Anda di halaman 1dari 11

BAB I

A. SEJARAH PARIWISATA DUNIA


Pada awalnya kegiatan perjalanan berkembang
karena adanya kebutuhan manusia untuk bertahan
hidup. Perjalanan pada awalnya bertujuan
memperluas jaringan perdagangan, di mana makin
luas jaringan perdagangan terkait erat dengan
ragam/variasi produk yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Aspek lainnya berkaitan
dengan keinginan untuk menaklukkan/memperluas
daerah jajahan. Ketika populasi makin meningkat,
maka kebutuhan kelompok masyarakat juga
meningkat. Hal ini mendorong kelompok berusaha
memenuhi kebutuhan anggotanya dengan
melakukan ekspansi (perluasan) daerah jajahan ke
wilayah lain yang potensial.
Sebelum manusia dapat melakukan perjalanan
dengan menggunakan mobil, berlayar dengan
kapal, atau terbang dengan pesawat udara, sarana
untuk dapat melakukan perjalanan adalah kaki
mereka sendiri. Tuhan telah menciptakan manusia
secara sempurna dengan diberikannya kaki.
Manusia dapat berjalan untuk mencari dan
menemukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya seperti berburu makanan untuk dimakan
atau mencari kulit pohon untuk pakaiannya serta
mencari tempat untuk berteduh dan bersembunyi
dari ancaman binatang buas.
Perjalanan juga berkaitan erat dengan
keingintahuan manusia yang tidak terbatas
menyebabkan manusia tidak berhenti melakukan
perjalanan dengan tujuan memenuhi rasa ingin
tahunya. Keingintahuan ini yang mendorong
manusia melakukan perjalanan lintas daerah,
negara bahkan lintas benua.
Keinginan untuk melepaskan diri dari tekanan
kehidupan juga erat kaitannya dengan terjadinya
perjalanan. Aktivitas hidup yang makin kompleks
membuat manusia berada dalam situasi yang
tertekan. Guna melepaskan diri dari rutinitas
kehidupan, manusia kemudian melakukan
perjalanan ke wilayah lain agar sejenak dapat
melupakan aktivitas rutinnya dan mendapat
penyegaran suasana. Selanjutnya kegiatan
perjalanan yang awalnya hanya untuk memenuhi
kebutuhan pokok manusia berkembang lebih jauh
menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan lainnya
yaitu kebutuhan untuk bersenang-senang. Saat ini
banyak kegiatan perjalanan yang dilakukan secara
khusus untuk bersenang-senang. Namun juga ada
kegiatan bersenang-senang yang dilakukan
bersamaan dengan kegiatan bisnis.
Pariwisata pada awalnya hanya dapat dilakukan
oleh mereka yang mempunyai uang banyak.
Dengan kata lain orang-orang kaya sajalah yang
dapat menikmati perjalanan dengan tujuan
bersenang-senang. Adapun penduduk rendahan
melakukan perjalanan untuk mencari makanan.
Sejarah perjalanan pariwisata dimulai di Yunani.
Pada awalnya pariwisata merupakan hak khusus
orang kaya saja sebagai bagian dari fasilitas
eksklusif yang membedakan dengan orang
miskin/rakyat jelata. Pada saat itu di Yunani sudah
dibangun resort untuk bersantai di luar kota atau
sepanjang garis pantai. Beberapa objek yang
terkenal saat itu antara lain Kota Dephne yang
terkenal dengan sumber air panas dan Balae yaitu
suatu kawasan pantai yang mewah. Di Romawi juga
sudah ada objek wisata (Colisseum/Forum), di mana
wisatawan dapat menikmati keindahannya sambil
berpose di depan bangunan tersebut.
Sementara itu di Italia sudah membangun sistem
jalan batu untuk perdagangan dan pasukan perang.
Orang yang kaya dapat melakukan perjalanan
dengan kereta perang di atas jalan batu jika
membayar. Selain itu dilengkapi dengan pemandu
(vetturino) yang mengatur transport, penginapan,
makan, keamanan (melindungi wisatawan dari
bandit).
Orang Norwegia dipercaya menjadi orang Eropa
pertama yang mengunjungi Amerika Utara pada
Tahun 982 M. Tahun 1275, Marcopolo melakukan
perjalanan ke Bagdad melintasi Gurun Gobi menuju
kota terlarang Peiping dan kemudian kembali ke
Venice. Ia menulis buku tentang perjalanan dan
eksplorasinya.
Perkembangan perjalanan wisata pada zaman
penemuan Eropa ditandai tahun 1492 dengan
mulainya ekspedisi Columbus ke Benua Timur dan
Dunia Baru (Eropa). Tahun 1947 John Cabot
mengikuti jejak Columbus mengeksplorasi dunia
lautan dan menemukan daratan Amerika Utara.
