Anda di halaman 1dari 8

A.

KEDATANGAN BANGSA EROPA DI INDONESIA


Pusat-pusat perdagangan di Laut Tengah merupakan salah satu bagian kawasan yang memiliki
tingkat kesibukan dan keramaian yang tinggi dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran kuno
dunia. Di kawasan ini terdapat beberapa kota dan pelabuhan dagang utama, seperti
Konstantinopel, Iskandariah, Venesia, Genoa, dan Allepo.

Konstantinopel yang terletak di tepi pantai Laut Marmora di dekat selat Bosporus merupakan
kota transit rempah-rempah pertama di sekitar Laut Tengah yang mengenal barang-barang
antar Eropa Asia. Venesia dan Genoa adalah dua kota dagang yang terletak di pantai Laut
Adriatik dan Laut Liguria. Kedua kota tersebut berperan sebagai tempat berlabuhnya kapal-
kapal dari Eropa yang akan berlayar ke Konstantinopel atau ke ISkandariah untuk membeli
rempah-rempah.

Kota-kota dagang di sekitar Laut Tengah pada umumnya merupakan kota Otonom, artinya
kota yang memperoleh banyak keleluasan untuk mengatur dirinya sendiri dan lain-lain.
Kemajuan yang diperoleh kota-kota dagang di sekitar Laut Tengah rupanya tidak terlepas dari
peran kota-kota dagang lain di sekitarnya. Para pedagang besar seperti dari Inggris dan Belanda
sering mendatangi pusat-pusat perdagangan di Eropa Selatan dengan maksud mendapatkan
barag-barang yang dibutuhkannya.

Peran-peran pusat perdagangan di Laut Tengah kemudian berubah ketika Konstantinopel


dikuasai oleh kekaisaran Turki Utsmani pada tahun 1453. Sejak saat itu, bangsa-bangsa Eropa
merasa kesulitan memperoleh barang-barang kebutuhan yang biasanya dipasok
Konstantinopel. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan kekaisaan Turki Utsmani pada tahun 1453
telah menimbulkan kesulitan bagi bangsa-bangsa Eropa, terutama dalam bidang perdagangan.

Akan tetapi sejak kejatuhan kota itu, bangsa-bangsa Eropa harus mencari sendiri barang-
barang kebutuhannya, terutama rempah-rempah. Untuk mengatasi hal tersebut, bangsa-
bangsa Eropa terpaksa melakukan penjelajahan samudra.

1.Masa Penjelajahan Samudra


Bangsa Eropa yang melopori penjelajahan samudra yaitu, Portugis dan Spanyol. Beberapa
faktor yang mendorong terjadinya penjelajahan samudra, khususnya bagi Portugis dan Spanyol.

a. Terpengaruh oleh ajaran Copernicus yang menyatakan bahwa duni bulat.


b. Merasa tertarik dengan kisah perjalanan Marco Polo ke dunia timur.
c. Timbulnya kemjuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Terdorong semangat mewujudkan semangat 3-G, yaitu, gold, glory, dan gospel.

Beberapa pelaut bangsa potugis yang melopori penjelajahan samudra:

a. Bartholomeus Diaz (1450-1500)

Pada pertengahan abad ke-15 beberapa pelaut portugis sudah lama mencoba
menyusuri pantai barat Afrika. Namun, rombongan penjelajah Bartholomeus Diaz
yang pertama berhasil mencapai ujung selatan pantai barat Afrika itu. Diaz
berangkat dari negerinya pada tahun 1486 dan berlayar menyusuri pantai barat
Afrika hingga mencapai sebuah tempat di ujung Afrika dengan kondisi cuaca yang
buruk. Kapal Diaz hanya mampu mengitari daerah itu yang kemudian hari disebut
sebagai Topan Tanjung.

