HUKUM PARIWISATA
Tania Novelin,S.H.,M.Kn
UNDIKNAS UNIVERSITY
2023/2024
Jumat, 3 November 2023
SOAL
b. Jaman pertengahan
• Motivasi dan motif perjalanan pada abad pertengahan lebih luas dari motivasi
dan motif perjalanan pada jaman kuno. Di samping motif perjalanan untuk
keperluan perdagangan, keagamaan dan dambaan ingin tahu, pada jaman ini
telah berkembang motif untuk tujuan yang berhubungan dengan kepentingan
negara (mission) dan motif untuk menambah pengetahuan.
• Para pedagang tidak lagi melakukan pertukaran secara barter. Para
pedagang cukup dengan membawa contoh barang yang ditawarkan
melalui pekan-pekan raya perdagangan.
• Akomodasi yang bersifat komersiil mulai bermunculan walaupun masih
sederhana. Demikian pula restoran-restoran yang menyediakan makanan
untuk keperluan para pelancong.
• Alat angkut tidak hanya dengan menunggang kuda, keledai atau onta,
tetapi telah meningkat dengan menambah kereta yang ditarik kuda atau
keledai. Angkutan laut telah menggunakan kapal-kapal yang lebih besar.
a. Jaman Modern
• Perkembangan pariwisata pada jaman modern, ditandai dengan semakin
beraneka ragamnya motif dan keinginan wisatawan yang harus dipenuhi
sebagai akibat meningkatnya budaya manusia.
• Formalitas atau keharusan para pelancong untuk membawa identitas diri bila
mengunjungi suatu negara mulai diterapkan.
• Tempat-tempat penginapan (akomodasi) yang dikelola secara komersiil
tumbuh dengan subur. Fasilitas yang digunakan semakin lengkap.
•Timbulnya revolusi industri di negara-negara Barat telah menciptakan alat
angkut yang sangat penting dalam perkembangan pariwisata.
Diketemukannya mesin uap, mulai diperkenalkan angkutan kereta api dan
kapal uap, dan menggantikan alat angkut yang menggunakan binatang
dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang
dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “tour”, sedangkan untuk pengertian jamak,
kata “Kepariwisataan” dapat digunakan kata “tourisme” atau “tourism”
• Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pariwisata adalah
Nasional Turisme II di Tretes, Jawa Timur. Istilah ini dipakai sebagai pengganti kata
Turisme sebelum kata pariwisata diambil dari bahasa Sansekerta.
• Menurut Pendapat Ahli (Yoeti)
•Wisata = perjalanan; dalam bahasa Inggris dapat disamakan dengan perkataan
“travel” Wisatawan = orang yang melakukan perjalanan; dalam bahasa Inggris dapat
disebut dengan istilah “travellers”
•Para wisatawan = orang-orang yang melakukan perjalanan dalam bahasa Inggris
biasa disebut dengan istilah “travellers”(jamak)
•Pariwisata = perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain dan dalam
bahasa Inggris disebut “tourist”
•Para pariwisatawan = orang yang melakukan perjalanan tour dan dalam bahasa
Inggris disebut dengan istilah “tourists” (jamak)
•Kepariwisataan = hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata dan dalam bahasa
Inggris disebut dengan istilah “tourism”
• Prof. Salah Wahab
pariwisata itu merupakan suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar yang
mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu
sendiri (di luar negeri), meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah
tertentu), suatu negara atau benua untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan
yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia
memperoleh pekerjaan
• Herman V. Schulalard
kepariwisataan merupakan sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan
masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu
kota, daerah atau negara.
• Prof. k. Krapt
Kepariwisataan adalah keseluruhan daripada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh
perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal
sementara, asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh
penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu.
• Koen Meyers
Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari
tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau
mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu,
menghabiskan waktu senggang atau waktu libur serta tujuan-tujuan lainnya.
• Menurut UU Kepariwisataan (Pasal 1 angka 3)
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah.
• Pariwisata berarti:
1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu
2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain
3. Perjalanan itu; walaupun apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan
pertamasyaan atau rekreasi
4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang
dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.
