Anda di halaman 1dari 17

Masterplan Pemasaran

Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

BAB II
LANDASAN TEORI
1.1. PENGERTIAN UMUM DALAM SISTEM KEPARIWISATAAN
Pariwisata bila di tinjau secara harfiah dari asal katanya bahwa wisata atau
kata kerjanya berwisata artinya bepergian atau melancong untuk bersenang-
senang. Pariwisata adalah sebagai gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari
interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah
dalam proses menarik dan melayani para wisatawan dan pengunjung lainnya
(McIntosh, 1972 : 4). Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara (UU RI No. 10 Tahun 2009).

Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari
berarti banyak, berkali-kali atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau
bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau
berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pengertian pariwisata secara
luas dapat dilihat dari beberapa definisi sebagai berikut :

 Menurut A. J. Burkart dan S. Medlik, pariwisata berarti perpindahan orang


untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar
tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan
mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan tersebut. (Soekadijo, 2000 : 3)

 Menurut Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapf, pariwisata dapat didefinisikan


sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan
tinggalnya orang asing di suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak

LAPORAN PENDAHULUAN | II-1


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting yang


memberikan keuntungan yang bersifat permanen maupun sementara.
(Soekadijo, 2000 : 12)

Untuk membedakan pengertian antara wisata, wisatawan, pariwisata,


kepariwisataan, usaha pariwisata obyek dan daya tarik wisata, serta kawasan
wisata, studi ini akan menggunakan definisi yang ditetapkan dalam Undang-
Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (pasal 1), yaitu :

 Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau


sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara

 Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

 Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai


fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

 Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata


dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan pengusaha

 Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,


keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,
dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan.

 Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa


bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

 Kawasan pariwisata Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang


memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan

LAPORAN PENDAHULUAN | II-2


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek,
seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

 Wisata kesehatan adalah perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan


tertentu untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia
tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani,
dengan mengunjungi tempat peristirahatan, seperti mata air panas yang
mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai
iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-
fasilitas kesehatan lainnya.

Produk wisata adalah Keseluruhan pelayanan yang diperoleh dan dirasakan


atau dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat tinggalnya, sampai
daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumah di mana ia
berangkat semula. Wisata seni dan budaya adalah Berkaitan dengan ritual
budaya yang sudah menjadi tradisi, misalnya Sekaten di Surakarta dan
Yogyakarta, Ngaben di Bali. Wisata alam adalah Bentuk kegiatan wisata yang
memanfaatkan potensi sumber daya alam dan tata lingkungan. Wisata Bahari
adalah Suatu kunjungan ke objek wisata, khususnya untuk menyaksikan
keindahan lautan, menyelam dengan perlengkapan selam lengkap. Wisata
Olahraga adalah Mengunjungi peristiwa penting di dunia olahraga, misalnya
Asean Games, Olimpiade. (Oka A. Yoeti : 1996).

Pengunjung dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu wisatawan dan


ekskursionis. Menurut Norval, wisatawan ialah setiap orang yang datang dari
suatu negara asing, yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja di situ
secara teratur, dan yang di negara dimana ia tinggal untuk sementara itu
membelanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat. (Soekadijo, 2000 : 13).

Pada tahun 1937, Komisi Ekonomi Liga Bangsa-bangsa menyebutkan motif-


motif yang menyebabkan orang asing dapat disebut wisatawan. Mereka yang
termasuk wisatawan adalah :

LAPORAN PENDAHULUAN | II-3


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

 Orang yang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang (pleasure),


karena alasan keluarga, kesehatan dan sebagainya.

 Orang yang mengadakan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-


pertemuan atau sebagai utusan (ilmiah, administratif, diplomatik, keagamaan,
atletik dan sebagainya)

 Orang yang mengadakan perjalanan bisnis.

 Orang yang datang dalam rangka pelayaran pesiar (sea cruise), kalau ia
tinggal kurang dari 24 jam.

Akan tetapi istilah wisatawan tidak meliputi orang-orang berikut :

 Orang yang datang untuk memangku jabatan atau mengadakan usaha di suatu
Negara.

 Orang yang datang untuk menetap.

 Penduduk daerah perbatasan dan orang yang tinggal di negara yang satu, akan
tetapi bekerja di negara tetangganya.

 Pelajar, mahasiswa dan kaum muda di tempat-tempat pemondokan dan di


sekolah-sekolah.

 Orang yang dalam perjalanan melalui sebuah negara tanpa berhenti di situ,
meskipun di negara itu lebih dari 24 jam.

Ekskursionis adalah pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang


dikunjunginya, tanpa bermalam. Hal tersebut juga meliputi orang-orang yang
mengadakan pelayaran pesiar (cruise passanger). Di dalamnya tidak termasuk
orang-orang yang secara legal tidak memasuki sesuatu negara asing, seperti
misalnya orang yang dalam perjalanan menunggu di daerah transit di pelabuhan
udara.

Menurut James J. Spillane (1994: 28-30) terdapat empat pendekatan


didalam pariwisata yang muncul secara kronologis yakni :

1) Pendekatan Advocasy
LAPORAN PENDAHULUAN | II-4
Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

Pendekatan ini mendukung pariwisata dan menekankan keuntungan


ekonomis dari pariwisata. Potensi pariwisata bisa dipakai untuk
mendukung macam-macam kegiatan ekonomis, menciptakan lapangan
kerja baru, memperoleh devisa asing yang dibutuhkan bagi pembangunan dan
masih banyak lagi.

2) Pendekatan Cautionary

Pendekatan ini menekankan bahwa pariwisata banyak mengakibatkan


banyak kerugian (disbenefits) dalam berbagai aspek sosial-ekonomi: seperti
menimbulkan lapangan kerja musiman dan kasar (rendahan), mengakibatkan
kebocoran devisa asing, menyebabkan komersialisasi budaya, serta
menyebabkan berbagai macam konflik.

3) Pendekatan Adaptancy

Pendekatan ini menyebutkan agar pengaruh negatif pariwisata dapat


dikontrol dengan mencari bentuk lain perkembangan pariwisata dari yang
selama ini sudah dikenal secara umum, atau dengan menyesuaikan pariwisata
dengan Negara atau daerah tujuan wisata. Cara berpikir baru ini berdasarkan
pandangan bahwa alam dan budaya dapat digabungkan dalam satu konteks.

4) Pendekatan Developmental

Pendekatan Developmental atau sering disebut pendekatan Alternative ini


menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan dengan keadaan
masyarakat tuan rumah dan peka akan selera masyarakat tuan rumah
tersebut Dapat dipercaya bahwa perkembangan tersebut sebetulnya
mempengaruhi pilihan wisatawan terhadap daerah tujuan wisatanya dan
demikian juga kehidupan mereka didaerah tujuan wisata atau bentuk
alternative pariwisata ini mempengaruhi jurang pemisah antara hak dan
kewajiban dari tamu, tuan rumah dan perantaranya.

Menurut Oka A. Yoeti (1990: 111-113), letak geografis, dimana kegiatan


pariwisata berkembang meliputi :

LAPORAN PENDAHULUAN | II-5


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

1) Pariwisata Lokal (Local Tourism)

Yaitu pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan
terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja. Misalnya kepariwisataan Kota
Jakarta.

2) Pariwisata Regional (Regional Tourism)

Yaitu kepariwisataan yang lebih luas dibandingkan dengan lokal tourism


tetapi yang sempit dibandingkan kepariwisataan nasional, seperti Bali,
Yogyakarta.

3) Pariwisata Nasional

 Kepariwisataan dalam arti sempit

Yaitu pariwisata dalam negeri dimana titik beratnya orang yang


melakukan perjalanan wisata adalah warga negara sendiri dan orang asing
yang berdomisili di negara tersebut

 Kepariwisataan nasional dalam arti luas

Jadi di sisi lain adanya lalu lintas wisatawan dalam negeri sendiri,
juga ada lalu lintas wisatawan dari luar negeri maupun dan dalam negeri
keluar negeri.

4) Regional-Internasional Tourism

Yaitu kegiatan pariwisata yang berkembang disuatu wilayah internasional


yang terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara
diwilayah tersebut, misalnya kepariwisataan ASEAN, Timur Tengah.

5) International Tourism

Yaitu kegiatan pariwisata yang berkembang diseluruh negara di dunia


termasuk didalamnya regional-internasional tourism juga kegiatan national
tourism.

