Anda di halaman 1dari 8

BISNIS PARIWISATA DAN RUANG LINGKUP USAHA

PERHOTELAN

OLEH :

KELOMPOK 1

 I Gede Bhaskara Yudha (1702622010303)


 I Made Arta Wiyasa (1702622010306)
 Ni Luh Gede Ayu Sri Artini (1702622010316)
 Ni Made Dwikasari (1702622010323)
 Pande Nyoman Nararya Oka Maghawan (1702622010334)
 Putu Novita Kusumawati (1702622010337)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019
1. KONSEP DASAR PARIWISATA

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kepariwisataan merupakan kata benda
yang memiliki arti sebagai perihal atau yang berhubungan dengan pariwisata. Pariwisata itu
sendiri berasal dari Jawa Kuno yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
“pari” yang berarti semua, segala, sekitar, sekeliling dan kata “wisata” yang berarti bepergian
bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang dan sebagainya. Dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah (UU No. 9 Tahun 1990 dan
diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan).
Kegiatan wisata terdiri atas beberapa komponen utama.
1. Wisatawan
la adalah aktor dalam kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah pengalaman
manusia untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa di dalam
kehidupan.
2. Elemen geografi
Pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area geografi, seperti berikut ini.
a. Daerah Asal Wisatawan (DAW)
Daerah tempat asal wisatawan berada, tempat ketika is melakukan aktivitias
keseharian, seperti bekerja, belajar, tidur dan kebutuhan dasar lain. Rutinitas itu
sebagai pendorong untuk memotivasi seseorang berwisata. Dari DAW, seseorang
dapat mencari informasi tentang obyek dan days tarik wisata yang diminati,
membuat pemesanan dan berangkat menuju daerah tujuan.
b. Daerah Transit (DT)
Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu. Namun, seluruh wisatawan
pasti akan melalui daerah tersebut sehingga peranan DT pun penting. Seringkali
terjadi, perjalanan wisata berakhir di daerah transit, bukan di daerah tujuan. Hal
inilah yang membuat negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong berupaya
menjadikan daerahnya multifungsi, yakni sebagai Daerah Transit dan Daerah
Tujuan Wista.
c. Daerah Tujuan Wisata (DTW)
Daerah ini sering dikatakan sebagai sharp end (ujung tombak) pariwisata. Di
DTW ini dampak pariwisata sangat dirasakan settingga dibutuhkan perencanaan
dan strategi manajemen yang tepat. Untuk menarik wisatawan, DTW merupakan
pemacu keseluruhan sistem pariwisata dan menciptakan permintaan untuk
perjalanan dari DAW. DTW juga merupakan raison d’etre atau alasan utama
perkembangan pariwisata yang menawarkan hal-hal yang berbeda dengan
rutinitas wisatawan.
3. Industri pariwisata
Elemen ketiga dalam sistem pariwisata adalah industri pariwisata. Industri yang
menyediakan jasa, daya tank, dan sarana wisata. Industri yang merupakan unit-unit
usaha atau bisnis di dalam kepariwisataan dan tersebar di ketiga area geografi
tersebut.Sebagai contoh, biro perjalanan wisata bisa ditemukan di daerah asal
wisatawan, Penerbangan bisa ditemukan balk di daerah asal wisatawan maupun di
daerah transit, dan akomodasi bisa ditemukan di daerah tujuan wisata.