Tanjung Topan diubah namanya menjadi Tanjung Harapan. Namun, ternyata


tanjung tersebut malah telah membuka harapan untuk melanjutkan perjalanan
berikutnya.

b. Vasco da Gama (1460-1524)

Vasco da Gama adalah seorang penjelajah berkebangsaan Portugis, yang


menemukan jalur jalan laut langsung dari Eropa ke Malabar, India dengan
melakukan penjelajahan laut mengelilingi Afrika. Ekspedisi Vasco da Gama dimulai
tahun 1497. Ia bertolak dari Lisabon menempuh rute berputar kea rah barat daya
menuju wilayah sekitar Brazil. Calicut merupakan kota dagang yang ramai di India.
Calicut menjadi gudang barang-barang yang diperlukan bangsa-bangsa Erop, seperti
kayu manis, cengkih, pala, lada, sutra, kemenyan, dan porselen.

c. Afonso de Albuquerque (1453-1515)


Afonso de Albuquerque merupakan penjelajah portugis yang berhasil menjelajahi
laut hingga mencapai Goa pada tahun 1510. Ia pun tokoh yang sangat berperan
dalam merebut kota Malaka. Penguasaan Malaka sangat penting artinya bagi
portugis. Portugis secara leluasa akan dapat memantau segenap gerak langkah lalu
lintas perniagaan yang ramai di selat Malaka.

Adapun pelaut-pelaut spanyol yang melaksanakan penjelajahan samudra antara


lain.
a. Christoper Columbus (1451-1506)

Dengan 3 buah kapal yang bernama Santa Maria, Pinta, dan Nina yang diberikan
Ratu Isabella, Christoper Columbus berhasil mencapai san Salvador di kepulauan
Bahama (perairan Karibia) pada tahun 1492. Kendat tidak mencapai daratan
Benua Amerika, Columbus dianggap telah merintis rute perjalanan ke benua
baru yang sangat berguna bagi para penjelajah samudra berikutnya.

Benua baru yang ditemukan Columbus diberi nama Amerika. Nama ini diambil
sebagai penghormatan bagi seorang pelaut Italia yang ikut dalam pelayarannya,
yaitu Amerigo Vespucci.

b. Ferdinand Magellan (1480-1521)

Ferdinand Magellan banyak belajar dari perjalanan Christoper Columbus.


Dengan tekun ia mempelajari dan berusaha mengulang petualang
pendahulunya. Pada 10 Agustus 1519 dimulailah ekspedisi portugis kedua di
bawah pimpinan Ferdinand Magelhaens dengan ditemani Kapten Juan
Sebastian del Cano dan seorang sastrawan Italia, Pigafetta.

Rombongan Ferdinand Magellan dianggap sebagai ekspedisi yang pertama kali


mengelilingi duunia. Dengan penuh kesabaran mereka menembus dan
menyeberangi samudra yang luas. Berbagai penyakit menimpa awak kapal,
makanan semakin berkurang, dan beberapa bagian badan kapal mengalami
kerusakan. Namun, semua itu tidak mengurangi semangat ekspedisi Magellan
untuk mengitari dunia.

2. Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia

Sejak tahun 1511 portugis menduduki Malaka. Ekspedisi bangsa portugis


dilanjutkan ke Ternate melalui Laut Cina selatan. Di bawah pimoinan Antonio
d’Abreau, armada portugis tiba di Ternate pada tahun 1512. Mereka segera
menjalin kerja sama dengan pihak kerajaan. Namun, timbullah pertentangan
antara kedua bangsa tersebut. Portugis dan Spanyol sama-sama menuding telah
melanggar perjanjian Tordesillas.

Perjanjian Tordesillas (7 Juni 1494) merupakan kesepakatan antara Spanyol


dengan Portugis mengenai pembagian dunia ke dalam dua wilayah kekuasaan
meurut garis Tordesillas yang disetujui oleh Paus Alexander VI. Atas dasar
perjanjian Tordesillas, Spanyol diberi hak untuk melayari dan menguasai negeri-
negeri di sebelah barat, sedangkan portugis dapat menguasai negeri-negeri di
sebelah timur.

3. Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia

Pada tahun 1568-1648 meletus perang kemerdekaan antara Belanda dan


Spanyol yang terkenal dengan sebutan perang 80 tahun. Perang kemerdekaan ini
timbul karena Belanda tidak mau tunduk kepada Spanyol. Selain itu, bangsa
Belanda juga menolak mengakui kekuasaan Spanyol.

Sebelum dan selama perang berlangsung, Belanda mempunyai peranan yang


amat besar dalam penditribusian barang-barang di kawasan Eropa. Menyaksikan
kemajuan Belanda, Raja Philip II berusaha menyatukan portugis dan spanyol.
Tindakan spanyol tersebut kemudian diikuti dengan menutup Pelabuhan Lisabon
bagi Belanda. Tujuannya menekan dan menghancurkan kekuatan ekonomi
Belanda sehingga Belanda tidak dapat membiayai dan melanjutkan perangy-nya.

Akan tetapi, adanya penutupan pelabuhan itu justru telah mendorong bangsa
Belanda mencari jalan sendiri ke wilayah Nusantara. Cornelis de Houtman
pernah menjadi mualim kapal portugis. Demikian pula Jan Huyghen van
Linschoten yang pernah bekerja untuk portugis di Asia selama 14 tahun.

Pada 20 Maret 1602 Belanda mendirikan kongsi dagang yang bernama


Vereenigne Oost Indische Compagnie (VOC) atau persekutuan perusahaan
Hindia Timur. Tujuan didirikannya VOC sebagai berikut.
A. Menghilangkan persaingan yang akan merugikan para pedagang Belanda.
B. Menyatukan tenaga untuk menghadapi saingan dari bangsa portugis dan
pedagang-pedagang lainnya di Nusantara.
C. Mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan
Spanyol.

4. Kedatangan Bangsa Inggris di Indonesia

Inggris mengikuti jejak penjelajahan samudra semenjak berhasil


mewujudkan revolusi industry di negerinya pada abad ke-18. Revolusi
industry di Inggris membawa kemajuan dan peningkatan kesejahteraan
hidup bagi warganya, terutama kaum kapitalis (pemilik modal). Akan tetapi,
revolusi industry pun memunculkan permasalahan ekonomi, yakni kurangnya
bahan mentah industry dan melimpah ruahnya hasil industri.

Sejak Inggris memaklumkan diri sebagai pelopor imperialism modern,


jajahan Inggris semakin Luas. Daerah-daerah yang dijajahnya meliputi Negara-
negara di Asia, Afrika, dan Amerika.

B. Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Portugis dan VOC

Pada awalnya, usaha portugis dan spanyol menjelajahi samudra didasari oleh
keinginan mencari rempah-rempah. Harga rempah-rempah mendekati harga
emas karena kelangkaannya. Kedua bangsa Eropa tersebut kenyataannya
melakukan pencarian secara paksa. Akibatnya, muncullah politik menguasai
suatu daerah dengan paksa untuk kepentingan sendiri. Kedatangan bangsa-
bangsa Eropa di Indonesia, terutama portugis dan Belanda, mendapat reaksi
keras dari sebagian besar masyarakat.

Pemerintahan kerajaan dan rakyat Indonesia yang memberikan rekasi terhadap


kekuasaan colonial Eropa banyak bermunculan di berbagai daerah, seperti di
Ternate, Aceh, Mataram, Makasar, dan Banten.

1. Perlawanan Ternate terhadap Portugis

Bangsa portugis pertama kali tiba si Maluku, yaitu di pulau Banda pada
tahun 1512. Di Banda, mereka membeli pala, cengkih, dan fuli yang ditukar
dengan bahan pakaian dari india. Setelah selesai melakukan perdagang di
Banda, kapal-kapal portugis sampai di Hitu dan Ternate. Bangsa portugis
diterima penduduk Ternate dengan baik karena dianggap akan memajukan
hubungan perdagangan di antara kedua belah pihak. Bangsa portugis bahkan
diberi kesempatan untuk mendirikan benteng yang ditujukan untuk
melindungi serangan persekutuan Tidore-Spanyol. Bangsa portugis tidak
hanya mendirikan benteng, mereka juga berhasil mengajukan keinginan
untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah yang dituangkan dalam
suatu perjajian.

