Anda di halaman 1dari 74

Hukum Kepariwisataan

Oleh : Primus Aryesam, SH. MH

Fakultas Hukum Universitas Katolik


De La Salle Manado
Definisi Pariwisata :
• Pariwisata adalah semua proses yang
ditimbulkan oleh arus perjalanan lalulintas
orang-orang dari luar kesuatu NEGARA atau
DAERAH dan segala sesuatu yang terkait
dengan proses tersebut seperti
makan/minum, transportasi, akomodasi dan
obyek atau hiburan.
Definisi pariwisata
• Menurut UUK No 10 Tahun 2009
• Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah
daerah.
Sejarah Pariwisata
• Abad 16 adanya penemuan benua baru yang
menyebabkan terjadinya pergeseran arus
perdagangan dan jalur perdagangan.
• Zaman Renaisance muncul bentuk
pelancongan baru berupa perjalanan
mengunjungi tempat-tempat indah dan
terkenal dengan tujuan kenikmatan,
kesenangan dan kebahagiaan.
Unsur-Unsur Pariwisata
• Unsur Geografis : menyuguhkan keindahan alam
ciptaan allah yang membuat semua turis
bersyuku
• Unsur Historis : Menyuguhkan sisa-sisa
peninggalan sejarah yang membuat turis
merasakan perjalanan waktu dan dapat
mensyukuri kehidupannya
• Unsur Kultural : menyuguhkan seni suatu daerah
agar turis merasakan bahwa allah sudah
memberikan cipta, rasa dan karsa yang estetis
pada manusia
Pengertian Moral dalam pariwisata
• Budi pekerti, moral atau akhlak adalah
berusaha mencari kebaikan sesuai dengan
nilai-nilai luhur agama, adat istiadat atau
bahkan lahir dari kata hati yang suci dan
nurani yang jujur. Ini akan menimbulkan etika
yang menjadikan manusia yang moralis karena
dapat membedakan mana yang baik dan
buruk
Perkembangan kebijakan Pariwisata Indonesia

• Perkembangan Tahap Pertama (1961-1969)


- Di bawah bidang Distribusi dan Perhubungan dengan titel
TOURISME. Kebijakan ini mencakup :
a. Gagasan mempertinggi mutu kebijakan
b. Peningkatan perhatian terhadap kesenian didaerah-daerah
pusat tourisme.
c. Pemeliharaan kepribadian dan keaslian kebudayaan, sesuai
kepribadian dan keaslian daerah masing-masing
• Kebijakan pariwisata tahap pertama
mencerminkan:
a. Penempatan Kepariwisataan Sebagai aspek
kegiatan budaya
b. Kepariwisataan sebagai media pembangunan
budaya, nasional maupun universal
c. Penempatan keaslian, kekhasan, dan nilai-nilai
kepribadian kesenian dan kebudayaan daerah
sebagai pijakan pengembangan kepariwisataan
Perkembangan Kebijakan Pariwisata

• Perkembangan Tahap Kedua (1969-1998)


Ciri utamanya Adalah Penekanan Kepariwisataan
sebagai sumber DEVISA.
Kebijakan tersebut Adalah
a. Peningkatan penerimaan Devisa, perluasan
kesempatan dan lapangan kerja.
b. Pengaturan yang lebih terarah
c. pengembangan pariwisata domestik untuk
pengenalan budaya
Perkembangan tahap ketiga (2000)
• Perkembangan tahap ketiga memiliki titel
Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata.
Kebijakan diletakan pada dua Gagasan Kunci:
a. Kepariwisataan berpijak pada kebudayaan
tradisional
b. Kepariwisataan sebagai wahana
persahabatan antar bangsa.
Definisi pariwisata

• Pariwisata adalah semua proses yang


ditimbulkan oleh arus perjalanan lalulintas
orang-orang dari luar kesuatu negara atau
daerah dan segala sesuatu yang terkait
dengan proses tersebut seperti
makan/minum, transportasi, akomodasi, atau
dan obyek natau hiburan.
• UUK pasal 1 ayat 3 :
• Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah
daerah
Jenis-Jenis Usaha Pariwisata
• Usaha jasa pariwisata
• Usaha Obyek dan Daya Tarik Wisata
• Usaha Sarana Pariwisata
(1) Usaha pariwisata meliputi, antara lain:
a. daya tarik wisata;
b. kawasan pariwisata;
c. jasa transportasi wisata;
d. jasa perjalanan wisata;
e. jasa makanan dan minuman;
f. penyediaan akomodasi;
g. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;
h. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif,
konferensi, dan pameran;
i. jasa informasi pariwisata;
j. jasa konsultan pariwisata;
k. jasa pramuwisata;
l. wisata tirta; dan
m. spa.
Fungsi penyelenggaraan
kepariwisataan :
• Kepariwisataan berfungsi memenuhi
kebutuhan jasmani,
rohani, dan intelektual setiap wisatawan
dengan rekreasi
dan perjalanan serta meningkatkan
pendapatan negara
untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Tujuan Penyelenggaraan
Kepariwisataan :
UUK No 10 Tahun 2009 pasal 4 :
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat
c. menghapus kemiskinan;
d. mengatasi pengangguran;
e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber
daya
• F. memajukan kebudayaan;
• g. mengangkat citra bangsa;
• h. memupuk rasa cinta tanah air;
• i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa;
dan
• j. mempererat persahabatan antarbangsa.
Penataan Kebijakan Kepariwisataan
• Kepariwisataan Mengandung tiga aspek dasar:
1. Kepariwisataan Sebagai suatu bentuk
Perdagangan jasa
2. Hubungan Kegiatan Bisnis Kepariwisataan
dengan Kebudayaan dan Lingkungan Hidup
3. Hukum yang Mengatur Kegiatan
Perdagangan Jasa Pariwisata dan Hubungan
Pariwisata dengan Kebudayaan
Etika Lingkungan Kebijakan
Kepariwisataan
• Peran aktif dalam upaya-upaya pencegahan
dampak lingkungan akibat kegiatan
kepariwisataan, dengan cara mengemas produk
yang ramah lingkungan
• Peran aktif dalam pemecahan masalah
lingkungan, dampak dan kerusakan lingkungan
khususnya yang diakibatkan kegiatan
kepariwisataan
• Peran aktif dalam pemeliharaan lingkungan
dalam bentuk teknis dan finansial
Aspek Hukum
Kegiatan Kepariwisataan merupakan kegiatan multi-aspek bersifat
nasional-internasional, mencakup berbagai aspek scara multi
dimensi. Maka kebijakan Hukum kepariwisataan diarahkan kepada :
a. Hukum kepariwisataan harus mampu mempertimbangkan sifat
khas, fungsi dan seluruh aspek kegiatan bisnis kepariwisataan
b. Mampu Membangun suatu sistem hukum yang mampu
memberikan perlakuan-perlakuan yang tepat terhadap kegiatan
bisnis kepariwisataan.
c. mampu membangun tradisi bisnis sesuai dengan kelaziman yang
berlaku
d. Mampu membangun lingkungan, etika dan aktifitas bisnis yang
kondusif.
Jenis Investasi – Aspek Pelaku
• Autonomous Investmen : Merupakan investasi
yang dilakukan oleh pemerintah. Biasanya
investasi ini dilakukan untuk pengadaan fasilitas