6.. Manfaat Jangka Panjang: Pariwisata harus dirancang untuk memberikan manfaat
jangka panjang bagi semua pihak, termasuk generasi mendatang. Ini melibatkan
pengembangan yang berkelanjutan yang tidak merusak sumber daya alam atau
warisan budaya.
b. kekeluargaan;
• Prinsip yang menekankan pentingnya menciptakan lingkungan dalam industri
pariwisata yang hangat, ramah, dan bersahabat, mirip dengan atmosfer keluarga. Asas
ini menciptakan hubungan yang lebih akrab antara wisatawan, penyedia layanan
pariwisata, dan masyarakat setempat. Misal : menampilkan l
keramahan terhadap semua wisatawan, perhatian terhadap detail kecil seperti
memberikan informasi yang akurat dan bermanfaat
d. keseimbangan
• Asas keseimbangan dalam konteks pariwisata mengacu pada upaya menjaga
keseimbangan antara berbagai elemen yang terlibat dalam industri pariwisata, seperti
ekonomi, lingkungan, sosial, dan budaya. Prinsip ini bertujuan untuk menghindari
ketidakseimbangan atau kerusakan yang dapat timbul akibat pertumbuhan pariwisata
yang tidak terkendali.
1. Keseimbangan Ekonomi : Pariwisata harus memberikan kontribusi ekonomi
yang positif, tetapi tidak boleh mengabaikan dampak negatif yang mungkin timbul,
seperti inflasi atau ketidaksetaraan ekonomi. Keseimbangan ini dapat dicapai dengan
mengelola pengeluaran wisatawan, mengembangkan sektor ekonomi lokal, dan
memperhatikan keadilan distribusi manfaat.
e. kemandirian
• Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan dengan bertumpu pada
kemampuan sumber daya yang dimiliki
f. kelestarian;
• Penyelenggaraan kepariwisataan dengan memperhatikan daya dukung dan
daya tampung lingkungan
g. partisipatif
• penyelenggaraan kepariwisataan dengan melibatkan berbagai komponen l
masyarakat
h. berkelanjutan
• penyelenggaraan kepariwisataan dapat dilaksanakan secara terus menerus
lintas generasi
h. demokratis;
• penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan dengan musyawarah
i. kesetaraan
• penyelenggaraan kepariwisataan dapat dilaksanakan oleh semua pihak dengan
tidak adanya pembedaan suku, agama, ras, jenis kelamin, dan golongan.
j. kesatuan.
• penyelenggaraan kepariwisataan dengan menjunjung kesatuan bangsa
4. Explore secara offline/online, Boleh dari pengalaman pribadi atau cari kasus
di internet. Contoh kasus dari Pariwisata yang merupakan masalah atau
bermasalah. Kemudian analisis dengan Undang-Undang yang relevan baik UU
Kepariwisataan maupun UU lainnya.
JAWABAN
Ambruknya Dermaga Danau Kandi Sawahlunto
Objek wisata Danau Kandi Kota Sawahlunto, Sumatera Barat menelan korban.
Sebanyak lima orang wisatawan meninggal dunia dalam insiden ambruknya dermaga
di danau tersebut pada Rabu 26 Mei 2021.
Kejadian itu, mendapat sorotan dari berbagai pihak. Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (WALHI) Sumatera Barat menilai Danau Kandi yang merupakan bekas
tambang tersebut tak seharusnya dijadikan objek wisata.
Danau Kandi merupakan salah satu objek wisata unggulan di Sawahlunto. Kawasan
ini dulunya merupakan bekas penambangan batu bara milik PT. Bukit Asam.
Dari kasus ini, dapat diambil kesimpulan terjadinya kelelaian bekas lubang galian
tambang kemudian menjadi genangan karena diisi oleh air hujan, kemudian
menjadikannya tempat wisata adalah proses pelanggaran hukum dan pembodohan
publik baik oleh perusahaan maupun pemerintah. Dalam hal ini, patut dipertanyakan
tugas pokok dan fungsi pemerintah pusat yang tidak melakukan kewenangan dalam
hal melakukan pengawasan dalam reklamasi.
Dalam kasus ini korban dapat menggugat PT. Bukit Asam tas dasar perbuatan
kelelaian bekas lubang galian tambang kemudian menjadi genangan karena diisi oleh
air hujan, kemudian menjadikannya tempat wisata adalah proses pelanggaran hukum.
PT. Bukit Asam dapat digugat atas dasar Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatige
daad) yang dalam konteks perdata
diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hakum Perdata : * Tiap perbuatan
melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian terserbut." dan juga dengan mengacu kepada Undang-Undang
Kepariwisataan dan jika pengelola tidak memenuhi peraturan yang ada maka bisa
dikennkan sanksi administratif sebagaimana tertulis dalam Pasal 63 Undang-Undang
No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan.