Anda di halaman 1dari 11

RMK AKUNTANSI HOTEL

BISNIS PARIWISATA DAN RUANG LINGKUP USAHA PERHOTELAN

DOSEN:

I Kadek Apriada,SE.,M.Si

OLEH:

KELAS AKUNTANSI MALAM L

NAMA KELOMPOK:

I Gusti Putu Juliawan (29/1902622010555)

A.A Putu Dyah Damayanti (30/1902622010556)

Murdis Umbu Kenda (31/1902622010557)

Ni Luh Ayu Cahyani (32/1902622010558)

I Kadek Nova Ariawan (33/1902622010559)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI

TAHUN 2022
1. KONSEP DASAR PARIWISATA
a. Pariwisata
Berkembang karena adanya gerakan manusia dalam mencari sesuatu
yang belum diketahui dengan menjelajahi wilayah yang baru, mencari
perubahan suasana, atau untuk mendapat perjalanan baru (Robinson 1976)
b. Awal Mula Pariwisata
Dimulai sejak peradaban manusia itu sendiri, ditandai pergerakan
manusia melakukan ziarah dan perjalanan agama. Selanjutnya perjalanan
dagang dengan kapal dan singgah di berbagai daerah sehingga ditemukannya
berbagai destinasi/ daerah baru.
c. Perkembangan Pariwisata
 Menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa negara
 Pariwisata dikelola oleh berbagai pengelola pariwisata karena adanya
peluang secara ekonomi dan sosial Contoh: Vereeneging Toeristen
Verkeer (Belanda) – Promosi indonesia (Jawa dan Bali) Lissone
Lindeman – Pelayaran Batavia Honet (Hotel National and Tourism) –
1946 Yayasan Tourisme Indonesia – 1955
 YTI => demam pariwisata
 YTI = melahirkan Dewan Pariwisata Indonesia
 Pariwisata diartikan sebagai International Tourism, sedangkan untuk
domestic tourism dipopulerkan dengan istilah dharma wisata

2. JENIS PARIWISATA DAN USAHA PARIWISATA


Definisi pariwisata dan wisatawan yang telah dijelaskan sebelumnya
memberikan gamabaran tentang tujuan seseorang melakukan perjalanan wisata.
Definisi tersebut akan mempengaruhi dan menentukan jenis-jenis pariwisata yang
dapat dikembangkan didaerah tujuan wisata sehingga menarik wisatawan untuk
mengunjunginya. Menurut Spillane (1989) terdapat beberapa jenis pariwisata:
a. Pleasure tourism (pariwisata menikmati perjalanan)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, mencari uadar segar yang baru, mengendorkan
ketegangan sarafnya, menikmati keindahan alam, menikmati hakayat suatu
daerah, menikmati hiburan, dan sebagainya.
b. Recreation tourism (pariwisata rekreasi)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki
pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, memulihkan kembali kesegaran
jasmani dan rohani yang akan menyegarkan keletihan dan kelelahan.
c. Cultural tourism (pariwisata budaya)
Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti
keinginan untuk belajar dipusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat
istiadat, cara hidup masyarakat suatu negara, mengunjungi peninggalan
bersejarah, mengunjungi peninggalan masa kini, pusat-pusat kesenian dan
keagamaan, mengikuti festival seni music, film, teater, tari dan sebagainya.
d. Sport tourism (pariwisata olah raga)
Jenis pariwisata ini dibagi dalam dua katagori:
1. Big sport event seperti: Olympiade games, tenis Wimbledon, balap
motor grand prix-GP, Formula-1, kejuaran sepak bola dunia, sepak
bola piala champions, dan sebagainya.
2. Sporting tourism of practionaer. Yaitu pariwisata olah raga bagi
mereka yang ingin berlatih dan mempraktikan sendiri, seperti
pendakian gunung, berburu, memancing, dan sebagainya yang
tentunya akan menarik wisatawan untuk mengunjungi negara yang
menyediakan fasilitas pariwisata untuk olah raga.
e. Business shoping tourism (pariwisata dagang besar-belanja)
Jenis perjalanan ini menurut banyak ahli tidak termasuk dalam
kegiatan pariwisata karena unsur voluntary tidak terlibat di dalamnya. Unsur
yang lebih ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku
perjalanan wisata menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menjadikan
dirinya sebagai wisatawan dengan mengunjungi dan menikmati obyek wisata
dan berbelanja.
f. Convention tourism (pariwisata konvensi)
Jenis pariwisata ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan
menjadi penting dalam sumbangan terhadap devisa negara. Dilihat dari
banyaknya negara yang mulai tertarik dan menggarap pariwisata ini dengan
banyaknya hotel dan bangunan yang khusus dilengkapi untuk menunjang
convention tourism. Fasilitas konvensi ini digunakan untuk melakukan
pertemuan kepala negara ataupun organisasi dunia yang melibatkan banyak
negara dan peserta.
3. MOTIVASI MELAKUKAN PERJALANAN WISATA

