Krismanto Waruwu - 19136020 - Geografi Pembangunan
Krismanto Waruwu - 19136020 - Geografi Pembangunan
Nim : 19136020
Dosen Pengampu : Yurni Suasti, M.Si | Selasa, 16.20-18.00 | Ruang Kelas : UNP15111
1. Pengertian Modernisasi
3. Teori Modernisasi
Saya selalu sangat terkesan pada analisis yang bijak tentang hubungan
antara Protestanisme dan semangat kapitalisme yang dibuat oleh ahli
sosiologi Jerman terkenal, Max Weber. Dia mengatakan bahwa sifat-sifat
yang membedakan antara seorang wiraswasta Protestan dan pekerja biasa,
terutama orang-orang protestan dari sekte yang saleh, bukanlah karena
mereka telah berhasil membentuk lembaga-lembaga kapitalisme atau
memiliki keterampilan yang prima, melainkan karena mereka mengerjakan
pekerjaannya dengan semangat baru yang sempurna. Doktrin kaum Calvinis
tentang nasib yang telah ditentukan sebelumnya telah memaksa mereka untuk
memperhitungkan segala aspek kehidupan mereka secara rasional dan untuk
bekerja keras guna membuat segala sesuatu sempurna, sesuai dengan posisi
mereka di dunia ini, seperti yang sudah ditetapkan Tuhan.
1) Masyarakat Tradisional
Ilmu pengetahuan pada masyarakat ini masih belum banyak dikuasai.
Oleh karena itu, masyarakat semacam ini masih dikuasai oleh kepercayaan-
kepercayaan tentang kekuasaan manusia. Manusia dengan demikian tunduk
kepada alam, belum bisa menguasai alam. Akibatnya, produksi masih sangat
terbatas. Masyarakat ini cendrung bersifat statis, dalam atri kemajuan berjalan
dengan sangat lambat. Produksi dipakai untuk konsumsi tidak ada investasi.
Pola dan tingkat kehidupan generasi kedua pada umumnya hamper sama
dengan kehidupan generasi sebelumnya.
3) Lepas landas
Periode ini ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang
menghalangi proses pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
merupakan sesuatu yang berjalan wajar, tanpa adanya hambatan yang berarti
seperti ketika pada periode prakondisi untuk lepas landas. Pada periode ini,
tabungan dan investasi yang efektif meningkat dari 5% menjadi 10% dari
pendapatan nasional atau lebih. Juga industri-industri baru mulai berkembang
dengan sangat pesat. Keuntungannya sebagian besar ditanamkan kembali ke
pabrik yang baru. Sektor modern dari perekonomian dengan demikian juga
berkembang.
Dalam pertanian, teknik-teknik baru juga tunbuh. Pertanian menjadi
usaha komersial untuk mencari keuntungan, dan bukan sekedar untuk
konsumsi. Peningkatan dalam produktivitas pertanian merupakan sesuatu
yang penting dalam proses lepas landas, karena proses modernisasi
masyarakat membutuhkan hasil pertanian yang banyak, supaya ongkos
perubahan ini tidak terlalu mahal.
4) Bergerak ke kedewasaan
Setelah lepas landas, akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak
ke depan, meskipun kadang-kadang terjadi pasang surut. Antara 10% sampai
20% dari pendapatan nasional selalu diinvestasikan kembali, supaya bisa
mengatasi persoalan pertambahan penduduk. Industri berkembang dengan
pesat. Negara ini memantapkan posisinya dalam perekonomian global:
barang-barang yang tadinya diimpor sekarang diproduksikan dalam negeri;
impor baru menjadi kebutuhan, sementara ekspor barang-barang baru
mengimbangi impor.
Sesudah 60 tahun sejak sebuah negara lepas landas (atau 40 tahun
setelah periode lepas landas berakhir), tingkat kedewasaan biasanya tercapai.
Perkembangan industri terjadi tidak saja meliputi teknik-teknik produksi,
tetapi juga dalam aneka barang yang diproduksi.