Pada tahun 1533, rakyat Ternate membakar benteng milik portugis di


bawah pimpinan Dajalo. Portugis sementara waktu mengalami kesulitan.
Akan tetapi, tiga tahun kemudian (1536) portugis mengirim bala bantuan dari
Malaka diimpin Antonio Galvao.

2. Perlawanan Aceh terhadap Portugis dan VOC

Sudah sejak lama selat Malak berperan sebagai pintu gerbang lalu lintas
pelayaran dan perdagangan internasional. Kawasan selat Malaka selalu
diperebutkan bangsa-bangsa yang berambisi menanamkan pengaruh dan
kekuasaan. Negeri-negeri yang berperan di kawasan tersebut yakni samudra
pasai, Malaka, Johor, kemudian Aceh Darussakam.

Peranan Malaka kemudian digantikan oleh Aceh Darussalam sejak


kesultanan tersebut dikalahkan bangsa portugis pada tahun 1511. Beberapa
kali portugis berusaha menghancurkan Aceh , tetapi selalu menemui
kegagalan. Keberhasilan Aceh Darussalam mempertahankan kekuasaan dari
ancaman portugis dikarenakan hal berikut.
a. Aceh berhasil menjalin persekutuan dengan Turki, Persia, dan Gujarat
(India).
b. Kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi persenjataan yang cukup baik dan
prajurit yang tangguh.
c. Aceh memperoleh bantuan kapal, prajurit, dan makanan dari beberapa
pedagang muslim di Jawa, misalnya dari Jepara.

3. Perlawanan Mataram terhadap Portugis

Sejak pemerintahan Senopati, Mataram memiliki keinginan kuat untuk


mempersatukan daerah-daerah di pulau Jawa. Cita-cita itu kemudian
diteruskan oleh Sultan Agung (1613-1645). Namun, keinginan itu terganjal
oleh kehadiran VOC di Batavia. Oleh karena itu, Sultan Agung berusaha
mempersiapkan prajuritnya untuk menentang VOC.

Perjuangan Mataram memang menemui kegagalan, tetapi cita-cita Sultan


Agung untuk mengusir VOC tidak terus padam. Dengan belajar dari
pengalaman bahwa kekurangan bahan makanan merupakan bagian dari
kegagalan mengusir VOC, Sultan Agung memindahkan sebagian rakyatnya ke
karawang dan sumedang untuk membuka persawahan. Tujuannya supaya
persediaan beras bisa dihasilkan guna mendukung tentara Mataram yang
akan menyerbu Batavia. Namun, sebelum rencana itu dapat diwujudkan,
pada tahun 1645 Sutan Agung wafat.

4. Perlawanan Makassar terhadap VOC

Pada 24 Oktober 1666, angkatan laut VOC berangkat ke Makassar di bawah pimpinan
Laksamana Cornelis Spelman. VOC tiba di depan Benteng Somba Opu pada 15 Desember 1666,
dengan kekuatan 21 kapal perang serta 600 pasukan. Begitu sampai, Spelman mengutus
orangnya menemui Sultan Hasanuddin untuk menyerah dan membayar ganti rugi kepada VOC.
Akan tetapi, tuntutan tersebut ditolak keras oleh Sultan Hasanuddin, karena VOC tidak
memperlihatkan niat baiknya. Menanggapi penolakan dari Sultan Hasanuddin, Laksamana
Spelman menyerang Makassar pada 21 Desember 1666. Serangan VOC tersebut segera dibalas
oleh pejuang Gowa dengan gagah berani.

