Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN KEUANGAN PERHOTELAN

“LINGKUP PARIWISATA”

OLEH:

I PUTU KRISNA TAMA FRANDIKA

202133121198

D4 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
2023
Ringkasan Materi Kuliah

Lingkup Pariwisata

A. Konsep Pariwisata

Pariwisata secara sederhana dapat didefinisikan sebagai perjalanan seseorang atau


sekelompok orang dari satu tempat ke tempat lain membuat rencana dalam jangka waktu
tertentu, untuk tujuan rekreasi dan mendapatkan hiburan sehingga keinginannya
terpenuhi. Menurut UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Pariwisata dalam pasal 1 ayat 3,
pariwisata adalah segala jenis aktivitas wisata dan didukung dengan segala fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, maupun pemerintah
daerah

Dari beberapa pengertian Pariwisata yang dipaparkan, sehingga diperoleh


kesimpulan bahwa pariwisata merupakan segala kegiatan yang berkaitan dengan
perjalanan dengan tujuan rekreasi, melepas penat, mencari hiburan dan suasana baru yang
dilakukan di suatu tempat tertentu sesuai keinginan, yakni diluar lingkungan daerah
biasanya namun hanya sementara waktu saja.

B. Jenis Industri Pariwisata

Menurut Undang-Undang Pariwisata no 10 tahun 2009, Industri Pariwisata adalah


kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
Industri Pariwisata dapat diartikan sebagai sehimpunan bidang usaha yang menghasilkan
berbagai jasa dan barang yang dibutuhkan oleh mereka yang melakukan perjalanan
wisata.

13 Jenis Usaha Industri Pariwisata Sesuai UU No. 10 Tahun 2009

1. Daya tarik wisata: segala sesuatu yang mempunyai keunikan, kemudahan, dan nilai
yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
untuk dikunjungi wisatawan.
2. Kawasan pariwisata: suatu kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata dan jasa wisata.
3. Jasa transportasi wisata: usaha penyediaan angkutan untuk kegiatan pariwisata
4. Jasa perjalanan wisata: usaha biro perjalanan wisata dan usaha agen perjalanan wisata
5. Jasa makanan dan minuman: usaha penyediaan makanan dan minuman yang
dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan guna memenuhi kebutuhan wisatawan.
6. Penyediaan akomodasi: usaha penyediaan pelayanan penginapan yang dilengkapi
dengan pelayanan pariwisata lainnya
7. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi: usaha penyelenggaraan kegiatan
berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, serta kegiatan hiburan dan
rekreasi lainnya
8. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran : pemberian
jasa bagi suatu pertemuan, penyelenggaraan perjalanan bagi karyawan dan mitra
usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta penyelenggaraan pameran dalam rangka
penyebarluasan informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala nasional,
regional, dan internasional.
9. Jasa informasi pariwisata: usaha penyediaan data, berita, feature, foto, video dan hasil
penelitian mengenai kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk cetak dan atau
elektronik.
10. Jasa konsultan pariwisata: usaha penyediaan saran dan rekomendasi mengenai studi
kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha, penelitian, dan pemasaran di bidang
kepariwisataan.
11. Jasa pramuwisata: usaha penyediaan dan pengkoordinasian tenaga pemandu wisata
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan atau kebutuhan biro perjalanan wisata.
12. wisata tirta: usaha yang berkaitan dengan olahraga air seperti di pantai, danau, sungai,
teluk dan lainnya dengan segala aktivitas yang menunjang kegiatan berwisata bagi
wisatawan.
13. Spa: usaha penyedia perawatan tubuh untuk kecantikan maupun relaksasi tubuh
dengan pelayanan maksimal dari pelayan di tempat spa itu sendiri.

C. Motivasi Melakukan Pariwisata

Motivasi perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan itu


sendiri dan faktor eksternal. Secara intrinsik, motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan
dan/atau keinginan manusia itu sendiriKebutuhan tersebut dimulai dari kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan prestise dan kebutuhan akan
aktualisasi diri.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang terbentuknya dipengaruhi oleh faktor-


faktor eksternal, seperti norma sosial, pengaruh atau tekanan keluarga dan situasi kerja
yang terinternalisasi dan kemudian berkembang menjadi kebutuhan psikologis.

Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari
berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh (1977) dan Murphy (1985)
mengatakan bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu
sebagai berikut:

1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis),


antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan
olah raga, bersantai dan sebagainya.
2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya,
adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek
tinggalan budaya (banggunan bersejarah).
3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial),
seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, melakukan hal yang
dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari
situasi-situasi yang membosankan dan sebagainya.
4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah
lain seseorang kan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-
enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and
prestige motivation.

D. Pemasaran Pariwisata

Lumsdon (1977) mendefinisikan pemasaran pariwisata sebagai proses manajerial


yang mengantisipasi dan memuaskan keinginan pengunjung yang ada dan calon
pengunjung secara lebih efektif dari pemasok atau destinasi pesaing. Menurut Krippendof
(1971 dalam Yoeti 1979) juga merumuskan hal yang sama bahwa tourism marketing
adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilaksanakan sebagai kebijaksanaan bagi
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang kepariwisataan, apakah usaha swasta
atau pemerintah, baik dalam lingkup regional, nasional dan internasional untuk mencapai
kepuasan optimal atas kebutuhan-kebutuhan wisatawan dan group lain disamping untuk
mencapai keuntungan.