Perkembangan dunia yang kian pesat turut mempengaruhi tingkat daya saing
setiap Negara dalam segala bidang untuk bersaing satu sama lain guna melakukan
pembangunan nasional secara cepat dan berkesinambungan (sustainable
development). Kemampuan Negara untuk melakukan pembangunan secara
keseluruhan akan turut menentukan posisinya dipercaturan dunia internasional. Setiap
Negara yang berhasil melakukan pembangunan akan sangat dipertimbangakan dan
memiliki peranan penting baik secara regional maupun internasional. Misalnya Cina
dan India merupakan negara yang secara perlahan melakukan pembangunan dan
terbukti mulai memiliki peranan yang cukup penting dalam mengendalikan laju
perekonomian negara-negara di Asia. Namun, kemajuan yang sekarang ini dinikmati
oleh Cina dan India belum sepenuhnya mencapai pembangunan yang berhasil (baru
memasuki pembangunan tahap awal) karena keduanya belum mampu memenuhi
beberapa indikator pembangunan lainnya.
Model/strategi pembangunan yang pasca Perang Dunia II sampai sekarang
masih menjadi sorotan dan menjadi topik perbincangan kalangan akademisi yakni
model pembangunan nasional (national building) di Negara-negara dunia ketiga.
Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
berbagai aspek kehidupan manusia (Portes 1976). Perubahan yang direncanakan
dalam pembangunan mencakup seluruh sistem sosial masyarakat mulai dari ekonomi,
politik, infrastruktur, pertahanan, pendidikan, teknologi, kesehatan. Perubahan dalam
sistem ekonomi misalnya terjadinya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi,
perubahan basis ekonomi dari importir menjadi eksportir (produksi berbasis pada
ekspor), peningkatan penerimaan devisa dari seluruh aktivitas ekonomi, dan lain-lain.
Dari aspek politik, pembangunan biasanya ditandai dengan adanya stabilitas politik
dalam negeri. Sedangkan pembangunan pada aspek pertahanan diindikasikan dengan
terjaminnya keamanan nasional. Adapun beberapa indikator pembangunan yang
banyak digunakan oleh lembaga-lembaga internasional, diantaranya; Kekayaan Rata-
rata (GDP dan GNP, Perkapita), Distribusi pendapatan (pemerataan), kualitas
kehidupan, kerusakan lingkungan dan keadilan sosial dan berkesinambuangan.
Ada beberapa Negara di kawasan Amerika Utara, Asia, Afrika, Amerika Latin
dan Eropa Barat yang melakukan pembangunan nasional dengan mengadopsi teori
modernisasi. Dengan karakteristik nasional yang berbeda-beda menggunakan satu
model yakni modernisasi tentunya akan menghasilnya hasil yang berbeda pula.
Negara-negara di Kawasan Amerika Utara dan Eropa Barat telah berhasil melakukan
pembangunan secara evolusi pada abad ke 18 dengan model/konsep pembangunan
yang sama (konsep modernisasi).
Pada perkembangannya kemudian, keberhasilan pembangunan yang
diterapkan pada negara-negara di Eropa ini memberikan pemikiran lanjut untuk
melakukan ekspansi pasar ke negara-negara dunia Ketiga, dan banyak memberikan
bantuan untuk pembangunannya; dalam kenyataannya, keberhasilan yang pernah
diterapkan di Eropa, ternyata banyak mengalami kegagalan di negara-negara dunia
Ketiga. Kemudian, mereka mencoba memberikan beberapa alternatif pemecahan
masalah berdasarkan cara pandang mereka. Adapun asumsi dasar teori modernisasi
seperti yang terlihat ada table di bawah ini :
Pola sejarah perekonomian Kemiskinan dunian terjadi sejak tiga abad yang
dunia lalu; Revolusi industri telah menciptakan Negara-
negara kaya di dunia pertama (Eropa Barat dan
Amerika Utara); Industrialisasi akan merambat ke
Negara-negara dunia ketiga, melalui proses difusi;
Semua masyarakat di dunia pada akhirnya akan
mencapai kemakmuran
Sumber penyebab Karakteristik bangsa-bangsa di dunia ketiga yang
kemiskinan global telah menciptakan kemiskinan seperti: Tidak
memiliki modal untuk industrialisasidan investasi di
sector ekonomi modern. Tidak punya teknologi
untuk industrialisasi yang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi Pola budaya tradisional yang
menghambat etos kerja,kreativitas dan inovasi
Angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk yang
tinggi
Peranan Negara-negara kaya Negara-negaar kaya dapat membantu Negara-
dalam ekonomi global negara miskin melalui: Program pengendalian
angka kelahihan/keluarga berencana; Transfer
teknologi dan bantuan pendidikan untuk
meningkatkan produksi pangan dan industrialisasi
Investasi melalui penanaman modal asing (PMA)
Bantuan dana/ hutang luar negeri.