H. Peter Gray (1970) seperti dikutip oleh Prof. Dr. I Nyoman Erawan,
mengemukakan beberapa alasan seseorang melakukan perjalanan untuk bersenang-
senang (pleasure trevel) sebagai berikut:

a. Faktor haus akan sinar (sunlust), dimaksudkan sebagai sifat-sifat yang


mendasar pada tabiat manusia, yang menyebabkan seseorang ingin pergi
meninggalkan sesuatu yang sudah biasa dilihat dan dirasakan, untuk melihat
suatu daerah atau kebudayaan baru yang berdeda.
b. Faktor yang menimbulkan jenis perjalanan yang khusus, yang tergantung pada
adanya hal-hal yang menyenangkan (amenities) yang berbeda dan lebih baik
untuk tujuan tertentu dibandingkan dengan yang ada ditempat sendiri, seperti
liburan musim dingin di Florida, Hawai atau Caribia oleh orang-orang Canada
dan orang-orang yang berasal dari Amerika Serikat sebelah Utara.

Hal di atas sangat penting terutama bagi negara yang menerima wisatawan
tersebut, khususnya dalam pembuatan rencana yang sesuai bagi pembangunan
indutri pariwisata, di mana kita harus mengetahui apa yang diharapkan oleh para
wisatawan potensial tersebut dana pa yang lebih disenanginya dan lain sebagainya.

Spillance (1989) produk dari obyek atau indudtri pariwisata mempunyai


sifat khusus anatara lain:

a. Produk wisata tidak dapat dipindahkan karena orang tidak dapat membawa
produk wisata ke wisatawan, tetapi wisatawan itu sendiri yang harus
mengunjungi, mengalami, dan datang untuk menikmati produk wisata.
b. Produksi dan konsumen terjadi pada waktu bersamaan.
c. Pariwisata tidak mempunyai standart ukuran yang obyektif karena
pariwisata memiliki berbagai ragam jenis pariwisata
d. Wiasatawan tidak dapat mencicipi, mengetahui, ataupun menguji produk itu
sebelumnya karena wisatawan hanya melihat melalui brosur, internet,
ataupun alat promosi lainnya
e. Produk wisata mengandung resiko tinggi karena memerlukan modal besar,
sedangkan permintaanya sangat peka dan rentan terhadap situasi ekonomi,
politik, sikap masyarakat, dan kesukaan wisatawan.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005) mengemukakan bahwa hasrat ingin tahu
dan jiwa petualangan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia
merupakan dorongan terhadap kita untuk melakukan perjalanan ke mana saja yang
ingin kita lintasi dan nikmati obyek wisatanya meskipun sampai ke negeri orang.
Selain hal tersebut ada beberapa faktor yang menjadi penyebab untuk melakukan
perjalanan wisata yaitu:

1. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar yang kurang baik/ rusak, lingkungan tempat
tinggal yang bising dan kotor, ataupun pemandangan yang membosankan.
2. Kondisi sosial budaya
Seperti kurang tersedianya fasilitas rekreasi, kegiatan yang rutin dalam
masyarakat sekitar, terlalu banyak kerja, adanya perbedaan sosial antar
anggota masyarakat dan lain-lain yang sering menjadi alasan untuk pergi ke
tempat-tempat yang kondisinya lebih baik dan menyenangkan.
3. Kondisi ekonomi
Konsumsi yang tinggi dari masyarakat, biaya hidup sehari-hari, tingkat daya
beli yang tinggi, banyaknya waktu luang serta relative rendahnya ongkos
angkutan, juga akan mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.
4. Pengaruh kegiatan pariwisata
Peningkatan publikasi dan penyebaran informasi serta timbulnya pandangan
tentang nilai lebih dari kegiatan berwisata terhadap fungsi sosial masyarakat
dapat mendorong kegiatan wisata.

