Anda di halaman 1dari 16

TOKOH – TOKOH BELANDA YANG

MENJELAJAHI SAMUDRA

KELOMPOK 3:
1.Agung Nugraha S
2.Almira Khairunnisa
3.Bima Aditya Prasetyo
4.Marsya Anisa Triana
5.Reji Hikmatur Ramadhani
6.Robi Aditiya
7.Sopiah Nur Aisah M
 KEDATANGAN BANGSA BELANDA KE INDONESIA

A. Latar Belakang Masuknya Belanda Ke Indonesia

Meskipun pencarian sumber rempah merupakan faktor utama pendorong pelayaran


bangsa belanda ke nusantara, penjelajahan samudera yang mereka lakukan sejak abad 15 m,
tidak hanya didasari tujuan itu.sebagaimana bangsa-bangsa eropa yang lain, pelayaran para
pelaut belanda ke berbagai belahan dunia didorong beberapa peristiwa politik dan
perkembangan teknologi pada abad-15.

Penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa eropa dilakukan setidaknya


karena 2 peristiwa politik penting, yakni kekalahan kerajaan-kerajaan katolik eropa dalam
perang salib dan jatuhnya konstantinopel ke tangan turki usmani. Perang salib memporak-
porandakan jalur perdagangan eropa dan asia karena berlangsung di perbatasan 2 benua
tersebut. Selain jalur perdagangan, keadaan ekonomi kerajaan-kerajaan eropa pun menjadi
terpuruk. Kas mereka menyusut drastis karena besarnya biaya perang.

Dampak balas budi sejarah penyerbuan dan penaklukan kairo oleh kesultanan
utsmaniyah berselang 2 abad setelah perang salib selesai, kota konstantinopel (sekarang
istanbul) jatuh ke tangan imperium turki usmani (ottoman). Hal ini adalah kabar buruk bagi
kerajaan-kerajaan di eropa karena kota tersebut menjadi titik penting jalur perdagangan antar-
benua (eropa dan asia). Sejak konstantinopel dikuasai turki usmani, para pedagang eropa
dilarang datang ke kota itu untuk bertransaksi dengan pedagang-pedagang dari asia. Laut
tengah kala itu pun dikuasasi oleh turki usmani sehingga bagi para pedagang eropa nyaris
tidak ada peluang untuk berinteraksi dengan penyuplai barang dari timur jauh. Terputusnya
jalur perdagangan asia-eropa tersebut dibarengi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi bangsa-bangsa benua biru.

Ilmu geografi dan teknologi pelayaran kalau itu mulai maju pesat di eropa. Ilmu
pengetahuan dan teknologi pelayaran yang berkembang pesat setelah perang salib membuat
bangsa-bangsa eropa berusaha menemukan jalur perdagangan lain melalui laut. Mereka juga
berhasrat menemukan dunia baru di daratan-daratan yang masih misterius bagi bangsa-
bangsa eropa, terutama pulau-pulau penghasil rempah. Pelayaran-pelayaran yang dilakukan
tersebut, selain untuk mencari sumber bahan baku dari asia yang dibutuhkan masyarakat
eropa, juga dijadikan sarana misi penyebaran agama katolik dan kristen. Karena itu, lahir
istilah gold, glory, and gospel (3g) yang menggambarkan semangat pelayaran para penjelajah
eropa kala itu.
B. Sejarah Masuknya Belanda Ke Indonesia
Para penjelajah Belanda pertama kali masuk ke kepulauan Nusantara pada tahun 1595 dengan
empat buah kapal, 64 pucuk meriam, dan 249 awak yang dikomandoi oleh Cornelis de Houtman.
Empat kapal Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di perairan Banten pada 27 Juni 1596,
tepat hari ini 422 tahun lalu. Sebelum angkat sauh dari Amsterdam, Cornelis mendapat informasi
bahwa di timur jauh sana, ada kepulauan penghasil rempah-rempah.Pada hari itulah, orang-orang
Belanda telah menemukan Banten yang sejatinya hanya merupakan sebagian kecil dari kepulauan
rempah-rempah paling menggiurkan di dunia.

