Anda di halaman 1dari 17

MODUL SEJARAH INDONESIA

Kelas x Semester genap | SMK PGRI 3 Malang


BAB V
Penjajahan Bangsa Eropa di Indonesia

A. Latar Belakang Bangsa Eropa ke Indonesia

Bangsa Eropa datang ke Indonesia dilatarbelakangi oleh beberapa hal sbb:

1. Mencari Rempah-Rempah

M. C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2007) menyebutkan, alasan terbesar kedatangan
bangsa Eropa ke Indonesia atau Nusantara adalah demi rempah-rempah. Rempah-rempah adalah bahan
baku yang berharga di Eropa. Bangsa Eropa menjadikan rempah sebagai bahan baku obat, parfum,
makanan, dan yang terpenting adalah pengawet makanan. Orang-orang Eropa kala itu mesti menyembelih
semua ternaknya. Jika tidak, ternak akan mati karena suhu dingin. Daging hasil ternak tersebut mesti
diawetkan, namun bahan pengawet makanan waktu itu adalah rempah.

Terputusnya jalur perdagangan karena Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani membuat Bangsa Eropa
tergerak untuk mencari jalur perdagangan rempah sendiri. Selain India, Kepulauan Nusantara waktu itu sudah
terkenal sebagai penghasil rempah. Pala, lada, dan terutama cengkeh adalah komoditas bernilai sangat
mahal. Namun, Portugis, Spanyol, juga Belanda tidak datang ke Indonesia hanya untuk memenuhi kebutuhan
warganya akan rempah semata. Mereka juga berniat untuk memonopoli perdagangan rempah.

https://mmc.tirto.id/image/2022/01/28/rempah-rempah-nusantara--sc--fuad-01.jpg
1
2. Semboyan Gold, Glory, Gospel

Meski awal kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah tapi lama-kelamaan niat
itu berubah menjadi keserakahan. Mereka ingin menguasai daerah penghasil rempah-rempah dan
memonopoli perdagangan. Muncullah ambisi yang dikenal dengan konsep 3G, yaitu :

a. Gold: memburu kekayaan dan keuntungan dengan mencari dan mengumpulkan emas, perak, dan bahan
tambang serta bahan-bahan lain yang sangat berharga. Waktu itu yang dituju terutama Guinea dan
rempah-rempah dari Timur.
b. Glory: memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan. Dalam kaitan ini mereka saling bersaing dan
ingin berkuasa di dunia baru yang ditemukannya.
c. Gospel: menjalankan tugas suci untuk menyebarkan agama. Pada mulanyaorang-orang Eropa ingin
mencari dan bertemu Prester John yang mereka yakini sebagai Raja Kristen yang berkuasa di Timur.

Untuk mewujudkannya, bangsa barat membangun basis militer, melakukan kolonialisme dan imperialisme,
dan ikut campur dalam urusan politik dan penguasa daerah.

3. Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Turki (1453)

Jalan untuk mencapai ketiga tujuan di atas (Gold, Glory, Gospel) terbuka lebar ketika pada tahun 1453
Konstantinopel dikuasai oleh Turki Usmani. Bertahun-tahun lamanya Laut Tengah menjadi pusat
perdagangan internasional antara pedagang dari Barat dan Timur. Salah satu komoditasnya adalah rempah-
rempah. Para pedagang dari Barat atau orang-orang eropa itu mendapatkan rempah-rempah dengan harga
lebih terjangkau.

Konstantinopel merupakan Ibu Kota Romawi Timur, sebuah kota pelabuhan yang menjadi transit
perdagangan antara Asia dan Eropa. Letaknya yang strategis dalam urusan perdagangan membuat banyak
pihak ingin menguasai Konstantinopel, termasuk Kekaisaran Turki Usmani atau Ottoman. Keinginan itu
akhirnya terwujud. Pada 1453, Sultan Usmani Muhammad II yang bergelar Al-Fatih mampu merebut
Konstantinopel dari tangan Romawi. Nama Konstantinopel kemudian diganti menjadi Istanbul.

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani membuat bangsa Eropa kesulitan mengakses rempah-
rempah. Harga rempah-rempah melambung tinggi. Mereka akhirnya berusaha mencari bahan baku perasa
dan pengawet makanan itu langsung ke sumbernya.

4. Penjelajahan Samudra

Setelah Konstantinopel jatuh ke tangan Turki dan bangsa Eropa tidak diperbolehkan mendapatkan rempah-
rempah lagi, maka bangsa Eropa berlomba-lomba untuk mencari daerah asli penghasil rempah-rempah di
dunia Timur. Pada masa yang sama muncul gerakan Renaisans di Firenze, Italia, yang memengaruhi
intelektual Eropa pada periode modern awal. Para pemikir bebas bereksplorasi dan membuka ide-ide lama
yang ditinggalkan oleh bangsa Yunani dan Romawi, sehingga ilmu pengetahuan berkembang pesat. Hal ini
mendorong bangsa Eropa untuk melakukan penjelajahan samudera. Masa renaisans berlangsung dari Abad
XIV hingga XVII.

Masa ketika orang-orang Eropa (Portugis dan kemudian Spanyol) melakukan perjalanan ke wilayah Timur ini
dikenal dengan sebutan era Penjelajahan Samudera, yang berlangsung pada tahun 1450-an-1650.

Empat negara (Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda) sepakat melalui Perjanjian Tordesillas untuk
menentukan arah pelayaran mereka ke dunia Timur. Portugis ke arah Timur, Spanyol ke Barat, Belanda ke
Utara dan Inggris ke Selatan.

2
Peta 3 negara yang melakukan penjelajahan samudera
https://sengkala.com/2021/03/25/penjelajahan-samudra-oleh-bangsa-eropa/

a. Portugis

 Bartolomues Dias, pada tahun 1488 berlayar menyusuri pantai barat Afrika. Ia berlayar hingga tiba di
sebuah tanjung bebatuan di Afrika Selatan yang menghadap Samudera Atlantik, yang kemudian
disebut Tanjung Harapan.
 Vasco da Gama, pada tahun 1498 sampai di Kalikut, India.
 Alfonso de Albuquerque, pelaut Portugis yang sampai pertama kali di Selat Malaka, Indonesia pada
tahun 1511. Dimulailah masa kolonialisme dan imperialisme di Indonesia oleh bangsa Eropa.

Bartholomues Diaz berlayar dari Portugis hingga Tanjung Harapan


https://4.bp.blogspot.com/-ll9p_Q2qpyM/Wdgtb9pWGAI/AAAAAAAAAL8/KgDT6DdbYQsOEPmhXu20cQXiKgv4f9lUwCK4BGAYYCw/s1600/penemu-magnet-2.jpg

b. Spanyol

 Columbus, berhasil menemukan Benua Amerika.


 Ferdinand Magellan, berlayar dari Benua Amerika hingga Filipina.
 Sebastian del Cano, tahun 1521-1529 berada di Indonesia.

c. Belanda

 Cornelis de Houtman, pada 2 April 1596 sampai di Banten. Pelayaran Belanda bisa sampai ke
Indonesia berkat mencuri rute pelayaran milik Portugis. Informasi tersebut didapatkan dari Jan Huygen
van Linschoten (penjelajah Belanda yang ikut dalam pelayaran Portugis ke Indonesia) serta peta yang
dibuat oleh Petrus Pancius pada 1592.

3
Ilustrasi Cornelis de Houtman ketika sampai di Banten (1596)
https://www.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2013/06/ekspedisidehoutman.jpg

5. Penemuan Baru

Revolusi Industri yang terjadi di Eropa mulai 1760 juga turut andil dalam kedatangan Bangsa barat ke
Indonesia. Berkembangnya revolusi yang diawali dengan penemuan mesin uap dan teknologi baru
memudahkan Bangsa Barat dalam mencapai tujuannya. Termasuk penemuan di bidang transportasi, baik
darat maupun laut sehingga memudahkan mereka melakukan pelayaran dan perjalanan ke Indonesia.

Adanya penemuan baru dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang teknologi maritim, seperti kompas,
navigasi, kartografi (pembuatan peta), dan karavel (perahu cepat berukuran kecil yang bisa melawan arah
angin). banyaknya penemuan ini sangat mendukung dilakukannya penjelajahan samudera untuk menemukan
daerah penghasil rempah-rempah di dunia timur.

6. Teori Heliosentris

Teori ini dibuat oleh Copernicus yang mengatakan bahwa bumi itu bulat dan pusat dari tata surya adalah
matahari. Munculnya teori ini membuat para penjelajah tertantang untuk membuktikannya sendiri.

Teori Heliosentris
https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/x/photo/2020/05/12/2510087547.jpg

B. Kedatangan dan Penjajahan Bangsa Eropa ke Indonesia

Bangsa-bangsa Barat yang pernah datang ke Indonesia adalah Portugis, Spanyol, dan Belanda. Portugis
dengan tokoh-tokohnya antara lain Bartholomeus Diaz, Vasco da Gama, Alfonso d’Albuquerque, dll. Spanyol
dengan pelopornya, Colombus dan Magellan serta Belanda dengan pelopornya Sebastian d’Elcano dan
Coornelis de Houtman. Bangsa Belanda menjadi bangsa yang paling lama dalam melakukan praktek imperialism
dan kolonialisme di Nusantara. Mari kita pelajari bersama gaesss !

4
1. Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia

Pada tanggal 2 April 1595, berangkatlah ekspedisi pertama Belanda di bawah pimpinan Cornelis de
Houtman. Ia adalah seorang mualim yang pernah bekerja di sebuah kapal Portugis. Rombongan tiba di
Banten pada bulan Juni 1596. Rombongan ini gagal menancapkan kaki di nusantara karena mendapat
resistensi yang kuat dari Kesultanan Banten, terutama karena sikap rombongan yang angkuh dan kasar.
Mereka hanya bisa membeli rempah-rempah, kemudian mereka meninggalkan Banten dan kembali ke
Belanda melalui Selat Bali. Meskipun demikian, ekspedisi perdana ini berjasa membuka rute ke Indonesia
bagi Belanda.

Cornelis de Houtman, van der Hagen, J.C. van Neck (dari kiri ke kanan)
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8c/Cornelis_de_Houtman.jpg/175px-Cornelis_de_Houtman.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5c/Portret_van_admiraal_Steven_van_der_Hagen_of_Olivier_van_Noort%2C_staande_bij_een_tafel_met_een_helm%2C_RP-T-00-1284.jpg/220px-
Portret_van_admiraal_Steven_van_der_Hagen_of_Olivier_van_Noort%2C_staande_bij_een_tafel_met_een_helm%2C_RP-T-00-1284.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/3a/Jacob_Cornelisz_Banjaert%2C_genaamd_van_Neck_by_Cornelis_Ketel.jpg/220px-Jacob_Cornelisz_Banjaert%2C_genaamd_van_Neck_by_Cornelis_Ketel.jpg

Setelah ekspedisi Houtman yang cukup berhasil, segera disusul ekspedisi lainnya. Ekspedisi kedua
kurang berhasil. Disusul dengan ekspedisi ketiga yang betolak dari Amsterdam pada bulan April 1599 di
bawah pimpinan van der Hagen yang berhasil mencapai Ambon dan mendirikan Benteng Afar disana.

Ekspedisi keempat terjadi dalam kurun waktu 1598-1600, dibawah pimpinan J.C. van Neck. Tidak seperti
ekspedisi pertama, van Neck disambut dengan baik oleh sultan Banten. Alasannya politis: beberapa bulan
sebelumnya, Banten terlibat perang dengan Portugis, yang merugikan Banten; oleh karena itu Belanda
diharapkan menjadi sekutu mereka melawan Portugis.