LAPORAN PENDAHULUAN | II-6


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

1.2. DEFINISI PARIWISATA


Pariwisata dapat dipandang secara abstrak yakni, sebagai suatu fenomena
yang menyangkut gerakan manusia dalam negerinya sendiri (pariwisata dalam
negeri) atau melintasi batas nasional (pariwisata internsional) (Salah Wahab,
1975). Sementara Mc Intosh dan Goldner (1990) mendefinisikan pariwisata
sebagai sejumlah fenomena dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan,
pemasok bisnis, pemerintah, tuan rumah, dan komunitas tuan rumah dalam proses
menarik dan melayani wisatawan dan pengunjung lainnya. Selanjutnya dikatakan
bahwa pariwisata merupakan campuran kegiatan, jasa, dan industri yang
menjadikan pengalaman perjalanan seperti transportasi, akomodasi, perumahan,
makanan dan minuman, toko, fasilitas kegiatan, dan pelayanan jasa yang tersedia
bagi perorangan maupun kelompok yang sedang dalam perjalanan di luar tempat
tinggalnya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam aktivitas
pariwisata terdapat negara sumber wisatawan dan negara tujuan wisata.

Pariwisata sebagai suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen


potensial dan aktual perlu memiliki diferensiasi agar mampu bersaing dengan
produkproduk yang ditawarkan oleh para kompetitor. Kotler, et. al juga
mengemukakan lima diferensiasi produk yaitu diferensiasi atribut fisik,
diferensiasi pelayanan, diferensiasi karyawan, diferensiasi lokasi, dan diferensiasi
citra.

1.3. DEFINISI POTENSI PARIWISATA


Dalam definisi penulis akan memberikan pengertian berdasarkan
permasalahan yang akan dibahas antara lain :

 Potensi wisata adalah kemampuan dalam suatu wilayah yang mungkin dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan, mencakup alam dan manusia serta hasil
karya manusia itu sendiri (Sujali, 1989)

 Potensi internal obyek wisata adalah potensi wisata yang dimiliki obyek itu
sendiri yang meliputi komponen kondisi fisik obyek, kualitas obyek, dan
dukungan bagi pengembangan (Sujali, 1989)

LAPORAN PENDAHULUAN | II-7


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

 Potensi eksternal obyek wisata adalah potensi wisata yang mendukung


pengembangan suatu obyek wisata yang terdiri dari aksesibilitas, fasilitas
penunjang, dan fasilitas pelengkap (Sujali, 1989).

 Pengembangan adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah


yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara
yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru.

 Obyek Wisata adalah suatu tempat dimana orang atau rombongan melakukan
perjalanan dengan maksud menyinggahi obyek karena sangat menarik bagi
mereka. Misalnya obyek wisata pantai, obyek wisata alam, obyek wisata
sejarah dan sebagainya.

 Faktor-faktor adalah segala aspek/unsur yang terkait dengan permasalahan-


permasalahan yang terdapat pada sektor kepariwisataan, dan pada umumnya
dibagi menjadi faktor pendukung seperti tersedianya obyek wisata dan daya
tarik wisata dan faktor penghambat seperti obyek wisata yang belum dikelola
dengan baik, rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengembangkan sektor
pariwisata, sarana dan prasarana yang belum memadai, keamanan yang
kurang mendukung dan sebagainya.

 Sektor Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata


yaitu kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk menikmati obyek dan daya
tarik wisata, termasuk pengusahaan obyek serta usaha-usaha yang terkait
dibidang pariwisata.

 Strategi adalah rencana-rencana atau kebijakan yang dibuat dengan cermat


untuk memajukan atau mengembangkan sektor pariwisata sehingga dapat
diperoleh hasil yang maksimal.

 Kontribusi sektor pariwisata adalah sumbangan yang diberikan oleh sektor


pariwisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD).

LAPORAN PENDAHULUAN | II-8


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

1.4. DEFINISI DAYA TARIK WISATA


Secara esensial, daya tarik wisata terdiri atau semua unsur yang dimiliki
suatu tempat yang menarik pengunjung yang memiliki kebebasan memilih untuk
pergi dari tempat tinggalnya. Unsur-unsur ini meliputi lansekap untuk dilihat,
kegiatan untuk diikuti, dan pengalaman untuk diingat. Namun kadang-kadang
sulit untuk membedakan antara daya tarik dan bukan daya tarik. Transportasi
(misalnya kapal pesiar), akomodasi (misalnya resort), dan jasa-jasa lainnya
(misalnya restoran) dapat menjadi bagian atribut daya tarik. Pada suatu ketika
para wisatawan sendiri bahkan dapat menjadi daya tarik (MacCannel, 1976).

