Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

Berbicara mengenai penjelajahan bangsa Eropa ke dunia timur tidak dapat dilepaskan dari situasi perdagangan di Laut Tengah setelah Konstantinopel1 jatuh ketangan Turki Usmani. Hal ini menyebabkan ditutupnya jalur perdagangan EropaAsia. Penutupan jalur perdagangan ini mengakibatkan harga komoditas perdagangan, terutama rempah-rempah, melambung tinggi. Akibat dari peristiwa ini, maka muncullah ide untuk melakukan penjelajahan samudra. Bangsa-bangsa Eropa berlayar mencari jalan ke Timur untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Selain itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya ide untuk melakukan penjelajahan samudra, yaitu ajaran Copernicus mengenai bumi itu bulat, kisah Marcopolo yang dituangkan dalam buku Imago Mundi, kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta semangat 3G (Gold, Glory & Gospel) Negara-negara yang memelopori penjelajahan samudra diantaranya adalah Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, Prancis, Denmark, dan lain-lain. Negara-negara ini bersaing ketat dalam memperoleh rempah-rempah yang memang menjadi komoditas dagang utama pada waktu itu. Mereka berlomba-lomba menemukan daerah penghasil utama rempah-rempah demi menguasai pasar. Negara pertama yang mempelopori penjelajahan ini adalah Portugal. Bangsa Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang menjangkau wilayah timur melalui jalur laut. Orang-orang Portugis merupakan pelopor pelayaran mencari daerah penghasil rempahrempah. Keberanian orang-orang Portugis untuk menjelajahi samudra didukung oleh seorang Pangeran Portugis yang bernama Henrique (1394-1460).

Konstantinopel adalah kota terbesar dan termakmur di Eropa yang merupakan pusat perdagangan yang menjembatani perdagangan Eropa dengan Asia. Pada tahun 1453, Kesultanan Utsmaniyah berhasil menundukkan Konstantinopel dan mengganti namanya menjadi Istambol.

BAB II
PENJELAJAHAN SAMUDRA OLEH BANGSA PORTUGIS

I.

Penjelajah Asal Portugis a. Bartholomeu Dias Bartolomeu Dias (Algarve, 1450 Tanjung Harapan, 29 Mei 1500) adalah seorang penjelajah Portugis yang berlayar mengelilingi Tanjung Harapan, ujung selatan dari Afrika. Ia juga seorang ksatria istana kerajaan, kepala penjaga gudang kerajaan dan ahli berlayar dari pasukan perang So Cristvo (Saint Christopher). Raja John II dari Portugal menunjuk dia pada tanggal 10 Oktober 1486 sebagai kepala ekspedisi untuk berlayar mengelilingi ujung selatan Afrika dengan harapan mencari rute perdagangan baru menuju ke Asia. Dias juga diperintahkan untuk mencari sebuah daerah yang dikuasai oleh Prester John, yang adalah seorang pendeta Kristen dan penguasa. Dias dikabarkan menikah dan memiliki dua orang anak, yakni Simo Dias de Novais dan Antnio Dias de Novais.

b.

Vasco da Gama Vasco da Gama, (1460 atau 1469 - 24 Desember 1524) adalah seorang penjelajah

Portugis, salah satu yang paling sukses di Age of Discovery dan komandan pertama kapal yang berlayar langsung dari Eropa ke India. Pada tahun 1524, da Gama sempat menjabat sebagai Gubernur Portugis India, dengan judul Raja Muda (Viceroy). Vasco da Gama lahir sekitar tahun 1460 atau 1469 di Sines, pantai barat daya Portugal, di sebuah rumah dekat gereja Nossa Senhora das Salas. Vasco da Gama adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Estevo da Gama dan Isabel Sodre. Da Gama memiliki empat saudara laki-laki. Mereka adalah Paulo da Gama, Joo Sodre, Pedro da Gama dan Aires da Gama. Da Gama juga dikabarkan memiliki satu saudara perempuan yang bernama Teresa da Gama yang kemudian menikah Lopo Mendes de Vasconcelos. Sedikit yang dapat diketahui mengenai kehidupan awal Vasco da Gama. Sejarawan Portugis Teixeira de Arago menunjukkan bahwa Vasco da Gama belajar di kota pedalaman vora. Di sana ia mempelajari matematika dan ilmu navigasi dan bahkan ia mempelajari ilmu astronomi di bawah bimbingan astronom Abraham Zacuto. Sekitar tahun 1480, Vasco da Gama mengikuti ayahnya dan bergabung dengan Ordo Santiago. Pada tahun 1492, John II mengirim Vasco da Gama ke pelabuhan Setbal dan 2

ke Algarve dalam misi merebut kapal Perancis. Da Gama menikah dengan Catarina de Atade dan memiliki tujuh orang anak. Mereka adalah Dom Francisco da Gama, Dom Estevo da Gama, Dom Paulo da Gama, Dom Cristovo da Gama, Dom Pedro da Silva da Gama, Dom lvaro d'Ataide da Gama, dan Dona Isabel d'Ataide da Gama. Afonso dAlbuquerque Afonso de Albuquerque (Alhandra, Portugal, 1453 - Goa, 16 Desember 1515) adalah seorang pelaut Portugis terkenal yang berperan dalam pembentukan Pemerintahan Kolonial Portugis di Asia. De Albuquerque juga merupakan seorang bangsawan dan laksamana yang secara militer dan administratif menjabat sebagai gubernur kedua Portugis dalam penaklukkan India dan ia juga mendirikan sebuah kerajaan koloni dari Portugis di Samudra Hindia. Lahir di Alhandra pada tahun 1453, di dekat kota Lisbon, Portugal, dia pada suatu masa dikenal sebagai The Great, The Caesar of the East dan The Portuguese Mars. Ayahnya, Gonalo de Albuquerque, Lord of Vila Verde dos Francos (yang menikah dengan Leonor de Menezes) memegang posisi yang cukup penting di pemerintahan. Dari ayahnya pula ia memiliki hubungan darah/keturunan dengan keluarga kerajaan Portugal. Dia mendapatkan pendidikan dalam bidang matematika dan bahasa latin klasik pada masa kekuasaan Afonso V dari Portugal, dan setelah wafatnya bangsawan itu, ia bekerja di Arzila, Maroko untuk beberapa saat. Pada saat ia kembali ia ditunjuk se estribeiro-mor (kepala penasihat) untuk Joo II dari Portugal. De Albuquerque merupakan seorang jenius militer. Ia menguasai strategi-strategi militer dalam penaklukkan sebuah wilayah. Ia juga bertanggung jawab atas pembangunan benteng-benteng dalam rangka mempertahankan posisi Portugis di daerah koloninya dan ia juga membangun hubungan diplomatik yang baik dengan negara koloninya. Sesaat sebelum kematiannya, de Albuquerque diangkat sebagai raja muda dengan gelar Duke of Goa oleh Raja Manuel I dari Portugal dan ia pun menjadi orang Portugis pertama yang memiliki gelar itu tetapi tidak berasal dari keluarga kerajaan.

c.

II.

Rute Penjelajahan Bangsa Portugis a. Penjelajahan yang Dipimpin oleh Bartholomeu Dias Bartholomeu Dias mulai berlayar dari Lisabon, ibu kota Portugal. Dalam perjalanannya, ia berlayar dengan mengambil rute menyusuri pantai Barat Afrika pada tahun 1486, yang pada akhirnya sampai diujung selatan Benua Afrika. Dia terpaksa berhenti karena daerah tersebut ombaknya cukup besar dan angin bertiup kencang. Oleh sebab itu, pelayarannya mengalami kegagalan sehingga dia kembali ke Portugis. Bartholomeus Dias menamakan tempat berlabuhnya dengan sebutan Tanjung Harapan.

b.

