Anda di halaman 1dari 18

A.

Konsep Pariwisata
Menurut para ahli bahasa, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas
dua suku kata, yaitu pari dan wisatawan. Pari berarti seluruh, semua dan penuh. Wisata berarti
perjalanan. Dengan demikian pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan penuh, yaitu
berangkat dari suatu tempat, menuju dan singgah, di suatu di beberapa tempat, dan kembali ke
tempat asal semula.
Istilah “pariwisata” konon untuk pertama kalinya digunakan oleh Presiden Soekarno
dalam suatu percakapan padanan dari istilah asing tourism. Menurut Soekadijo pariwisata adalah
segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Semua kegiatan
pembangunan hotel, pemugaran cagar budaya, pembuatan pusat rekreasi, penyelenggaraan pekan
pariwisata, penyediaan angkutan dan sebagainya semua itu dapat disebut kegiatan pariwisata
sepanjang dengan kegiatan-kegiatan itu semua dapat diharapkan para wisatawan akan datang
(Soekadijo, 1997: 2).
Kodhyat menyatakan bahwa pariwisata adalah suatu fenomena yang timbul oleh salah
satu bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disebut perjalanan. Dimana perjalanan untuk
memenuhi rasa ingin tahu, untuk keperluan yang bersifat rekreatif dan edukatif, dikategorikan
sebagai kegiatan wisata (Kodhyat, 1996: 1).
Sementara itu A. J. Burkart dan S. Medlik mengungkapkan bahwa “Tourism, past,
present and future”, berbunyi pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara (dan) dalam
jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja,
dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu (Soekadijo, 1997: 3)
Pariwisata merupakan salah satu jenis industri yang baru dan mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat serta menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan
penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya (Pendit,
1986:29).
Di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dinyatakan
bahwa:
a.       Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
b.      Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
c.       Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara
serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seorang atau
lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena
berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama,
kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman
ataupun untuk belajar (Suwantoro, 1997:3).
Wisata alam merupakan bentuk dari kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber
daya alam dan tata lingkungan biasanya orang dapat melakukan berbagai macam kegiatan seperti
rekreasi, pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam di dalam objek wisata tersebut
(Suwantoro, 1997:7). Kawasan wisata alam merupakan kawasan dengan beberapa ciri khas
tertentu baik di darat maupun di perairan, wisata pantai merupakan salah satu jenis wisata alam
yang berkaitan dengan perairan.
Wisata pantai adalah destinasi tujuan wisata yang bersumber dari bentang laut (seascape),
maupun bentang-bentang darat pantai (coastal landscape). Pada bentang laut kegiatan wisata
yang dapat dilakukan diantaranya berenang (swimming), memancing (fishing), mendayung
(boating), berlayar (sailing). Pada bentang darat pantai dapat dilakukan olahraga susur pantai,
bola voli pantai, bersepeda pantai, panjat tebing, dan menelusuri gua pantai. Selain itu pada
bentang darat pantai dapat juga dilakukan rekreasi dengan bermain layang-layang, berkemah,
berjemur, berjalan-jalan melihat pemandangan, berkuda atau naik dokar pantai (Fandeli,
1997:136).
Menurut definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh Kodhyat (1996, h.4) pariwisata
adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bersifat sementara, dilakukan perorangan atau
kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup
dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Selanjutnya menurut Musanef (1995, h.11)
mengartikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu,
yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menikmati perjalanan bertamasya dan
berekreasi.
Selain pengertian diatas oleh Oka A. Yoeti mendefinisikan pariwisata sebagai suatu
perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat
ketempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bussines) atau mencari nafkah ditempat
yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan
rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1990: 109).
Berdasarkan pendapat-pendapat dan para ahli tersebut maka penulis dapat memberikan
pengertian pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari satu
tempat ke tempat lain yang mempunyai obyek dan daya tarik wisata untuk dapat dinikmati
sebagai suatu rekreasi atau hiburan mendapatkan kepuasan lahir dan batin.