Praktik kolonialisme Belanda di Nusantara segera dimulai, dan Cornelis de Houtman adalah
pembuka jalannya. Dari Banten, rombongan ini melanjutkan pelayaran ke arah timur dengan
menyusuri pantai Utara Jawa hingga ke Bali. Cornelis menjadi salah satu orang paling berpengaruh.
Selain karena berhasil mendapatkan informasi dari Portugal, termasuk pernah ditangkap dan dipenjara
oleh otoritas di sana, ia juga menyumbang dana sebesar 300.000 gulden untuk persiapan pelayaran itu,
sebagaimana diungkapkan Peter Fitzsimons (2012) dalam buku berjudul Batavia.

Cornelis de Houtman dikenal sebagai kapten kapal yang bertabiat buruk. Semula
kedatangannya diterima oleh orang-orang Nusantara dengan tangan terbuka. Namun, ulahnya
mengubah relasi itu menjadi perseteruan dan peperangan.Cornelis de Houtman Tewas dalam Tikaman
Rencong Malahayati Meskipun begitu, rombongan de Houtman berhasil kembali ke Belanda pada
1597 dengan membawa serta banyak peti berisi rempah. Pelayaran pertama Belanda untuk mencari
rempah di Nusantara kemudian dianggap sukses. Keberhasilan rombingan de Houtman kemudian
mendorong pelayaran-pelayaran lain dari Belanda menuju wilayah nusantara. Pelayaran-pelayaran
yang dilakukan setelah kembalinya rombongan de Houtman dikenal dengan masa wilde vaart
(pelayaran tak teratur).

Pada 1598, sebanyak 22 kapal bertolak dari Belanda untuk mengikuti langkah rombongan
Cornelis de Houtman. Kapal-kapal tersebut bukan merupakan kapal kerajaan, melainkan milik
perusahan-perusahaan swasta Belanda. Salah satu rombongan di gelombang pelayaran kedua tersebut
dipimpin oleh Jacob van Neck. Berbeda dengan de Houtman, van Neck bersikap lebih hati-hati dan
tidak mencoba melawan para penguasa lokal Nusantara. Pada Maret 1599, rombongan van Neck
berhasil mencapai Maluku yang kala itu menjadi penghasil utama rempah-rempah dalam jumlah
besar. Keberhasilan van Neck menjangkau Maluku membuatnya untung besar saat kembali ke
Belanda. Pada 1601, gelombang pelayaran menuju nusantara kembali datang dari Belanda. Sebanyak
14 buah kapal ikut dalam gelombang pelayaran ketiga ini. Rangkaian pelayaran itu lantas diikuti
dengan langkah orang-orang Belanda memonopoli perdagangan rempah di sejumlah daerah nusantara.
Sejarawan M. C. Ricklefs menyebutkan kesuksesan orang-orang Belanda memonopoli perdagangan
rempah di Nusantara dikarenakan mereka belajar dari kesalahan Portugis.

Kala J.P. Coen Menaklukkan Jayakarta dan Mendirikan Batavia Sebenarnya, baik Spanyol
dan Portugis mencoba merahasiakan keberadaan kepulauan Nusantara dari bangsa lain di Eropa.
Namun, terdapat awak kapal asal Belanda dalam kapal Portugis yang melakukan penjelajahan. Orang-
orang inilah yang membuat catatan terperinci tentang seluk-beluk strategi, kelebihan, dan kekurangan
pelayaran yang dilakukan Portugis. Tiga gelombang pelayaran orang-orang Belanda ke Nusantara
membuat terdapat beberapa perusahaan dagang yang saling bersaing di Nusantara. Akibatnya,
keuntungan perdagangan rempah di pasar Eropa berkurang. Untuk menanggulangi dampak persaingan
tersebut, pada 1602, dibentuklah Vereenig de Oost Indische Compagnie (VOC) sebagai perserikatan
dagang Belanda. Lewat VOC, perusahaan dagang swasta bersatu dan menghilangkan persaingan
sesama pedagang Belanda. Berdirinya VOC juga menjadi tonggak dominasi Belanda di nusantara.
Setelah berhasil memonopoli perdagangan rempah, menguasai Batavia dan sebagian Jawa, hingga
mengendalikan raja-raja lokal, VOC menjadi representasi awal dari kolonialisme Belanda di
nusantara.
C. Tokoh Belanda Yang Menjelajahi Indonesia

1. Cornelis De Houtman

Cornelis de Houtman lahir pada 2 April 1565 - meninggal pada 1


September 1599 adalah seorang penjelajah dan pedagang asal Belanda.
Ia terkenal karena merupakan salah satu tokoh utama dalam ekspedisi
pertama Belanda ke Hindia Timur, yang membuka jalan bagi penetrasi
perdagangan dan kolonial Belanda di wilayah tersebut.

Lahir di Gouda, Belanda, Cornelis de Houtman tumbuh dalam


lingkungan yang berfokus pada perdagangan dan pelayaran. Ia dan
saudaranya, Frederik de Houtman, terlibat dalam pengembangan rute
pelayaran baru ke Hindia Timur melalui Tanjung Harapan. Ekspedisi ini bertujuan untuk memotong
dominasi Portugal atas jalur perdagangan rempah-rempah. Pada tahun 1595, Cornelis de Houtman
menjadi pemimpin ekspedisi yang terdiri dari empat kapal.

Selama ekspedisi tersebut, mereka menavigasi lautan yang belum begitu dikenal oleh orang Eropa.
Cornelis de Houtman berhasil mencapai pantai Jawa pada tahun 1596. Namun, perjalanan ini tidak
berjalan mulus dan penuh dengan konflik, baik dengan penduduk lokal maupun dengan awak kapal
sendiri yang menderita banyak penyakit. Meskipun demikian, ekspedisi ini memberikan pengetahuan
berharga tentang rute perjalanan dan potensi perdagangan di wilayah tersebut.

Setelah kembali ke Belanda, Cornelis de Houtman menerbitkan catatannya tentang perjalanan tersebut
dalam buku berjudul "Reys-gheschrift vande navigatien der Portugaloysers in Orienten" pada tahun
1597. Buku ini memberikan informasi penting bagi para pedagang dan penjelajah lain yang berminat
untuk mengikuti jejaknya.

Sayangnya, pada tahun 1599, Cornelis de Houtman meninggal dunia di luar negeri ketika berusaha
untuk kembali ke Hindia Timur. Meskipun perjalanannya penuh dengan tantangan dan kesulitan, jasa-
jasanya dalam membuka jalan bagi penetrasi Belanda ke Hindia Timur sangatlah penting dalam
sejarah kolonialisasi dan perdagangan Eropa di wilayah tersebut.
 Rute Perjalanan Cornelis De Houtman

Ekspedisi Pertama Cornelis de Houtman ke Hindia Timur (1595-1597):

Pada tahun 1595, Cornelis de Houtman memimpin ekspedisi pertama Belanda ke Hindia Timur.
Berlayar dari pelabuhan Texel di Belanda dengan empat kapal, perjalanan ini dimulai dengan
pelayaran ke selatan, mengikuti pesisir barat Afrika dan melewati Tanjung Harapan, ujung
selatan benua itu. Setelah mencapai Samudera Hindia, ekspedisi berlayar menuju timur,
menghadapi tantangan besar dalam mengarungi lautan yang belum dikenal oleh orang Eropa.

Tujuan akhir mereka adalah Banten, pelabuhan di Pulau Jawa. Di Banten, mereka menjalin
hubungan dengan kerajaan lokal dan terlibat dalam perdagangan, mencari jalur alternatif untuk
rempah-rempah yang tidak dikontrol oleh Portugal. Setelah interaksi di Banten, ekspedisi
kemungkinan menjelajahi beberapa bagian pantai Jawa dan pulau-pulau di dekatnya, yang
memberikan wawasan tentang geografi wilayah itu.

Setelah perjalanan yang sulit dan berisiko, ekspedisi ini kembali ke Belanda pada tahun 1597.
Meskipun tantangan yang dihadapi, pengetahuan yang diperoleh dari ekspedisi ini berperan
dalam mengembangkan pemahaman geografis dan perdagangan Eropa di wilayah Asia Tenggara
dan Hindia Timur.
2. Abel Tasman

Abel Tasman lahir pada 1603 di Lutjegast, Belanda - meninggal pada 10


Oktober 1659 di Batavia, Hindia Belanda adalah seorang penjelajah dan
kartografer Belanda yang berperan penting dalam eksplorasi wilayah-wilayah
yang belum terjamah di Pasifik Selatan dan Hindia Barat.

Tasman lahir pada tahun 1603 di desa Lutjegast, yang terletak di provinsi
Groningen, Belanda. Ia memulai kariernya sebagai seorang pelaut dan kapten kapal dagang sebelum
kemudian terlibat dalam beberapa ekspedisi penting.

Pada tanggal 13 Desember 1642, di bawah perintah Gubernur Jenderal Anthony van Diemen,
Tasman memimpin sebuah ekspedisi yang akan mengubah namanya dalam sejarah eksplorasi.
Ekspedisi ini mengarahkan kapalnya ke wilayah yang belum terjamah di bagian selatan Samudera
Hindia. Selama perjalanan ini, pada tanggal 24 November 1642, ia mencapai wilayah yang
kemudian dikenal sebagai Tasmania (dinamai setelah dirinya sendiri).

Tasman juga menjelajahi pantai utara Selandia Baru selama ekspedisi ini dan memberikan nama
"Staten Landt" (Tanah Staten) untuk menghormati otoritas Belanda Staten Generaal. Nama ini
kemudian berubah menjadi Nova Zeelandia (Selandia Baru). Selama ekspedisi-ekspedisi berikutnya,
Tasman juga mengidentifikasi beberapa pulau kecil di Samudera Pasifik, termasuk Kepulauan Fiji.

Abel Tasman meninggal pada tanggal 10 Oktober 1659 di Batavia, yang sekarang dikenal sebagai
Jakarta, Hindia Belanda. Meskipun kontribusinya dalam mengembangkan pengetahuan geografis
dan kartografi Eropa sangat penting, ia mungkin kurang dikenal secara luas dibandingkan dengan
beberapa penjelajah lain dari zamannya.
 Rute Perjalanan Abel Tasman

Abel Tasman melakukan perjalanan yang signifikan pada ekspedisi tahun 1642, menjelajahi berbagai
wilayah di sekitar Samudera Hindia dan Pasifik Selatan. Berikut adalah deskripsi rute perjalanannya:

Tasman dan krunya memulai perjalanan dari Batavia, pusat perdagangan Belanda di Hindia Belanda,
pada tanggal 14 Agustus 1642. Mereka menggunakan kapal Heemskerck dan Zeehaen. Setelah
berangkat dari Batavia, ekspedisi Tasman berlayar ke selatan menuju Pulau Mauritus di Samudera
Hindia, di mana mereka beristirahat dan melakukan perbaikan kapal.

Dari Mauritus, kapal-kapal berlayar ke barat menuju pantai barat Australia. Pada tanggal 24
November 1642, mereka mencapai pantai barat Pulau Tasmania (dinamai setelah Abel Tasman).
Berlanjut ke timur, mereka mencapai pantai utara Selandia Baru pada bulan Desember 1642,
memberikan nama "Staten Landt" (Tanah Staten) untuk menghormati pemerintah Belanda. Wilayah
ini kemudian dikenal sebagai Nova Zeelandia (Selandia Baru).

Setelah menjelajahi pantai utara Selandia Baru, mereka kembali ke Batavia melalui rute yang berbeda,
mungkin melewati perairan selatan pulau Jawa. Perjalanan ini membawa mereka kembali ke Batavia
pada bulan Juni 1643.

Rute perjalanan ini menghubungkan beberapa wilayah penting di Pasifik Selatan dan Hindia Belanda,
termasuk Mauritius, bagian dari Australia, dan Selandia Baru. Meskipun ekspedisi ini lebih terkenal
dengan penemuan Selandia Baru dan Tasmania, rute ini memberikan wawasan penting tentang
geografi wilayah-wilayah tersebut pada masa itu
3. Jacob Corneliszoon Van Neck

Jacob Corneliszoon van Neck (1564-1638) adalah seorang penjelajah dan pedagang
Belanda yang berkontribusi penting dalam perdagangan dan eksplorasi di wilayah
Hindia Belanda pada abad ke-16 dan awal abad ke-17.
Jacob Corneliszoon van Neck lahir pada tanggal 6 Januari 1564 di Amsterdam,
Belanda. Sejak muda, ia tumbuh di lingkungan yang sangat terkait dengan
perdagangan dan kelautan di kota tersebut, yang pada waktu itu merupakan pusat
perdagangan penting di Eropa.

Salah satu prestasi utama Van Neck adalah kepemimpinannya dalam "Armada Laut Merah" pada tahun
1598. Ekspedisi ini berhasil memperoleh rempah-rempah melalui Laut Merah, menunjukkan kemampuan
dagang dan navigasinya yang hebat.

Namun, perannya yang lebih signifikan adalah dalam mendirikan Vereenigde Oost-Indische Compagnie
(VOC) pada tahun 1602. Ia adalah salah satu pendiri perusahaan ini, yang didirikan untuk
mengonsolidasikan kekuatan perdagangan Belanda di Hindia Belanda dan menjadikannya salah satu
perusahaan dagang paling berpengaruh dalam sejarah.

