Dosen Pengampu: I Putu Budi Anggiriawan SE, M.Si, CPA, ASEAN CPA
OLEH:
KELOMPOK 1
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2023/2024
RERANGKA KONSEPTUAL (CONCEPTUAL FRAMEWORK) DAN TUJUAN
PELAPORAN AKUNTANSI
2. Tingkat Selanjutnya
Kerangka konseptual berkaitan dengan prinsip dan aturan tentang oengukuran dan
pengakuan dari elemen elemen yang ada laporan keuangan.
Tanpa kerangka konseptual akan sulit untuk menyusun standar dan mengevaluasi
argumen bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik di banding yang lain dalam tujuan
tertentu. Tanpa kerangka konseptual juga dapat menyebabkan penyusun standar akuntansi
diperalat oleh pihak tertentu untuk menghasilkan standar yang hanya menguntungkan
pihak yang memperalat tersebu. Dengan kata lain, kerangka konseptual melindungi
seorang penyusun standar akuntansi dari politisasi untuk kepentingan tertentu.
2. ISU DEFINISI
Menurut pandangan neraca, asset adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki
suatu entitas, dimana sumber daya tersebut merepresentasikan manfaat dimasa
mendatang yang diharapkan menghasilkan aliran kas masuk secara langsung maupun
tidak langsung. Asset juga dibatasi untuk menyajikan sumber daya ekonomi yang
dimiliki entitas.
Menurut pandangan laba rugi, asset tidak hanya meliputi asset yang
didefinidskn oleh pandangan neraca, tetapi semua item yang tidak merepresentasikan
sumber daya ekonomi suatu entitas, namun diperlukan untuk penandingan dan
penentuan income secara memadai. Jika kita mengeluarkan masalah beban tangguhan,
definisi asset akan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Asset merepresentasikan aliran kas suatu entitas.
2. Manfaat yang diperoleh entitas.
3. Konsep legal atas properti yang mempengaruhi definisi akuntansi asset.
4. Cara asset diperoleh menjadi bagian dari definisi, dari transaksi sekarang maupun
masalalu, transaksi pertukaran, transfer searah dari pemilik, atau keuntungan yang
tidak diduga.
5. Dapat dipertukarkan.
D. Perumusan Kerangka Konseptual
Proses perumusan kerangka konseptual pada dasarnya merupakan proses evolusi
yang dihasilkan dari pekerjaan/proyek sebelumnya. Upaya dilakukan sebelum dihasilkan
kerangka konseptual, dapat dilacak pada berbagai publikasi.
1. Tingkat Pertama: Tujuan Pelaporan Keuangan
Dalam SFAC no. 1, disebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan (financial
reporting) tidak terbatas pada isi dari laporan keuangan (financial statement) tetapi
juga media pelaporan lainnya. Dengan kata lain, cakupan pelaporan keuangan adalah
lebih luas dibandingkan laporan keuangan.
Pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media
pelaporan informasi lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak langsung, dengan
informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi – yaitu informasi tentang sumber-
sumber ekonomi, hutang, laba periodik dan lain-lain.
Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk
menyediakan informasi:
a. yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas
bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;
b. untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial,
serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas
masa depan;
c. tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan
perubahan di dalamnya.
Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi
akuntan mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum (general-purpose financial
statement), yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal
kepada berbagai kelompok pemakai.
Penentuan tujuan pelaporan keuangan adalah langkah yang paling penting dalam
proses perekayasaan akuntansi. Menurut (Zeff 1999) tujuan pelaporan keuagan sendiri
menentukan konsep, prinsip, dan teori yang relevan yang pada akhirnya dapat
menentukan bentuk, isi, jenis, dan susunan sebuah laporan keuangan. Untuk menurunkan
tujuan pelaporan keuangan, pihak yang dituju beserta kepentingannya harus diidentifikasi
secara jelas agar informasi yang dihasilkan dapat memuaskan kebutuhan pihak yang
dituju sebagau bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan.
Masalah yang kerap timbul dalam menyusun tujuan adalah menentukan siapa
yang dituju, apa kepentingannya, seberapa banyak informasi yang diinginkan, dan apa
saja sumber informasinya. Karakteristik pengguna laporan keuangan juga harus
dipertimbangkan dalam penetapan tujuan pelaporan keuangan. Most dalam (Suwardjono
2005) menunjukkan dua pendekatan dalam penetapan tujuan pelaporan keuangan guna
mengatasi masalah-masalah di atas. Kedua pendekatan tersebut ialah:
Tujuan pelaporan keuangan dilihat dari aspek sosial dibagi ke dalam beberapa
tujuan di bawah ini:
1) Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional merupakan tujuan dari kelompok masyarakat atau
organisasi scara keseluruhan tanpa memerhatikan tujuan dari masing-masing
individu di dalam kelompok tersebut. Tujuan fungsional dapat diidentifikasi
dengan mengamati konsekuensi dari kegiatan kelompok-kelompok tersebut yang
terjadi secara nyata. Tujuan fungsional akuntansi dapat ditetapkan untuk hal-hal
seperti pengalokasian sumber daya ekonomi secara efisien dan melakukan fungsi
pengendalian sosial.
2) Tujuan Bersama
Tujuan pelaporan adalah hal mendasar yang penting dalam sebuah kerangka
konseptual. FASB menyusun tujuan pelaporan berdasarkan pada ketiga aspek berikut:
Benston, G. J., et al. (2007). "The FASB’s Conceptual Framework for Financial Reporting: A
Critical Analysis." Accounting Horizons 21(2): 229-238.
Safri Harahap , Sofyan. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta : Rajawali Pers Sukirno,