Menurut Yoeti (1997:8) pariwisata harus memenuhi empat kriteria di bawah ini, yaitu :
1)      Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, perjalanan dilakukan di luar tempat
kediaman di mana orang itu biasanya tinggal ;
2)      Tujuan perjalanan dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang, tanpa mencari nafkah di
negara, kota atau DTW yang dikunjungi.
3)      Uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari negara asalnya, di mana dia bisa
tinggal atau berdiam, dan bukan diperoleh karena hasil usaha selama dalam perjalanan wisata
yang dilakukan; dan
4)      Perjalanan dilakukan minimal 24 jam atau lebih.
Dalam pengertian kepariwisataan terdapat empat faktor yang harus ada dalam batasan
suatu definisi pariwisata. Faktor-faktor tersebut adalah perjalanan itu dilakukan dari satu tempat
ke tempat lain, perjalanan itu harus dikaitkan dengan orang-orang yang melakukan perjalanan
wisata semata-mata sebagai pengunjung tempat wisata tersebut
B. Konsep Wisatawan
Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata. Wisatawan
sangat beragam , tua-muda, miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya mempunyai keinginan dan
juga harapan yang berbeda.
Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya
tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari bahasa
Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata
“travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka
wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan
kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya,
keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan, 2010:12).
Adapun pengertian wisatawan antara lain:
1)      Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa wisatawan adalah
orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara sukarela mengunjungi daerah
lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain.
2)      Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17) membagi wisatawan kedalam tiga bagian
yaitu:
a)      Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu Negara lain dimana ia mempunyai
tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Negara yang
dikunjunginya.
b)      Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara tanpa tanpa
memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada Negara yang sama untuk
waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan
olahraga. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.
c)      Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam
di Negara yang dikunjungi, termasuk orang yang berkeliling dengan kapal pesiar.
3)      Menurut Komisi Liga Bangsa–bangsa 1937 (dalam Irawan, 2010:12) wisatawan adalah orang
yang selama 24 jam atau lebih mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat
kediamannya yang biasa.
4)      U.N Confrence on Interest Travel and Tourism di Roma 1963 (dalam Irawan, 2010:12),
menggunakan istilah pengunjung (visitor) untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang
bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang
digaji. Pengunjung yang dimaksudkan meliputi 2 kategori :
a)      Wisatawan yaitu : pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama
24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang–senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan
agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan pertemuan.
b)      Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya tanpa
bermalam.
5)      Defenisi UN. Convention Concerning Costums Fasilities for Touring (dalam Irawan, 2010:12),
“wisatawan adalah setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang sah, selain
untuk berimigrasi dan yang tinggal setidaknya selama 24 jam dan selama– lamanya 6 bulan
dalam tahun yang sama”.
6)      Di dalam Instruksi Presiden RI No. 9, 1969, bab 1 pasal 1 (dalam Irawan, 2010:13) dijelaskan
bahwa “wisatawan ialah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggal untuk berkunjung ke
tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”.
Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin menghabiskan
waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar ingin melepaskan diri dari
rutinitas kehidupan sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan wisatawan adalah seseorang yang
melakukan perjalanan dari suatu tempat lain yang yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan
rumah atau kantor (Kusumaningrum, 2009: 17).
Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18):
1.      Wisatawan modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya multinasional
serta eksplorasi alam secara individual.
2.      Wisatawan modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari keuntungan)
secara berkelompok.
3.      Wisatawan tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan sosial budaya
yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh
arus modernisasi.
4.      Wisatawan tradisional Materialis, wistawan yang berpandangan konvensional,
mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.