Pada abad ke-18 James Cook berhasil memetakan
Samudra Pasifik, memasukkan Australia dan
Selandia Baru. Ekspansi Eropa (Belanda, Inggris,
Spanyol dan Prancis) untuk memperluas daerah
pemerintahan Eropa ke Amerika Utara/Selatan, Asia
dan kawasan Pasifik juga menjadi bagian penting
dalam sejarah perjalanan wisata.
Pada tahun 1688, kereta kuda merupakan alat
transportasi yang dominan bagi masyarakat Inggris.
Adapun di Jerman, ditemukan kereta api pertama
yang menggunakan rel terbuat dari kayu pada abad
ketujuh belas. Pada pertengahan abad kesembilan
belas, kereta api menjadi alat transportasi yang
dominan dan menjadi penggerak pengembangan
pariwisata. Pada akhir abad kesembilan belas
transportasi penumpang antara Eropa dan Amerika
Utara didominasi oleh kapal uap cepat berbobot
20.000 ton.
Biro perjalanan pertama dibuka di London oleh
Thomas Cook pada tahun 1845. Biro perjalanan
dengan nama Thomas Cook and Son, menangani
paket wisata bagi orang-orang kaya yang tertarik
melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Selain
paket wisata juga membantu penjualan tiket kereta
api. Di Amerika Serikat, biro perjalanan pertama
didirikan oleh Ward G. Foster pada tahun 1882.
Pada tahun 1919, pelayanan penerbangan secara
reguler untuk penumpang dibuka dengan jalur
bandara Hounslow di London dan bandara Bourget
di Paris. Imperial Airways, maskapai penerbangan
Inggris yang pertama mulai beroperasi pada tahun
1924. Adapun di Amerika Serikat, maskapai
penerbangan internasional pertama mulai
beroperasi antara Florida dan Cuba pada tahun
1927 oleh Pan American Airways (Pan Am).
Perkembangan kapal uap, kereta api, mobil, dan
pesawat terbang membantu menyebarkan gagasan dan
teknologi yang lahir di Eropa ke seluruh dunia. Dengan
adanya Revolusi Industri, transportasi dan akomodasi,
tidak hanya mereka yang kaya saja yang dapat
melakukan perjalanan tetapi dapat dilakukan juga oleh
kelas pekerja. Hal ini mengakibatkan perjalanan dan
pariwisata menjadi industri paling besar di dunia.
B. SEJARAH PARIWISATA INDONESIA
Sejarah pariwisata di Indonesia dibagi menjadi tiga
masa, antara lain sebagai berikut.
1. Masa Penjajahan Belanda (tahun 1910–1920)
Diawali dengan pembentukan Vereeneging Toesristen
Verker (VTV) yang merupakan suatu badan atau official
tourist bureau pada masa itu. Kedudukan VTV selain
sebagai tourist goverment office juga bertindak sebagai
tour operator atau travel agent
Pada tahun 1926 berdiri travel agent di Batavia
dengan nama Linssonne Lindeman (LISLIND) yang
berpusat di Negeri Belanda dan sekarang dikenal
dengan nama NITOUR (Netherlanshe Indische
Touristen Bureau). Travel agent ini dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada mereka yang
melakukan perjalanan antara Benua Eropa, Asia,
dan Indonesia.
Pada masa penjajahan Belanda dapat dikatakan
bahwa kegiatan kepariwisataan hanya terbatas
pada kalangan orang-orang kulit putih saja.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
bidang kepariwisataan merupakan monopoli
Nitour, KLM, dan KPM.
Pada abad 19, usaha akomodasi mulai tumbuh,
tetapi masih terbatas pada kota-kota besar dekat
pelabuhan. Fungsi hotel yang utama hanya
melayani tamu-tamu atau penumpang kapal yang
baru datang dari Belanda ataupun negara Eropa
lainnya. Transportasi yang digunakan masih
menggunakan kereta kuda.
Awal abad ke- 20, hotel-hotel mulai berkembang di
daerah pedalaman seperti losmen atau penginapan.
Fungsi hotel mulai dirasakan oleh masyarakat
banyak. Tersedia penginapan besar (hotel) dan
penginapan kecil (losmen).
Fasilitas transportasi udara yang telah ada adalah
KLM, sebuah airlines yang menghubungkan
Indonesia dengan Belanda. Seperti halnya dengan
KLM, dalam tahun 1927 angkutan laut juga
dimonopoli oleh KPM. Adapun angkutan
penumpang dengan menggunakan kereta api baru
efektif di Pulau Jawa pada tanggal 1 Oktober 1927.
Pada tahun 1927 kegiatan tour sudah mulai
dikembangkan terutama di Pulau Jawa dan Sumatra
yang diorganisasi oleh LISLIND (Lissonne
Lindeman).