Menurut Yoeti (1996) tujuan pemasaran pariwisata terbagi atas dua tahap
yang saling berkaitan, yaitu:
1. Tujuan pemasaran pariwisata adalah untuk menarik wisatawan untuk datang
berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, dalam beberapa tingkat baik
lokal, regional, ataupun nasional dengan tujuan agar wisatawan lebih
banyak datang, wisatawan lebih lama tinggal dan wisatawan lebih banyak
menghabiskan uangnya.
2. Menarik wisatawan yang dating untuk menggunakan semua pelayanan yang
diberikan oleh perusahaa-perusahaan kelompok industri pariwisata yang ada dalam
Kawasan wisata itu, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan usaha masing-
masing.
Menurut Yoeti (1979) langkah-langkah dalam menentukan strategi marketing
kepariwisataan adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi pasar, berupa negara atau daerah yang merupakan pasar potensial,
kelas sosial, tingkat pendidikan dan cara hidup masyarakat tertentu, mereka yang
mempunyai waktu luang, keluarga-keluarga yang tidak banyak mempunyai
tanggungjawab, mereka yang mempunyai pilihan tentang suatu produk industri
pariwisata.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pasar (calon wisatawan). Bila sudah mengetahui apa
yang menjadi keinginan pasar tertentu, maka kita mengerahkan produk sesuai dengan
yang diinginkan oleh calon wisatawan.
3. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi bagian pasar tersebut, yaitu harga,
produk, kesan terhadap produk, terjaminnya pelayanan yang diperlukan, dan faktor-
faktor lain yang berkaitan.
4. Mempersiapkan produk untuk macam-macam pelanggan (segmentasi pasar), dalam
industri pariwisata kegiatan marketing ditujukan untuk dua macam pelanggan, yaitu
pedagang perantara (travel agent, tour operator dan retailer) dan konsumen akhir
(wisatawan).
5. Menyesuaikan unsur-unsur pemasaran dengan keputusan pembelian (buying
decision) oleh pelanggan. harga, keterampilan dan mutu produk sangat membantu
kebijaksanaan harga.
6. Menetapkan kebijaksanaan harga dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

E. Aspek dan Dampak Pembangunan Pariwisata


 Aspek Pembangunan Pariwisata
1. Aspek Lingkungan

Memanfaatkan secara optimal sumber daya lingkungan yang merupakan


elemen kunci dalam pengembangan pariwisata, mempertahankan proses ekologi dan
turut andil dalam melestarikan warisan alam dan keanekaragaman hayati di suatu
destinasi wisata.

2. Aspek Ekonomi

Memastikan kegiatan ekonomi jangka panjang yang layak, memberikan


manfaat sosial ekonomi kepada semua stakeholder dengan adil, seperti pekerjaan
tetap, kesempatan mendapatkan penghasilan (membuka usaha) dan pelayanan sosial
kepada masyarakat lokal, serta membantu mengurangi kemiskinan.

3. Aspek Sosial-Budaya

Menghormati keaslian sosial budaya masyarakat setempat, melestarikan nilai-


nilai warisan budaya dan adat yang mereka bangun, dan berkontribusi untuk
meningkatkan rasa toleransi serta pemahaman antar-budaya.

 Dampak Pembangunan Pariwisata


- Dampak Positif
1. Terbukanya lapangan kerja disektor pariwisata
2. Memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat yang turut serta memberikan
pelayanan kepada para wisatawan yang memerlukan jasanya.
3. Pemerintah mendapat penghasilan berupa pajak penghasilan dan pajak perusahaan
atau uang asing yang dibelanjakan oleh wisatawan mancanegara.
4. Mendorong pembangunan di daerah berupa perbaikan sarana dan prasarana
dilingkungan daerah karena pemerintah mendapat income yang dapat digunakan
untuk sarana dan prasarana yang kurang memadai.
5. Masyarakat menjadi lebih ingin mempelajari budaya serta adat istiadat agar bisa
disajikan pada wisatawan dan dapat menjadikan obyek wisata itu menjadi lebih
menarik karena atraksi budaya yang disuguhkan lebih variatif.
6. Masyarakat bisa menguasai beberapa bahasa asing agar bisa berkomunikasi
dengan wisatawan asing guna menambah pengetahuan dan pengalaman. Tidak
hanya itu, masyarakat juga dapat mengambil keuntungan agar wisatawan lebih
akran dalam suasana kekeluargaan.
7. Berbagai sumber daya yang ada digunakan secara optimal sehingga dapat
menumbuhkan rasa untuk mencintai potensi sumber daya kita sendiri.

- Dampak Negatif
1. Dampak negatif terhadap lingkungan alam yang mencakup gejala alam yang ada
di sekitarnya.
2. Dampak negatif terhadap lingkungan binaan yang mencakup perkotaan, sarana
prasarana, ruang terbuka, dan unsur bentang kota.
3. Dampak negatif terhadap lingkungan budaya yang mencakup nilai-nilai,
kepercayaan, perilaku, kebiasaan, moral, seni, hukum, dan sejarah masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai