Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. nama pelayar

2. tahun kedatangan

3. tempat kedatangan bangsa spanyol ke Indonesia

Tahun kedatangan: Bangsa Spanyol datang ke Indonesia pada tahun 1521.

Tempat/Daerah: Bangsa Spanyol pertama mendarat di Indonesia di wilayah Tidore,


Maluku.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 5 SD dan MI Halaman 176, 177, 178, 179,
180, 181, dan 182 Subtema 3

Tujuan: Bangsa Spanyol ingin memperoleh keuntungan dan kekayaan dari


perdagangan rempah-rempah dari Indonesia.

Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi:

Bangsa Portugis merasa tersaingi dan menentang kedatangan Spanyol. Sehingga,


terbentuklah perjanjian antara keduanya yaitu Perjanjian Saragoza.
Akibat dari perjanjian tersebut, bangsa Spanyol terpaksa harus pergi meninggalkan
wilayah Maluku. Sedangkan, Portugis tetap melanjutkan kegiatan perdagangannya di
wilayah tersebut.

Reaksi masyarakat:

Masyarakat Tidore menyambut baik bangsa Spanyol dan menjadikannya sekutu untuk
melawan bangsa Portugis yang kala itu menguasai perdagangan rempah-rempah.

Setidaknya mulai abad 15 Masehi, bangsa-bangsa Eropa mulai berlomba-lomba melakukan


pelayaran menjelajahi samudera untuk menemukan dunia baru. Tujuan awal bangsa-bangsa
Eropa, termasuk Spanyol, mencari daratan baru itu adalah untuk menemukan kepulauan
sumber rempah-rempah. Saat itu, rempah-rempah menjadi komoditas mahal di Eropa, terutama
karena berfungsi sebagai bahan pengawet makanan. Pengawetan makanan penting bagi
masyarakat Eropa kala itu untuk mencegah kelaparan ketika musim dingin berlangsung.

Penjelajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa dilakukan setidaknya karena 2 peristiwa politik
penting, yakni kekalahan kerajaan-kerajaan Katolik Eropa di Perang Salib dan jatuhnya
Konstantinopel ke tangan Turki Usmani.

Perang Salib memporak-porandakan jalur perdagangan Eropa dan Asia karena berlangsung di
perbatasan 2 benua tersebut. Selain jalur perdagangan, keadaan ekonomi kerajaan-kerajaan
Eropa pun menjadi terpuruk. Kas mereka menyusut drastis karena besarnya biaya perang.
Berselang 2 abad setelah Perang Salib selesai, kota Konstantinopel (sekarang Istanbul) jatuh
ke tangan imperium Turki Usmani (Ottoman). Hal ini adalah kabar buruk bagi kerajaan-kerajaan
di Eropa karena kota tersebut menjadi titik penting jalur perdagangan antar-benua (Eropa dan
Asia). Jatuhnya Konstantinopel ke tangan imperium Turki Usmani di tahun 1453 merupakan
faktor penting yang paling utama mendorong pelayaran bangsa-bangsa Eropa ke negeri-negeri
jauh. Sejak Konstantinopel dikuasai oleh Turki Usmani, bangsa-bangsa Eropa kesulitan
mencari akses perdagangan ke Asia. Sultan Muhammad II melarang pedagang-pedagang dari
Eropa masuk ke Konstantinopel (Istanbul).
Padahal, kota itu menjadi pintu masuk ke jalur perdagangan dengan orang-orang Asia,
terutama para penyuplai rempah-rempah. Karena itulah, bangsa-bangsa Eropa mengerahkan
para pelautnya untuk berlayar mengarungi samudera demi mencari jalur perdagangan baru,
sekaligus menemukan kepulauan sumber rempah-rempah.

Di antara bangsa-bangsa Eropa yang paling aktif merintis pelayaran untuk menemukan "dunia
baru" itu adalah Spanyol dan Portugis. Namun, keduanya sempat berselisih mengenai jalur
pelayaran yang akan ditempuh. Akhirnya, pada 7 Juni 1449 ditandatangani Perjanjian
Tordesilas, yang isinya membagi dunia menjadi dua wilayah kekuasaan dengan garis yang
membentang dari Kutub Utara menuju Kutub Selatan. Berdasar perjanjian Tordesilas, area
pelayaran Bangsa Spanyol melewati jalur barat. Salah satu pelayar termasyur yang dimiliki
Spanyol adalah Christoper Colombus, yang “menemukan” benua Amerika. Adapun Portugis
mendapat jatah area pelayaran melewati jalur timur yang membuat mereka lebih cepat
menemukan kepulauan sumber yang menjadi sumber utama rempah-rempah, yakni nusantara.

Tujuan Kedatangan Bangsa Spanyol ke Indonesia

Para penjelajah dari Bangsa Spanyol pertama kali datang ke Indonesia (nusantara), tepatnya
di Maluku, pada 8 November 1521. Rombongan pertama penjelajah Spanyol yang tiba di
Kepulauan Maluku dipimpin oleh Kapten Joan Sbastian El Cano.
Namun, kedatangan Bangsa Spanyol di Maluku ditentang oleh Bangsa Portugis yang telah
datang terlebih dahulu di kepulauan paling dicari orang-orang Eropa itu. Portugis menuding
Spanyol melanggar Perjanjian Tordesillas.

Alhasil, demi memenangkan persaingan dalam perdagangan rempah, orang-orang Spanyol


mendekati Kesultanan Tidore, rival Kesultanan Ternate yang sebelumnya menjalin kerja sama
dengan Portugis.

Buntut dari koalisi-koalisi ini adalah permusuhan Ternate dan Tidore yang makin memanas,
karena telah dibumbui oleh kepentingan Spanyol dan Portugis di belakangnya. Perang pun tak
terelakkan. Di pertempuran itu, Ternate yang dibantu Bangsa Portugis keluar sebagai
pemenang.

Akibat kekalahan ini, sejak tahun 1535, Bangsa Spanyol mulai tersisih dari persaingan
memperebutkan dominasi perdagangan rempah-rempah di Indonesia.

Akan tetapi, kekalahan dalam perang ini tak serta-merta menjadi penyebab utama mundurnya
Bangsa Spanyol dari Indonesia. Faktor lain yang membikin Bangsa Spanyol mundur adalah
Perjanjian Saragosa tahun 1535.

Perjanjian Saragosa berisi kesepakatan antara Kerajaan Portugis dan Kerajaan Spanyol dalam
pembagian wilayah operasi perdagangan di timur jauh.

Berdasar perjanjian Saragosa, Bangsa Spanyol berhak beroperasi kembali di Filipina,


sementara Bangsa Portugis di Kepulauan Maluku. Perjanjian Saragosa sekaligus menandai
berakhirnya masa pendudukan Bangsa Spanyol di Indonesia yang terbilang singkat.

Anda mungkin juga menyukai