Anda di halaman 1dari 5

GEOGRAFI PARIWISATA

RESUME SEJARAH KEPARIWISATAAN

DISUSUN OLEH:
AYNUL FITRI
20136007

DOSEN PENGAMPU:
Dr. YURNI SUASTI, M.Si

DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Gejala pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke
tempat lain dan perkembangannya sesuai dengan sosial budaya masyarakat itu sendiri. Semenjak
itu pula ada kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhi selama perjalanannya, di samping
juga adanya motivasi yang mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan
meningkatnya peradaban manusia, dorongan untuk melakukan perjalanan semakin kuat dan
kebutuhan yang harus dipenuhi semakin kompleks. Motivasi dan motif perjalanan dari jaman ke
jaman berbeda-beda tingkatannya, sesuai dengan perkembangan dan tingkat sosial budaya,
ekonomi dan lingkungan dari masyarakat itu sendiri. Motivasi dan motif perjalanan masyarakat
pada jaman pra sejarah berbeda dengan motivasi dan motif perjalanan masyarakat pada jaman
modern.

Cara perjalanan dan fasilitas yang digunakan masyarakat masih sederhana kalau
dibandingkan dengan masyarakat yang lebih maju. Menurut beberapa ahli, pariwisata telah dimulai
sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri dengan ditandai oleh adanya pergerakan penduduk
yang melakukan ziarah dan perjalanan agama lainnya, disamping juga digerakkan oleh perasaan
lapar, haus, perasaan ingin tahu, perasaan takut, gila kehormatan, dan kekuasaan.

World Tourism Organization (WTO), secara sepintas membagi perkembangan atau sejarah
pariwisata ini ke dalam 3 ( tiga) jaman, yakni :