Van Neck kemudian memerintahkan sebagian kapal untuk berlayar ke Maluku, di bawah pimpinan
Wybrand van Warwyck. Mereka tiba di Ambon pada tahun 1599, lalu ke Ternate dan Kepulauan Banda. Baik
di Ternate maupun di Banda, Belanda disambut dengan sangat baik. Penduduk wilayah ini sudah lama
kecewa dengan kebijakan Portugis memonopoli perdagangan rempah-rempah. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
Belanda. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis menyerahkan pertahanannya di Ambon.
Pada tahun 1623, Kepulauan Banda dikuasai. Sejak saat itu, Belanda sepenuhnya memonopoli perdagangan
rempah-rempah di Kepulauan Maluku.

2. VOC, Penjajahan Belanda dan Inggris

Kedatangan kapal-kapal Belanda ternyata tidak pernah berhenti. Namun, kedatangan itu tidak serta merta
selalu membawa hasil. Banyak kesulitan yang muncul. Oleh karena itu, atas usul dari Johan van Olden
Barnaveld, dibentuklah sebuah kongsi dagang yang disebut Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC)
pada 20 Maret 1602. Kongsi dagang ini berkedudukan di Ambon (Maluku) dengan Gubernur Jenderalnya
bernama Pieter Both.

a. Masa VOC (1602-1799)

Tujuan dibentuknya VOC ada dua yaitu :


1) Menghilangkan persaingan diantara sesama pedagang Belanda.
2) Agar mampu bersaing dengan pedagang-pedagang asing lain, bahkan kalau bisa mengahncurkan
mereka.

5
Kongsi dagang ini mendapat pengesahan dari pemerintah Belanda berupa Hak Octroi yang terdiri
dari 46 pasal. Diantara pasal yang penting adalah VOC memperoleh hak monopoli dagang dan berhak
merebut daerah-daerah, mengadakan perjanjian dengan raja-raja, dan mencetak mata uang sendiri.

Lambang VOC dan Mata Uang Yang Dicetak VOC


https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5e/VOC.svg/1222px-VOC.svg.png
https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/x/photo/2021/09/13/duit_1735_-_netherlands_east-ind-20210913085102.jpg

Selama hampir dua abad lamanya VOC memonopoli perdagangan di Indonesia. Akibatnya,
penderitaan dan kesusahan menerpa Bangsa Indonesia. Sebaliknya, tidak sedikit keuntungan yang VOC
peroleh. Namun, memasuki abad ke-18, VOC mengalami kemunduran disebabkan hal-hal berikut :

a) Korupsi merajalela di kalangan pegawai VOC


b) Banyak pegawai tidak cakap dalam bekerja
c) VOC mengeluarkan biaya besar untuk peperangan
d) Persaingan dengan East India Company (EIC) milik Inggris semakin tidak sehat
e) VOC tidak mampu membayar utang-utangnya

Pada akhir tahun 1789 utang VOC yang berjumlah 74 juta Gulden meningkat menjadi 100 juta
Gulden. Akibatnya, kepercayaan kepada VOC hilang. Akhirnya pada 31 Desember 1799 secara resmi
VOC dibubarkan. Bubarnya VOC menjadikan wilayah Nusantara dikuasai langsung oleh pemerintah
belanda.

b. Masa Daendels (1807-1811)

Pada 28 Januari 1807, Daendels diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Tugas
utamanya adalah mempertahankan Pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris, sedangkan tugas
keduanya adalah memperbaiki keadaan tanah jajahan di Indonesia. Guna mempertahankan Pulau Jawa
dari serangan Inggris, Daendels mengambil langkah-langkah berikut :

1) Membuat jalan raya dari Anyer-Panarukan.


2) Membuat benteng pertahanan
3) Mendirikan pangkalan laut yang ada di Merak dan Ujung Kulon
4) Membangun pabrik senjata di wilayah Semarang dan Surabaya
Semua kebijakan di atas dilakukan dengan sistem Kerja Rodi tanpa bayaran sedikitpun.

Kerja Rodi saat pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan


https://static.republika.co.id/uploads/images/headline_slide/jalan-raya-pos-daendels-ternyata-hanya-dipakai-sebagai-alat-_190224210856-147.jpg

Kebijakan Daendels di bidang pemerintahan diantaranya :


1) Membagi Pulau Jawa menjadi 9 prefectur, dengan tujuan mempermudah administrasi pemerintahan.

6
2) Para bupati dijadikan pegawai Pemerintah Belanda.
3) Perbaikan gaji pegawai dan pemberantasan korupsi.
4) Mendirikan badan-badan pengadilan.

Salah satu ruas jalan di jalur Pantura yang dikerjakan oleh para pekerja rodi dan Peta Jalan Anyer – Panarukan
https://suaramerdeka.id/wp-content/uploads/2021/02/Gambar.jpg
https://i.ytimg.com/vi/rJyWDTc_DKA/maxresdefault.jpg

Sikap Daendels yang diktator tidak hanya menimbulkan kemarahan rakyat, tapi juga orang-orang
Belanda. Akbibatnya, pada tahun 1811, Raja Lodewijk Bonaparte memanggil Daendels kembali ke
Belanda. Ia digantikan oleh Jan William Janssens.

c. Masa Jan William Janssens (1811)

Janssens ternyata berbeda dengan Daendels, ia lemah dan kurang cakap. Pemerintah Janssens
mewarisi situasi keamanan dan ekonomi yang sangat buruk dan dibayang-bayangi ancaman Inggris.
Bahkan, pada bulan Agustus 1811, Inggris mendarat di Batavia dipimpin Lord Minto. Belanda melakukan
perlawanan terhadap Inggris. Tapi tidak berhasil. Akibat serangan Inggris tersebut, Belanda menyerah
dengan menandatangani Kapitulasi Tuntang pada tanggal 11 September 1811. Isi Kapitulasi Tuntang :

1) Seluruh kekuatan militer Belanda yang ada di kawasan Asia Tenggara harus diserahkan kepada
Inggris.
2) Utang Pemerintah Belanda tidak diakui oleh Inggris.
3) Pulau Jawa, Madura dan semua pangkalan Belanda di luar Jawa menjadi wilayah kekuasaan
Inggris.

