Anda di halaman 1dari 15

RENCANA PENGEMBANGAN PARIWISATA

by admin/ Edukasi, Pariwisata, Pendidikan
2Simpan
RENCANA PENGEMBANGAN PARIWISATA
Oleh isa Wahyudi*)
PENGERTIAN PARIWISATA

Pembahasan tentang pariwisata belum memberikan pengertian yang jelas dan tidak
mempunyai ketentuan mengenai batasan-batasan dari pengertian pariwisata. Menurut kamus
Besar Bahasa Indonesia kata Wisata   berasal dari bahasa Jawa Kuno yang tergolong kata verbal
(kata kerja) dan bermakna, (1) berpergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan,
bersenang-senang, dsb), dan (2) piknik. Wisatawan, sering juga disebut turis ialah orang yang
berpergian untuk tujuan tertentu. Dari kata wisata juga terbentuk kata   Pariwisata  sebagai
padanan kata bahasa inggris tourism.
Kata pari dalam bahasa jawa kuno bermakna “semua”, “segala”, “sekitar”, atau “sekeliling”. Maka
pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan pariwisata,
(sulastiyono, 2006-3).
Menurut Yoeti, (1991:103) Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat
diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat
diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel”
dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan
yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang
dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”.

Sedangkan dalam buku Pengantar Ilmu Pariwisata karangan Yoeti memberikan definisi
pariwisata sebagai berikut: “Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan dari suatu
tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk bekerja di tempat yang dikunjungi tapi
semata-mata untuk bertamasya dan berekreasi” (Yoeti, 1993 : 10).

Sementara itu Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam Oka A.Yoeti (1992:8)
mendefinikasikan Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi
wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses
menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya. Dan Salah Wahab
dalam Oka Yoeti (1994, 116). Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara
sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara
itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara
waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya,
dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47)  Pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu
tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan
dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi
keinginan yang beraneka ragam.

The Ecotourism Society  (2000) mendefinisikan pariwisata sebagai berikut: “Pariwisata adalah suatu
bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat“.
Pengertian tentang pariwisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada
hakekatnya, pengertian pariwisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab
terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi
dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini,
bentuk pariwisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan o!eh
penduduk dunia.
Semula pariwisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan
wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap
terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk pariwisata ini berkembang karena
banyak digemari oleh wisatawan. Pada tahun 1995 The Tourism Society kemudian mendefinisikan
pariwisata sebagai bentuk baru dari kegiatan perjalanan wisata bertanggung jawab di daerah
yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam dimana tujuannya
selain untuk menikmati keindahannya juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman dan
dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan peningkatan pendapatan masyarakat
setempat sekitar daerah tujuan pariwisata.
Di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan pengertian
pariwisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini seperti yang
didefinisikan oleh Australian Department of Tourism yang mendefinisikan pariwisata adalah wisata
berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap
lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini
memberi penegasan bahwa aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk
pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternatife
tourism  atau special interest tourism  dengan obyek dan daya tarik wisata alam.
Tabel 2. 2 Pendapat Para Pakar dan Menurut Undang-Undang Tentang Pariwsata

N
O PENDAPAT PENGERTIAN PARIWISATA

Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan phenomena dari jaman seka
yang didasarkan di atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penila
sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya
E. Guyer Freuler disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarak
dalam Yoeti (1996: manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagang
1 115) penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan.

2 H. Oka A. Yoeti Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain,
dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat
N
O PENDAPAT PENGERTIAN PARIWISATA

yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan guna


bertamasya atau rekreasi dan untuk menutupi kebutuhan yang
beraneka ragam. Pengertian ini dapat dipahami bahwa unsur pokok
dari pariwisata adalah adanya unsur perjalanan, unsur tempat,
aktivitas perjalanan, adanya unsur waktu, unsur tempat dan tujuan
serta pemenuhan kebutuhan”.

McIntosh bersama Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari
Shaskinant Gupta interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat
dalam Oka A.Yoeti tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan
3 (1992:8) serta para pengunjung lainnya.

Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap


kemajuan kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan pelabuhan
(laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat,program
program kebersihan atau kesehatan, pilot proyek sasana budaya dan
kelestarian lingkungan dan sebagainya. Yang kesemuanya dapat
memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam
lingkungan daerah wilayah yang bersangkutan maupun bagi wisatawan
pengunjung dari luar. Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan
dan sumbangan terhadap pelaksanaan pembangunan proyek-proyek
berbagai sektor bagi negara-negara yang telah berkembang atau maju
Nyoman S. Pendit ekonominya, dimana pada gilirannya industri pariwisata merupakan suatu
4 (2003:33) kenyataan ditengah-tengah industri lainnya”.

Pariwisata adalah sejumlah kegiatan yang dilakukan terutama yang ada


kaitannya langsung berhubungan dengan masuknya kegiatan
perekonomian secara langsung berhubungan dengan maksudnya,
Schulard dalam adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing yang keluar
5 Yoeti (1996:114) masuk suatu kota, daerah atau negara”.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan manusia baik secara perorangan


6 Karyono (1997:15), maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau negara lain.

Usaha jasa pelayanan yang melayani keperluan perjalanan


7 Waluyo (2007) seseorang/kelompok ke destinasi wisata (tourism/travel/industry).

Suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang


diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan
tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud
Richard Sihite bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang
dalam Marpaung dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan
dan Bahar pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang
8 (2000:46-47) beraneka ragam.
N
O PENDAPAT PENGERTIAN PARIWISATA

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan


pariwisata dan bersifat multidimensi serta multi disiplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta
Undang-Undang interaksi antara wisatawan dan masyarakat setemoat, sesame
9 No. 10 Tahun 2009 wisatawan, pemerintah, pemerintah daaerah dan pengusaha.
Sumber : Dikutip Tesis Wa Ode Almira

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka terdapat lima hal penting yang mendasari kegiatan
pariwisata :

1. Perjalanan wisata yang bertanggung jawab, artinya bahwa semua pelaku kegiatan
pariwisata harus bertanggung jawab terhadap dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan pariwisata terhadap lingkungan alam dan budaya
2. Kegiatan pariwisata dilakukan ke/di daerah-daerah yang masih alami (nature made)
atau di/ke daerah-daerah yang dikelola berdasarkan kaidah alam.
3. Tujuannya selain untuk menikmati pesona alam, juga untuk mendapatkan
tambahan pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai fenomena alam
dan budaya.
4. Memberikan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam.
5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat
Berdasarkan beberapa pengertian pariwisata di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata
adalah “suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yang
diselenggarakan dalam jangka waktu yang pendek dari suatu tempat ke tempat yang lain,
dengan maksud untuk bertamasya atau rekreasi”. Selain itu, dapat dikatakan bahwa orang
yang melakukan perjalanan dalam berwisata akan memerlukan berbagai barang dan jasa sejak
mereka pergi dari tempat asalnya sampai di tempat tujuan dan kembali lagi ke tempat asalnya.

Penjelasan yang berkaitan dengan pariwisata selebihnya dapat merujuk pada Undang-undang
Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisatan Pasal 1 Ketentuan Umum yang dapat di jelaskan
antara lain:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau


sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata,
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat
setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha
5. Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah yang selanjutnya disingkat
RIPPDA adalah rumusan pokok-pokok kebijaksanaan perencanaan dan
pemanfaatan pembangunan pariwisata di Daerah yang didalamnya mencakup
aspek ketataruangan, usaha pariwisata, faktor penunjang dan pengembangan
kepariwisataan secara berlanjut dan berwawasan lingkungan.
6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang
di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan.
7. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
8. Kawasan Pariwisata adalah kawasan strategis pariwisata yang berada dalam
geografis satu atau lebih wilayah administrasi desa/kelurahan yang di dalamnya
terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas
umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang
saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan.
9. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
10. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus, yang selanjutnya disebut KDTWK, adalah
kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu atau lebih wilayah
administrasi desa/kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata,
aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata
secara terbatas serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung
dalam perwujudan kepariwisataan, namun pengembangannya sangat dibatasi
untuk lebih diarahkan kepada upaya pelestarian budaya dan lingkungan hidup.
11. Daya Tarik Wisata yang selanjutnya disebut DTW, adalah segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.
12. Aksesibilitas pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana transportasi
yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi
pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah destinasi pariwisata dalam
kaitan dengan motivasi kunjungan wisata.
13. Prasarana umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang
pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi
sebagaimana mestinya.
14. Fasilitas umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu lingkungan yang
diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam melakukan aktifitas kehidupan
keseharian.
15. Fasilitas pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara khusus ditujukan
untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, keselamatan wisatawan
dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata.
16. Pemasaran pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan
wisatawan untuk mengembangkang kepariwisataan dan seluruh pemangku
kepentingan.
17. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggara pariwisata.
18. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan usaha pariwisata.
19. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam
rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam Pembangunan Pariwisata.
20. Kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang
dikembangkan secara terorganisasi, meliputi pemerintah, pemerintah daerah,
swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme
operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan
kearah pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan.
21. Organisasi kepariwisataan adalah institusi baik di pemerintah provinsi maupun
swasta yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan.
22. Sumber daya manusia pariwisata yang selanjutnya disebut SDM pariwisata adalah
tenaga kerja yang pekerjaannya terkait secara langsung dan tidak langsung
dengan kegiatan kepariwisataan.
23. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk
mengembangkan profesionalitas kerja.
24. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran,
kapasitas, akses dan peran masyarakat, baik secara individu maupun kelompok,
dalam memajukan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan melalui
kegiatan kepariwisataan.
25. Standarisasi kepariwisataan adalah proses merumuskan, menetapkan,
menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan
bekerjasama dengan semua pihak guna menjamin kualitas dan kredibilitas usaha
di bidang kepariwisataan.
26. Insentif investasi adalah kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
kepada investor berupa keringanan baik itu pajak, fasilitas pendukung, maupun
pengurusan investasi.
27. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja
pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan
dan pengelolaan kepariwisataan.
Menurut Pendit (1994), ada beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal, antara lain:
1. Wisata budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan
ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan
adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni meraka.
2. Wisata kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan untuk
menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi
kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.
3. Wisata olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan
tujuan berolahraga atau memang sengaja bermakasud mengambil bagian aktif
dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara.
4. Wisata komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi
pameranpameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti pameran
industri, pameran dagang dan sebagainya.
5. Wisata industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
mahhasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah
perindustrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau
penelitian.
6. Wisata Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan danau, pantai atau laut.
7. Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya diselenggarakan oleh agen
atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan mengatur wisata
ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan
sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.
8. Wisata bulan madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi
pasanganpasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-
fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 4 menyebutkan
tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi


2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat
3. Menghapus kemiskinan
4. Mengatasi pengangguran
5. Melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya
6. Memajukan kebudayaan
7. Mengangkat citra bangsa
8. Memupuk rasa cinta tanah air
9. Memperkukuh jatidiri dan kesatuan bangsa
10. Mempererat persahabatan antarbangsa.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan pada pasal 4
kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut, yaitu:

1. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari
konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia Tuhan Yang Maha
Esa, hubungan antara manusia dan sesame manusia, serta hubungan antara
manusia dan lingkungan
2. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan kearifan lokal
3. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan dan
proposionalitas
4. Memelihara kelestariaan alam dan lingkungan hidup
5. Memberdayakan masyarakat setempat
6. Menjamin keterpaduan antarsektor, antar daerah, antara pusat dan daerah yang
merupakan satu kesatuan sistem dalam kerangka otonomi daerah, serta
keterpaduan antar pemangku kepentingan
7. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam
bidang pariwisata
8. Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

POTENSI PARIWISATA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian kata potensi adalah kemampuan,
daya, kekuatan, kesanggupan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan.
Sedangkan kata Pariwisata mempunyai arti segala yang berhubungan dengan perjalanan untuk
rekreasi, pelancongan dan turisme.