C. Motivasi Perjalanan Wisata
Pada hakekatnya mobilitas manusia merupakan salah satu sifat utama kehidupan manusia
yang tidak puas terpaku pada satu tempat untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Menurut
Direktur Jenderal Pariwisata (1976, 21) Mobilitas manusia timbul oleh berbagai oleh berbagai
macam dorongan kebutuhan atau kepentingan (motivasi) yang dapat digolongkan;
1.      Dorongan kebutuhan dagang atau ekonomi.
2.      Dorongan kebutuhan kepentingan politik.
3.      Dorongan kebutuhan keamanan.
4.      Dorongan kebutuhan kesehatan dan permukiman.
5.      Dorongan kebutuhan kepentingan keagamaan, pendidikan atau studi.
6.      Dorongan kebutuhan minat kebudayaan.
Menurut Spillane (2008) di tiap objek atau lokasi pariwisata ada berbagai unsur saling
bergantung yang diperlukan agar para wisatawan dapat menikmati suatu pengalaman yang
memuasakan selama melakukan wisata ;
1.      Attraction – hal-hal yang menarik perhatian para wisatawan.
2.      Fasilitas – fasilitas yang diperlukan wisatawan
3.      Infrastruktur
4.      Transportasi- jasa pengangkutan
5.      Hospitality- Keramah-tamahan atau kesediaan menerima tamu

D. Jenis Obyek dan Daya Tarik Wisata


a. jenis obyek wisata
Pengertian obyek wisata dalam Undang-Undang Nomor. 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan Bab I pasal 4.6 menyebutkan obyek wisata dan daya tarik wisata adalah segala
sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Selanjutnya dalam Bab III pasal 4 disebutkan :
1)      Obyek dan daya tarik wisata terdiri atas :
a)      Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta
flora dan fauna.
b)      Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata
petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.
2)      Pemerintah menetapkan obyek dan daya tarik wisata selain sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 huruf b.
Oka A. Yoeti (1997) memberikan pengertian obyek wisata adalah berbagai macam hal
yang dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Sementara Chafid Fandeli (1995)
mengartikan obyek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya
serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan
yang berkunjung.
Gamal Suwantoro (1997: 19) menyebutkan obyek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah. Selanjutnya obyek wisata ini
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :
1.      Obyek wisata dan daya tarik wisata alam Obyek wisata yang daya tariknya bersumber pada
keindahan dan kekayaan alam.
2.      Obyek wisata dan daya tarik budaya Obyek dan daya tarik bersumber pada kebudayaan, seperti
peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan obyek lain yang berkaitan dengan budaya.
3.      Obyek wisata dan daya tarik pada minat khusus Obyek wisata daya tariknya bersumber pada
minat khusus wisatawan itu sendiri, misalnya olah raga, memancing dan lainlain.
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis memberikan batasan obyek wisata  adalah
sesuatu yang dapat dilihat, dirasakan serta dinikmati oleh manusia sehingga menimbulkan
perasaan senang dan kepuasan jasmani maupun rohani sebagai suatu hiburan.
b. daya tarik wisata
Menurut undang – undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan , ada dua jenis objek dan daya tarik wisata , yaitu (1) objek dan daya tarik wisata
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna; dan (2) objek dan
daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam,
taman rekreasi dan tempat hiburan.
Menurut Karyono (1997) suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik di samping
harus ada objek dan atraksi wisata, juga harus memiliki tiga syarat daya tarik, yaitu: (1) ada
sesuatu yang yang bisa dilihat (something to see); (2) ada sesuatu yang dapat dikerjakan
(something to do); (3) ada sesuatu yang bisa dikerjakan (something to do); (3) ada sesuatu
sesuatu yang bisa dibeli (something to buy)
Menurut Spillane (2002) ada lima unsur penting dalam suatu objek wisata yaitu: (1)
attraction atau hal – hal yang menarik perhatian wisatawan;(2) facilities atau fasilitas - fasilitas
yang diperlukan; (3) infrastructure atau infrastruktur dari objek wisata, (4) transportation atau
jasa – jasa pengangkutan; (5) Hospitality atau keramahtamahan, kesediaan untuk menerima
tamu.
Terkait dengan lingkungan kepariwisataan, menurut Dwyer dan Forsyth (1996) dalam
Mudana (2002:24) terdapat tiga jenis sumber daya, yaitu (1) natural resources (sumber daya
alamiah seperti gunung, pantai, wilayah liar, gurun, lautan, danau, flora dan fauna, iklim, sinar
matahari, iklim dan sebagainya); (2) Man Made Resources (sumber daya buatan manusia seperti
kota historis dan modern , desa, hiburan, campuran antara rekreasi dan olah raga, monumen,
situs, bangunan dan relief, museum dan sebagainya); (3) human Resources (sumber daya
manusia seperti populasi penduduk suatu destinasi,\
Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata namun sesuai
peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata obyek wisata sudah tidak relevan lagi
untuk  menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka digunakanlah kata “ Daya Tarik
Wisata” maka untuk mengetahui apa arti dan makna dari daya tarik wisata di bawah ini adalah
beberapa definisi/pengertian mengenai DayaTarik Wisata menurut beberapa ahli :
1.      Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata
dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
kunjungan wisatawan.
2.      A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1985 menyatakan bahwa daya
tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu
yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu
Daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke
suatu daerah tujuan wisata. Obyek dan daya tarik wisata adalah yang menjadi sasaran perjalanan
wisata.
Hal - hal yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata
menurut Marrioti adalah :
a.       Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang berupa : Iklim, bentuk tanah,
pemandangan alam, hutan belukar, flora dan fauna, dan lain-lain.
b.      Hasil cipataan manusia yang berupa benda-benda bersejarah, kebudayaan, keagamaan seperti :
museum, perpustakaan, dan lain-lain.
c.       Tata cara hidup masyarakat yang berupa kebiasaan hidup masyarakat dan adat istiadat yang
merupakan daya tarik wisatawan. ( Oka. A.Yoeti, 1997).
Menurut UU No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan menyatakan bahwa obyek dan
daya tarik wisata antara lain :
1.      Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam
serta flora dan fauna seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba.
2.      Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah (petilasan), seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata
petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.
Obyek dan daya tarik wisata minat khusus seperti : berburu, mendaki gunung, gua,
industri, kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat ibadah, tempat ziarah dan lain-
lain
Menurut undang – undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan , ada dua jenis objek dan daya tarik wisata , yaitu (1) objek dan daya tarik wisata
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora dan fauna; dan (2) objek dan
daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam,
taman rekreasi dan tempat hiburan.
Menurut Karyono (1997) suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik di samping
harus ada objek dan atraksi wisata, juga harus memiliki tiga syarat daya tarik, yaitu: (1) ada
sesuatu yang yang bisa dilihat (something to see); (2) ada sesuatu yang dapat dikerjakan
(something to do); (3) ada sesuatu yang bisa dikerjakan (something to do); (3) ada sesuatu
sesuatu yang bisa dibeli (something to buy)
Menurut Spillane (2002) ada lima unsur penting dalam suatu objek wisata yaitu: (1)
attraction atau hal – hal yang menarik perhatian wisatawan;(2) facilities atau fasilitas - fasilitas
yang diperlukan; (3) infrastructure atau infrastruktur dari objek wisata, (4) transportation atau
jasa – jasa pengangkutan; (5) Hospitality atau keramahtamahan, kesediaan untuk menerima
tamu.
Terkait dengan lingkungan kepariwisataan, menurut Dwyer dan Forsyth (1996) dalam
Mudana (2002:24) terdapat tiga jenis sumber daya, yaitu (1) natural resources (sumber daya
alamiah seperti gunung, pantai, wilayah liar, gurun, lautan, danau, flora dan fauna, iklim, sinar
matahari, iklim dan sebagainya); (2) Man Made Resources (sumber daya buatan manusia seperti
kota historis dan modern , desa, hiburan, campuran antara rekreasi dan olah raga, monumen,
situs, bangunan dan relief, museum dan sebagainya); (3) human Resources (sumber daya
manusia seperti populasi penduduk suatu destinasi,\
Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata namun sesuai
peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata obyek wisata sudah tidak relevan lagi
untuk  menyebutkan suatu daerah tujuan wisatawan maka digunakanlah kata “ Daya Tarik
Wisata” maka untuk mengetahui apa arti dan makna dari daya tarik wisata di bawah ini adalah
beberapa definisi/pengertian mengenai DayaTarik Wisata menurut beberapa ahli :
1.      Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata
dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
kunjungan wisatawan.
2.      A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1985 menyatakan bahwa daya
tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu
yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu
3.      Nyoman S. Pendit dalam bukunya “ Ilmu Pariwisata” tahun 1994 mendefiniskan daya tarik
wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.
4.      Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan
wisatawan datang ke suatu daerah tertentu.
Dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa daya tarik wisata
adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas :
1.      Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora dan
fauna.
2.      Daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan sejarah, seni dan
budaya, wisata agro, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan komplek hiburan.
3.      Daya tarik wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan,
tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat ziarah dan lain-lain
1)      Pembagian Daya Tarik Pariwisata
Daya tarik wisata menurut Direktoral Jendral Pemerintahan di bagi menjadi tiga macam,
yaitu :
a)  Daya Tarik Wisata Alam
Daya Tarik Wisata Alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya
tarik bagi pengunjung baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya. Potensi
wisata alam dapat dibagi menjadi 4 kawasan yaitu :
1.      Flora fauna
2.      Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya eksistem pantai dan ekosistem hutan bakau
3.      Gejala alam,misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau
4.      Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha perikanan
b)  Daya Tarik Wisata Sosial Budaya
Daya Tarik Wisata Sosial Budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai onjek
dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan dan
kerajinan.
c)  Daya Tarik Wisata Minat Khusus
Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan di
Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus.
Dengan demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian. Contohnya: berburu
mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan, agrowisata, dll.
Perencanaan dan pengelolaan Daya tarik wisata alam, sosial budaya maupun objek wisata
minat khusus harus berdasarkan pada kebijakan rencana pembangunan nasional maupun
regional. Jika kedua kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan
daya tarik wisata harus mampu mengasumskan rencana kebijakan yang sesuai dengan area yang
bersangkutan.
2)      Syarat-syarat untuk daerah daya tarik wisata
Suatu Daya Tarik Wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus
memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya, menurut Maryani (1991:11) syarat-
syarat tersebut adalah :
a)      What to see
Di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki
daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi
budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. What to see meliputi
pemandangan alam, kegiatan, kesenian dan atraksi wisata.
b)      What to do
Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus disediakan
fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama ditempat itu.
c)      What to buy
Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang souvenir
dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang ke tempat asal.
d)     What to arrived
Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunungi daya tarik wisata
tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan berapa lama tiba ketempat tujuan wisata
tersebut.
e)      What to stay
Bagaimana wisatawan akan tingggal untuk sementara selama dia berlibut. Diperlukan
penginapan-penginapan baik hotel berbintang atau hotel non berbintang dan sebagainya.
Selain itu pada umunya daya tarik wisata suatu objek wisata berdasarkan atas :
1.      Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.
2.      Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
3.      Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka .
4.      Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.
5.      Punya daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-
upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada masa
lampau.
6.      Suatu daerah dikatakan memiliki daya tarik wisata bila memiliki sifat :
7.      Keunikan, contoh: bakar batu (di Papua) sebuah cara masak tradisional mulai dari upacara
memotong hewan (babi) sampai membakar daging, sayuran dan umbi/talas yang disekam dalam
lubang, ditutup batu lalu dibakar, serta keunikan cara memakan masakan tersebut.
8.      Keaslian, alam dan adat yang dilakukan sehari-hari, dalam berpakaian dan kehidupan keluarga
dimana seorang perempuan lebih mengutamakan menggendong babi yang dianggapnya sangat
berharga dari pada menggendong anak sendiri.
9.      Kelangkaan, sulit ditemui di daerah/negara lain
10.  Menumbuhkan semangat dan memberikan nilai bagi wisata.
Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya
tarik yang dimiliki objek tersebut dengan mengacu pada ceritera keberhasilan pengembangan
yang meliputi berbagai kelayakan, yaitu diantaranya adalah:
1.      Kelayakan Finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dan pembangunan objek
wisata tersebut. Perkiraan untung-rugi sudah harus diperkirakan dari awal. Berapa tenggang
waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal pun sudah harus diramalkan.