Jan William Janssens


https://i.pinimg.com/736x/63/0c/2b/630c2bb921da6c34625e4453edae1071.jpg

d. Masa Raffles (1811-1816)

Pendudukan Inggris di Nusantara diwakili oleh Raffles. Ia banyak melakukan perubahan, baik dalam
pemerintahan maupun ekonomi. Ia berusaha menerapkan politik kolonial di India. Raffles menerapkan
Sistem Sewa Tanah (Landrent) atau biasa disebut sistem pajak tanah. Rakyat harus membayar pajak
sebagai uang sewa, karena semua tanah dianggap milik negara. Dalam pelaksanaannya, Landrent di
Indonesia mengalami kegagalan karena :
7
1) Sulit menentukan besar kecilnya pajak untuk pemilik tanah yang luasnya berbeda.
2) Sulit menentukan berbedaan tingkat kesuburan tanah
3) Terbatasnya jumlah pegawai
4) Masyarakat pedesaan belum terbiasa dengan sistem sewa

Raffles
https://www.roots.gov.sg/-/media/Roots/60-objects/75-portrait-raffles.ashx?h=430&w=645&la=en

Inggris tidak lama memerintah di Indonesia. Pada tanggal 13 Agustus 1814, melalui Konvensi London
akhirnya Belanda menguasai Indonesia kembali. Penyerahan wilayah Hindia Belanda dari Inggris ke
Belanda berlangsung di Batavia pada 19 Agustus 1816.

e. Masa van den Bosch (1830)

Tugas yang diemban van den Bosch cukup berat, yakni mencari cara untuk mengisi kas keuangan
Negara Belanda yang saat itu dalam kondisi tidak baik. Usaha yang dilakukan oleh ban den Bosch adalah
dengan meningkatkan hasil produksi tanaman ekspor dengan memberlakukan Sistem Tanam Paksa
(Cultuurstelsel). Secara harfiah, “cultuurstelsel” berarti sistem budaya. Oleh bangsa Indonesia, sistem ini
sering disebut “tanam paksa” karena dalam praktiknya rakyat dipaksa menanam tanaman-tanaman
ekspor yang hasilnya dijual kepada Belanda. Berikut adalah kebijakan-kebjakan dasar Cultuurstelsel :

1) Penduduk desa wajib menyediakan seperlima atau lebih dari tanahnya untuk ditanami tanama
ekspor, khususnya kopi, tebu dan nila.
2) Jenis tanaman yang telah ditentukan untuk ditanam, hasilnya dijual kepada pemerintah kolonial
dengan harga yang sudah ditentukan.
3) Tanah yang digunakan untuk kepentingan Cultuurstelsel dibebaskan dari pajak.
4) Waktu yang diperlukan untuk menanam tanaman dagang, tidak boleh melebihi waktu yang diperlukan
untuk menanam padi (kurang dari 3 bulan).
5) Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian menggantinya dengan bekerja di tanah-tanah pertanian
dan pabrik pengolahan hasil pertanian milik pemerintah selama 66 hari atau 1/3 dari tahun yang
berjalan.
6) Kelebihan hasil produksi pertanian dari ketentuan akan dikembalikan kepada rakyat.
7) Gagal panen yang bukan disebabkan karena kesalahan petani misalnya karena bencana alam atau
serangan hama, akan ditanggung pemerintah kolonial.
8) Pengawasan dalam penggarapan tanah pertanian dan penyerahan hasil tanaman Culturstelsel
dilakukan oleh dan disampaikan kepada para kepala desa.

Kekejaman Tanam Paksa (Culturstelsel) di Indonesia


https://www.pelajaran.co.id/wp-content/uploads/2018/08/Sistem-Tanam-Paksa-Cultuurstelsel.jpg
https://www.sejarahone.id/wp-content/uploads/2021/11/tanampaksa.jpg
https://narasisejarah.id/wp-content/uploads/2020/04/Gambar-Tanam-Paksa.jpg

8
Mencermati isi peraturan di atas, Cultuurstelsel sebenarnya tidak terlalu memberatkan rakyat. Akan
tetapi, dalam pelaksanaannya sistem ini mengandung banyak penyimpangan yang sangat memberatkan
rakyat. Seperti contohnya : tanah pertanian milik rakyat digunakan seluruhnya untuk ditanami tanaman
paksa/wajib, hasilnya diserahkan kepada pemerintah kolonial Belanda seluruhnya, tanah yang digunakan
untuk tanaman paksa/wajib itu tetap dikenakan pajak, dan warga yang tidak memiliki lahan pertanian
wajib bekerja selama setahun penuh di lahan pertanian.

Van den Bosch


https://mmc.tirto.id/image/otf/1024x535/2020/01/27/header-johannes-van-den-bosch-mozaik-nauval.jpg

Bagi pemerintah Hindia-Belanda, Sistem Tanam Paksa ini berhasil dengan luar biasa. Pada 1860-an,
misalnya, 72% penerimaan Kerajaan Belanda disumbang dari Hindia-Belanda. Di negeri Belanda, van
den Bosch dipuji-puji dengan gelar pahlawan. Raja Belanda bahkan menganugerahinya dengan gelar de
Graaf pada tahun 1839 –gelar bangswan yang diberikan kepada orang-orang yang dianggap berjasa
kepada negara.