Setelah satu hari satu malam, pasukan VOC mundur dan mencari aliansi kepada Raja Buton,
Ternate, dan Bone. Begitu berhasil membentuk aliansi, pasukan VOC bersama Arung Palakka
dari Bugis kemudian menyerang Makassar lagi pada 9 Juli 1667. Namun, serangan tersebut
berhasil dipatahkan oleh pasukan dari Kerajaan Gowa-Tallo hingga memaksa VOC dan
aliansinya mundur. Pada 22 Oktober 1667, VOC dan aliansinya menyerang lagi setelah
mendapat bantuan pasukan dari Batavia. Peperangan antara Kesultanan Makassar yang dipimpin
oleh Sultan Hasanuddin melawan Belanda, berakhir pada 18 November 1667 melalui Perjanjian
Bongaya.

5. Perlawanan Banten terhadap VOC

Pada masa kolonial, Banten merupakan salah satu kesultanan yang sangat maju sehingga banyak
menarik pedagang untuk singgah di sana, salah satunya Belanda. Di bawah kepemimpinan
Sultan Ageng Tirtayasa sekitar tahun 1650-an, Banten mulai mengalami perkembangan pesat
dan menjadi daerah yang populer.

Kondisi ini kemudian membuat VOC tertarik untuk memonopoli perdagangan di kawasan pesisir
Jawa, termasuk Banten. Untuk bisa mengambil alih wilayah Banten, VOC melakukan Devide et
Impera atau Politik Adu Domba. VOC menghasut putra mahkota Sultan Haji untuk merebut
kekuasaan sang ayah, Sultan Ageng Tirtayasa. Kala itu, Sultan Haji sedang tidak akur dengan
sang ayah. Terjadilah perjanjian antara VOC dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan
Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten. Sementara itu, Sultan Ageng Tirtayasa sejak lama
memang sudah menentang politik pemerintah Hindia Belanda. Hal ini disebabkan tindakan
monopoli perdagangan yang dilakukan VOC. Oleh sebab itu, Sultan Ageng Tirtayasa
memutuskan untuk melakukan perlawanan terhadap VOC.

Sebanyak dua kapal Belanda dirusak oleh Banten, kebun-kebun tebu di daerah Angke-Tangerang
milik Belanda juga dirusak, sehingga VOC terpaksa menutup kantor dagangnya. Pada 1681,
Istana Surosowan berhasil direbut oleh Sultan Haji dan VOC, sedangkan Sultan Ageng Tirtayasa
berpindah ke daerah Tirtayasa untuk mendirikan keraton baru. Sultan Ageng Tirtayasa segera
mengumpulkan bekal dan kekuatan untuk kembali merebut Istana Surosowan. Satu tahun
berselang, pasukan Sultan Ageng berhasil mendesak pasukan Sultan Haji pada 1682. Sultan Haji
yang mulai kewalahan berusaha meminta bantuan kepada VOC.

Bersama dengan VOC, Sultan Haji mampu meredam perlawanan dan memukul mundur pasukan
Sultan Ageng sampai ke Bogor. Pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh
VOC pada 1683. Ia pun langsung dibawa ke Batavia dan dijadikan sebagai tahanan. Setelah
Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan, Sultan Haji naik menjadi Raja Banten. Dengan
tertangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa, perlawanan rakyat Banten terhadap VOC pun usai. VOC
dinyatakan berhasil menaklukkan Banten serta memonopoli perdagangan di kawasan pesisir
Jawa.

Bersama dengan VOC, Sultan Haji mampu meredam perlawanan dan memukul mundur pasukan
Sultan Ageng sampai ke Bogor. Pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh
VOC pada 1683. Ia pun langsung dibawa ke Batavia dan dijadikan sebagai tahanan. Setelah
Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan, Sultan Haji naik menjadi Raja Banten. Dengan
tertangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa, perlawanan rakyat Banten terhadap VOC pun usai. VOC
dinyatakan berhasil menaklukkan Banten serta memonopoli perdagangan di kawasan pesisir
Jawa.

Anda mungkin juga menyukai