Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DAN RUANG LINGKUP BISNIS PARIWISATA

Mata Kuliah : Bisnis Pariwisata

Dosen Pengampu : Putu Novia Hapsari Ardianti,SE.,M.Si

Oleh :

KELOMPOK 1

1. Ni Luh Artini (01)


2. Ni Wayan Novi (09)
3. Ni Wayan Pardiah Juliani (11)
4. Ni Putu Ayu Novita Candrawati (24)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
PRODI AKUNTANSI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi Pariwisata

Menurut peninjauan secara etimologis, istilah pariwisata berasal dari bahasa


sansekerta yang terdiri atas dua suku kata yaitu "pari” dan "wisata". Pari berarti
berulang-ulang atau berkali-kali, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian.
Jadi pariwisata berarti perjalanan yang dilakukan secara berulang ulang (Musanef,
1996 : 8). Pariwisata tidak hanya bisa diartikan secara etimologis saja, tetapi terdapat
pendapat dari para ahli diantaranya:

1. Hunziker dan Krapf (Bapak Ilmu Pariwisata) Pariwisata adalah sejumlah


hubungan dan gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing,
asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal
serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha
mencari kerja penuh (Musanef, 1996: 11).
2. Hans Buchi Pariwisata adalah peralihan tempat untuk sementara waktu dan
mereka yang mengadakan perjalanan tersebut memperoleh 2 pelayanan dari
perusahaanperusahaan yang bergerak dalam industri pariwisata (Musanef,
1996: 11).
3. Robert Mc. Intosh Shashi Kant Cupta Pariwisata adalah gabungan gejala
dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah
serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani
wisatawan ini serta penunjang lainnya (Musanef, 1996: 11).
4. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 Pariwisata adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan
daya tarik serta usahausaha yang terkait di bidang itu. Pengertian ini
mengandung lima unsur yaitu:

1. Unsur manusia (wisatawan)


2. Unsur kegiatan (perjalanan)
3. Unsur motivasi (menikmati)
4. Unsur sasaran (obyek dan daya tarik wisata)
5. Unsur usaha (Musanef, 1996: 13). Dan pengertian diatas terdapat beberapa
hal yang penting yaitu :
a) Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu.
b) Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain.
c) Perjalanan itu, walaupun apa bentuknya harus selalu dikaitkan dengan
bertamasya dan rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi-atraksi wisata.
d) Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di
tempat/daerah yang dikunjungi dan sematamata sebagai konsumen di
tempat tersebut, dengan mendapat pelayanan (Musanef, 1996: 12).
5. Menurut James. J. Spillane (1987: 20) pariwisata adalah kegiatan melakukan
perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,
mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat,
menunaikan tugas, dan lain-lain. Defenisi yang luas pariwisata adalah perjalanan
dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan
maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan
kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan
ilmu. Suatu perjalanan akan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi
tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu bersifat sementara, bersifat sukarela
(Voluntary) dalam anti tidak terjadi karena paksaan, dan tidak bekerja yang
sifatnya menghasilkan upah.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli diatas disimpulkan pengertian
Pariwisata adalah kegiatan di mana orang terlibat dalam perjalanan jauh dari
rumah (bepergian) antar daerah atau antar negara terutama untuk bisnis atau
kesenangan dimana orang tersebut tidak menetap atau mencari pekerjaan di
tempat tersebut

1.2. Industri Pariwisata

Industri Pariwisata dapat diartikan sebagai sehimpunan bidang usaha yang


menghasilkan berbagai jasa dan barang yang dibutuhkan oleh mereka yang
melakukan perjalanan wisata. Menurut S. Medlik, setiap produk, baik yang nyata
maupun maya yang disajikan untuk memenuhi kebutuhan tertentu manusia,
hendaknya dinilai sebagai produk industri. Jika sejemput kesatuan produk hadir di
antara berbagai perusahaan dan organisasi sedemikian sehingga memberi ciri pada
keseluruhan fungsi mereka serta menentukan tempatnya dalam kehidupan Inonn,
hendaknya dinilai sebuah industri.

Sebagaimana yang dikemukakan UNWTO (United Nations World Tourism


Organiation) dalam the International Recommendations for Tourism Statistics 2008,
Industri Pariwisata meliputi; Akomodasi untuk pengunjung, Kegiatan layanan
makanan dan minuman, Angkutan penumpang, Agen Perjalanan Wisata dan Kegiatan
reservasi lainnya, Kegiatan Budaya, Kegiatan olahraga dan hiburan. UNWTO
merupakan Badan Kepariwistaan Dunia dibawah naungan PBB. Menurut Undang-
Undang Pariwisata no 10 tahun 2009, Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha
pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

1.3. Sumber – Sumber Pariwisata

Modal atau sumber pariwisata dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu, potensi


alam, potensi kebudayaan, dan potensi manusia. Potensi-potensi tersebut dijelaskan
dibawah ini :

1. Potensi Alam, terdiri atas potensi fisik, flora dan fauna. Ketiga potensi alam
tersebut dapat menjadi atraksi wisata yang berperan sama, tetapi salah satu atraksi
dapat lebih menonjol. Pada umumnya wisatawan lebih tertarik pada alam terbuka
seperti pegunungan, hutan dan pantai.
2. Potensi Kebudayaan, yaitu kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya meliputi
kebudayaan tinggi, tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kegiatan yang
hidup di tengah-tengah masyarakat.
3. Potensi Manusia, yaitu kemampuan yangada dalam diri manusia yang dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata.

1.4. Jenis - jenis Pariwisata

Menurut Pendit (1994),

pariwisata dapat dibedakan menurut motif wisatawan untuk mengunjungi suatu


tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah sebagai berikut.

1. Wisata Budaya
Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas
pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan
ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat
istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seiring perjalanan
serupa ini disatukan dengan kesempatan–kesempatan mengambil bagian dalam
kegiatan–kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik,
dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.
2. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, lebih–lebih di
danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil
melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, melihat–lihat
taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai
rekreasi perairan yang banyak dilakukan didaerah– daerah atau negara–negara
maritim, di Laut Karibia, Hawaii, Tahiti, Fiji dan sebagainya. Di Indonesia banyak
tempat dan daerah yang memiliki potensi wisata maritim ini, seperti misalnya
Pulau–pulau Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, pantai Pulau Bali dan pulau–
pulau kecil disekitarnya, taman laut di Kepulauan Maluku dan sebagainya. Jenis
ini disebut pula wisata tirta.
3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro
perjalanan yang mengkhususkan usaha–usaha dengan jalan mengatur wisata ke
tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan
sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang–undang. Wisata cagar
alam ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta 8 alam dalam
kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta
pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari
pemerintah dan masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan
keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang
dan marga satwa yang langka serta tumbuh–tumbuhan yang jarang terdapat di
tempat–tempat lain. Di Bali wisata Cagar Alam yang telah berkembang seperti
Taman Nasional Bali Barat dan Kebun Raya Eka Karya
4. Wisata Konvensi
Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata
konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini
dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan–ruangan tempat
bersidang bagi para peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau
pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. Jerman Barat
misalnya memiliki Pusat Kongres Internasiona (International Convention Center)
di Berlin, Philipina mempunyai PICC (Philippine International Convention
Center) di Manila dan Indonesia mempunyai Balai Sidang Senayan di Jakarta
untuk tempat penyelenggaraan sidang–sidang pertemuan besar dengan
perlengkapan modern. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin, Manila, maupun
Jakarta berusaha dengan keras untuk menarik organisasi atau badan–badan
nasional maupun internasional untuk mengadakan persidangan mereka di pusat
konvensi ini dengan menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan
dengan harga reduksi yang menarik serta menyajikan program–program atraksi
yang menggiurkan.
5. Wisata Pertanian (Agrowisata)
Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian
perjalanan yang dilakukan ke proyek–proyek pertanian, perkebunan, ladang
pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan
kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat–lihat keliling
sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan
berbagai jenis sayur–mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.
6. Wisata Buru
Jenis ini banyak dilakukan di negeri–negeri yang memang memiliki daerah atau
hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh
berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari
buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang
bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika untuk berburu gajah, singa, ziraf,
dan sebagainya. Di India, ada daerah–daerah yang memang disediakan untuk
berburu macan, badak dan sebagainya, sedangkan di Indonesia, pemerintah
membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana wisatawan
boleh menembak banteng atau babi hutan.
7. Wisata Ziarah
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan
kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah banyak
dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat–tempat suci, ke makam–
makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang
dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia
ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat atau
hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman
dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah.
Dalam hubungan ini, orang–orang Khatolik misalnya melakukan wisata ziarah ini
ke Istana Vatikan di Roma, orang–orang Islam ke tanah suci, orang–orang Budha
ke tempat–tempat suci agama Budha di India, Nepal, Tibet dan sebagainya. Di
Indonesia banyak tempat–tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh umat-
umat beragama tertentu, misalnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, Pura
Basakih di Bali, Sendangsono di Jawa Tengah, makam Wali Songo, Gunung
Kawi, makam Bung Karno di Blitar dan sebagainya. Banyak agen atau biro
perjalanan menawarkan wisata ziarah ini pada waktu–waktu tertentu dengan
fasilitas akomodasi dan sarana angkuatan yang diberi reduksi menarik ke tempat–
tempat tersebut di atas.
Sesungguhnya daftar jenis–jenis wisata lain dapat saja ditambahkan di sini,
tergantung kapada kondisi dan situasi perkembangan dunia kepariwisataan di
suatu daerah atau negeri yang memang mendambakan industri pariwisatanya
dapat meju berkembang. Pada hakekatnya semua ini tergantung kepada selera atau
daya kreativitas para ahli profesional yang berkecimpung dalam bisnis industri
pariwisata ini. Makin kreatif dan banyak gagasan–gagasan yang dimiliki oleh
mereka yang mendedikasikan hidup mereka bagi perkembangan dunia
kepariwisataan di dunia ini, makin bertambah pula bentuk dan jenis wisata yang
dapat diciptakan bagi kemajuan industri ini, karena industri pariwisata pada
hakikatnya kalau ditangani dengan kesungguhan hati mempunyai prospektif dan
kemungkinan sangat luas, seluas cakrawala pemikiran manusia yang melahirkan
gagasan–gagasan baru dari waktu–kewaktu. Termasuk gagasan–gagasan untuk
menciptakan bentuk dan jenis wisata baru tentunya.
DAFTAR PUSTAKA

Ekonomi Pariwisata. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

https://library.unmas.ac.id/repository/EBK-00025.pdf

Anda mungkin juga menyukai