Sistem Tanam Paksa dan akibat penderitaan yang ditimbulkannya mengundang protes dari berbagai
pihak, termasuk dari sebagian orang Belanda sendiri. Diantaranya Baron van Hoevel, Edward Douwes
Dekker dan van Deventer.

Pengkritiknya yang terkenal adalah Eduard Douwes Dekker. Kritiknya ditulis dalam buku yang
berjudul Max Havelaar (1860) dengan menggunakan nama samara Multatuli. Buku ini mengisahkan
masyarakat petani yang menderita karena kebijakan sewenang-wenang Belanda.

Sistem tanam paksa kemudian dihapus pada tahun 1870 setelah dikeluarkannya kebijakan Pintu
Terbuka (1870-1900) yang pada kenyataannya tidak melindungi petani Indonesia tetapi justru sangat
menguntungkan bagi para pemilik modal asing. Kebijakan Pintu Terbuka nantinya memunculkan reaksi
dari kaum humanis Belanda. Mereka mendesak pemerintah Belanda untuk memperbaiki nasib rakyat
Indonesia. Menurut mereka, Belanda sudah menerima banyak dari kekayaan alam Indonesia selama
penjajahan berabad-abad, dan sudah seharusnya Belanda membalasnya dengan memajukan bangsa
Indonesia. Itulah gagasan dasar yang mendorong lahirnya Politik Etis (Balas Budi). Tokoh dari Politik
Etis adalah Theodore van Deventer. Isi dari Politik Etis adalah sebagai berikut:

a) Irigasi (pengairan), yaitu membangun dan memperbaiki pengairan dan bendungan untuk keperluan
pertanian.
b) Migrasi, yaitu mengajak rakyat untuk bertransmigrasi sehingga terjadi keseimbangan jumlah
penduduk.
c) Edukasi, menyelenggarakan pendidikan dengan memperluas bidang pengajaran dan pendidikan.

9
Eduard Douwes Dekker dan Theodore van Deventer
https://www.pulsk.com/images/2013/01/27/51045834317e1_5104583431fbb.jpg
https://pinhome-blog-assets-public.s3.amazonaws.com/2021/12/C.Th_.-van-Deventer.jpg

Terlihat jelas, Trias van Deventer sangat “mulia”. Namun praktiknya di lapangan tidak seindah
gagasannya. Pemerintah colonial tidak pernah sampai menerjemahkan Politik Etis ke dalam kebijakan
kolonial yang dilaksanakan secara konsekuen.

TAHUKAH KAMU ?

Pelaksanaan Tanam Paksa di Inonesia tidak hanya menimbulkan dampak negatif, namun juga
menimbulkan dampak positif. Kira-kira apa dampak positif dari pelaksanaan system Tanam Paksa di
Indonesia?

C. Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Imperialisme Barat

Kedatangan Bangsa Eropa pada abad ke-16, pada awalnya diterima dengan baik. Namun, lama-kelamaan
muncul rasa tidak suka terhadap mereka. Hal ini disebabkan karena mereka licik dalam berdagang, tidak
menghargai tradisi setempat, bahkan ingin menguasai wilayah Nusantara. Karena itu timbul perlawanan di
berbagai daerah, diantaranya :

1. Perang Padri (1821-1838)

Istilah Padri berasal dari kata padre yang artinya ulama. Perang Padri terjadi di Sumatera Barat, bermula
dari perang saudara yang terjadi antara kaum Adat dan kaum Padri. Namun, setelah Belanda ikut campur,
perang ini menjadi besar dan menjadi perlawanan rakyat terhadap penjajah Belanda. Kaum Adat dan Kaum
Padri bersatu untuk mengusir penjajah.

Pada tahun 1833, rakyat mengadakan serangan umum terhadap kedudukan dan posisi Belanda.
Perlawanan dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Nan Receh, Tuanku Pasaman, dll. Serangan
tersebut membuat Belanda terdesak dan harus meminta bantuan pasukan dari Jawa. Akan tetapi, pada tahun
1834, pasukan Belanda dipimpin Cochius dan Michaels berhasil menduduki basis terpenting Kaum Padri di
Bonjol. Belanda kemudian mengajak Tuanku Imam Bonjol untuk berunding. Tapi perundingan itu diakhiri
dengan penangkapan Tuanku Imam Bonjol.

10
Tuanku Imam Bonjol dan Ilustrasi Perang Padri

2. Perang Diponegoro (1825-1830)

Perang Diponegoro merupakan perang terbesar yang dihadapi Belanda di Jawa. Secara umum, perang
ini terjadi dikarenakan sikap Belanda yang mencampuri urusan Keraton, termasuk soal pajak, jabatan
punggawa istana, serta pemerasan rakyat. Sedangkan penyebab khususnya karena Belanda membuat jalan
melalui tanah leluhur Pangeran Diponegoro tanpa izin.

Dalam menghadapi Belanda, Pangeran Diponegoro menggunakan siasat Perang Gerilya. Beliau
dibantu oleh Sentot Ali Basya Prawirodirjo dan Kyai Mojo. Sedangkan pasukan Belanda yang dipimpin
oleh de Kock menggunakan siasat Benteng Stelsel, yaitu membangun benteng di setiap daerah yang
berhasil direbut.

Pangeran Diponegoro dan Ilustrasi Penangkapan Pangeran Diponegoro

Perang Diponegoro berakhir setelah Pangeran Diponegoro dijebak dalam perundingan dengan pihak
Belanda di rumah Residen Kedu di Magelang pada 28 Maret 1830. Pangeran Diponegoro ditangkap dan
dibuang ke Semarang, kemudian ke Batavia, Menado dan terakhir dipindahkan ke Makassar. Di kota ini
Pangeran Diponegoro menjalani hukumannya di Benteng Rotterdam hingga wafat pada 8 Januari 1855.