a. Jaman kuno
Pariwisata pada jaman kuno, ditandai oleh motif perjalanan yang masih terbatas dan
sederhana, yaitu:
 Adanya dorongan karena kebutuhan praktis dalam bidang politik dan perdagangan,
dambaan ingin mengetahui adat istiadat dan kebiasaan orang lain atau bangsa lain,
dorongan yang berhubungan dengan keagamaan, seperti melakukan ziarah dan
mengunjungi tempat-tempat ibadah.
 Sarana dan fasilitas yang digunakan selama perjalanan pada zaman kuno inipun masih
sederhana. Alat angkutan dengan menggunakan binatang, seperti kuda, onta, atau
perahu-perahu kecil yang menyusuri pantai merupakan alat transportasi yang paling
populer. Akan tetapi, perjalanan dengan jalan kaki untuk menempuh jarak
berpuluhpuluh atau beratus-ratus kilometer paling banyak dilakukan. Contoh perjalanan
pada jaman kuno : seperti yang dilakukan oleh pedagang-pedagang Arab ke Cina untuk
membeli barang berharga, pedagang Yunani ke Laut Hitam, pedagang Vinisia ke
Afrika. Perjalanan kaum Buddhis Cina ke India, kaum Muslimin yang melakukan
ibadah Haji ke Mekkah atau kaum Nasrani ke Yerusalem.
 Badan atau organisasi yang mengatur jasa-jasa perjalanan pada jaman ini belum ada.
Pengaturan perjalanan ditentukan secara individu, baik oleh perorangan atau
kaumkaum. Akomodasi yang digunakan masih sederhana. Para pelancong membangun
tenda-tenda sendiri atau tinggal di rumah-rumah saudagar, pemuka-pemuka masyarakat,
pemuka agama atau tempat-tempat beribadah, seperti mesjid dan gereja. Akomodasi
yang dikelola secara komersiil pada jaman ini belum ada.
b. Jaman pertengahan,
 Motivasi dan motif perjalanan pada abad pertengahan lebih luas dari motivasi dan
motif perjalanan pada jaman kuno. Di samping motif perjalanan untuk keperluan
perdagangan, keagamaan dan dambaan ingin tahu, pada jaman ini telah berkembang
motif untuk tujuan yang berhubungan dengan kepentingan negara (mission) dan motif
untuk menambah pengetahuan.
 Para pedagang tidak lagi melakukan pertukaran secara barter. Para pedagang cukup
dengan membawa contoh barang yang ditawarkan melalui pekan-pekan raya
perdagangan. Seperti di St. Denis, Champagne atau Aix-la-Cappalle.
 Untuk menjaga hubungan antar negara, baik negara penjajah maupun yang dijajah
atau antar negara merdeka, dilakukan saling kunjungan petugas-petugas negara.
 Pada jaman pertengahan telah ada perguruan-perguruan tinggi seperti Al Azhar di
Kairo, di Paris, Roma, Salamanca, dan sebagainya. Para mahasiswa dari berbagai
negara melakukan kunjungan ke universitas-universitas ini untuk menambah atau
memperdalam pengetahuannya dengan mendengarkan kuliah-kuliah yang diberikan
oleh para guru besar.
 Dengan semakin banyaknya yang melakukan perjalanan antar negara, berbagai negara
mulai mengeluarkan peraturan-peraturan guna melindungi kepentingan negara,
penduduknya serta kepentingan para wisatawan.
 Akomodasi yang bersifat komersiil mulai bermunculan walaupun masih sederhana.
Demikian pula restoran-restoran yang menyediakan makanan untuk keperluan para
pelancong.
 Alat angkut tidak hanya dengan menunggang kuda, keledai atau onta, tetapi telah
meningkat dengan menambah kereta yang ditarik kuda atau keledai. Angkutan laut
telah menggunakan kapal-kapal yang lebih besar.
c. Jaman modern
 Perkembangan pariwisata pada jaman modern, ditandai dengan semakin beraneka
ragamnya motif dan keinginan wisatawan yang harus dipenuhi sebagai akibat
meningkatnya budaya manusia.
 Formalitas atau keharusan para pelancong untuk membawa identitas diri bila
mengunjungi suatu negara mulai diterapkan.
 Tempat-tempat penginapan (akomodasi) yang dikelola secara komersiil tumbuh
dengan subur. Fasilitas yang digunakan semakin lengkap.
 Timbulnya revolusi industri di negara-negara Barat telah menciptakan alat angkut
yang sangat penting dalam perkembangan pariwisata. Diketemukannya mesin uap,
mulai diperkenalkan angkutan kereta api dan kapal uap, dan menggantikan alat angkut
yang menggunakan binatang.
 Perkembangan selanjutnya ditemukan alat angkut yang menggunakan mesin motor,
yang jauh lebih cepat dan fleksibel dalam angkutan melalui darat. Teknologi mutakhir
yang sangat penting dalam jaman modern adalah dengan digunakannya angkutan udara
yang dapat menempuh jarak jauh dalam waktu yang lebih cepat.
 Sejak permulaan abad modern, ditandai pula oleh adanya badan atau organisasi yang
menyusun dan mengatur perjalanan.

Sebagai fenomena modern, tonggak-tonggak bersejarah dalam perjalanan wisata juga dapat
ditelusuri dari perjalanan Marcopolo pada tahun 1254-1324 yang menjelajahi Eropa sampai
Tiongkok, untuk kemudian kembali ke Venesia yang kemudian disusul perjalanan Pangeran Henry
(1394-1460), Cristophe Columbus (1451-1506) dan Vasco da Gama (akhir abad XV). Namun
sebagai kegiatan ekonomi pariwisata baru berkembang pada awal abad XIX dan sebagai industri
internasional pariwisata dimulai tahun 1865 (Crick, 1989; dan Graburn dan Jafari 1991). Dewasa
ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan utama dalam menghasilkan devisa di
berbagai negara seperti Thailand, Singapura, Filipina, Fiji, termasuk Indonesia (Godfrey, 1993,
Hitchcock et al, 1993). Dengan pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi
berbagai negara, pariwisata sering disebut sebagai “passport to development”, “new kind of sugar”,
tool for regional development,”invisible export”, non-polluting industry” dan sebagainya (Pitana,
2002).