Selain itu, Van Neck juga terlibat dalam berbagai ekspedisi maritim di wilayah timur, yang membantu
memperluas pengetahuan Eropa tentang wilayah tersebut.

Jacob Corneliszoon van Neck meninggal pada tanggal 8 November 1638 di Amsterdam. Warisannya
meliputi peran krusialnya dalam pendirian VOC dan pengaruhnya yang mendalam dalam sejarah
penjelajahan dan perdagangan Eropa di wilayah Hindia Belanda.

 Rute Perjalanan Jacob Corneliszoon Van Neck


Van Neck terlibat dalam beberapa ekspedisi ke Hindia Belanda dengan tujuan mengamankan
kepentingan dagang Belanda dan mendapatkan rempah-rempah yang berharga. Salah satu contoh
ekspedisi ini adalah perjalanan tahun 1601-1603.
Pada ekspedisi ini, Van Neck dan armadanya berlayar dari Belanda menuju wilayah Hindia Belanda.
Rute perjalanan mereka melintasi Samudera Atlantik dan Laut Tengah, kemudian melewati Selat Suez
yang menghubungkan Laut Tengah dengan Laut Merah. Setelah mencapai Laut Merah, mereka
menjelajahi pesisir-pesisirnya, mungkin mengunjungi pelabuhan-pelabuhan penting di daerah yang
sekarang menjadi Yaman dan Somalia.

Dari Laut Merah, perjalanan dilanjutkan ke timur menuju wilayah Samudera Hindia dan Hindia
Belanda. Armada ini mungkin mengikuti jalur perdagangan yang telah mapan pada masa itu, melalui
Selat Malaka atau sekitar bagian selatan Sumatra.
Tujuan utama dari ekspedisi ini adalah untuk memperoleh rempah-rempah yang sangat berharga,
seperti cengkih dan lada, yang hanya dapat ditemukan di wilayah-wilayah ini. Setelah mencapai
tujuan dan mengumpulkan barang dagangan, armada kembali ke Belanda dengan membawa hasil
perdagangan yang berharga.
Rute perjalanan ini menghubungkan Eropa dengan wilayah-wilayah Hindia Belanda melalui jalur
perdagangan yang penting pada masa itu. Van Neck dan armadanya menghadapi tantangan navigasi
dan perangkap perjalanan di laut, tetapi berhasil meraih tujuan mereka dalam upaya memperluas
perdagangan Belanda di wilayah-wilayah rempah-rempah yang berharga.

4. Frederick De Houtman

Frederick de Houtman (lahir pada tanggal 2 April 1571, meninggal pada


tanggal 21 Oktober 1627) adalah seorang penjelajah, navigator, dan
kartografer Belanda yang memiliki kontribusi penting dalam navigasi
maritim dan pemetaan astronomi.
Frederick de Houtman lahir pada tanggal 2 April 1571 di Gouda, Belanda. Ia
tumbuh dalam lingkungan yang terpengaruh oleh perdagangan dan kelautan,
yang kemungkinan memengaruhi minatnya terhadap navigasi dan eksplorasi.
Pada tahun 1595, ia bergabung dalam "Armada Pertama ke Hindia Timur"
yang dipimpin oleh saudaranya, Cornelis de Houtman. Armada ini bertujuan untuk menemukan jalur
perdagangan baru ke Hindia Belanda. Setelah mencapai tujuan perdagangannya, Frederick de
Houtman dan saudaranya terlibat dalam studi astronomi dan navigasi di Banten, Indonesia.
Salah satu kontribusi utama Frederick de Houtman adalah pemetaan dan katalogisasi bintang-bintang
selatan. Ia menciptakan katalog bintang-bintang selatan baru yang memuat pengukuran dan deskripsi
yang lebih akurat. Katalog ini, yang kemudian dikenal sebagai "Houtman Abend Sterren", menjadi
landasan bagi navigasi di belahan selatan bumi.
Frederick de Houtman juga berperan dalam pemetaan wilayah-wilayah di Hindia Belanda, terutama
wilayah-wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Indonesia. Ia terlibat dalam beberapa ekspedisi
maritim dan memberikan kontribusi penting terhadap pemahaman Eropa tentang geografi dan
astronomi di belahan selatan dunia.
Frederick de Houtman meninggal dunia pada tanggal 21 Oktober 1627 di Gouda, Belanda.
Warisannya terus dikenang karena kontribusinya dalam navigasi, pemetaan bintang, dan penjelajahan
maritim di Hindia Belanda. Karya-karyanya memberikan panduan berharga bagi penjelajah dan
navigator di seluruh dunia, terutama dalam eksplorasi di belahan selatan.

 Rute Perjalanan Frederick De Houtman

Frederick de Houtman melakukan perjalanan dari Belanda ke wilayah Hindia Belanda (sekarang
Indonesia) pada abad ke-16. Rute perjalanan melibatkan berlayar melintasi Laut Atlantik, melintasi
Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika, dan kemudian berlayar menuju timur melintasi Samudera
Hindia. Setelah perjalanan yang panjang, armada atau kapal yang dikomandani oleh Frederick de
Houtman tiba di wilayah Hindia Belanda, mungkin di pelabuhan seperti Banten di pulau Jawa. Para
penjelajah pada masa itu mengandalkan pengetahuan navigasi, alat navigasi, dan pengalaman mereka
dalam menghadapi tantangan cuaca dan perairan yang berbeda-beda selama perjalanan yang penuh
tantangan.
Rute perjalanan ini akan melibatkan perjalanan yang panjang dan penuh tantangan melalui perairan
yang luas dan beragam. Frederick de Houtman dan para penjelajah lainnya pada masa itu
mengandalkan pengetahuan navigasi mereka, alat navigasi seperti peta dan kompas, serta pengalaman
dalam menghadapi cuaca dan perairan yang berbeda-beda.
5. Jacob Roggeveen

Jacob Roggeveen (1 Februari 1659 - 31 Januari 1729) adalah seorang penjelajah


Belanda yang terkenal karena memimpin ekspedisi pertama yang tercatat ke Pulau
Paskah. Ia lahir pada tanggal 1 Februari 1659 di Middelburg, Belanda. Tumbuh dalam
keluarga pedagang, Roggeveen terpapar pada lingkungan perdagangan dan navigasi
yang mempengaruhi minatnya terhadap eksplorasi.
Pada tahun 1721, atas perintah dari Belanda Hindia Timur (VOC), Jacob Roggeveen
memimpin ekspedisi penjelajahan ke Samudera Pasifik. Tujuan utama ekspedisi ini
adalah untuk mencari wilayah-wilayah yang dapat digunakan sebagai pos dagang untuk Belanda di
Samudera Pasifik.
Pada tanggal 5 April 1722, ekspedisi Roggeveen mencapai Pulau Paskah, sebuah pulau terpencil di
tengah Samudera Pasifik. Ini merupakan kali pertama kedatangan Eropa di pulau tersebut. Roggeveen
memberi nama pulau ini "Pulau Paskah" karena ekspedisi ini tiba di sana pada Hari Paskah.

 Rute Perjalanan Jacob Regeveen

Perjalanan dimulai dari Eropa, kemungkinan dari Belanda, dan melibatkan berlayar menuju timur
melintasi Laut Atlantik. Rute umum pada masa itu adalah Jalur Tanjung Harapan, yang melibatkan
perjalanan melintasi ujung selatan Afrika, Tanjung Harapan (Tanjung Baik). Setelah melewati
Tanjung Harapan, perjalanan dilanjutkan melintasi Samudera Hindia, melintasi perairan luas dan
beragam.
Tujuan utama perjalanan ini adalah Batavia, ibu kota Hindia Belanda. Batavia adalah pusat
perdagangan dan pemerintahan kolonial Belanda di wilayah tersebut. Di sana, Roggeveen berinteraksi
dengan lingkungan kolonial dan perdagangan yang aktif. Ia mungkin mengamati kegiatan
perdagangan, mengenal budaya lokal, dan berpartisipasi dalam aktivitas yang terkait dengan koloni.
Setelah selesai di Batavia, Roggeveen kemungkinan kembali ke Eropa. Perjalanan kembali
melibatkan berlayar melintasi Laut Hindia dan Atlantik.
Walaupun detail perjalanan ini mungkin tidak sepenuhnya tercatat dalam catatan sejarah, perjalanan
ini memberikan gambaran tentang bagaimana perdagangan dan kolonisasi Belanda berlangsung di
wilayah Hindia Belanda pada masa itu.