D. DAMPAK KOLONIALISME BANGSA EROPA DI NEGARA KOLONI

Pernahkah kamu membayangkan bagaimana kehidupan Bangsa Indonesia pada masa penjajahan? Bagaimana
mereka harus melawan para penjajah di bumi mereka? Terbayang bukan bagaimana menderitanya bangsa kita
pada saat itu?

Bangsa Eropa yang datang dan menjajah Indonesia membawa banyak pengaruh. Kolonialisme dan imperilaisme
yang mereka terapkan berdampak di banyak aspek kehidupan. Dampak positif dan negative muncul dan
mempengaruhi tatanan kehidupan rakyat Indonesia. Meskipun ada sisi baik, kolonialisme dan imperilaisme lebih
banyak membawa dampak buruk bagi rakyat pribumi. Apa saja dampak tersebut, mari kita pelajari bersama.

1. Dampak Kolonialisme di Bidang Politik

Pengaruh kekuasaan Belanda semakin kuat karena intervensi mereka dalam masalah-masalah istana,
seperti pergantian tahta, pengangkatan pejabat-pejabat kerajaan, ataupun partisipasinya dalam menentukan
kebijaksanaan pemerintahan kerajaan. Dengan demikian, dalam bidang politik penguasa-penguasa pribumi

11
makin tergantung pada kekuasaan asing, sehingga kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan
pemerintahan istana makin menipis. Di samping itu, aneksasi (pencaplokan) wilayah yang dilakukan oleh
penguasa asing mengakibatkan semakin menyempitnya wilayah kekuasaan pribumi.penghasilan yang
berupa lungguh, upeti atau hasil bumi, semakin berkurang dan bahkan hilang, sebab kedudukannya telah
berganti sebagai alat pemerintah Belanda.

Dampak kolonialisme di bidang politik adalah sebagai berikut :

a. Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar pemerintahan yang modern.

Disadari atau tidak, bentuk pemerintahan kita sekarang juga merupakan “warisan” dari pemerintah
colonial Belanda. Zaman dahulu, sistem kepemimpinan kita bersifat pamong praja. Jabatan yang
sifatnya turun-temurun dan upetinya didapat dari rakyat. Artinya, kamu baru bisa menjadi “penguasa” jika
kamu keturunan raja. Kalau tidak, ya tidak akan bisa.

Daendels dan Raffles kemudian mengubahnya menjadi pemerintahan yang modern, seperti :

a. Penerapan sistem indirect rule (sistem pemerintahan tudak langsung) yaitu dengan memanfaatkan
penguasa-penguasa tradisional, seperti bupati dan raja yang memerintah atas nama penjajah.
b. Para bupati dijadikan pegawai negeri dan digaji, padahal menurut adat istiadat kedudukan bupati
adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat.
c. Baik Belanda maupun Inggris melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan sehingga.
Contohnya tentang pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia.
Yang mengakibatkan peranan elite kerajaan berkurang dalam politik dan kekuasaan pribumi bahkan
bisa runtuh.
d. Jawa dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah prefektur (provinsi).
1) Membagi wilayah Hindia Belanda khususnya Jawa menjadi 9 prefektur dan 30 regentschap.
2) Tiap prefectur dipimpin oleh prefek yang merupakan orang Eropa sedangkan tiap regentschap
(kabupaten) dipimpin bupati yang berasal dari orang pribumi bangsawan.
3) Prefektur dan regent berada di bawah Gubernur Jenderal yang berkedudukan sebagai pemimpin
tertinggi pemerintahan colonial Belanda.
4) Gubernur Jenderal dibantu oleh enam departemen yaitu kehakiman, keuangan, dalam negeri,
kebudayaan dan kepercayaan, ekonomi serta kesejahteraan rakyat.
5) Perubahan dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan politik Pax Nederlanica di
akhir abad 19 menuju awal adad 20.

Pax Nederlanica adalah perubahan sistem pemerintahan dari administrasi tradisional ke sistem
administrasi modern. Sistem ini diterapkan untuk menggantikan posisi penting pemerintah daerah ke
tangan pemerintah Belanda dengan cara mengangkat dan menggaji pegawai yang menduduki
jabatan struktur birokrasi. Dalam sistem tersebut jabatan tertinggi yang bisa dipegang oleh
masyarakat pribumi adalah bupati dan di bawahnya terdapat wedana dan patih.

b. Sistem pemerintahan di Indonesia saat ini merupakan warisan dari penerapan ajaran Trias Politica yang
dijalankan oleh pemerintahan kolonial Belanda.

Trias Politica sendiri terdiri dari 3 lembaga yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pada lembaga
yudikatif, pemerintah Belanda membagi lembaha peradilan menjadi 3 macam berdasarkan golongan
masyarakat di Hindia-Belanda. Dalam peradilan tersebut terdiri dari peradilan untuk orang Eropa,
peradilan orang Timur Asing, dan peradilan prang pribumi. Pada lembaga legislative, pemerintah
Belanda membentuk Voklsraad atau Dewan Rakyat pada tahun 1918.

2. Dampak Kolonialisme di Bidang Budaya

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia turut mempengaruhi kebudayaan Bangsa Indonesia, diantaranya :

a. Memperkenalkan hal baru seperti music internasional ataupun tarian seperti dansa.

Salah satu pengaruh Portugis di bidang kesenian adlh music keroncong. Keroncong berasal dari music
Portugis abad ke-16 yang disebut fado. Pada awalnya fado adalah nyanyian yang dibawa para budak
dari Afrika Barat ke Portugis mulai abad ke-15. Setelah itu, balada-balada keroncong romantic yang
dinyanyikan dengan gitar menjadi sangat terkenal di wilayah perkotaan Portugis. Di Indonesia,
pengenalan keroncong dimulai dari Pulau Banda, kemudian ke Kampung Tugu di Jakarta.