Tahun 1913, Vereneging Teoristen Verker (VTV)
menerbitkan sebuah Guide Book daerah-daerah di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok,
Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan,
Banten, dan Tanah Toraja di Sulawesi. Buku ini
sebagai alat promosi tentang pariwisata.
Tahun 1923, beredar surat kabar mingguan yang
merupakan Java Tourist Guide yang isinya antara lain
mengenai Express Train Service, News from Abroad in
Brief, Who-Where-When to Hotels, Postal News, dan
sebagainya.
2. Masa Pendudukan Jepang
Pada masa ini kondisi kepariwisataan terlantar karena
adanya Perang Dunia II yang disusul dengan
pendudukan tentara Jepang. Dapat dikatakan bahwa
orang-orang tidak ada gairah atau kesempatan untuk
mengadakan perjalanan. Objek-objek wisata
terbengkalai, jalan-jalan rusak karena ada
penghancuran jembatan-jembatan untuk menghalangi
musuh masuk. Perhotelan sangat menyedihkan karena
banyak hotel yang diambil oleh pemerintah Jepang
untuk dijadikan rumah sakit, dan asrama sebagai empat
tinggal perwira-perwira Jepang. Setelah jatuhnya bom
di Hiroshima dan Nagasaki, inflasi terjadi di berbagai
wilayah yang mengakibatkan keadaan ekonomi rakyat
tambah parah.
3. Setelah Indonesia Merdeka
Setelah merdeka, perhotelan mendapat perhatian dari
pemerintah, sehingga dikeluarkanlah Surat Keputusan
Wakil Presiden RI (DR. Moch. Hatta) tentang pendirian
suatu badan yang bertugas untuk melanjutkan
perusahaan hotel bekas milik Belanda.
Badan ini bernama HONET (Hotel National &
Tourism). Semua hotel yang berada di bawah
manajemen HONET diganti namanya menjadi Hotel
MERDEKA.
Tahun 1949 HONET dibubarkan dan dibentuklah
badan hukum milik Indonesia sendiri yang bergerak
dalam bidang pariwisata yaitu NV HONET. Pada
tahun 1953 dibentuklah organisasi yang bernama
Serikat Gabungan Hotel dan Tourisme Indonesia
(SERGAHTI) yang beranggotakan hampir seluruh
hotel di Indonesia namun keberadaan badan ini
tidak berlangsung lama karena tidak terlihat
kemungkinan penerobosan dari peraturan
pengendalian harga. Pada tahun 1955 didirikan PT.
Natour Ltd (National Hotel & Tourism Corp) oleh
Bank Industri Negara. Natour memiliki anggota
antara lain Hotel Transaera (Jakarta), Hotel Bali dan
Sindhu Beach, Kuta Beach, dan Jayapura Hotel.
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pariwisata
merupakan sumber devisa yang tidak akan pernah
habis. Makin digali potensinya, justru makin
berkembang dan akan menyumbangkan devisa
yang lebih banyak. Pariwisata di Indonesia mulai
diperhatikan dengan serius dengan dibangunnya
sarana dan prasarana pariwisata dan didirikan
sekolah-sekolah pariwisata agar dapat
menyediakan sumber daya manusia yang siap
menangani pariwisata di Indonesia. Dengan
teknologi digital, akses pariwisata dapat dijangkau
lebih mudah dan lebih cepat. Sarana promosi pun
lebih cepat sehingga perkembangan pariwisata di
Indonesia makin meningkat.
Pariwisata telah berkembang dengan pesat dari
masa ke masa terbukti dari makin banyaknya orang
melakukan kegiatan wisata dan juga jumlah uang
yang dibelanjakan untuk kegiatan tersebut. Hal ini
sangat dimungkinkan karena adanya faktor-faktor
sebagai berikut:
a. Makin meningkatnya jumlah penduduk dunia,
demikian juga meningkatnya jumlah penduduk
dunia yang mampu melakukan perjalanan dan
berwisata ke daerah lain.
b. Keputusan untuk cuti bersama pada setiap libur
hari raya atau libur lainnya juga ikut mendukung
kegiatan berwisata dari daerah yang satu ke daerah
yang lainnya bahkan bila memungkinkan ke negara
lain.
c. Makin bertambahnya uang atau dana yang dapat
digunakan untuk dapat membiayai kegiatan wisata.
d. Makin tersedianya waktu yang luang dan
kesempatan yang dapat digunakan untuk
berwisata.
e. Makin mudah cara melakukan perjalanan, lebih
cepat dan lebih menyenangkan.
f. Kecenderungan biaya hidup lebih tinggi di negara
tertentu, juga mendorong orang untuk melalukan
wisata ke negara lain yang biaya hidupnya lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai