HONET dibubarkan dan dibentuklah badan hukum milik Indonesia sendiri yang bergerak dalam bidang pariwisata yaitu NV HONET. Pada tahun 1953 dibentuklah organisasi yang bernama Serikat Gabungan Hotel dan Tourisme Indonesia (SERGAHTI) yang beranggotakan hampir seluruh hotel di Indonesia namun keberadaan badan ini tidak berlangsung lama karena tidak terlihat kemungkinan penerobosan dari peraturan pengendalian harga. Pada tahun 1955 didirikan PT. Natour Ltd (National Hotel & Tourism Corp) oleh Bank Industri Negara. Natour memiliki anggota antara lain Hotel Transaera (Jakarta), Hotel Bali dan Sindhu Beach, Kuta Beach, dan Jayapura Hotel. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pariwisata merupakan sumber devisa yang tidak akan pernah habis. Makin digali potensinya, justru makin berkembang dan akan menyumbangkan devisa yang lebih banyak. Pariwisata di Indonesia mulai diperhatikan dengan serius dengan dibangunnya sarana dan prasarana pariwisata dan didirikan sekolah-sekolah pariwisata agar dapat menyediakan sumber daya manusia yang siap menangani pariwisata di Indonesia. Dengan teknologi digital, akses pariwisata dapat dijangkau lebih mudah dan lebih cepat. Sarana promosi pun lebih cepat sehingga perkembangan pariwisata di Indonesia makin meningkat. Pariwisata telah berkembang dengan pesat dari masa ke masa terbukti dari makin banyaknya orang melakukan kegiatan wisata dan juga jumlah uang yang dibelanjakan untuk kegiatan tersebut. Hal ini sangat dimungkinkan karena adanya faktor-faktor sebagai berikut: a. Makin meningkatnya jumlah penduduk dunia, demikian juga meningkatnya jumlah penduduk dunia yang mampu melakukan perjalanan dan berwisata ke daerah lain. b. Keputusan untuk cuti bersama pada setiap libur hari raya atau libur lainnya juga ikut mendukung kegiatan berwisata dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya bahkan bila memungkinkan ke negara lain. c. Makin bertambahnya uang atau dana yang dapat digunakan untuk dapat membiayai kegiatan wisata. d. Makin tersedianya waktu yang luang dan kesempatan yang dapat digunakan untuk berwisata. e. Makin mudah cara melakukan perjalanan, lebih cepat dan lebih menyenangkan. f. Kecenderungan biaya hidup lebih tinggi di negara tertentu, juga mendorong orang untuk melalukan wisata ke negara lain yang biaya hidupnya lebih rendah.