12
b. Sedikit banyak kita punya banyak bahasa serapan yang berasal dari bahasa Belanda, Portugis dan
Inggris, misalnya :

https://www.ruangguru.com/hsfs/hubfs/kata%20serapan%20dalam%20bahasa%20indonesia.png?width=600&name=kata%20serapan%2
0dalam%20bahasa%20indonesia.png

c. Gaya arsitektur Belanda

Ada juga bangunan-bangunan yang menajdi saksi bisu terhadap segala peristiwa masa lampau. Semua
bangunan tersebut mempunyai ciri khas yang sulit dibuat saat itu. Seperti bangunan yang bisa kita temui
di Lawang Sewu, gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia yang awalnya digunakan sebagai
kantor pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatscappij (NISM).
Bangunannya dirancang oleh Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam
dengan ciri dominan berupa elemen lengkung dan sederhana. Bangunan di desain menyerupai huruf L
serta memiliki jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem sirkulasi udara. Karena jumlah
pintunya yang banyak maka masyarakat menamainya dengan Lawang Sewu yang berarti seribu pintu.

Lawang Sewu
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fheritage.kai.id%2Fpage%2Flawang-sewu&psig=AOvVaw14sLOKtCsgIUC3M5-
BERbw&ust=1666580067467000&source=images&cd=vfe&ved=0CA0QjRxqFwoTCNju0Nqs9foCFQAAAAAdAAAAABAE

3. Dampak Kolonialisme di Bidang Sosial

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang social yaitu munculnya
masyarakat yang menganut agama Katolik, serta pengaruh Kristen Protestan. Kedatangan Portugis yang
membawa semangat 3G (Gold, Glory, Gospel) mempengaruhi penyebaran agama Kristen dan Katolik di
Indonesia. Salah satu penyebar agama Katolik yang terkenal adalah Fransiscus Xaverius, seorang
misionaris dari Portugis, di Maluku pada tahun 1546-1547. Disamping penyebaran agama katolik, agama
Kristen Protestan juga turut tersebar di Indonesia.

Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Raffles.
Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands Zendeling Genootschap (NZG), yaitu organisasi yang
menyebarkan agama Kristen Protestan berdasarkan Alkitab. Beberapa tokoh yang tergabung dalam NZG
yang terkenal adalah Ludwug Ingwer Nommensen dan Sebastian Qanckaarts.

Namun penjajahan tetaplah penjajahan sehingga kedatangan Bangsa Eropa justru memperburuk social
bangsa kita. Dalam bidang social, praktik kolonialisme dan imperialisme di Indonesia, membawa dampak
antara lain :

13
a. Pembagian status atau kedudukan social pada masa colonial Belanda ditetapkan dalam peraturan
hukum ketatanegaraan Hindia Belanda tahun 1927, yang terdiri dari :
1) Golongan Eropa dan yang dipersamakan, terdiri dari :
a) Bangsa Belanda dan keturunannya.
b) Bangsa Eropa lainnya seperti Portugis, Prancis, Inggris.
c) Orang-orang bangsa lain (bukan Eropa) yang telah dipersamakan dengan Eropa, karena
kekayaannya, keturunan bangsawan, dan pendidikan.
2) Golongan Timur Asing yang terdiri dari golongan Ciba, Arab, India dan Pakistan. Mereka berada di
lapisan tengah.
3) Golongan pribumi, yaitu bangsa Indonesia asli (bumiputera) yang berada pada lapisan bawah.
b. Terjadinya mobilitas social dengan adanya gelombang transmigrasi, terutama untuk memenuhi tenaga-
tenaga di perkebunan yang dibuka Belanda di luar Jawa.
c. Muncul golongan buruh dan golongan majikan yang muncul karena berdirinya pabrik-pabrik dan
perusahaan sehingga pekerjaan masyarakat Indonesia menjadi dinamis.
d. Munculnya elite terdidik karena tuntutan memenuhi pegawai pemerintah sehingga menyebabkan
didirikannya sekolah-sekolah di berbagai kota. Hal ini mendorong lahirnya elite terdidik di perkotaan.
Walaupun jumlahnya sedikit, tetapi sangat berperan dalam perkembangan pergerakan selanjutnya.
e. Daerah Indonesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke pedalaman saja. Kemunduran
perdagangan di laut secara tidak langsung menimbulkan budaya feodalisme di pedalaman. Dengan
feodalisme, rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk atau patuh pada tuan tanah Barat atau Timut Asing
sehingga kehidupan rakyat pribumi mengalami kemerosotan.

4. Dampak Kolonialisme di Bidang Ekonomi

Kolonialisme di bidang ekonomi telah menimbulkan dampak positif maupun negatif. Kita bahas baik-baiknya
dulu ya.

Dengan datangnya Bangsa Eropa, masyarakat Indonesia diperkenalkan pada mata uang, dimasa Raffles
menjalankan kebijakan Sistem Sewa Tanah. Diperkenalkannya uang kertas dan logam mendorong
munculnya perbankan modern di Hindia-Belanda. Salah satunya adalah de Javasche Bank, bank modern di
Hindia-Belanda uang muncul pertama kali dan didirikan di Batavia pada tahun 1828.

Selanjutnya adalah bangkitnya kehidupan perekonomian akibat pembangunan jalan raya pos Anyer-
Panarukan. Keberadaan infrastruktur jalan didukung oleh jaringan transportasi khususnya kereta api yang
muncul dan berkembang pada masa sistem Tanam Paksa. Jaringan kereta api muncul dan berkembang di
Hindia-Belanda sebagai sarana pengantaran hasil perkebunan yang ada di Hindia Belanda serta transportasi
masyarakat. Munculnya sistem transportasi ini merupakan dampak kedatangan Bangsa Eropa bagi
Indonesia yang masih bisa kamu gunakan hingga hari ini. Bahkan dengan adanya sistem Tanam Paksa
menjadikan rakyat Indonesia mengenal berbagai jenis tanaman yang sebelumnya belum pernah mereka
ketahui.