6. Jan Van Riebeeck

Jan van Riebeeck lahir pada tanggal 21 April 1619 di kota Culemborg, Belanda. Ia
berasal dari keluarga pedagang dan tumbuh dalam lingkungan yang memiliki
hubungan dengan perdagangan dan kelautan. Pengalaman dan pengetahuan yang
dimilikinya dari lingkungan tersebut akan menjadi berharga dalam perannya sebagai
administrator dan penjelajah.Pada tahun 1652, atas perintah Belanda Hindia Timur
(VOC), Jan van Riebeeck memimpin ekspedisi untuk mendirikan pos perdagangan di
Tanjung Harapan, yang sekarang dikenal sebagai Cape Town di Afrika Selatan. Pos
perdagangan ini merupakan awal dari kolonisasi Belanda di wilayah tersebut dan menjadi dasar bagi
perkembangan selanjutnya.Setelah selesai menjalankan tugasnya di Tanjung Harapan, Jan van
Riebeeck kembali ke Belanda pada tahun 1662. Ia kemudian menjabat sebagai seorang pejabat di
Batavia (sekarang Jakarta, Indonesia). Setelah menjalankan tugasnya di Tanjung Harapan (Cape
Town) di Afrika Selatan, ia kemudian ditugaskan ke Batavia (sekarang Jakarta), yang merupakan
pusat pemerintahan kolonial Belanda di Hindia Belanda (sekarang Indonesia).Setelah kembali dari
Afrika Selatan, Jan van Riebeeck menjadi seorang pejabat di Batavia. Ia terlibat dalam urusan
pemerintahan dan administrasi di wilayah tersebut. Batavia pada masa itu merupakan pusat penting
perdagangan dan pemerintahan Belanda di Asia Tenggara.

Jadi, Jan van Riebeeck memang sampai ke wilayah Indonesia, terutama di Batavia, setelah perannya
dalam kolonisasi di Tanjung Harapan.Jan van Riebeeck meninggal dunia pada tanggal 18 Januari
1677 di Batavia.

 Rute Perjalanan Jan Van Riebeeck


Jan van Riebeeck memulai perjalanan dari Eropa, mungkin dari Belanda. Rute umum pada masa itu
adalah melintasi Laut Atlantik menuju ke Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan
Afrika.
Pada tahun 1652, Jan van Riebeeck memimpin ekspedisi untuk mendirikan pos perdagangan Belanda
di Tanjung Harapan. Pos perdagangan ini berfungsi sebagai persinggahan strategis bagi kapal-kapal
Belanda yang berlayar antara Eropa dan wilayah timur, serta menjadi cikal bakal kolonisasi Belanda
di Afrika Selatan.
Setelah menjalankan tugasnya di Tanjung Harapan, Jan van Riebeeck kembali ke Belanda. Namun, ia
kemudian ditugaskan kembali ke Hindia Belanda (sekarang Indonesia), lebih tepatnya ke Batavia,
yang merupakan pusat pemerintahan kolonial Belanda di wilayah tersebut.
Jan van Riebeeck bekerja sebagai seorang pejabat di Batavia. Ia terlibat dalam urusan pemerintahan
dan administrasi di wilayah tersebut.
Rute perjalanan ini melibatkan perjalanan yang panjang dan beragam, melintasi perairan Laut
Atlantik, Samudera Hindia, dan mungkin melibatkan beberapa persinggahan di pelabuhan-pelabuhan
penting dalam perjalanan menuju dan dari Afrika Selatan dan Indonesia.

7. Jan Pieterszoon Coen

Jan Pieterszoon Coen (8 Januari 1587 - 21 September 1629) adalah seorang tokoh
utama dalam sejarah Hindia Belanda yang memiliki peran penting dalam mendirikan
dan mengembangkan pos perdagangan Belanda di Asia Tenggara. Ia terlibat dalam
pelayaran-pelayaran awal Belanda ke Hindia Timur sebagai anggota Vereenigde
Oostindische Compagnie (VOC) atau Perusahaan Hindia Timur yang Dihimpun. Pada
tahun 1619, Coen memimpin ekspedisi untuk mendirikan pos perdagangan dan
pangkalan militer di Jakarta, Indonesia, yang dinamai Batavia. Tindakan kerasnya dalam
mengamankan posisi Belanda, termasuk peristiwa "Penggantungan Banda," menjadi kontroversial
dalam sejarahnya. Selain aspek militer, Coen juga memperkuat ekonomi dan perdagangan Belanda di
Hindia Belanda, mengembangkan monopoli perdagangan rempah-rempah dan mendirikan perseruan
yang menguasai produksi dan perdagangan di wilayah tersebut. Ia meninggal dunia pada 21
September 1629 di Batavia akibat malaria. Meskipun kontroversial, ia dianggap sebagai tokoh yang
meninggalkan warisan penting dalam pembentukan koloni Belanda di wilayah Asia Tenggara.