Penjelajahan yang Dipimpin oleh Vasco da Gama Vasco da Gama berlayar dari Lisabon pada tanggal 8 Juli 1497. Ia mengikuti rute

yang dipelopori oleh penjelajah sebelumnya, yakni melewati pantai Afrika melalui Tenerife dan Kepulauan Tanjung Verde. Setelah sampai di pantai Sierra Leone, da Gama mengambil jalur selatan ke arah laut terbuka, melintasi khatulistiwa dan bagian selatan Samudra Atlantik yang telah ditemukan oleh Bartholomeu Dias pada tahun 1487. Tentu saja da Gama sukses dan pada tanggal 4 November 1497, ia berhasil mencapai Tanjung Harapan. Setelah sampai di Tanjung Harapan, Vasco daGama melanjutkan ekspedisinya memasuki Samudera Hindia dan pada tahun 1498 rombongan Vasco da Gama tiba di Kalikut dan Goa di pantai Barat India. Ditempat itu, Vasco daGama mendirikan kantor dagang yang dilengkapi dengan benteng. Dengan adanya kantor dagang di Goa yang terletak di tepi Barat India, Portugis mulai meluaskan daerah jangkauan perdagangannya. Sejak dibangunnya kantor dagang di Goa itu, banyak kapal-kapal Portugis yang berdatangan. Mereka tidak terlalu sulit untuk memperolah rempahrempah, bahkan sebelum pulang ke Eropa mereka sudah banyak memborong rempahrempah. Vasco da Gama dan para pedagang dari Portugis mengira bahwa daerah itu (India) adalah daerah penghasil rempah-rempah.

c.

Penjelajahan yang Dipimpin oleh Afonso de Albuquerque Afonso de Albuquerque dikirim pada ekspedisi pertama ke India bersama dengan

sepupunya Francisco de Albuquerque pada tahun 1503 atas perintah Raja Manuel I. Masing-masing dari mereka mengomandani tiga kapal, mereka berlayar dibantu oleh Duarte Pacheco Pereira dan Nicolau Coelho. Mereka terlibat dalam beberapa pertempuran melawan pasukan Zamorin dari Calicut (Calecute, Kozhikode) dan 4

berhasil mendirikan raja Cohin (Cohim, Kochi) dengan aman di atas takhtanya. Sebagai gantinya, Raja memberi mereka izin untuk membangun sebuah benteng Portugis di Cochin dan membangun hubungan dagang dengan Quilon (Coulo, Kollam). Hal ini merupakan awal dari penjelajahan Portugis ke daerah Timur. Albuquerque kembali ke Portugal pada bulan Juli 1504, dan diterima dengan baik oleh Raja Manuel I. Setelah keberhasilannya atas upaya penjelajahan Portugis ke daerah Timur, Raja Manuel I mempercayakan kepadanya untuk memimpin satu skuadron yang berisi lima kapal berlayar ke India pada awal tahun 1506 yang diketuai oleh Tristo da Cunha. Tujuan mereka adalah untuk menaklukkan Socotra dan membangun benteng di sana, serta menutup jalur perdagangan di Laut Merah. Albuquerque pergi berlayar di bawah perintah da Cunha hingga mencapai Mozambik. Ia membawa sebuah surat tertutup dengan misi rahasia diperintahkan oleh raja. Setelah memenuhi misi pertama ia harus mengganti Viceroy pertama India, Francisco de Almeida, yang masajabatannya akan berakhir dalam waktu dua tahun. Pada bulan Januari 1510, memenuhi perintah dari kerajaan, dan mengetahui dari tidak adanya Zamorin, Albuquerque melancarkan serangan ke Calicut (sekarang Kozhikode). Segera setelah serangan yang gagal terhadap Calicut, Albuquerque bergegas untuk membentuk sebuah armada yang kuat dari dua puluh tiga kapal dan 1200 prajurit. De Albuquerque ingin melawan armada Mameluke Kesultanan Mesir di Laut Merah atau kembali ke Hormuz. Namun, ia mendapat info bahwa akan lebih mudah untuk melawan mereka di Goa, tempat mereka berlindung setelah pertempuran Diu. Sebuah serangan terjadi di Goa dari 4 Maret sampai 20 Mei 1510. Setelah pendudukan awal, de Albuquerque merasa tidak mampu untuk memimpin kota ini mengingat buruknya kondisi benteng yang ada memaksanya untuk meninggalkan kota pada bulan Agustus. Armadanya tersebar dan pemberontakan istana di Kochi menghambat kesembuhannya, maka ia menuju ke Fort Anjediva. Hanya tiga bulan kemudian, pada tanggal 25 November, Albuquerque muncul kembali di Goa dengan armada yang baru bersama Diogo Mendes de Vasconcelos dengan bala bantuan untuk Malaka dan sekitar 300 prajurit Malabari dari Cannanore. Dalam waktu kurang dari sehari mereka menguasai Goa dari Ismail Adil Shah dan sekutunya yang kemudian menyerah pada tanggal 10 Desember. Pada tahun 1510, Alfonso dAlbuquerque memerintahkan pasukannya untuk mencoba menaklukan Malaka, namun upaya ini gagal. Kemudian di awal Juli 1511, Alfonso dAlbuquerque menurunkan pasukan dengan jumlah yang sangat besar untuk 5