4. PEMASARAN PARIWISATA

Pemasaran mempunyai peran yang sangat penting dalam industry pariwisata


khususnya untuk memberikan pencitraan daerah tujuan wisata. Pemasaran daerah tujuan
wisata adalah keseluruhan usaha untuk mengenalkan produk wisata yang ditawarkan oleh
daerah tujuan wisata baik yang tangiable maupun intangiable produk, mengenali identitas
wisatawan yang mempunyai waktu, uang dan mempunyai keinginan untuk berwisata, dan
mencari cara terbaik untuk mencapai dan menyakinkan wisatawan untuk berkunjung ke
daerah tujuan wisata. Pemasaran daerah tujuan wisata menyangkut penelitian pasar,
penjualan, dan usaha mencari jalan terbaik untuk menyakinkan wisatawan agar rata-rata lama
tinggal lebih lama, dan jumlah pengeluaran perkapita wisatawan semakin besar.

Tujuan utama pemasaran pariwisata adalah tidak hanya menyangkut jumlah maksimal
wisatawan yang berkunjung dan tinggal lebih lama tetapi lebih diutamakan qulity touris yang
dengan promosi selektif dapat mencapai wisatawan dengan belanja yang sangat besar dan
terjadi repeat quaest. Pemasaran daerah tujuan pariwisata memerlukan kerjasama dengan
pihak-pihak terkait seperti: pemerintah (menparpostel), perusahaan jasa penerbangan dalam
dan luar negeri, jasa transportasi darat, biro wisata, travel, restoran dan hotel. Sasaran pasar
dapat dicapai dengan menggunakan data statistic, dan informasi seperti rata-rata lama tinggal,
pengeluaran perkapita wisatawan, jumlah kunjungan wisatawan, dan waktu-waktu pilihan
yang menarik wisatawan untuk datang dan mengunjungi daerah tujuan wisata (peak season
and off season).

Realiasi kedatangan wisman ke Indonesia menunjukan bahwa jumlah wisman yang


datang paling banyak pada bulan Agustus dan Desember (peak season) sedangkan bulan
Maret, April, dan Mei merupakan bulan sepi kunjungan (off season). Hal ini dapat dimengrti
karena pada bulan Agustus dan Desember, wisman memperoleh hak menikmati liburan atau
hak cuti dari tempat kerjanya, dan bersamaan liburan natal dan tahun baru.

Pemasaran daerah tujuan wisata dapat dilakukan tidak hanya dengan melakukan
promosi melaui iklan, brosur, internet, ataupun alat-alat promsi lainnya tetapi dapat juga
dengan mengundang penulis atau wartawan pariwisata asing dengan tujuan agar penulis atau
wartawan tersebut menulis atau meliput hasil kunjungannya didaerah tujuan wisata wariss.
Penentuan posisi pasar penting bagi wisatawan dalam memperoleh gambaran yang jelas
tentang produk wisata, kekhususan daerah tujuan wisata, mutu layanan hotel, tarif kamar
hotel, dan kondisi keamanan daerah tujuan wisata.

Dalam manajemen pemasaran global, prinsip-prinsip dalam marketing mix masih


berlaku. Marketing mix sebagai strategi pemasaran sebenarnya mempertemukan antara
penawaran dan permintaan pasar. H.F Stanley dalam (Spillance, 1989), seorang konsultan
Pasific Asia Travel Association (PATA) membagi unsur marketing mix dalam pariwisata
menjadi:

1. Product mix
Wisatawan memerlukan jasa obyek wisata dan sarana wisata tertentu.
Sarana wisata adalah sarana social ekonomi secara keseluruhan atau Sebagian
menghasilkan jasa atau barang yang digunakan wisatawan seperti hotel, rumah
makan, sarana olah raga, dan atraksi kesenian. Faktor penting dalam product
mix adalah masalah pemeliharaan warisan budaya, peninggalan sejarah, dan
pemeliharaan fisik dan nonfisik.
2. Distribution mix
Distribution mix berperan penting membawa wisatawan pada produk
wisata yang ditawarkan. Distribution mix mencakup jasa transportasi darat,
laut, dan udara yang melibatkan perusahaan jasa transportasi darat, laut dan
udara, biro perjalanan dan guide. Kunci penting distribution mix adalah
layanan agar wisatawan memperoleh kepuasan saat mengkonsumsi produk
pariwisata.
3. Communication mix
Agar suatu produk wisata diketahui oleh wisatawan maka wisatawan harus
diberi informasi, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar mengunjungi suatu
daerah tujuan wisata. Ada beberapa pendekatan communication mix, yaitu:
a. Sales promotion
Pendekatan ini meliputi kegiatan komunikasi yang diarahkan kepada
wisatawan melalui media umum, biro perjalanan, dan hubungan langsung
dengan wisatawan.
b. Image promotion
Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan cara membujuk secara halus
untuk memberi kesan dan gambaran suatu daerah tujuan wisata melalui
kunjungan perkenalan juru foto spesialis, penulis atau wartawan
pariwisata, feature khusus disurat kabar atau majalah, dan pengiriman misi
kesenian ke berbagai Negara.
c. Melalui Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada semua staf
organisasi yang terkait dalam matarantai kegiatan pariwisata.
d. Melalui jasa penerangan kantor pariwisata, termasuk jasa surat-menyurat,
dan hubungan korespondensi melalui alat komunikasi.
4. Service mix
Kegiatan dalam service mix merupakan kebijakan pemerintah untuk
memperlancar perjalanan dan persinggahan wisatawan, seperti kebijakan visa
dan ketentuan bea cukai.