Karena tujuan Belanda di Indonesia untuk mencari rempah-rempah, mereka harus membuat infrastruktur
untuk mengangkut pasokan bahan makanan. Mereka punya andil dalam pembuatan rel kereta api dan jalan
raya. Bahkan mereka juga membangun waduk dan saluran irigasi. Selain itu, mereka juga membangun
industry pertambangan dengan membuka kilang minyak bumi di Tarakan, Kaltim.

Namun bukan berarti dengan pembangunan infrastruktur yang dilakukan Belanda itu membawa
kemakmuran bagi rakyat Indonesia, namun sebaliknya pembangunan di bidang ekonomi yang
dikembangkan oleh Belanda membuat penderitaan rakyat Indonesia semakin dalam. Sistem Tanam Paksa,
buah dari masifnya pembangunan oleh Pemerintah Kolonial, membuat rakyat menderita. Selain kerja paksa,
berikut ini dampak lain dari kolonialisme di bidang ekonomi :

a. Monopoli dan penguasaan suatu daerah atau koloni oleh penjajah yang menimbulkan situasi tidak sehat
dalam hal perdagangan.
b. Praktik monopoli perdagangan oleh VOC membuat mundurnya perdagangan nusantara di kancah
perdagangan internasional.
Betapa tidak, mereka memperlakukan rakyat Indonesia sangat tidak manusiawi. Kebijakan Tanam
Paksa dan ekonomi liberal yang mereka bentuk membuat rakyat Indonesia dipaksa menjadi penghasil
bahan mentah. Alhasil, kita tidak punya jiwa “enterpreneur”. Karena kita hanya diperintah dan diperintah
saja.
c. Munculnya pedagang-pedagang perantara dalam perdagangan internasional yang dipegang oleh orang
Timur Asing, sedangkan bangsa Indonesia hanya sebagai pengecer.
d. Sistem ekonomi uang yang diperkenalkan kepada masyarakat Indoensia membawa dampak dikenalnya
sistem hutang.
14
e. Dalam pengerjaan lahan pertanian, penduduk memulai dengan pinjaman modal. Namun mereka harus
mengembalikan uang dengan sistem bunga yang memperparah perekonomian.

5. Dampak Kolonialisme di Bidang Pendidikan

Pendidikan dari Eropa pertama kali masuk ke nusantara bersamaan dengan masuknya agama Kristen
Katolik. Kala itu dibangun sekolah yang mengajarkan ajaran agama Katolik untuk para pribumi dari daerah
Timur Indonesia di sekitar daerah Maluku. Pendidikan mulai dianggap penting saat kebijakan Politik Etis
dilakukan oleh pemerintah kolonial. Usaha-usaha yang dilakukan oleh kolonial Belanda dalam bidang
pendidikan tidak lain adalah untuk keuntungan pemerintah Belanda, yaitu menghasilkan pegawai
administrasi Belanda yang murah, terampil dan terdidik.

Masalahnya, akses untuk pendidikan ini dibatasi oleh mereka. Belanda lagi-lagi membuat sekat dan kasta.
Karena mereka takut kalau rakyat kita terlalu pintar, kita bisa bersatu untuk menggulingkan kekuasaan
mereka. Maka dari itu, hanya orang-orang “berada” yang bisa masuk. Seperti keturunan raja, bangsawan,
dan pengusaha kaya. Beberapa contoh sekolah yang didirikan pemerintahan colonial Belanda, antara lain :

https://www.ruangguru.com/hs-fs/hubfs/SEJ11%20-
%20Dampak%20Imperialisme%20dan%20Kolonialisme%20terhadap%20Bangsa%20Indonesia-05.jpg?width=600&name=SEJ11%20-
%20Dampak%20Imperialisme%20dan%20Kolonialisme%20terhadap%20Bangsa%20Indonesia-05.jpg
15
Pendidikan selanjutnya yang dibentuk adalah sekolah kejuruan seperti sekolah calon pegawai negeri sipil
yaitu OSVIA. Ada pula sekolah kejuruan medis selevel dengan tingkat universitas yaitu STOVIA. STOVIA
didirikan oleh pemerintah untuk melahirkan dokter-dokter demi mengatasi berbagai penyakit berbahaya di
wilayah jajahannya. Sekolah ini didirikan untuk mendidik masyarakat pribumi, sehingga setelah mengenyam
pendidikan di STOVIA mereka mendapat gelar “Dokter Jawa”. STOVIA akhirnya menjadi cikal bakal
berdirinya Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kedokteran UI.

Diskriminasi yang terjadi, lama kelamaan membuat sebagian kalangan menjadi geram. Alhasil, mulai
bermunculan akademisi yang mementingkan pendidikan di Indonesia. Mulai dari Budi Utomo. Masuknya
pendidikan berbasis agama seperti Muhammadiyah, dll.

Dampak kolonialisme di bidang pendidikan diantaranya :

a. Munculnya golongan terpelajar di Indonesia.


Golongan elite terpelajar inilah yang membawa perubahan dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk
mencapai kemerdekaan dengan membentuk organisasi-oragnisasi diantaranya Budi Utomo,
Muhammadiyah, dll.
b. Bangsa Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi tenaga-tenaga kerja di
perusahaan Belanda.
c. Bangsa Indonesia menjadi tahu perkembangan yang terjadi di dunia luar.

Sumber :

https://www.sma-syarifhidayatullah.sch.id/2021/06/dampak-kolonialisme-di-indonesia.html
https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kelas-11-dampak-kedatangan-bangsa-eropa-bagi-indonesia
https://www.ruangguru.com/blog/imperialisme-dan-kolonialisme

16

Anda mungkin juga menyukai