berlayar menuju Malaka dan menyerang Malaka kembali. Pasukan ini datang dengan perlatan yang lengkap sehingga mereka berhasil menduduki Malaka. Malaka adalah sebuah kota yang dibangun awal abad ke-14. Merupakan bandar pusat perdagangan untuk Cina, Indonesia, India, dll. Awalnya Malaka merupakan pemukiman nelayan dan resor bagi para bajak laut yang beroperasi di sekitar Selat Malaka. Namun setelah jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Malaka dijadikan markas besar oleh Portugis untuk mengontrol perdagangan di Nusantara.

III. Keberadaan Bangsa Portugis di Nusantara a. Bangsa Portugis di Maluku Sekitar akhir Desember 1511, Albquerque mengutus Antonio dAbreau, Francisco Serro, dan Simao Alfonso Bisigudo untuk melakukan pelayaran ke Spice Islands (Maluku). Dalam pelayaran ini, terdapat tiga kapal. Antonio dAbreau menjadi pimpinan dalam perjalanan ini dan juga pimpinan pada salah satu kapal. Kedua kapal lainnya dipimpin oleh Francisco Serro dan Simao Alfonso Bisigudo. Pelayaran menuju Maluku ini merupakan pelayaran armada Eropa pertama di perairan Nusantara. Dalam perjalanannya, armada ini menyusuri perairan Sumatera dan melewati berbagai daerah di Sumatera, seperti Pulau Kundur (Kepulauan Riau) dan Sumatra,

menyeberangi Selat Bangka kemudian singgah di Gresik. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke bagian timur Pulau Jawa. Ketika melanjutkan perjalanan dari Gresik, Kapal Serro tenggelam di pantai tenggara pulau Sapudi (ujung paling timur P. Madura). Akan tetapi, kedua kapal lainnya selamat dan melanjutkan perjalanan melewati Batu Taru, Gunung Api hingga mencapai Buru dan Ambon. Pada awal 1512, armada dAbreau berlabuh di Pulau Banda Besar. Setelah memenuhi kapal dengan muatan berupa pala dan fuli, mereka memutuskan untuk kembali ke Malaka. Kapal Serro bertolak paling akhir. Sebelumnya, ia sempat merekrut beberapa orang Banda menjadi awak kapal. Setelah melewati bagian barat Pulau Banda, kapal Serro diamuk badai, lalu terdampar di Pulau Nusa Penyu. Di Pulau Nusa Penyu, Serro beserta awak kapalnya mengadakan perundingan dengan perompak yang singgah ke pulau itu. Ia meminta untuk diantarkan ke pelabuhan di Pulau Nusa Tellu di pantai barat Hitu (Ambon Utara). Berita kedatangan Serrao diketahui oleh Sultan Ternate dan Sultan Tidore. Kedua Sultan ini selalu bersaing untuk memajukan daerah mereka. Oleh karena itu, setelah mendengar berita ini, mereka pun bersaing agar Serro mengunjungi daerahnya. Sultan 6