2. JENIS PARIWISATA DAN USAHA PARIWISATA


 Jenis Pariwisata
Pembangunan industri pariwisata di Indonesia berkembang sangat pesat. Terlihat
dengan semakin beragamnya jenis-jenis pariwisata yang ada. Jenis-jenis pariwisata
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pleasure tourism (pariwisata menikmati perjalanan)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk
berlibur. Jenis pariwisata ini menyangkut begitu banyak unsur yang sifatnya berbeda
karena pengertian utilitas pleasure yang berbeda sesuai dengan karakter, citarasa, latar
belakang kehidupan, dan temperamen individu.
2. Recreation tourism (pariwisata rekreasi)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari
libur untuk istirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani yang akan
menyegarkan keletihan dan kelelahan.
3. Cultural tourism (pariwisata budaya)
Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk
belajar dipusat pembelajaran dan riset, mempelajari adat istiadat, cara hidup
masyarakat suatu negara, mengunjungi tempat bersejarah, dan sebagainya.
4. Sport tourism (pariwisata dan olah raga)
Jenis pariwisata ini dibagi dalam dua kategori:
a. Big sport event seperti : Olympiade games, tenis Wimbledon, kejuaraan sepak bola
dunia, dan sebagainya.
b. Sporting tourism of practionaer yaitu pariwisata olah raga bagi mereka yang ingin
berlatih dan ingin mempraktikan sendiri, seperti pendakian gunung, memancing,
dan sebagainya yang tentunya akan menarik wisatawan untuk mengunjungi negara
yang menyediakan fasilitas pariwisata untuk olah raga.
5. Business shoping tourism (pariwisata dagang besar-belanja)
Jenis perjalanan ini menurut banyak ahli tidak termasuk dalam kegiatan pariwisata
karena unsur voluntary tidak terlibat didalamnya. Dalam jenis pariwisata ini, unsur
yang ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan wisata
menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menjadikan dirinya sebagai wisatawan
dengan mengunjungi dan menikmati obyek wisata berbelanja.
6. Convention tourism (pariwisata konveksi)
Jenis pariwisata ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan menjadi penting
dalam sumbangan terhadap devisa negara. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya negara
yang mulai tertarik dan menggarap jenis pariwisata ini dengan banyaknya hotel dan
bangunan-bangunan yang khusus dilengkapi untuk menunjang convention tourism.
Fasilitas konveksi ini digunakan untuk melakukan pertemuan-pertemuan kepala
negara ataupun organisai-organisasi dunia yang melibatkan banyak negara dan
banyak peserta.
 Usaha Pariwisata
Menurut UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Usaha Pariwisata adalah
usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
dan penyelenggaraan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Selanjutnya,
Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam
rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
dalam penyelenggaraan pariwisata.
Adapun Usaha Pariwisata yang dimaksud meliputi:
1. Agen Perjalanan, Biro Perjalanan dan Tour Operator (Usaha Jasa Perjalanan)
2. Pemanduan Wisata
3. Pelayanan Informasi Wisata
4. Pelayanan Pertemuan dan Konferensi
5. Usaha Jasa Boga
6. Usaha Transportasi
7. Usaha Jasa Akomodasi
8. Usaha Jasa Pencucian (Laundry and Dry Cleaning)
9. Usaha Jasa Pemijatan (Message)
10. Usaha Jasa Penitipan Anak (Baby Sitting)

3. MOTIVASI MELAKUKAN PERJALANAN WISATA


Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari
berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh (1977) dan Murphy (1985)
mengatakan bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar
yaitu sebagai berikut:
1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis)
yakni untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah
raga, bersantai dan sebagainya.
2. Cultural motivation (motivasi budaya)
yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain.
Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (bangunan
bersejarah).
3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial)
Yaitu seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal
yang dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari
situasi-situasi yang membosankan dan sebagainya.
4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi),
yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang kan bisa lepas dari rutinitas
keseharian yang menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan
psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation.
Menurut sumber lain, motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata juga dapat dibagi
menjadi 7, antara lain:
1. Interpersonal motivations, yaitu untuk hiburan, petualangan, santai, kebahagiaan dan
relaksasi
2. Physical motivations, yaitu untuk olahraga dan kesehatan
3. Cultural motivations, yaitu untuk tujuan kebudayaan, tradisi, adat dan kekayaan
bangsa
4. Business, social and politics motivations, adalah untuk kepentingan bisnis, sosial atau
politik
5. Religious motivations, adalah bertujuan untuk mengasah spiritual dan keagamaan
6. Family motivations adalah untuk kepentingan keluarga

Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu


sendiri dan faktor eksternal. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan
dan/atau keinginan manusia itu sendiri, sesuai dengan teori hirarki kebutuhan Maslow.
Kebutuhan tersebut dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan
sosial, kebutuhan prestise dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang terbentuknya dipengaruhi oleh faktor-
faktor eksternal, seperti norma sosial, pengaruh atau tekanan keluarga dan situasi kerja
yang terinternalisasi dan kemudian berkembang menjadi kebutuhan psikologis. Motivasi
wisatawan untuk melepaskn diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk melepaskan
diri sejenak dari kegiatan rutinuntuk mengembalikan harmoni di masyarakat, sehingga
pariwisata dapat dipandang sebagai salah satu bentuk terapi sosial.

4. PEMASARAN PARIWISATA
Pemasaran mempunyai peran yang sangat penting dalam industri pariwisata
khususnya untuk memberikan pencitraan daerah tujuan wisata. Pemasaran daerah
tujuan wisata adalah keseluruhan untuk mengenalkan produk wisata yang ditawarkan
oleh daerah tujuan wisata baik yang tagiable maupun intangiable produk, mengenali
identitas wisatawan yang mempunyai waktu, uang dan mempunyai keinginan untuk
berwisata, dan mencari cara terbaik untuk mencapai dan menyakinkan wisatawan untuk
berkunjung ke daerah tujuan wisata. Pemasaran daerah tujuan wisata menyangkut
penelitian pasar, penjualan, dan usaha mencari jalan terbaik untuk menyakinkan
wisatawan agar rata-rata lama tinggal lebih lama, dan jumlah pengeluaran perkapita
wisatawan semakin besar.
Tujuan utama pemasaran pariwisata adalah tidak hanya menyangkut jumlah
maksimal wisatawan yang berkunjung dan tinggal lebih lama tetapi lebih
diutamakan quality tourism yang dengan promosi selektif dapat mencapai wisatawan
dengan belanja yang sangat besar dan terjadi repeat guest. Pemasaran daerah tujuan
pariwisata memerlukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti: pemerintah
(Kementrian), perusahaan jasa penerbangan dalam dan luar negeri, jasa transportasi
darat, biro wisata, travel, restoran, dan hotel. Sasaran pasar dapat dicapai dengan
menggunakan data statistik, dan informasi seperti rata-rata lama tinggal, pengeluaran
perkapita wisatawan, jumlah kunjungan wisatawan, dan waktu-waktu pilihan yang
menarik wisatawan untuk dating dan mengunjungi daerah tujuan wisata (peak season
and off season).

5. ASPEK DAN DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA


Berkembangnya industri pariwisata disuatu negara/daerah akan menarik sektor lain
untuk berkembang karena produknya atau jasanya diperlukan untuk menunjang industri
pariwisata. Adapun aspek penting dalam pemasaran pariwisata diantaranya:
1. Pentingnya membangun customer advocacy pada bisnis pariwisata
2. Membangun positioning destinasi pariwisata
3. Membentuk suatu brand yang kuat pada tempat wisata
4. Melakukan riset pasar

Dampak Positif dan Negatif Pembangunan Pariwisata


Dampak positif dari adanya kegiatan pengembangan pariwisata meliputi :
1. Penciptaan lapangan kerja, dimana pada umumnya pariwisata merupakan industri
padat karya dimana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau peralatan.
2. Sebagai sumber devisa asing.
3. Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, disini pariwisata secara wajar
cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri kearah wilayah desa
yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari dapat menjadi dasar
pembangunan regional. Struktur perekonomian regional sangat penting untuk
menyesuaikan dan menentukan dampak ekonomis dari pariwisata.
Dampak-dampak yang tidak diinginkan (negatif) karena berkembangnya kepariwisataan
di suatu daerah, dapat menyangkut segi ekonomi, sosial budaya, politik maupun
lingkungan, seperti:
1. Harga-harga barang atau jasa pelayanan menjadi naik, karena banyaknya pengunjung.
Wisatawan selalu dianggap membawa uang banyak.
2. Penduduk, khususnya remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan yang tidak
sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa kita sendiri.
3. Banyaknya pemanfaatan wisatawan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab
untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti pemerasan, perjudian, pencurian,
pengedaran barang-barang terlarang dan lain-lain.
4. Terjadinya pengrusakan lingkungan, baik karena pembangunan prasarana dan sarana
pariwisata, maupun karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil.

Anda mungkin juga menyukai