umum seperti jalan raya, jembatan, bendungan
Saluran irigasi, fasilitas pertahanan dll.maka
sering disebut dengan publik investmen
• Induced investmen atau investasi dorongan :
merupakan investasi yang timbul akibat adanya
pertambahan permintaan efektif yang nyata
dipasar. kenaikan disebabkan adanya peningkatan
pendapatan masyarakat
• a.Prinsip-Prinsip
menjunjung tinggi norma agamaKepariwisataan
Penyelenggaraan dan nilai budaya:
sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam
keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan
Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan
sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan
lingkungan;
• b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman
budaya, dan kearifan lokal;
• c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat,
• keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas;
RUANG LINGKUP
• memelihara kelestarian alam dan lingkungan
hidup;
• memberdayakan masyarakat setempat;
• menjamin keterpaduan antar sektor, antar
daerah,
antara pusat dan daerah yang merupakan satu
kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi
daerah,
serta keterpaduan antar pemangku kepentingan;
Ruang Lingkup
• kesepakatan internasional dalam bidang
pariwisata;
• dan
• memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan
Republik
Indonesia.
Asas-Asas Dalam Penyelenggaraan
Kepariwisataan
• manfaat;
• kekeluargaan;
• adil dan merata;
• keseimbangan;
• kemandirian;
• kelestarian;
• partisipatif;
• berkelanjutan;
• demokratis;
• kesetaraan; dan
• kesatuan.
Permasalahan wisata
• Pertanyaan?
• (a) situasi lingkungan kita Seperti apa ?
• (b) situasi organisasi bagaimana yang
menentukan pengembangan model
komptensi manusia Pariwisata diIndonesia
• (c) bagaimana model kompetensi Manusia
Pariwisata tersebut.
Permasalahan Pariwisata
Apa yang seharusnya dilakukan?
• (a) lingkungan yang menjadi dasar pengembangan
model komptensi Manusia Pariwisata adalah
lingkungan politik dan keamanan yang potensial dan
kondusif, eknomi yang relatif stabil, dan geografis.
• (b) situasi organisasi yaitu keuangan yang terbatas dan
kurang memadai; manajerial yang demokratis, terbuka,
dan akrab; budaya organisasi yang mendukung
• (c) model kompetensi Manusia Pariwisata
yang dikembangkan adalah SDM yang
mempunyai kemampuan kepariwisataan,
sikap dan kepribadian, dan kemampuan
manajerial; dan model kompetensi Manusia
Pariwisata di dalamnya juga termasuk pelaku
dan pengelola obyek wisata yang berasal dari
masyarakat.
Saran-saran
• (a) perlu usaha terus menerus menumbuhkan
sinergi di antara pegawai dinas yang berbeda
latar belakang,
• (b) situasi-situasi yang ada perlu dikaji lebih
mendalam sehingga dapat diambil kebijakan yang
sangat sesuai dengan situasi dan kondisi yang
ada, dan
• (c) sinergi dan kerjasama antara pemerintah
(dinas) dan masyarakat akan membantu
pengembangan model kompetensi Manusia
Pariwisata di masa depan.
• (c) sinergi dan kerjasama antara pemerintah
(dinas) dan masyarakat akan membantu
pengembangan model kompetensi Manusia
Pariwisata di masa depan.
Daya Tarik Pariwisata Dari Segi Sejarah