Ternate segera mengirim saudaranya untuk menjemput Serro, lalu membawanya ke Ternate. Serro akhirnya menetap di Ternate. Ia diberikan kehormatan dan menjabat posisi penting sebagai penasihat kesultanan dan militer Ternate. Berkat keberadaan Serro di Ternate, Portugis mendapatkan hak monopoli perdagangan rempah-rempah.

b.

Bangsa Portugis di Pulau Solor dan Ende (Flores) Kontak pertama bangsa Portugis dengan pulau-pulau ini terjadi pada tahun 1520-

an. Mereka sering mengunjungi pulau-pulau ini terutama untuk membeli kayu cendana. Awalnya, para pedagang dari bangsa Portugis hanya membangun gudang-gudang yang sifatnya sementara. Mereka tidak membangun pos perdagangan permanen, peternakan atau benteng karena tugas ini diserahkan kepada para biarawan Dominika. Pada tahun 1561, empat orang biarawan Dominika di bawah perintah Bruder Antonio da Cruz meninggalkan Malaka untuk menyebarkan agama Kristen di pulau-pulau ini. Para pedagang Portugis dan para biarawan ini menetap di Solor. Para biarawan ini kemudian meraih kesuksesan besar dalam penyebaran agama Kristen pada masyarakat Solor dan untuk melindungi hasil konversi mereka dari musuh, pada tahun 1566 mereka membangun sebuah benteng batu di Solor. Di dalam benteng itu dibangun sebuah asrama bagi para biarawan dan sebuah gereja yang diberi nama Nossa Senhora da Piedade, yang diperuntukkan bagi bangsa Portugis yang menetap di sana. Di sisi kiri benteng, sebuah kampung dibangun berdekatan dengan gereja So Joo Baptista. Beberapa tahun kemudian, di luar benteng, di dekat laut, dibangun gereja yang diberi nama Misericordia. Selain menyebarkan agama Kristen pada masyarakat Solor, para biarawan juga menyebarkan agama Kristen di pulau-pulau terdekat, yaitu Pulau Adonara dan Pulau Flores. Pada tahun 1595, para biarawan membangun sebuah benteng di pulau Ende Kecil dan di dalam benteng itu dibangun sebuah gereja yang diberi nama So Domingos. Masyarakat setempat yang telah menganut agama Kristen menetap di desa-desa yang didirikan di sekitar benteng. Desa-desa itu diantaranya Desa Numbas yang berada paling dekat dengan benteng, Desa Currolalas yang berada di sisi kiri benteng dengan gereja Santa Catarina de Sena, dan Desa Charaboro yang berada di sisi kanan benteng dengan gereja Santa Maria Maddalena. Komandan pertama dari benteng Ende adalah Capito (kapten) Pero Carvalhais. Sampai tahun 1599, para biarawan Dominika telah membangun 18 gereja di Pulau Solor.

c.

Bangsa Portugis di Makassar Kerajaan Makassar yang berkuasa pada saat ekspansi bangsa Portugis ke

Nusantara terdiri dari dua kerajaan, yaitu kerajaan Gowa dan Tallo. Bangsa Portugis pernah beberapa kali mengunjungi Makassar selama abad ke-16, tetapi itu hanya setelah proses islamisasi pada kerajaan-kerajaan Makassar frekuensi kedatangan mereka bertambah. Pada abad ke-17, pedagang-pedagang Portugis menggunakan Makassar sebagai pusat perdagangan sutra, cengkeh, tekstil, kayu cendana dan berlian. Kemudian pada tahun 1620, sebanyak 500 pedagang Portugis sering mengunjungi pelabuhan Makassar dan mereka berdagang dengan aman di sini karena para pedagang memiliki hubungan baik dengan Sultan dari kerajaan yang berkuasa. Sang Sultan yang fasih berbahasa Portugis tidak segan-segan memberikan bantuan dan kenyamanan kepada mereka. Hubungan persahabatan yang terjalin antara Makassar dan Portugal ini diperkuat dengan upaya bersama mereka untuk menghentikan kekuasaan Belanda di Maluku dan Sunda. Makassar kemudian menjadi daerah yang sangat makmur setelah jatuhnya Malaka ke tangan Belanda pada tahun 1641. Hal ini juga disebabkan oleh banyaknya pedagang Portugis yang beremigrasi ke Makassar. Pada tahun 1650, para biarawan Dominika mendirikan sebuah gereja di Makassar. Kemudian pada tahun 1660, ada sekitar 2.000 warga Portugis di kota itu, mereka tinggal di sebuah daerah yang disebut kuartal Portugis. Pada bulan Juni tahun 1660, armada Belanda yang terdiri dari 31 kapal dan 2.600 prajurit menyerang Makassar dan menyerbu benteng Panakkukang di pelabuhan. Tujuan utama Belanda atas serangan ini adalah untuk mengusir Portugis dari Makassar. Pada akhirnya, diadakan sebuah perjanjian antara Belanda dan Makassar yang ditandatangani dan disahkan pada tanggal 2 Desember 1660. Isi dari perjanjian ini adalah bahwa Portugis harus meninggalkan Makassar dalam jangka waktu setahun. Kepergian Bangsa Portugis dari Makassar akan melengkapi kejatuhan kerajaan yang berkuasa di Makassar, karena itu Sultan berusaha untuk menunda kepergian mereka. Dengan melanggar pernyataan yang disepakati dalam perjanjian, Bangsa Portugis tetap tinggal di Makassar selama beberapa tahun. Tetapi perlahan beberapa dari mereka pergi meninggalkan Makassar dan pergi ke Flores (Larantuka), Solor, Makau, Timor, Siam dan Batavia. Pada tahun 1665, Bangsa Portugis yang masih

tinggal di Makassar terpaksa harus meninggalkan Makassar karena tekanan dari Bangsa Belanda.

d.

Bangsa Portugis di Pulau Kalimantan Beberapa sumber tidak menyebutkan secara rinci mengenai penjelajahan Bangsa

Portugis ke Pulau Kalimantan. Kontak pertama sekaligus terjadinya hubungan persahabatan Bangsa Portugis dengan salah satu kerajaan di Pulau Kalimantan terjadi pada tahun 1530. Kemudian pada tahun 1662, armada Portugis mengangkut pasokan lada dari Kalimantan ke Makassar. Lalu pada tahun 1689, kapal Portugis di bawah komando Kapten Luigi Francesco Cottigno memasuki daerah Pulau Petak di kabupaten Kapuas dan menjalin hubungan dengan suku Dayak Ngaju.

e.

Bangsa Portugis di Pulau Jawa Kedatangan Bangsa Portugis ke Pulau Jawa tidak lain adalah untuk mencari

rempah-rempah sebagai komoditi dagang. Rempah-rempah yang dicari, antara lain merica (Banten), gula (Madura), kopi, dan teh. Tome Pires, salah seorang penjelajah Portugis, mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Pulau Jawa antara tahun 1512 dan 1515. Ia menggambarkan bahwa pelabuhan Sunda Kelapa ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti dari Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Menurut laporan tersebut, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan. Lalu pada tahun 1522 Gubernur Afonso de Albuquerque yang berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk menghadiri undangan raja Sunda untuk membangun benteng keamanan di Sunda Kalapa untuk melawan orang-orang Cirebon yang bersifat ekspansif. Sementara itu kerajaan Demak sudah menjadi pusat kekuatan politik Islam. Orang-orang Muslim ini pada awalnya adalah pendatang dari Jawa dan merupakan orang-orang Jawa keturunan Arab. Maka pada tanggal 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa, sedangkan Sunda Kelapa akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda akan memberikan kepada orang-orang Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan. Sebuah batu peringatan atau padra dibuat untuk memperingati peristiwa itu. Padra itu ditemukan kembali pada

tahun 1918 di sudut Prinsenstraat (Jalan Cengkeh) dan Groenestraat (Jalan Nelayan Timur) di Jakarta. Kerajaan Demak menganggap perjanjian persahabatan Sunda-Portugal tersebut sebagai sebuah provokasi dan suatu ancaman baginya. Lantas Demak menugaskan Fatahillah untuk mengusir Portugis sekaligus merebut kota ini. Maka pada tanggal 22 Juni 1527, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) merebut Sunda Kelapa. Lalu pada tahun 1560, Bangsa Portugis mendirikan sebuah pos misi dan perdagangan di Panarukan, di ujung timur Pulau Jawa.

10

BAB III PENUTUP


Sejak abad ke -13, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang sangat menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat dengan adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali ke tempat semula. Bangsa Portugis yang mempelopori penjelajahan samudra ini kemudian memotivasi negara-negara lain untuk melakukan penjelajahan samudra. Seperti kita ketahui, negaranegara seperti Spanyol, Inggris, dan Belanda tidak lama menyusul melakukan penjelajahan samudra juga. Dan mereka pun berlomba-lomba menduduki daerah-daerah penghasil rempah-rempah yang merupakan salah satu tujuan dilaksanakannya penjelajahan samudra ini. Faktor utama kedatangan bangsa Portugis ke Nusantara adalah untuk mencari tempat penghasil rempah-rempah dan komoditas lainnya. Akan tetapi, setelah berhasil menduduki beberapa daerah di Nusantara, mereka juga menyebarkan agama Katolik dan menjadikan daerah-daerah tersebut sebagai daerah kolonial. Melalui keberhasilan mereka memperluas daerah kekuasaan di Nusantara, tujuan ekspedisi mereka tercapai. Bangsa Portugis berhasil menaklukan Malaka dan menjadikannya sebagai markas besar untuk mengontrol perdagangan di Nusantara, mendapatkan komoditas utama perdagangan dengan harga yang murah, diberikan hak monopoli perdagangan di Ternate, dan berhasil menyebarkan agama Katolik serta kebudayaan mereka. Selain itu, berkat dilakukannya pelayaran menuju Maluku, Portugis mengetahui berbagai informasi mengenai lokasi-lokasi lain di Nusantara yang merupakan daerah sumber rempah-rempah dan komoditas dagang lainnya. Maka perjalanan-perjalanan selanjutnya dilakukan menuju berbagai tempat, antara lain Sunda Kelapa (Jawa), Aceh, Kalimantan, Sulawesi, hingga ke Nusa Tenggara Timur.

11

DAFTAR REFERENSI
http://www.nndb.com/people/593/000095308/ http://www.heritage-history.com/www/heritage.php?Dir=characters&FileName =albuquerque.php http://www.colonialvoyage.com/eng/asia/indonesia/makassar/index.html http://www.colonialvoyage.com/eng/asia/indonesia/solor/index.html http://indonesiaindonesia.com/f/2379-indonesia-era-portugis/ Abdurachman, Paramita R. 2008. Bunga Angin Portugis di Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor. Amal, M. Adnan. 2010. Portugis dan Spanyol di Maluku. Depok: Komunitas Bambu. Subrahmanyam, Sanjay. 1997. The Career and Legend of Vasco da Gama. Cambridge: Cambridge University Press. Supratikno Rahardjo et al. 1996. Sunda Kelapa sebagai Bandar di Jalur Sutra. Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Taylor, Jean Gelman. 2003. Indonesia: Peoples and histories. New Haven: Yale University Press.

12

Anda mungkin juga menyukai