Dalam definisi peneliti akan memberikan pengertian berdasarkan permasalahan yang akan
dibahas antara lain (Sujali, 1989):

1. Potensi wisata adalah kemampuan dalam suatu wilayah yang mungkin dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan, mencakup alam dan manusia serta hasil
karya manusia itu sendiri.
2. Potensi internal obyek wisata adalah potensi wisata yang dimiliki obyek itu sendiri
yang meliputi komponen kondisi fisik obyek, kualitas obyek, dan dukungan bagi
pengembangan.
3. Potensi eksternal obyek wisata adalah potensi wisata yang mendukung
pengembangan suatu obyek wisata yang terdiri dari aksesibilitas, fasilitas
penunjang, dan fasilitas pelengkap.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian Potensi Pariwisata adalah kemampuan atau daya
untuk mengembangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan atau kegiatan
pariwisata lainnya dalam hal ini pengembangan produk objek dan daya tarik wisata.

Pembangunan pariwisata mencakup 2 (dua) dimensi yaitu dimensi ekonomi dan sosial budaya.
Dimensi ekonomi merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan daya saing dan sekaligus
meningkatkan pendapatan daerah. Sejalan dengan perkembangan kondisi negara secara
nasional yang disebabkan oleh situasi politik dan keamanan dalam negeri, maka pembangunan
pariwisata harus mampu memulihkan citra pariwisata bagi daerah maupun nasional sebagai
daerah tujuan wisata yang aman dan nyaman untuk dikunjungi.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPARNAS) disusun dalam rangka
memberikan landasan hukum yang kuat bagi pengembangan pariwisata daerah melalui
pengembangan Daya Tarik Wisata.

Selanjutnya dari aspek sosial Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional merupakan
upaya pendekatan yang utuh dalam melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat di daerah,
melestarikan alam, melestarikan lingkungan serta menumbuhkan rasa kebanggaan nasional

Potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di suatu daerah yang dapat dikembangkan
menjadi daya tarik wisata. Potensi yang ada tersebut secara umum dibagi menjadi dua:

 Potensi Budaya
Potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat misalnya adat istiadat, mata
pencaharian, kesenian dan sebagainya.

 Potensi Alamiah
Potensi yang ada di masyarakat berupa potensi fisik geografis seperti potensi alam.

Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata atau dalam
bahasa Inggrisnya disebut ”Tourist Resort”. Daerah tujuan wisata atau tourist resort adalah
daerah atau tempat yang karena atraksinya, situasinya dalam hubungan lalu lintas dan fasilitas
kepariwisataan menyebutkan tempat atau daerah tersebut menjadi objek kunjungan
wisatawan (Pendit, 2002).
Potensi pariwisata dalam penelitian ini adalah segala daya tarik yang dimiliki oleh suatu
wilayah/tempat/daerah tersebut karena atraksinya menjadi objek kunjungan wisatawan.

PENGEMBANGAN WISATA

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002),
pengertian pengembangan adalah :

1. Hal, cara atau hasil mengembangkan.


2. Proses atau cara, perbuatan mengembangkan ke sasaran yang dikehendaki.
Pengembangan diartikan sebagai usaha untuk menuju ke arah yang lebih baik, lebih luas atau
meningkat (kamus Webster). Pengembangan pariwisata menurut Pearce (1981:12) dapat
diartikan sebagai “usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang
dibutuhkan masyarakat”.

Dalam pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan keberhasilan


pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu:

1. Tersedianya objek dan daya tarik wisata.


2. Adanya fasilitas accessibility  yaitu sarana dan prasarana sehingga memungkinkan
wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata.
3. Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Agar pengembangan pariwisata dapat berkelanjutan, maka perlu diperhatikan kode etik
pengembangan pariwisata seperti yang ditetapkan dalam konferensi pariwisata tahun 1999
yang mengatur etika global pariwisata untuk menjamin sumber daya alam yang menjadi
sumber kehidupan kepariwisataan dan melindungi lingkungan dari dampak buruk kegiatan
bisnis pariwisata (Kartawan: 2004; Waluyo: 2007).

Adapun kode etik dalam pengembangan pariwisata global ini, dapat dilihat seperti penjelasan
dibawah ini :

1. Kewajiban Pemerintah
2. Melakukan perlindungan terhadap wisatawan dan pemberian kemudahan dalam
penyediaan informasi.
3. Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan dan
secara adil menikmati keuntungan ekonomi, sosial, dan budaya.
4. Kebijakan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa agar dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat setempat.
5. Kebijakan dan kegiatan pariwisata harus diarahkan dalam rangkaian: (a)
penghormatan, perlindungan, pemeliharaan terhadap warisan kekayaan seni,
arkeologi, budaya, monumen, tempat suci, museum, tempat bersejarah; (b)
kelangsungan hidup dan berkembangnya hasil-hasil budaya, seni tradisional dan
seni rakyat.
6. Menjaga kelestarian lingkungan alam, dalam perspektif pertumbuhan ekonomi
yang sehat berkelanjutan dan berkesinambungan.
7. Kewajiban dan hak usaha pariwisata
8. Kewajiban :
9. Memberikan informasi yang objektif tentang tempat-tempat tujuan dan kondisi
perjalanan pada para wisatawan.
10. Memperhatikan keamanan, keselamatan dan mengusahakan adanya sistem
asuransi bagi para wisatawan.
11. Harus melakukan studi tentang dampak rencana pembangunan terhadap
lingkungan hidup dan alam sekitar
12. Hak :
13. Pajak-pajak dan beban-beban khusus yang memberatkan bagi industri pariwisata
serta merugikan dalam persaingan harus dihapuskan atau diperbaiki secara
bertahap.
14. Pengusaha dan penanam modal terutama dari kalangan perusahaan kecil dan
menengah berhak mendapat kemudahan akses memasuki sektor wisata.
15. Kewajiban dan Hak Masyarakat
16. Kewajiban :
Harus belajar untuk mengerti dan menghormati para wisatawan yang mengunjungi mereka.

1. Hak :
2. Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan, dan
secara adil menikmati keuntungan ekonomis, sosial dan budaya yang mereka
usahakan, dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
3. Wisata alam dan wisata eko sebagai bentuk kegiatan pariwisata dapat
memperkaya dan meningkatkan penghasilan, apabila dikelola dengan
menghormati lingkungan alam dan melibatkan penduduk setempat.
Oleh karena itu, dalam pengembangan pariwisata dengan memperhatikan etika global
pariwisata di atas harus memperhatikan prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan, yaitu
penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan, penurunan konsumsi berlebihan dari
sampah, mempertahankan keberagaman, integrasi pariwisata dalam perencanaan, ekonomi
pendukung, melibatkan masyarakat lokal, konsultasi para stakeholder  dan masyarakat, pelatihan
staf, tanggung jawab pemasaran pariwisata melalui “Networking”, dan pelaksanaan penelitian
tentang pariwisata dalam melahirkan inovasi-inovasi baru kepariwisataan yang dapat dijadikan
produk baru pariwisata (prastacosm : 2001; Sinclair et.al : 2003; Morrison et.al : 2004)
Berdasarkan pengertian di atas mengenai pengembangan pariwisata, dapat dijelaskan bahwa
pengembangan pariwisata adalah suatu bentuk pembangunan dari yang belum ada menjadi
ada, dan yang sudah ada menjadi lebih baik dan berkualitas yang berkaitan dengan sektor
kepariwisataan dengan memperhatikan kode etik pariwisata global yang telah menjadi
standard dalam pengembangan pariwisata. Pengembangan sendiri tidak lepas dari usaha
pembangunan. Jadi, dengan memahami defenisi dari pembangunan, arti pengembangan lebih
dapat dipahami


1. PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa unsur daya tarik sebuah objek
wisata adalah :

1. Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan.


2. Daya tarik wisata berupa alam, budaya, dan hasil karya manusia yang berseni
tinggi dan dapat dijadikan menjadi suatu produk.
3. Sasaran utama produk pariwisata adalah wisatawan
Daya tarik sebuah objek wisata harus di kemas dan dibangun semaksimal mungkin agar dapat
menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Membangun suatu objek wisata harus memiliki
kriteria dan dirancang sedemikian rupa. Pada umumnya daya tarik suatu objek wisata
mempunyai 6 (enam) kriteria, Suwantoro (1997 : 18) mengatakan :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan
bersih.
2. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk mengunjunginya.
3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.
4. Adanya sarana atau prasarana penunjang untuk melayani wisatawan yang sedang
melakukan perjalanan.
5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam, pegunungan,
sungai, pantai, pasir, hutan,, dan sebagainya.
6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena mempunyai nilai khusus
dalam bentuk antraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang
terkandung dalam buah karya manusia masa lampau.
Daya tarik wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu objek, baik ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa maupun hasil karya manusia yang memilik daya tarik untuk membuat 
orang mau berkunjung.

Ismayanti (2009: 147) memaparkan bahwa daya tarik wisata merupakan fokus utama
penggerak pariwisata di sebuah destinasi. Dalam arti, daya tarik wisata sebagai penggerak
utama yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Potensi daya tarik wisata
memiliki beberapa tujuan diantaranya; (a) memperoleh keuntungan baik dari segi ekonomi
berupa devisa negara dan pertumbuhan ekonomi serta dari segi sosial berupa peningkatan
kesejahteraan rakyat dan menghapuskan kemiskinan, b) menghapuskan kemiskinan dengan
pembukaan lapangan pekerjaan dan mengatasi pengangguran, (c) memenuhi kebutuhan
rekreasi masyarakat, sekaligus mengangkat citra bangsa dan memperkukuh jati diri bangsa,
memupuk rasa cinta tanah air melalui pengusahaan daya tarik dalam negeri, (d) melestarikan
alam, lingkungan dan sumberdaya, sekaligus memajukan kebudayaan melalui pemasaran
pariwisata, (e) mempererat persahabatan antar bangsa dengan memahami nilai agama, adat
istiadat dan kehidupan masyarakat.


1. PENGEMBANGAN OBJEK WISATA
Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi” atau
lazim pula di katakan obyek wisata. Atraksi-atraksi ini antara lain panorama keindahan alam
yang menakjubkan seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit,
dan matahari terbenam, cuaca, udara dan lain-lain. Di samping itu juga berupa budaya hasil
ciptaan manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik, peningalan purba kala, museum
budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama,adat-istiadat, upacara, pekan raya, peringatan
perayaan hari jadi, pertandingan, atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan keolahragaan
lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah, (Pendit,2002.20).

Dalam membangun suatu objek wisata harus dirancang sesuai dengan potensi daya tarik yang
dimiliki. Suatu pengembangan daya tarik yang berhasil, harus memiliki kriteria kelayakan,
Suwantoro (1997 : 20) mengatakan :

1. Kelayakan Financial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pengembangan objek
wisata tersebut. Dari awal perkiraan untung rugi harus sudah diperhitungkan.

1. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional


Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk
membangun sebuah objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional,
dapat menciptakan lapangan pekerjaan atau berusaha, dapat meningkatkan penerimaan pada
sektor yang lain seperti : pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian, dan lain-lain. Dalam hal
ini, pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya
secara luas.

1. Layak Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung-jawabkan secara teknis dengan melihat
daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksa diri untuk membangun objek wisata apabila
daya dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik objek wisata akan berkurang atau
bahkan hilang bila objek wisata

1. Layak lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan objek
wisata. Pembangunan suatu objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus
dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan
tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk karkebaikan manusia sehingga menjadi
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan
alam dan manusia dengan Tuhannya

Pengembangan Obyek wisata alam sangat erat kaitannya dengan peningkatan produktifitas
sumber daya alam dalam konteks pembangunan ekonomi, sehingga selalu dihadapkan pada
kondisi interaksi berbagai kepentingan yang melibatkan aspek kawasan hutan, pemerintah
daerah, aspek masyarakat, dan pihak swasta di dalam suatu sistem tata ruang wilayah. Kendala
pengembangan obyek wisata alam berkaitan erat dengan: (a) Instrumen kebijaksanaan dalam
pemanfaatan dan pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung potensi obyek wisata
alam; (b) Efektifitas fungsi dan peran obyek wisata alam ditinjau dari aspek koordinasi instansi
terkait; (c) Kapasitas institusi dan kemampuan SDM dalam pengelolaan obyek wisata alam di
kawasan hutan; dan (d) Mekanisme peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata
alam.


1. PERENCANAAN PENGEMBANGAN WISATA
Menurut Noer (2011) Aspek Perencanaan Pengembangan obyek wisata alam mencakup sistem
perencanaan kawasan, penataan ruang (tata ruang wilayah), standarisasi, identifikasi potensi,
koordinasi lintas sektoral, pendanaan, dan sistem informasi obyek wisata alam.

1. Aspek Kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas institusi,


sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan, secara
operasional merupakan organisasi dengan SDM dan peraturan yang sesuai dan
memiliki efisiensi tinggi.
2. Aspek Sarana dan Prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan, yaitu (1) alat
memenuhi kebutuhan pariwisata alam, (2) sebagai pengendalian dalam rangka
memelihara keseimbangan lingkungan, pembangunan sarana dan prasarana
dapat meningkatkan daya dukung sehingga upaya pemanfaatan dapat dilakukan
secara optimal.
3. Aspek Pengelolaan, yaitu dengan mengembangkan profesionalisme dan pola
pengelolaan obyek wisata alam yang siap mendukung kegiatan pariwisata alam
dan mampu memanfaatkan potensi obyek wisata alam secara lestari.
4. Aspek Pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur pemanfaatan
obyek wisata alam untuk tujuan pariwisata yang bersifat komersial kepada pihak
ketiga dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
5. Aspek Pemasaran dengan mempergunakan teknologi tinggi dan bekerja sama
dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri.
6. Aspek Peran Serta Masyarakat melalui kesempatan-kesempatan usaha sehingga
ikut membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
7. Aspek Penelitian dan Pengembangan yang meliputi aspek fisik lingkungan, dan
sosial ekonomi dari obyek wisata alam. Diharapkan nantinya mampu
menyediakan informasi bagi pengembangan dan pembangunan kawasan,
kebijaksanaan dan arahan pemanfaatan obyek wisata alam.
Dalam rangka mengembangkan obyek wisata perlu segera dilaksanakan inventarisasi terhadap
potensi nasional obyek wisata alam secara bertahap sesuai prioritas dengan memperhatikan
nilai keunggulan saing dan keunggulan banding, kekhasan obyek, kebijaksanaan
pengembangan serta ketersediaan dana dan tenaga. Potensi daerah obyek wisata alam yang
sudah ditemukan segera diinformasikan dan dipromosikan kepada calon penanam modal.
Perlu dikembangkan sistem kemitraan dengan pihak swasta, lembaga swadaya masyarakat
yang ada, dalam rangka mendukung optimalisasi pengembangan obyek wisata alam. Peranan
pemerintah daerah dalam pengembangan obyek wisata alam sangat penting, dengan
melaksanakan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan serta monitoring pengembangan obyek
wisata alam.

*)
Isa Wahyudi
CEO INSPIRE Group
HP./WA : +62 815-5181-303
 

DAFTAR PUSTAKA
Hannu, R. 2001. Local involvement in ecotourism – how to get local people and villages
interested in nature tourism ? Paper presented in International Seminar on Ecotourism  in
Petrozavodsk 3 – 4. April 2001.
Iwan Nugroho. 2007. Ekowisata: Sektor Riil Pendukung Pembangunan Berkelanjutan. Majalah
Perencanaan Pembangunan-BAPPENAS Jakarta. Edisi 2 tahun ke XII (Januari-Maret): 44-57. ISSN:
0853-3709
McIntosh R.W. & Goeldner, R.W. 1986, Tourism. Principles, Practises, Philosophies  New York: John
Wiley & Sons, Inc.,.
McIntosh R.W. & Goeldner, R.W.1986. Tourism. Principles, Practises, Philosophies  (New York: John
Wiley & Sons, Inc., Hal.172
Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Edisi Ketiga.
The International Ecotourism Society. 2000. Ecotourism Statistical Fact Sheet, Nort Bennington, USA
Wiwoho, dkk. 1990. Pariwisata Citra Dan Manfaatnya. Jakarta : PT. Binakara Pariwara
Yoeti, Oka A. 1993. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Anda mungkin juga menyukai