2.      Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
            Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk
membangun suatu objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional;
dapat menciptakan lapangan kerja berusaha, dapat meningkatkan penerimaan devisa, dapat
meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti pajak, perindustrian, perdagangan,
pertanian, dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan hal ini pertimbangan tidak semata-mata
komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya secara lebih luas.
3.      Layak Teknis
            Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dengan
melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu objek
wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata tersebut
membahayakan keselamatan para wisatawan.
4.      Layak Lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan
suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus
dihentikan pembangunannya. Pebangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan,
tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga terciptanya keseimbangan, keselarasan, dan
keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhannya.
E. Sarana dan Prasarana pariwisata

Sebagai sebuah Organisasi, Pariwisata merupakan suatu sistem, yang mempunyai unsur-
unsur yang satu sama lain saling terkait dan berhubungan satu sama lain.
Keberadaan (eksistensi) dan keeratan hubungan unsur-unsur itu menggambarkan sampai
seberapa kuat Sistem Kepariwisataan tersebut. Apabila salah satu unsur tidak ada atau lemah,
maka sudah dipastikan kesisteman pariwisata akan terganggu atau tersendat-sendat kegiatannya.
Karenanya dalam mengelola kepariwisataan diperlukan Manajemen Pariwisata yang betul-betul
handal dan tepat sasaran.
Implikasinya, Pariwisata merupakan fenomena yang multidimensional dan multisektoral
yang harus dilihat dalam satu kesatuan sistem, yang berada di dalam sistem yang lebih luas.
Sistem kepariwisataan dapat dilihat dari berbagai aspek:
1.      Melihat pariwisata dari sisi penawaran dan permintaan;
2.      Mempunyai hubungan ketergantungan atau keterkaitan antara destinasi dan sumber pasar yang
dihubungkan dengan transportasi;
3.      Didasari oleh arus informasi yang dapat mendorong dan memungkinkan wisatawan datang.
4.      Sistem yang lain melihat keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain antara berbagai
komponen kepariwisataan, yang tak dapat dipisah-pisahkan sebagai satu kesatuan produk:
transportasi yang menyediakan akses, daya tarik yang menjadi faktor utama
kunjungan, amenities yang disiapkan untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan.
5.      Dilihat dalam hubungan input-output, sistem ini berada dalam lingkungan yang lebih luas,
output-nya akan tergantung bukan hanya kepada input tetapi kepada bekerjanya faktor-faktor
strategis lingkungan dan instrumen-instrumen kelembagaan.
Salah satu komponen dari kesisteman Pariwisata adalah Prasarana dan Sarana
Kepariwisataan, yang merupakan komponen terbesar dan paling menentukan dalam
menyukseskan penyelenggaraan Pariwisata. Di dalam komponen ini terdiri dari berbagai
subsistem yang memang benar-benar perlu mendapatkan perhatian dan penyediaan serta
pemeliharaan yang seksama.
Karena jauh dari tempat tinggalnya, maka ia memerlukan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginannya, yaitu semenjak ia berangkat sampai di tempat tujuan, hingga ia
kembali ke rumahnya. Dibutuhkan prasarana dan sarana yang lengkap memberikan kepastian
suatu kenyamanan bagi wisatawan. Mereka terlebih dahulu ingin mengetahui:
1.      Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan ke Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang
ingin dikunjunginya.
2.      Fasilitas akomodasi, yang merupakan tempat dimana yang bersangkutan dapat menginap
sementara di DTW.
3.      Fasilitas Catering Service, yang dapat memberikan mereka pelayanan sehubungan dengan
makanan dan minumannya yang sudah tentu sesuai dengan seleranya.
4.      Obyek dan atraksi wisata yang ada pada DTW yang akan dikunjunginya.
5.      Aktivitas Rekreasi (Recreation Activities) yang dapat dilakukannya di DTW yang akan
dikunjunginya.
6.      Fasilitas Perbelanjaan (Shopping Facilities), dimana ia dapat membeli ataupun juga kadang-
kadang juga untuk mereparasi kamera, mencuci cetak film dan lain-lain.