B. Sejarah Pariwisata di Indonesia


Sejarah pariwisata di Indonesia dibagai menjadi 3 (tiga) bagian penting :

a. Masa penjajahan Belanda


Kegiatan pariwisata pada masa ini dimulai sejak tahun 1910–1920, yakni sesudah
keluarnya keputusan Gubernur Jendral atas pembentukan Vereeneging Toesristen Verker
(VTV) yang merupakan suatu badan atau official tourist bureau. Kedudukan VTV selain
sebagai tourist goverm,ent office juga bertindak sebagai tour operator atau travel agent.
Meningkatnya perdagangan antara benua Eropa dan negara–negara di Asia termasuk di
Indonesia, telah mengakibatkan ramainya lalu lintas orang–orang yang bepergian dengan
motif yang berbeda–beda sesuai dengan keperluannya masing–masing.
Untuk dapat memberikan pelayanan kepada mereka yang melakukan perjalanan, maka
berdirilah suatu Travel Agent di Batavia pada tahun 1926, yaitu Linssonne Lindeman
(LISLIND) yang berpusat di Negeri Belanda dan sekarang dikenal dengan nama NITOUR
(Netherlanshe Indische Touristen Bureau).
b. Masa penjajahan Jepang
Berkobarnya perang dunia II yang disusul dengan pendudukan tentara Jepang di Indonesia,
menyebabkan keadaan pariwisata menjadi terlantar.
Dapat dikatakan bahwa orang–orang tidak ada gairah atau kesempatan untuk mengadakan
perjalanan.
Objek–objek wisata terbengkalai, jalan– jalan rusak karena ada penghancuran jembatan–
jembatan untuk menghalangi musuh masuk.
Perhotelan sangat menyedihkan karena banyak hotel yang diambil oleh pemerintah Jepang
untuk dijadikan rumah sakit dan asrama sebagai tempat tinggal perwira–perwira Jepang.
c. Setelah kemerdekaan 1
Pada tahun 1946 sebagai akibat perjuangan bangsa Indonesia untuk membebaskan Tanah
Air Indonesia dari cengkraman penjajahan Belanda, maka pemerintah menghidupkan
kembali industri–industri yang mendukung perekonomian.
Badan ini bernama HONET (Hotel National & Tourism). Semua hotel yang berada di
bawah manajemen HONET diganti namanya menjadi Hotel MERDEKA.
Dengan adanya perjanjian KMB (Konferensi Meja Bundar) pada tahun 1949 dimana
menurut perjanjian itu semua harta kekayaan harus diembalikan kepada pemiliknya. Karena
itu HONET dibubarkan dan dibentuklah satu–satunya badan hukum milik Indonesia sendiri
yang bergerak dalam bidang pariwisata, yaitu NV HONET.
d. Setelah kemerdakaan 2
Pada tahun 1953 dibentuklan organisasi yang bernama Serikat Gabungan Hotel dan
Tourisme Indonesia (SERGAHTI) yang beranggotakan hampir seluruh hotel di Indonesia.
Namun keberadan badan ini tidak berlangsung lama karena tidak terlihat kemungkinan
penerobosan dari peraturan pengendalian harga.
Pada tahun 1955 oleh Bank Industri Negara didirikan suatu Perseroan Terbatas dengan
nama PT. NATOUR Ltd. (National Hotel & Tourism Corp). Natour ini memiliki anggota
antara lain: Hotel Transaera (Jakarta), Hotel Bali, Sindhu Beach, Kuta Beach, dan Jayapura
Hotel.

Kebijakan Pemerintah tentang Pariwisata tertuang dalam Undang-Undang Republik


Indonesia, Nomor 10.Tahun 2009. Tentang Kepariwisataan dengan Persetujuan bersama Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik Indonesia yang memutuskan bahwa
dalam Undang-Undang.

Anda mungkin juga menyukai