Lebih jauh MacCannel mengemukakan bahwa suatu fenomena harus


memiliki tiga komponen untuk dianggap sebagai suatu daya tarik : wisatawan,
suatu tempat untuk dilihat, dan suatu tanda atau citra (image) yang menjadikan
suatu tempat menjadi berarti. Kriteria inilah yang sesungguhnya menjadikan suatu
menjadi daya tarik wisata. Dengan demikian, ”daya tarik” dalam konteksnya yang
lebih luas tidak hanya mencakup tempat-tempat

bersejarah, tempat-tempat hiburan yang secara umum dihubungkan dengan


kata, tetapi juga semua pelayanan dan fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan
setiap hari. Demikian juga lembaga-lembaga sosial yang membentuk dasar bagi
eksistensi habitat manusia. Hal-hal yang bukan hiburan yang berorientasi daya
tarik dapat dianggap menjadi daya tarik yang menyenangkan (Lew, 1986) ”unsur-
unsur kondisional” (Jansen-Verheke, 1986), atau jasajasa dan akomodasi
(Mcintosh and Bolednere, 1984).

Setiap daerah tujuan wisata mempunyai citra (image) tertentu yaitu mental
maps seseorang terhadap suatu destinasi yang mengandung keyakinan, kesan dan
persepsi. Menurut Lawson dan Band Bovy (1977) pada Mathison dan Wall
(1982), citra adalah suatu ekspresi tentang seluruh pengetahuan, kesan, prasangka,
imaginasi dan pandangan emosional yang dimiliki seseorang atau kelompok
terhadap sesuatu objek atau tempat tertentu. Sementara itu menurut pandangan
Buck (1993) pariwisata adalah industri yang berbasis citra, karena citra mampu

LAPORAN PENDAHULUAN | II-9


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

membawa calon wisatawan ke dunia simbol dan makna. Sedangkan menurut


Gallarza, Saura, dan Garcia (2002) citra (image) lebih penting daripada sumber-
sumber daya yang berwujud (tangible), semuanya karena persepsilah dan bukan
realitas yang memotivasi konsumen untuk bertindak atau tidak.

Menurut Middleton (1988) terdapat lima komponen utama dalam total


tourism product yaitu daya tarik destinasi, fasilitas dan jasa destinasi dan harga
yang dibayar konsumen. Sedangkan daya tarik destinasi meliputi daya tarik alam,
daya tarik yang dibangun, daya tarik budaya dan daya tarik sosial. Fasilitas dan
jasa destinasi meliputi sarana akomodasi, restauran, bar dan kafe, transportasi di
destinasi, aktivitas olah raga, retail outlets, dan fasilitas serta jasa-jasa lainnya.
Aksebilitas mencakup infrastuktur, peralatan, faktor-faktor operasional, dan
regulasi pemerintah.

1.5. JENIS-JENIS WISATA


Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:

1. Wisata Alam, yang terdiri dari :

a) Wisata Pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang


ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing,
menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana
akomodasi, makan dan minum.

b) Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan perjalanan untuk mengamati


perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap
menarik.

c) Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang banyak


dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara
di pegunungan, keajaiban hidup binatang (margasatwa) yang langka, serta
tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain.

LAPORAN PENDAHULUAN | II-10


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

d) Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang


memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh
pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

e) Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalanan


ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang pembibitan di mana
wisata rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk
tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di sekitarnya.

2. Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari :

a) Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk


golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa,
bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya
seperti tempat bekas pertempuran (battle fields) yang merupakan daya
tarik wisata utama di banyak negara.

b) Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang


berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau
daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasarkan pada temanya,
antara lain museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam, seni dan
kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri, ataupun dengan tema
khusus lainnya.

1.6. KLASIFIKASI MOTIF DAN TIPE WISATA


Untuk mengadakan klasifikasi motif wisata harus diketahui semua atau
setidak-tidaknya semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian untuk
dapat mengetahui semua jenis motif wisata tersebut. Tidak ada kepastian bahwa
hal-hal yang dapat diduga dapat menjadi motif wisata atau terungkap dalam
penelitian-penelitian motivasi wisata (motivation research) tersebut telah meliputi
semua kemungkinan motif perjalanan wisata. Pada hakikatnya motif orang untuk
mengadakan motif wisata tersebut tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Motif-
motif wisata yang dapat diduga dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu :

LAPORAN PENDAHULUAN | II-11


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

1. Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan


badaniah seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya.

2. Motif Budaya, motif tersebut lebih memperhatikan motif wisatawan bukan


atraksinya. Hal tersebut terlihat dari motif wisatawan yang datang ke tempat
wisata lebih memilih untuk mempelajari, sekedar mengenal, atau
memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain daripada
menikmati atraksi yang dapat berupa pemandangan alam atau flora dan
fauna.

3. Motif Interpersonal, merupakan motif yang berhubungan dengan


keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, berkenalan
dengan orang-orang tertentu atau sekedar melihat tokoh-tokoh terkenal.

4. Motif Status atau Prestise, merupakan motif yang berhubungan dengan


gengsi atau status seseorang. Maksudnya ada suatu anggapan bahwa orang
yang pernah mengunjungi suatu tempat tertentu dengan sendirinya melebihi
sesamanya yang tidak pernah berkunjung ke tempat tersebut.

1.7. PRINSIP PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN


Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip:

a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan


dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan
Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan
hubungan antara manusia dan lingkungan;

b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan


lokal;

c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan


proporsionalitas;

d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;

e. memberdayakan masyarakat setempat;

LAPORAN PENDAHULUAN | II-12


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

f. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah


yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah,
serta keterpaduan antarpemangku kepentingan;

g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional


dalam bidang pariwisata; dan

h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.8. PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN


Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas yang diwujudkan
melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan
memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta
kebutuhan manusia untuk berwisata.
Pembangunan kepariwisataan meliputi:
a. industri pariwisata;
b. destinasi pariwisata;
c. pemasaran; dan
d. kelembagaan kepariwisataan.
Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk
pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk pembangunan
kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi,
dan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota. Pembangunan
kepariwisataan merupakan bagian integral dari rencana pembangunan jangka
panjang nasional. Rencana induk pembangunan kepariwisataan meliputi
perencanaan pembangunan industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran,
dan kelembagaan kepariwisataan.
1.1. PENDEKATAN PEMASARAN PARIWISATA
1. Konsep pemasaran produk pariwisata
Di dalam pemasaran pariwisata diperlukan adanya pemahaman yang
mendalam terhadap produk yang dimiliki dan dijual. Demikian pula persepsi dan
preferensi wisatawan atau calon wisatawan. Persepsi dan preferensi wisatawan ini
akan menimbulkan perilaku yang mendorong proses pembelian. Dikenal ada
LAPORAN PENDAHULUAN | II-13
Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

beberapa konsep pemasaran, yang dapat dipergunakan untuk menjual produk


pariwisata sebagai berikut:
a) Konsep produksi
Konsep ini menempatkan pertimbangan bahwa konsumen hanya mau
membeli barang yang bisa dibeli dengan harga murah dan mudah didapat.
Untuk pariwisata yang memenuhi dua criteria ini adalah produk pariwisata
buatan atau kemasan baru dan untuk mass production. Taman rekreasi ,
resort wisata buatan, souvenir buatan pabrik dan event olahraga dan
convention dapat menggunaan pendekatan produksi ini.
b) Konsep produk.
Konsep produk ini menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya akan
membeli barang yang memiliki keunikan , inovatif dan superioritas. Produk
pariwisata yang dapat dijual dengan pendekatan ini adalah pariwisata minat
khusus yang bertemakan budaya (heritage dan living culture), alam
(ekowisata, wisata pendidikan dan penelitian) dan souvenir kerajinan
tangan.
c) Konsep penjualan
Pemasaran yang yag bertjuan untuk menjual produk untuk mendapatkan
laba dari penjualan yang banyak volumenya an dengan promosi yang
agresif. Produk pariwisata yang dapat dijual dengan pendekatan ini adalah
bentuk pariwisata profane misalnya taman rekereasi, souvenir produksi
masal buatan pabrik, event olah raga, exhibition dan convention.
d) Konsep pemasaran
Suatu konsep yang diterapkan dengan mempertimbangkan bahwa
keuntungan akan dicapai melalui upaya memberikan kepuasan pada
konsumen yang terlebih dahulu melakukan pengidentifikasian kebutuhan
dan keinginan wisatawan. Seluruh produk wisata seharusnya menggunakan
pendekatan ini.
e) Konsep pelanggan

LAPORAN PENDAHULUAN | II-14


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

Konsep ini merupakan pengembangan dari konsep pemasaran, dimana


kepuasan konsumen harus diusahakan tercapainya kepuasan setiap
pelanggan secara individual. Seluruh produk wisata hendaknya
menggunakan konsep ini dalam pemasaran pariwisata.
f) Konsep ekologikal dan humanistik
Konsep yang mempertimbangkan adanya profit dicapai melalui kepuasan
konsumen dengan cara pengidentifikasian kebutuhan wisatawan dengan
pengintegrasian kegiatan pemasaran dengan mempertimbangkan
kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Pemasaran yang demikian
ini diperankan oleh pemerintah untuk produk produk pariwisata kawasan
yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah seperti halnya kawasan taman
nasional dan taman hutan raya.

1.2. SEGMENTASI PASAR

Segmentasi pasar pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memahami


struktur pasar. Menurut Kotler (2002), segmentasi pasar adalah proses
mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin
meminta produk dan atau bauran pemasaran tersendiri. Mereka mungkin berbeda
dalam harapan atau keinginan, kemampuan, lokasi geografis, sikap membeli,
tingkah laku membeli dan sebagainya. Lepas dari jenis skema segmentasi mana
yang digunakan, yang penting adalah program pemasaran bisa disesuaikan secara
menguntungkan untuk mengenali perbedaan pelanggan. Variabel segmentasi
utama menurut Kotler (2007), yaitu meliputi:
1. Segmentasi Geografis
Segmentasi geografis mengharuskan pembagian pasar menjadi unit-unit
geografi yang berbeda seperti negara bagian, wilayah, propinsi, 20 kota,
pemukiman atau lingkungan. Perusahaan dapat memutuskan untuk beroperasi
dalam satu atau sedikit wilayah geografi atau beroperasi dalam seluruh wilayah
tetapi memberikan perhatian pada variasi lokal dalam kebutuhan dan preferensi
geografi.

LAPORAN PENDAHULUAN | II-15


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

2. Segmentasi Demografi
Pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel-variabel
demografi seperti usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin,
penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan dan
kelas sosial. Variabel-variabel demografi adalah dasar yang paling populer untuk
membedakan kelompok-kelompok pelanggan. Satu alasan adalah bahwa
keinginan, preferensi dan tingkat pemakaian konsumen sangat berhubungan
dengan variabel-variabel demografi.
2. Segmentasi Psikografi
Dalam segmentasi psikografis, pembeli dibagi menjadi kelompok berbeda
berdasarkan gaya hidup atau kepribadian atau nilai. Orang-orang dalam kelompok
demografis yang sama dapat menunjukkan gambaran psikografis yang sangat
berbeda. Psikografi sering diartikan sebagai pengukuran AIO (Activity,
Interest,Opinion), yaitu pengukuran kegiatan, minat dan pendapat konsumen.
A. Activity
(kegiatan) adalah tindakan nyata seperti berbelanja di toko, menonton
suatu medium atau menceritakan kepada tetangga mengenai pelayanan
yang baru. Walaupun tindakan ini biasanya dapat diamati, alasan untuk
tindakan tersebutjarang dan dapat diukur secara lansung.
B. Interest
(minat) akan semacam obyek, peristiwa atau topik adalah tingkat
kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus
kepadanya.
C. Opinion
(opini) adalah jawaban lisan atau tertulis yang orang berikan sebagai
respons terhadap situasi stimulus di mana semacam pertanyaan diajukan.
Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi
seperti kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan
dengan peristiwa masa datang dan pertimbangan konsekuensi yang
memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif.

LAPORAN PENDAHULUAN | II-16


Masterplan Pemasaran
Pariwisata Kabupaten Kayong Utara

3. Segmentasi perilaku
Dalam segmentasi perilaku, pembeli dibagi menjadi kelompok-kelompok
berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian atau tanggapan mereka
terhadapn suatu produk. Banyak pemasaran yakin bahwa variabel-variabel
perilaku kejadian, manfaat, status, tingkat pamakaian, status kesetiaan,
tahap kesiapan pembeli dan sikap adalah titik awal terbaik dalam
membentuk segmen pasar (Kotler, 2007).

LAPORAN PENDAHULUAN | II-17

Anda mungkin juga menyukai