7.      Fasilitas Kantor pos (Post office), untuk pengiriman surat-surat bagi sanak keluarga, sahabat
atau instansi sehubungan dengan perjalanan yang sedang dilakukan.
8.      Fasilitas komunikasi melalui Telephone, telex dan faxcimile serta alat komunikasi lainnya
untuk pengiriman informasi yang dibutuhkannya selama melakukan perjalanan.
Keseluruhan informasi tersebut di atas adalah menyangkut prasarana dan sarana
kepariwisataan yang harus ada atau tersedia sebelum kita mempromosikan suatu daerah sebagai
daerah tujuan wisata.
Prasarana Kepariwisataan tidak berbeda dengan prasarana dalam perekonomian pada
umumnya karena pada dasarnya kegiatan kepariwisataan tidak bisa dilepaskan dari aspek
ekonominya. Yang termasuk ke dalam kategori prasarana umum adalah: Sistem penyediaan air
bersih; Pembangkit tenaga listrik; Jaringan jalan raya; Pelabuhan udara, pelabuhan laut; Terminal
taxi, terminal bus; Stasiun kereta api; Kapal penyeberangan; Jaringan telekomunikasi. Sedangkan
prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak ialah rumah sakit, apotik, bank dan
kantor pos.
Prasarana (infrastucture) kepariwisataan adalah semua fasilitas yang tersedia serta yang
memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat
memudahkan manusia untuk dapat memenuhi keinginan dan kebutuhannya.
Sedangkan sarana kepariwisataan (tourism superstrucures) adalah perusahaan-
perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak
langsung dan hidup serta kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan wisatawan. Kita
dapat membagi atas tiga bagian yang penting sarana kepariwisataan yaitu:
1.      Sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism Superstructures).
Sesuai dengan namanya, sarana ini menyediakan fasilitas pokok yang ikut menentukan
keberhasilan sesuatu daerah menjadi daerah tujuan wisata. Banyak perusahaan yang
menggantungkan hidupnya dari arus kunjungan wisatawan, atau orang yang melakukan
perjalanan wisata, baik wisatawan manca-negara maupun wisatawan nusantara.
Termasuk juga kedalam kelompok sarana pokok kepariwisataan itu adalah perusahaan-
perusahaan yang menyediakan fasilitas pelayanan kepada para wisatawan di tempat yang
dituju: Travel Agent dan Tour Operator; Tourist Transportation; Hotel dan akomodasi
lainnya; Catering, Trades; Obyek Wisata dan Atraksi Wisata.
Ada lagi satu kategori yaitu yang termasuk ke dalam kategori “Subvek Sentra” perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha agar orang merasa tertarik akan kebutuhan untuk mengadakan
perjalanan atau memberi kesempatan pada mereka untuk menikmati perjalanan apabila mereka
sendiri tidak mampu untuk berbuat demikian, yaitu:
a.       Perusahaan penerbitan kepariwisataan yang memajukan dan mempromosikan pariwisata
secara umum ataupun khusus.
b.      Kantor yang membiayai kepariwisataan seperti Bank-bank Pariwisata (Travel Bank), Travel
Credit, Social Tourism, Youth Travel.
c.       Asuransi Pariwisata.

2.      Sarana pelengkap kepariwisataan (Suplementing Tourism Superstructures).


Yang dimaksud dengan sarana pelengkap ini adalah perusahaan perusahaan atau tempat-
tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak lain hanyalah
untuk melengkapi sarana pokok kepariwisataan. Fungsi yang terpenting adalah untuk membuat
agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW). Yang
termasuk dalam kategori ini adalah Sarana Olah Raga, Sarana Ketangkasan dll.
3.      Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructures)
Adalah perusahaan yang dapat menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok yang
berfungsi bukan saja untuk membuat wisatawan lebih lama tinggal tetapi yang lebih penting
adalah untuk membuat wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya atau membelanjakan
uangnya di tempat yang dikunjungi. Sarana penunjang ini baik juga disediakan untuk wisatawan
wisatawan yang datang walaupun itu tidak mutlak, karena tidak semua tamu membutuhkan
pelayanan tersebut, seperti umpamanya : night club, steambaths, dan casinos.
Ada beberapa perusahaan yang merupakan perantara atau saluran distribusi yang
tentunya memperoleh pendapatan dari hasil komisi penjualan yang dilakukannya. Semakin
banyak perusahaan yang diwakilinya akan semakin banyak pula komisi diterimanya. Bila kita
perhatikan beberapa perantara yang bertindak dalam rantai distribusi dalam industri pariwisata,
mereka mempunyai tugas masing-masing dalam kondisi yang berbeda-beda. Misalnya suatu
Travel Agent biasanya bekerja atas dasar komisi yang besarnya berkisar 5 % s/d 40%. Pada
umumnya hotel dan akomodasi lain hanya memberikan komisi 10% dari kamar yang
dijualkannya.
Jadi komisi hanya 10% dari harga kamar yang terjual saja, sedangkan dari penjualan makan dan
minuman tidak diberikan komisi. Komisi yang lebih besar biasanya diberikan kalau pihak hotel
dalam persaingan sehingga mereka berebutan mendapatkan tamu. Kalau dalam keadaan yang
demikian, maka pihak Travel Agent tinggal pilih, logis bila ia akan lari ke hotel yang
memberikan komisi yang lebih tinggi.
Disamping sarana dan prasarana seperti yang telah diuraikan diatas, masih ada berbagai
macam bentuk usaha (tourism business) yang ada dalam kegiatan kepariwisataan, baik sebagai
distributor maupun perantara, antara lain:
a.       Tour Operator: Yaitu suatu badan usaha yang merencanakan dan menyelenggarakan paket
wisata (packet tour)  yang dijual, baik yang dijual sendiri maupun melalui retail Travel
Agent  lainnya. Dalam industri pariwisata Tour Operator biasa juga disebut
sebagai manufacture karena menciptakan dan menghasilkan paket wisata yang siap jual pada
wisatawan. Tetapi ada pula yang menyebutnya sebagai wholesaler yang bertindak sebagai
pedagang besar yang menjual paket wisata pada para retailer Travel Agent atau perantara
lainnya.
b.      Tour Operator-retailer: Adalah Tour Operator biasa, tetapi selain tugasnya sebagai Tour
Operator ia juga bertindak sebagai pengecer (retailer) melalui retail outlet atau by Mail
order. Contohnya, Neckermann di Jerman yang mempunyai outlet atau retail 150 retail
Outlet dan WAGON-LITS di Perancis yang memiliki kira-kira 400 outlet di seluruh dunia. Di
Indonesia yang dapat disamakan dengan ini adalah NITOUR yang banyak mempunyai cabang di
daerah-daerah tujuan wisata.
c.       Direct Mail: Adalah cara penjualan secara langsung kepada konsumen dengan mengirimkan
brosur tentang paket wisata yang telah dipersiapkan dengan baik. Biasanya dilakukan oleh
suatu Tour Operator, seperti halnya dengan Neckermann di Jerman.
d.      Producer Retailer: Adalah suatu bentuk perusahaan terpadu / integrasi di mana beberapa
perusahaan inudstri pariwisata bergabung bersama, soperti: Travel Agent, Transportasi, Hotel,
Restoran dan lain-lain. Secara bersama mereka membentuk retail outlet yang berfungsi untuk
melakukan penjualan. Contoh yang paling terkenal adalah Club Mediterranea di Eropa dan
sepanjang Laut Tengah.
e.       Institutional Selling: Adalah salah satu bentuk sales dari suatu Tour Operator yang bertugas
menjual paket wisata secara langsung pada lembaga, kantor-kantor, jawatan, Bank, departemen -
departemen dan perusahaan asuransi. Jadi sasarannya adalah kelompok formal dalam masyarakat
dan tidak secara individu.
f.       New Mass Outlets: Adalah bentuk lain dari perusahaan yang menjualkan paket wisata
melalui new mass outlet seperti: super market, hypermarket, toko buku, apotik, toko obat, toko
alat alat olah raga, pelabuhan udara, stasion dan terminal atau pada arcade di hotel- hotel.

Anda mungkin juga menyukai