Dengan melihat asumsi dasar tentang penyebab kemiskinan di dunia ketiga seperti
pada tabel diatas maka, para ahli seperti W.W.Rostow mengemukakan beberapa solusi untuk
menciptakan suatu pertumbuhan ekonomi. Salah satu solusi yang dikemukakan oleh Rostow
yakni Negara-negara berkembang memerlukan bantuan investasi dari Negara-negara kaya
(melaui PMA). Di samping itu, untuk investasi dalam negeri, Negara berkembang
memerlukan bantuan dalam bentuk hutang luar negeri, selain bantuan teknologi, peningkatan
tingkat pendidikan dan penurunan angka kelahiran. Strategi industrialisasi diarahkan kepada
produksi barang-barang subtitusi impor pada tahap awal, kemudian disusul oleh produksi
berorientasi ekspor.
Adapun kebijakan, model, dan strategi pembangunan nasional menurut teori
modernisasi (ekonomi makro) itu sendiri. secara spesifik, seperti terlihat pada tabel di
bawah ini.
Kebijakan, Model dan Strategi Pembangunan Nasional Menurut Teori
Modernisasi
Aspek Pembangunan Langkah-Langkah yang Ditempuh
B. Teori Ketergantungan
a) Raul Prebisch
Prebisch mengkritik keusangan konsep pembagian kerja secara internasional
yaitu Internasional Division of Labor (IDL). IDL lah menurut Presbich yang
menjadi sebab utama munculnya masalah pembangunan di Amerika Latin.
Mempunyainya teori pembagian kerja secara internasional (IDL), yang didasarkan
pada teori keunggulan komparatif, membuat negara-negara di dunia melakukan
spesialisasi produksinya. Oleh sebab itu, negara-negara di dunia terbagi menjadi
dua kelompok, yaitu negara-negara center/pusat yang menghasilkan benda/barang
industri dan negara-negara pheriphery/pinggiran yang memproduksi hasil-hasil
pertanian. Keduanya saling melakukan perdagangan, dan menurut teori ini,
seharusnya menunjukan hal yang sebaliknya. Negara-negara center yang
melakukan spesilisasi pada industri menjadi kaya, sedangkan negara pengirian
(pheriphery) tetap saja miskin. Padahal seharusnya kedua negara sama kaya sebab
perdagangannya saling menguntungkan.
d) Neo-Marxisme
Teori depedensi juga memiliki warisan pemikiran dari Neo-Marxisme
kesuksesan dari revolusi Cina dan Kuba ketika itu telah mebantu tersebarnya
perpaduan baru pemikiran-pemikiran Marxisme di universitas-universitas di
Amerika latin yang mengakibatkan generasi baru dan dengan lantang mengatakan
dirinya sbg Neo-Marxisme.
Beberapa gagasan Neo-Marxisme:
- Neo-Marxisme melihat imprealisme dari sudut pandangan negara pinggiran.
Dengan lebih memberikan perhatian pada akhir suatu peristiwa imperialisme
pada negara-negara dunia ketiga.
- Neo-Marxisme percaya, bahwa negara dunia ketiga telah matang bagi
melakukan revolusi sosialis.
- Neo-Marxisme lebih tertarik pada arah revolusi Cina dan Kuba, beliau
menanti jumlah pada daya revolusioner potensial dari para petani pedesaan
dan perang gerilya tentara rakyat.
e) Paul Baran
Paul baran yaitu seorang pemikir Marxisme yang menolak pandangan Marx
tentang pembangunan dinegara-negara dunia ketiga. Bila Marx mengatakan
bahwa sentuhan negara-negara kapitalis maju kepada negara-negara pra-kapitalis
yang terbelakang akan membangunkan negara-negara yang terakhir ini bagi
berkembang, seperti negara-negara kapitalis di Eropa. Baran berpendapat lain,
baginya, sentuhan ini akan mengakibatkan negara-negara kapitalis tersebut
terhambat kemajuannya dan akan terus hidup dalam keterbelakangan. Dengan
gagasannya yang berlainan dengan Marx, Baran menyatakan bahwa
perkembangan kapitalisme di negara-negara pinggiran, berlainan dengan
perkembangan kapitalisme di negara-negara pusat. Di negara pinggiran sistem
kapitalisme seperti terkena penyakit kretinisme. Orang yang dihinggapi penyakit
ini tetap kerdil dan tidak bisa akbar. Menurut baran kapitalisme di negara-negara
pusat bisa berkembang sebab mempunyainya tiga prasyarat :
- Meningkatnya produksi diiringi dengan tercabutnya masarakat petani di
pedesaan.
- Meningkatnya produksi komoditi da terjadinya pembagian kerja
mengakibatkan sebagian orang menjadi buruh yang menjual tenaga kerjanya
sehingga sulit menjadi kaya, dan sebagian lagi menjadi majikan yang bisa
mengumpulkan harta.
- Mengumpulnya harta di tangan para pedagang dan tuan tanah.
5. Bentuk-bentuk Ketergantungan
b) Ketergantungan Teknologis-Industrial
- Wujud ketergantungan baru.
- Programa ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah
bagi negara pusat.
- Perusahaan multinasional mulai menanamkan modalnya di negara pinggiran
dengan tujuan bagi keperluan negara pinggiran.
c) Ketergantungan Teknologis-Industrial
- Wujud ketergantungan baru.
- Programa ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah
bagi negara pusat.
- Perusahaan multinasional mulai menanamkan modalnya di negara pinggiran
dengan tujuan bagi keperluan negara pinggiran.
Indonesia di era globalisasi ini tidak bisa terlepas dari pengaruh luar. Bisa
dilihat bagaimana sikap Indonesia ketika terjadi kekurangan atau kelangkaan kedelai,
daging dan lainnya. Pemerintah Indonesia melakukan impor. Ini berarti Indonesia
sangat tergantung dengan negara lain. Ada beberapa komunitas internasional yang
diikuti oleh Indonesia, diantaranya :
a) ASEAN
ASEAN merupakan suatu perkumpulan dari negara-negara di Asia Tenggara.
Indonesia termasuk sebagai salah satu anggota dan menjadi pioner berdirinya
ASEAN bersama Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand. ASEAN ini
dibentuk dengan tujuan untuk memperkuat hubungan internasional antar negara di
region Asia Tenggara, sehingga pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan
kebudayaan semakin cepat.
Pastinya dengan masuknya Indonesia menjadi anggota ASEAN akan menjadi
suatu hal yang sulit bagi Indonesia untuk melepas diri dari kebijakan yang telah
disepakati oleh anggota lainnya. Ini akan menyebabkan teori ketergantungan akan
sulit diterapkan di Indonesia, meskipun menurut Cardoso suatu negara boleh
melakukan hubungan dengan memperhatikan histori dan kedekatan negara (negara
tetangga).
Program AFTA sebagai contoh bahwa Indonesia akan semakin tergantung
dengan negara-negara yang berada di kawasan ASEAN. AFTA (Asean Free Trade
Areas) merupakan wujud dari kesepakatan negara-negara ASEAN untuk
membentuk kawasan perdagangan bebas dalam rangka meningkatkan daya saing
ekonomi kawasan regional ASEAN menjadikan ASEAN sebagai basis produksi
dunia.
b) PBB
PBB merupakan suatu organisasi internasional yang anggotanya hampir
seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum
internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan
sosial, hak asasi dan pencapaian perdamain dunia. Pada tahun 2011, PBB sudah
memiliki 193 anggota.
Indonesia masuk sebagai anggota PBB pada tanggal 28 September 1950.
Tetapi, Indonesia pada tahun 1965 mengundurkan diri dari keanggotaan PBB
disebabkan oleh penolakan Indonesia terhadap diakuinya Malaysia sebagai
anggota tetap PBB. Soekarno dengan tegas menyatakan keluar sebagai anggota
PBB. Namun akhirnya Indonesia kembali masuk sebagai anggota PBB. Ini berarti
Indonesia sangat sulit untuk keluar dari namanya pengaruh negara lain. Dengan
masuknya Indonesia menjadi anggota PBB, maka mau tidak mau Indonesia harus
tunduk dan taan terhadap apa yang menjadi kebijakan internasional.
c) APEC
APEC merupakan kerjasama antara negara-negara kawasan Asia-Pasifik.
APEC bertujuan untuk mengukuhkan pertumbuhan ekonomi dan mempererat
komunitas negara Asia-Pasifik. APEC didirikan pada tahun 1989 dan saat ini
anggotanya sudah mencapai 21 negara. Ini berarti Indonesia akan semakin
bergantung dan sulit untuk melepaskan diri dari dunia internasional. Sepertinya
teori ketergantungan akan tidak bisa diterapkan di Indonesia.
Dari beberapa contoh organisasi yang diikuti oleh Indonesia di atas, maka bisa
disimpulkan bahwa Indonesia akan sulit untuk melepaskan diri dari namanya
dunia internasional.