5. ASPEK DAN DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA


Berkembanganya industry pariwisata disuatu negara/ daerah akan menarik
sector lain untuk berkembang karena produknya atau jasanya diperlukan untuk
menunjang industry pariwisata, seperti sector pertanian, pertenakan, dan perkebunan.
Penelitian yang dilakukan Chau di Hawai (Spillance,1989) menunjukan bahwa setiap
kenaikan kunjungan wisatawan sebanyak 25.000 orang mengakibatkan terciptanya
kesempatan kerja langsung sejumlah 390 orang dan tidak langsung sejumlah 243
orang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh International Union of Office Travel
Organization menyimpulkan bahwa kesempatan kerja yang terbuka diseluruh dunia
untuk bidang hotel dan restoran diperkirakan mencapai 750.000 orang pertahunya
(Spillance,1989)
Menurut Tambunan (1999), industry pariwisata dapat menjadi sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah industry pariwisata yang dimiliki masyarakat
daerah (community tourism development atau CTD). Dengan pengembangan CTD,
pemerintah daerah dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam
restribusi yang bersifat legal. Kegiatan CTD meliputi pengembangan dan pelestarian
budaya, kesenian dan budaya berbagai desa di daerah tujuan wisata. Pilar ekonomi
CTD dalam meningkatkan PAD dapat dilihat dari usaha pemerintahan daerah dalam
melakukan pungutan dan restribusi resmi dari kegiatan industry yang bersifat
multisektoral, yang meliputi usaha perhotelan, restoran, usaha wisata, usaha
perjalanan wisata, professional convention organizer, pendidikan formal dan
informal, pelatihan dan transportasi.
Keterkaitan kegiatan industy pariwisata dengan penerimaan daerah melalui
jalur PAD yang terdiri dari pajak daerah, restribusi daerah, pendapatan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, bagi hasil kekayaan bukan pajak dan
pendapatan transfer yang terdiri dari dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber
daya alam, dana alokasi umum serta dana alokasi khusus. Matarantai industry
pariwisata yang berupa hotel atau penginapan, restoran atau jasa boga, usaha wisata
yang meliputi obyek wisata, souvenir dan hiburan, usaha perjalanan wisata yang
meliputi travel agent dan guider, convention organizer, dan transportasi dapat
menjadi sumber penerimaan PAD yang berupa pajak daerah, restribusi daerah, laba
BUMD, dan penerimaan lain bukan pajak yang diterima oleh daerah kabupaten kota
maupun provinsi. Sebagai contoh, keberadaan sebuah hotel disuatu daerah kabupaten
atau kota akan menjadi sumber PAD bagi kabupaten atau kota dari penerimaan:
a. Pajak daerah (berupa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame
dan pajak minuman berakhohol).
b. Restribusi daerah(berupa uang sepadan reklame, restribusi kebersihan, uang
sewa tanah/bangunan, restribusi ijin mendirikan bangunan, dan restribusi
parker)
c. Laba BUMD (berupa penggunaan jasa bank pemerintahan daerah,PD bank
pasar, dan PD air minum)
d. Bagi hasil pajak (berupa bagi hasil pajak bumi dan bangunan,bagi hasil bea
perolehan ha katas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak penghasilan pasal 25,
29, dan pph pasal 21)
e. Bukan pajak (berupa pemberian ha katas tanah pemerintahan)
Bagi provinsi, keberadaan hotel yang ada didaerahnya akan menjadi sumber PAD dari
penerimaan:
a. Pajak provinsi (berupa pajak air bawah tanah, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor dan pajak kendaraan bermotor)
b. Restribusi provinsi (berupa restribusi pemakaian tanah dan bangunan)
c. Laba BUMD provinsi (berupa penggunaan jasa bank BPD).
d. Bagi hasil pajak provinsi (berupa bagi hasil bumi dan bangunan, bagi hasil bea
perolehan ha katas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak pph pasal 25,29, dan
21)
Dampak Pembangunan Pariwisata
Dampak Pariwisata Provinsi bali (2005), manfaat dan keuntungan dalam
pembangunan dan pengembangan pariwisata bila direncanakan dan diarahkan dengan
baik adalah:
1. Manfaat ekonomi (kesejahteraan)
Meningkatnya arus wisatawan baik nusantara atau manca negara ke suatu
daerah menuntut macam-macam pelayanan dan fasilitas yang semakin
meningkat jumlah dan ragamnya. Hal ini memberi manfaat ekonomi bagi
penduduk, pengusaha maupun pemerintah setempat, seperti:
a. Penerinaan devisa
b. Kesempatan berusaha
c. Terbukanya lapangan kerja
d. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah
e. Mendorong pembangunan daerah
2. Manfaat sosial budaya
a. Pelestarian budaya dan adat istiadat
b. Meningkatkan kecerdasan masyarakat
c. Meningkatkan kesehatan dan kesegaran jasmani ataupun rohani
d. Mengurangi konflik sosial
3. Manfaat dalam berbangsa dan bernegara
a. Mempererat persatuan dan kesatuan
b. Menumbuhkan rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan
mempertahankan negara yang ujungnya tumbuh rasa cinta terhadap
tanah air
c. Memelihara hubungan baik internasional dalam hal pengembangan
pariwisata
4. Manfaat bagi lingkungan
Pembangunan dan pengembangan pariwisata diarahkan agar dapat
memenuhi keinginan wisatawan, seperti hidup tenang, bersih, jauh dari polusi,
santai, dapat mengembalikan kesehatan fisik maupun mental. Dengan demikian
pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam upaya untuk
melestarikan lingkungan, di samping akan memperoleh nilai tambah atas
pemanfaatan dari lingkungan yang ada.

Dampak-dampak yang tidak diinginkan karena berkembangnya kepariwisataan di suatu


daerah, dapat menyangkut segi ekonomi, sosial budaya, politik maupun lingkungan seperti:

a. Harga-harga barang atau jasa pelayanan menjadi naik, karena banyaknya pengunjung.
b. Penduduk khususnya remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan yang tidak
sesuai dengan budaya dan kepribadian bangs akita sendiri.
c. Banyaknya pemanfaatan wisatawan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab
untuk melakukan hal-hal yang tidak seperti pemerasan, perjudian, pencurian,
pengendaran barang-barang terlarang dan lain-lain.
d. Terjadinya pengerusakan lingkungan, baik karena pembangunan prasarana dan sarana
pariwisata, maupun karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil.

DAFTAR PUSTAKA
A.A G.P Widanaputra, Herkulanus Bambang Suprasto, Dodik Aryanto, MM dan Ratna Sari.
2009. Akuntansi Perhotelan Pendekatan Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
https://ulyadays.com/konsep-dasar-pariwisata/

Anda mungkin juga menyukai