• Umat budha ingin ke borobudur


• Umat islam ingin ke goa hira dan mendaki bukit
jabal nur (tempat pertama nabi mendapat
Wahyu)
• Umat Hindu ingin melihat bukit kurusetra tempat
arjuna mendapat wejangan dari awatara sri
kresna yang menjadi titisan batara wisnu
menjelang perang batara yudha
• Umat kristen katholik ingin berangkat ke gereja
vatikan di roma. dll
Daya tarik keindahan
• A.A.M Djelantik : hal-hal yang indah dapat dibagi pada
dua hal. Pertama keindahan alami yang tidak
diciptakan manusia( laut, gunung, perempuan…..) dan
kedua hal-hal yang diciptakan dan diwujudkan
manusia( lukisan, masjid, dll)
• Estetika berasal dari bahasa yunani yaitu aisthesis
artinya pengamatan, rasa.( misal seorang seniman
mampu menimbulkan daya pendengarannya, daya
pandangnya, daya sentuhnya,.
• Konsep estetika adalah abstrak sebelum diberi bentuk
• Seni indah yang tak bermoral- tarian perut, adegan
maut..dll
Lanjutan
• Perasaan terbagi 2; positif negatif.
• Negatif harus dipertahankan
Dendam pada kemaksiatan
kecewa pada kedzaliman penguasa
benci pada penindasan
cemburu pada orang yang rajin sedekah
takut menyakiti orang tua..ll
Puncak keindahan adalah ciptaan allah. Salah
satunya adalah wanita…
Organisasi dan Sistem Pendukung
Manajemen Pariwisata Daerah
Tujuan Perencanaan Pemasaran Strategis adalah
Untuk Memungkinkan industri pariwisata
didaerah dapat mencapai sasarannya dalam
kondisi lingkungan usaha yang selalu berubah.
Menurut Burkard dan Medlik (1981 :50) dan
holoway (1985:81)
• Kegiatan Pokok yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi
pariwisata adalah :
1. melakukan koordinasi dalam menyusun strategi pengembangan
dan perencanaan pemasaran pariwisata didaerahnya dengan
melibatkan pihak-pihak terkait dengan kegiatan pariwisata daerah
2. Mewakili kepentingan daerah dalam pertemuan-pertemuan yang
menyangkut kepentingan pengembangan pariwisata, baik tingkat
nasional maupun internasional
3. mendorong pembangunan fasilitas dan kualitas pelayanan yang
sesuai dengan selera wisatawan
4. menyusun perencanaan pemasaran dengan mempersiapkan
paket-paket wisata yang menarik bersama dengan para perantara
Desain Organisasi Pariwisata Daeah
• Baligh dan Burton (1979 : 93) :….The design of
the organization through which it is
administered.
“…rancangan suatu organisasi melalui itu
organisasi dapat berjalan. (sesuai dengan yang
diharapkan)
Unsur yang melatarbelakangi
pembentukan organisasi pariwisata
• Suatu perekonomian didaerah itu jelas akan
merasakan aki bat langsung pada pendekatan
yang diambil mengenai hal yang terkait dengan
kepariwisataan.
• Organisasi pariwisata merefleksikan pentingnya
pariwisata bagi perekonomian daerah yang erat
kaitannya dengan sektor lain.
• Organisasi pariwisata scara umum harus dapat
mengembangkan pariwisata sebagai suatu
industri yang membawa kesejahteraan bagi
rakyat banyak
Sistem Pendukung Manajemen
Pariwisata Daerah
• Sistem Informasi Pariwisata Daerah
• Kerangka konseptual sistem informasi
pemasaran pariwisata daerah
a. sistem laporan internal
b. sistem intelijen pemasaran
c. sistem riset pemasaran
Manfaat Sistem Perencanaan
• Branch dikutip oleh Kotler (1982:173) bahwa manfaat Sistem
perencanaan bagi suatu Daerah tujuan wisata:
• Dapat mendorong suatu cara berpikir kedepan secara sistematis
• Dapat mengarah keupaya mengkoordinasikan organisasi scara lebih
baik
• Dapat mengarah kepengembangan standard kinerja pengendalian