 Rute Perjalanan Pieterszoon Coen

Rute perjalanan Jan Pieterszoon Coen melibatkan perjalanan dari Eropa ke Hindia Belanda (sekarang
Indonesia) dan beberapa tempat di wilayah tersebut. Perjalanan dimulai dari Belanda, kemungkinan
dari Amsterdam atau pelabuhan lainnya di wilayah Belanda, dengan berlayar menuju timur melintasi
Laut Atlantik.

Pieterszoon Coen tiba di Batavia, yang merupakan pos perdagangan penting dan pusat pemerintahan
Belanda di Hindia Belanda. Di sana, ia memainkan peran sentral dalam mengembangkan pos
perdagangan tersebut dan juga mengamankan posisi Belanda di wilayah tersebut.

Selama kepemimpinan Coen, Belanda melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di Hindia Belanda,
termasuk pulau-pulau di Jawa. Di tengah interaksi dengan suku-suku lokal dan persaingan dengan
bangsa-bangsa lain, Pieterszoon Coen juga terlibat dalam perjalanan ke pulau-pulau di wilayah
tersebut.

Setelah tugasnya dalam mengembangkan keberadaan Belanda di Hindia Belanda, Coen kembali ke
Batavia.

D. Kesinpulan

Penjelajahan samudra oleh negara Belanda memiliki dampak dan kesimpulan yang kompleks. Di
bawah ini adalah beberapa kesimpulan yang mungkin dapat diambil:

1. Peningkatan Pengetahuan Geografi: Penjelajahan samudra oleh Belanda membantu


meningkatkan pengetahuan geografi dunia pada masa itu. Para penjelajah Belanda seperti
Abel Tasman menjelajahi wilayah-wilayah baru, seperti pantai Australia dan pulau-pulau di
Samudra Hindia, yang memperkaya pemahaman kita tentang peta dunia.

2. Ekspansi Kolonial: Penjelajahan Belanda juga bertujuan untuk memperluas wilayah kolonial
mereka. Mereka mendirikan jaringan perdagangan dan koloni di berbagai belahan dunia,
termasuk Indonesia, Afrika Selatan, dan Amerika. Ekspansi ini membawa dampak besar
terhadap budaya, ekonomi, dan masyarakat di wilayah-wilayah tersebut.

3. Perdagangan dan Kemakmuran: Aktivitas penjelajahan membawa kemakmuran ekonomi bagi


Belanda melalui perdagangan rempah-rempah dan barang-barang berharga lainnya.
Penguasaan mereka atas rute perdagangan penting menguntungkan pertumbuhan ekonomi
negara.

4. Pengaruh Budaya: Kontak dengan berbagai wilayah juga membawa pengaruh budaya.
Belanda memperkenalkan budaya Eropa ke berbagai wilayah yang mereka kolonialisasi, yang
pada gilirannya berdampak pada perkembangan budaya lokal.

5. Kolonialisme dan Dampak Sosial: Penjelajahan dan kolonisasi Belanda juga memiliki
dampak negatif. Penindasan, eksploitasi, dan perampasan sumber daya alam dari wilayah-
wilayah jajahan mengakibatkan penderitaan bagi penduduk asli dan merusak struktur sosial
yang ada.

6. Perkembangan Navigasi dan Teknologi: Penjelajahan samudra memicu perkembangan


teknologi navigasi, seperti alat-alat navigasi dan peta yang lebih baik. Ini memiliki dampak
jangka panjang pada penjelajahan masa depan dan perdagangan global.
7. Pertumbuhan Kekuatan Maritim: Penjelajahan dan dominasi Belanda di lautan berkontribusi
pada pembentukan citra mereka sebagai kekuatan maritim yang kuat. Ini menciptakan
warisan yang terus ada dalam identitas nasional Belanda.

8. Namun, perlu diingat bahwa dampak penjelajahan Belanda tidak selalu positif. Meskipun
penjelajahan ini membawa kemajuan dalam beberapa aspek, dampak buruknya juga terasa
dalam bentuk eksploitasi, ketidaksetaraan, dan penindasan di wilayah-wilayah jajahan.

Anda mungkin juga menyukai