daerah scara keseluruhan, termasuk perusahaan2 kelompok
industri pariwisata
• Dapat mengarahkan OPD organisasi pariwisata daerah untuk
mempertajam tujuan maupun kebijakan untuk dijadikan pedoman
• Dapat menghasilkan persiapan yang lebih baik bagi pengembangan
yang bersifat mendadak
Prospek Perkembangan Pendidikan
Pariwisata Indonesia
1. Pemberdayaan masyarakat yang membangun
a. Transisi Kebudayaan
dampak positifnya: percepatan dan peningkatan
tingkat berpikir dalam berbagai bidang serta
perubahan pola hidup yang lebih efisien dan
pragmatis. Dampak negatifnya : sulitnya
masyarakat memahami dan mencerna
perkembangan yang begitu cepat diberbagai
bidang dan terbenturnya berbagai
kecenderungan dengan nilai-nilai luhur bangsa
kita.
• B. masyarakat yang dipersyaratkan
Perlu adanya antisipasi tentang kemampuan apa yang
dituntut menyambut kecenderungan bidang ekonomi
yang memiliki peluang berkembang yang cukup besar
yang terkait dengan tantangan efisiensi dan
produktivitas dalam rangka peningkatan efisiensi
pembangunan nasional.
Pemberdayaan masyarakat beranjak dari upaya
memberikan bimbingan kepada masyarakat agar sadar
wisata juga semua pihak harus memberikan bimbingan
dan keteladanan dalam berbagai aspek ehidupan.
• Konsep Pendidikan
Konsep pendidikan yang dianut seyogyanya
bukan saja mencakup pendidikan yang bersifat
formal, namun juga yang bersifat non formal dan
informal scara menyeluruh, kreatifitas serta
prakarsa.
Untuk mencapai tingkat prestasi pendidikan
optimal memerlukan dua variabel. Variabel
pertama : kemampuan untuk mendidik diri
sendiri. Variabel kedua : kemampuan untuk
penyesuaian diri pada tuntutan lingkungan.
• Pembangunan kepariwisataan di Indonesia
dapat ditingkatkan hasilnya dengan
pemberdayaan hukum melalui perubahan
hukum positif (lus Constitutum) secara
konseptual. Ketertinggalan (Lag) dan
kesenjangan serta hukum tidak efektif (Soft
Development) dalam penyelenggaraan
kepariwisataan secara empirik menjadi dasar
perubahan hukum.
• Konsep politik hukum nasional menjadi dasar
panduan untuk melakkan perubahan hukum yang
dimaksud, menghasilkan konsep hukum
kepariwisataan modern yang mampu
mengantisipasi paradigma otonomi daerah dan
globalisasi tersebut ialah hukum yang mengatur
upaya-upaya yang dilakukan untuk melayani/
memenuhi kebutuhan wisatawan sejak datang
dari daerah asal wisatawan (DAW) hingga
destinasi (DTW) dan kembali ke daerah asal,
dengan tujuan agar wisatawan dapat menikmati
tujuan dari kunjungannya itu.
HUKUM BISNIS PARIWISATA
• BISNIS PARIWISATA
KEGIATAN KEPARIWISATAAN MERUPAKAN
SISTEM PERDAGANGAN YANG BERSIFAT
KHUSUS, BEROBYEK JASA DAN MENDAPAT
DUKUNGAN DARI SISTEM LAINNYA.
• BISNIS PARIWISATA ADALAH ASPEK KEGIATAN
KEPARIWISATAAN YANG BERORIENTASI PADA
PENYEDIAAN JASA PARIWISATA. BISNIS
PARIWISATA MELIPUTI SELURUH KEGIATAN
PENYEDIAAN JASA (SERVICES) YANG
DIBUTUHKAN WISATAWAN. KEGIATAN INI
MELIPUTI JASA PERJALANAN (TRAVEL) DAN
TRANPORTASI (TRANSPORTATION), PENGINAPAN
(ACCOMODATION), JASA BOGA (RESTAURANT),
REKREASI (RECREATION). MONEY CHANNGER
DAN JASA HIBURAN.
• SIFAT KHAS PERDAGANGAN JASA PARIWISATA
TERLETAK PADA SIFAT DAN BENTUK
OBYEKNYA, YAITU JASA. KARAKTERISTIK
LAINNYA TERLETAK PADA POSISI JASA
PARIWISATA SEBAGAI OBYEK HUKUM. BISNIS
PARIWISATA MERUPAKAN SISTEM TERSENDIRI
YANG MEMBUTUHKAN SISTEM HUKUM SUI
GENERIS YAITU SISTEM KHUSUS SESUAI
DENGAN KARAKTER OBJEKNYA.
• TRADISI HUKUM DALAM KEGIATAN BISNIS
PARIWISATA
– COMMON LAW SYSTEM; MAIL BOX THEORY

– CIVIL LAW SYSTEM; ARRIVAL THEORY


• HUKUM BISNIS PARIWISATA
ADALAH PERANGKAT KAIDAH, AZAS-AZAS,
KETENTUAN, INSTITUSI DAN MEKANISMENYA,
NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL, YANG
DIGUNAKAN SEBAGAI DASAR UNTUK MENGATUR
PERDAGANGAN JASA PARIWISATA
• PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BISNIS
PARIWISATA:
– UU KEPARIWISATAAN; UU NO. 10/ 2009
– UU PENGESAHAN AGREEMENT ESTABLISHING THE
WORLD TRADE ORGANIZATION, UU NO.7/1994
DIMANA TERCAKUP DIDALAMNYA GATS
– PERATURAN PERUNDANGAN YANG TERLETAK
PADA BIDANG HUKUM LAINNYA
• PERMODALAN
– MODAL WNI

– MODAL ASING ATAU MODAL DALAM NEGERI

– MODAL ASING DAN MODAL DALAM NEGERI (JOIN


VENTURE)
• PRINSIP-PRINSIP GATS
– MOST FAVOURED NATION TREATMENT
– TRANSPARANSI
– PERLAKUAN KHUSUS UNTUK NEGARA BERKEMBANG
– KERJASAMA DENGAN NEGARA BUKAN ANGGOTA
– KETENTUAN DOMESTIK
– STANDAR
– MONOPOLI
– HAMBATAN
– PENGECUALIAN UMUM
– AKSES PASAR
– KOMITMEN INDONESIA UNTUK GATS DIBIDANG PARIWISATA
• PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS
– MANAJEMEN SENGKETA BISNIS
A. PENCEGAHAN (PREVENTION) MELALUI DESAIN
BISNIS DAN BERKONTRAK DENGAN CERMAT
B. SETTELMENT (PENYELESAIAN) MELALUI
PENEMPATAN LITIGASI (PENGADILAN) DAN LEMBAGA-
LEMBAGA NON LITIGASI ATAU LEMBAGA-LEMBAGA
ALTERNATIF SEPERTI KONSULTASI , MEDIASI,
KONSILIASI DAN ARBITRASE, TETAPI TETAP SALURAN
ALTERNATIF BARU KEMUDIAN LITIGASI.
• BADAN PENYELESAIAN SENGKETA (DISPUTE
SETTELMENT BODY) MENYELESAIKAN SENGKETA
MELALUI MEKANISME:
1. CONSULTATION
2. GOOD OFFICES, CONSOLIDATION AND
MEDIATION
3. PANELS
4. APELLATE
5. COMPENSATION
ASPEK HUKUM INVESTASI KEGIATAN
BISNIS PARIWISATA
• UU PENANAMAN MODAL UU NO 25 TAHUN
2007
• Penanaman modal adalah segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik oleh penanam
modal dalam negeri maupun penanam modal
asing untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia. (PASAL 1 A.1)
• Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan
modal dalam negeri.
• Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri.
• INVESTASI ATAU INVESTMEN (PENANAMAN
MODAL ) MERUPAKAN KONSEP EKONOMI
PADA UMUMNYA BERINTIKAN TINDAKAN YAN
GMENGAOLKASIKAN SUMBER-SUMBER YANG
DIDASARKAN PADA ANALISIS BAHWA ALOKASI
TERSEBUT AKAN MENDATANGKAN HASIL
YANG MEMUASKAN. HASIL ANALISIS
DITUANGKAN DALAM SUATU RENCANA DAN
PROYEKSI-PROYEKSI SESUAI TINGKATANNYA.
• JENIS INVESTASI BERDASARKAN ASPEK

PELAKUNYA:

– AUTONOMOUS INVESTMENT

– INDUCED INVESTMENT
• POKOK-POKOK HUKUM INVESTASI
KEPARIWISATAAN:
– ASAS PADA PASAL 2 UU NO 10/2009

– FUNGSI PASAL 3

– TUJUAN PASAL 4

– USAHA PARIWISATA PASAL 14


• HAK, KEWAJIBAN, DAN TANGGUNG JAWAB
PENANAMAN MODAL
• Pasal 14
Setiap penanaman modal berhak mendapat :
a. kepastian hak, hukum, dan perlindungan;
b. informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang
dijalankannya;
c. hak pelayanan; dan
d. berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang -undangan
• Pasal 15
Setiap penanam modal berkewajiban :
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan;
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal
dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi
Penanaman Modal.
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi
kegiatan usaha penanaman modal; dan
e. mematuhi semua ketentuan peraturan
perundangundangan.
• Pasal 16
Setiap penanam modal bertanggung jawab :
a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan
kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan
atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah
praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;
d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kesejahteraan pekerja; dan
f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundangundangan.
• FASILITAS PENANAMAN MODAL
• Pasal 18
• (1) Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam
• modal yang melakukan penanaman modal.
• (2) Fasilitas penanaman modal sebagaimana dimaksud
• pada ayat (1) dapat diberikan kepada penanaman
• modal yang :
• a. melakukan peluasan usaha; atau
• b. melakukan penanaman modal baru.
(3) Penanaman modal yang mendapat fasilitas
• sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah yang sekurang-
kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut ini :
• a. menyerap banyak tenaga kerja;
• b. termasuk skala prioritas tinggi;
• c. termasuk pembangunan infrastruktur;
• d. melakukan alih teknologi;
• e. melakukan industri pionir;
• f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daeraH
perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu;
• g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
• h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan
inovasi;
• i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah,atau koperasi;
atau
• j. industri yang menggunakan barang modal atau
• mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam Negeri.
• (4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman
• modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
• ayat (3) dapat berupa :
• a. pajak penghasilan melalui pengurangan
• penghasilan netto sampai tingkat tertentu
• terhadap jumlah penanaman modal yang
• dilakukan dalam waktu tertentu;
• b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas
• impor barang modal, mesin, atau peralatan
• untuk keperluan produksi yang belum dapat
• diproduksi di dalam negeri;
• (4) Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman
• modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
• ayat (3) dapat berupa :
• a. pajak penghasilan melalui pengurangan
• penghasilan netto sampai tingkat tertentu
• terhadap jumlah penanaman modal yang
• dilakukan dalam waktu tertentu;
• b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas
• impor barang modal, mesin, atau peralatan
• untuk keperluan produksi yang belum dapat
• diproduksi di dalam negeri;
• (5) Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam
jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada
penanaman modal baru yang merupakan industri pionir, yaitu
industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah
dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru,
serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.
• (6) Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yanG
melakukan penggantian mesin atau barang modal lainnya, dapat
diberikan fasilitas berupa keringanan atau pembebasan bea masuk.
• (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas fiskal
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sampai
• dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
• Pasal 19
• Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (4) dan ayat (5) diberikan berdasarkan
kebijakan industri nasional yang ditetapkan
ole h Pemerintah.
• Pasal 20
• Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 tidak berlaku bagi penanaman modal asing
yang tidak berbentuk perseroan terbatas.
• Pasal 21
• Selain fasilitas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18,
• Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan
dan/atau perizinan kepada perusahaan
penanaman modal untuk memperoleh :
a. hak atas tanah;
b. fasilitas pelayanan keimigrasian; dan
c. fasilitas perizinan impor.
ASPEK HUKUM PERTANAHAN
DALAM BISNIS PARIWISATA
• Pasal 22 UU No.25/2007
• (1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas
tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a
dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus
dan dapat diperbarui kembali atas permohonan
penanam modal, berupa:
a. Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95
(sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat
diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama
60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbarui selama
35 (tiga puluh lima) tahun
b. Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan
jumlah 80 (delapan puluh) tahun dengan cara
dapat diberikan dan diperpanjang di muka
sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat
diperbarui selama 30 (tiga puluh) tahun; dan
c. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70
(tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan
dan diperpanjang di muka sekaligus selama 45
(empat puluh lima) tahun dan dapat diperbarui
selama 25 (dua puluh lima) tahun
• (2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada
ayat
• (1) dapat diberikan dan diperpanjang di muka
• sekaligus untuk kegiatan penanaman modal,
• dengan persyaratan antara lain:
• a. Penanaman modal yang dilakukan dalam
jangka
• panjang dan terkait dengan perubahan struktur
• perekonomian Indonesia yang lebih berdaya
• saing;
• b. Penanaman modal dengan tingkat risiko penanaman
modal yang memerlukan pengembalian modal dalam
jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan
penanaman modal yang dilakukan ;
c. Penanaman modal yang tidak memerlukan area yang
luas;
d. Penanaman modal dengan menggunakan hak atas
tanah negara; dan
e. Penanaman modal yang tidak mengganggu rasa
keadilan masyarakat dan tidak merugikan kepentingan
umum.
• (3) Hak atas tanah dapat diperbarui setelah dilakukan evaluasi
bahwa tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik
sesuai dengan keadaan, sifat, dan tujuan pemberian hak.

(4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan


sekaligus di muka dan yang dapat diperbarui sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dihentikan atau
dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman modal
menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum,
menggunakan atau memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan
maksud dan tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.

Anda mungkin juga menyukai