Anda di halaman 1dari 16

RMK TEORI AKUNTANSI

RERANGKA KONSEPTUAL (CONCEPTUAL FRAMEWORK) DAN TUJUAN


PELAPORAN AKUNTANSI
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Pada Semester Genap

Dosen Pengampu: I Putu Budi Anggiriawan SE, M.Si, CPA, ASEAN CPA

OLEH:

KELOMPOK 1

1. I Putu Krisna Tama Frandika (202133121198)


2. I Wayan Suwardika (202133121213)
3. I Gede Agus Pratama Putra (202133121228)
4. I Made Rendy Adileo (202133121231)
5. I Putu Dyana Putra (202133121248)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

TAHUN 2023/2024
RERANGKA KONSEPTUAL (CONCEPTUAL FRAMEWORK) DAN TUJUAN
PELAPORAN AKUNTANSI

A. KERANGKA KONSEPTUAL (CONCEPTUAL FRAMEWORK)

Menurut FASB, kerangka konseptual merupakan suatu konstitusi, suatu system


yang koheren dari hubungan antara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong
standar yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi serta keterbatasan akuntansi
keuangan dan laporan keuangan. Tujuan akan mengindentifikasikan sasaran dan maksud
akuntansi, sedangkan fundamental adalah konsep yang mendasari akuntansi, konsep yang
memberikan petunjuk dalam memilih kejadian untuk dicatat, mengukur kejadian tersebut,
meringkas dan mengkomunikasikan pada pihak-pihak yang berkepentingan.

Kerangka konseptual adalah struktur teori akuntansi yang didasarkan pada


penalaran logis yang menjelaskan kenyataan yang terjadi dan menjelaskan apa yang harus
dilakukan apabila ada fakta atau fenomena baru. Kerangka konseptual digambarkan
dalam bentuk hirarki yang memiliki beberapa tingkatan. Pada tingkatan teori yang tinggi,
kerangka konseptual mengindentifikasi ruang lingkup dan tujuan pelaporan keuangan.
Pada tingkatan selanjutnya, karakteristik kualitatif dari informasi keuangan dan elemen
keuangan didefinisikan. Pada tingkatan operasional, kerangka operasional berkaitan
dengan prinsip- prinsip dan aturan- aturan tentang pengakuan dan pengukuran elemen
laporan keuangan. Artinya perumusan kerangka konseptual dimulai dengan penentuan
tujuan yang menjadi landasan untuk menyusun elemen lain seperti karakteristik kualitatif
dari informasi dan pengakuan serta pengukuran elemen laporan keuangan.
Perlunya Rerangka Konseptual antara lain dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Sebagai pedoman dalam menentukan standar akuntansi.


2. Sebagai kerangka referensi untuk memecahkan masalah akuntansi apabila standar
yang sekarang ada, tidak mengatur isu-isu yang baru muncul.
3. Sebagai dasar membuat pertimbangan (judgement) dalam menyajikan laporan
keuangan.
4. Meningkatkan daya banding dengan cara mengurangi berbagi alternatif metode
akuntansi yang ada.
Dalam proses perekayasaan akuntansi, untuk menghasilkan konsep maupun
sebuah teori, jawaban atas pertanyaan di dalamnya dibutuhkan kerangka konseptual.
Kerangka konseptual merupakan bagian dari proses perekayasaan akuntansi.

Menurut Belkaoui (1993), kerangka konseptual diartikan sebagai teori akuntansi


yang tersetruktur. Hal ini dikarenakan struktur kerangka konseptual sama dengan teori
akuntansi yang didasarkan pada penalaran yang sifatnya logis, yang mana dapat
digambarkan dalam bentuk hierarki dan terdiri dari beberapa tingkat:

1. Tingkat Teori Tertinggi

Kerangka konseptual menyatakan ruang lingkup dan tujuan pelaporan keuangan.

2. Tingkat Selanjutnya

Kerangka konseptual mengidentifikasikan dan mendefinisikan karakteristik


kualitatif dari informasi keuangan dan elemen laporan keuangan.

3. Tingkat Operasional yang Lebih Rendah

Kerangka konseptual berkaitan dengan prinsip dan aturan tentang oengukuran dan
pengakuan dari elemen elemen yang ada laporan keuangan.

Sedangkan menurut (Benston, Carmichael et al. 2007) FASB mendefisinisikan


kerangka konseptual merupakan suatu sistem yang kohern tentang tujuan dan konsep
dasar yang saling berkaitan yang diharapkan dapat menghasilkan standar standar yang
konsisten dan memberikan pedoman tentang jenis, fungsi dan keterbatasan akuntansi dan
pelaporan keuangan.

Tanpa kerangka konseptual akan sulit untuk menyusun standar dan mengevaluasi
argumen bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik di banding yang lain dalam tujuan
tertentu. Tanpa kerangka konseptual juga dapat menyebabkan penyusun standar akuntansi
diperalat oleh pihak tertentu untuk menghasilkan standar yang hanya menguntungkan
pihak yang memperalat tersebu. Dengan kata lain, kerangka konseptual melindungi
seorang penyusun standar akuntansi dari politisasi untuk kepentingan tertentu.

B. MODEL KERANGKA KONSEPTUAL


Terdapat dua model kerangka konseptual yang berlaku secara umum dan universal, yaitu:
1. Kerangka Konseptual Versi FASB
Salah satu model kerangka konseptual yang dikenal adalah kerangka konseptual
yang dikembangkan oleh FASB yang memuat empat komponen seperti berikut:
a. Tujuan pelaporan keuangan.
b. Kriteria kualitas informasi.
c. Elemen-elemen laporan keuangan.
d. Pengukuran dan pengakuan.
Keempat konsep tersebut membentuk satu kesatuan yang saling berkaitan.
Keempat komponen tersebut dituangkan ke dalam delapan pernyataan SFAC
(Statement of Financial Accounting Concept) sebagai berikut:
a. SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”, yang
menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
b. SFAC No. 2, ”Qualitative Characteristics of Accounting Information”, yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
c. SFAC No. 3, ”Elements of Financial Statements of Business Enterprises”, yang
memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan, seperti
asset, liabilities, equity, revenue, dan expense.
d. SFAC No. 4, “Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness Enterprises”,
yang menjelaskan berupa tujuan pelaporan keuangan bagi organisasi nirlaba.
e. SFAC No. 5, “Recognition and Measurements in Financial Statements of
f. Business Enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran
fundamental serta pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus
dimasukkan ke dalam laooran keuangan dan kapan waktu pelaporannya.
g. SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements”, yang menggantikan SFAC No.
3 dan memperluas ruang lingkup SFAC No. 3 dengan memasukkan organisasi-
organisasi nirlaba.
h. SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa
depan yang diharapkan dan nilai sekarang sebagai dasar pengukuran.
i. SFAC No. 8, “Conceptual Framework For Financial Reporting”, yang merupakan
pembaruan dari SFAC No. 1 dan No. 2.
Laporan keuangan merupakan sebuah media utama dari pelaporan keuangan.
Pelaporan keuangan lebih luas daripada laporan keuangan. Pelaporan keuangan
berdasarkan model FASB tidak hanya menghasilkan informasi keuangan yang hendak
dilaporkan pada laporan keuangan, tetapi lebih dari itu mengandung informasi-
informasi lain yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.

2. Kerangka Konseptual Versi IASC (International Accounting Standards Committee)


Kerangka kerja yang kedua ini disebut sebagai kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan, yang memiliki konsep-konsep yang hampir sama seperti
versi FASB. Komponen-komponen tersebut adalah:
a. The Objective of Financial Statements.
b. Underlying Assumptions.
c. Qualitative Characteristics of Financial Statement.
d. The Elements of Financial Statements.
e. Recognition of the Elements of Financial Statements.
f. Measurement of the Elements of Financial Statements.
g. Concepts of Capital Maintenance and the Determination of Profit.

3. Kerangka Konseptual Versi IFRS


Dalam kerangka konseptual IFRS, dibagi ke dalam tiga tingkatan. Pada tingkat
pertama, tujuan (objective) mengidentifikasi tujuan dan sasaran yang diharapkan dari
akuntansi keuangan. Umumnya, sebuah standar akuntansi dikembangkan berdasarkan
kerangka kerja konseptualnya, sehingga dapat menghasilkan laporan akuntansi yang
bermanfaat bagi penggunanya.
Pada tingkat kedua, karakteristik kualitatif (Qualitative Characteristic) yang
menyediakan unsure-unsur informasi akuntansi sehingga dapat berguna dan unsur-
unsur (Elements) laporan keuangan (asset, liabilities, equity, dan lainnya). Dan pada
tingkat terakhir, konsep-konsep pengukuran dan pengakuan (measurement and
recognition concepts) yang digunakan dalam penetapan standar akuntansi. Konsep-
konsep tersebut meliputi prinsip, asumsi dan kendala-kendala dalam pelaporan
keuangan.

C. ISU-ISU KERANGKA KONSEPTUAL


1. ISU ARTIKULASI

Terdapat dua pendekatan terkait dengan pandangan artikulasi yaitu:


a. Pendekatan Aset - Hutang (neraca atau balance sheet)
Disebut juga dengan pemeliharaan modal, yang berarti revenue dan expense
merupakan hasil dari perubahan asset dan hutang. Peningkatan dan penurunan asset
bersih yang tidak dimasukan dalam definisi earnings antara lain, kontribusi modal,
koreksi earnings periode sebelumnya dan gains serta losses holding.
b. Pendekatan Pendapatan - Biaya (laba - rugi atau income statement)
Disebut juga pandangan laporan income atau penandingan, yang berarti
revenue dan expense dihasilkan dari kebutuhan akan penandingan. Penandingan
merupakan proses pegukuran fundamental dalam akuntansi yang terbagi atas dua
tahap yaitu pengakuan revenue (dalam satuan waktu) melalui prinsip realisasi
pengakuan expense dalam tig acara, yaitu hukum sebab akibat, alokasi yang rasional,
dan sistematis, dan pengakuan segera. Pandangan laba rugi menekankan pada
pengukuran earnings dan tidak pada peningkatan atau penururan modal bersih.

2. ISU DEFINISI
Menurut pandangan neraca, asset adalah sumber daya ekonomi yang dimiliki
suatu entitas, dimana sumber daya tersebut merepresentasikan manfaat dimasa
mendatang yang diharapkan menghasilkan aliran kas masuk secara langsung maupun
tidak langsung. Asset juga dibatasi untuk menyajikan sumber daya ekonomi yang
dimiliki entitas.
Menurut pandangan laba rugi, asset tidak hanya meliputi asset yang
didefinidskn oleh pandangan neraca, tetapi semua item yang tidak merepresentasikan
sumber daya ekonomi suatu entitas, namun diperlukan untuk penandingan dan
penentuan income secara memadai. Jika kita mengeluarkan masalah beban tangguhan,
definisi asset akan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Asset merepresentasikan aliran kas suatu entitas.
2. Manfaat yang diperoleh entitas.
3. Konsep legal atas properti yang mempengaruhi definisi akuntansi asset.
4. Cara asset diperoleh menjadi bagian dari definisi, dari transaksi sekarang maupun
masalalu, transaksi pertukaran, transfer searah dari pemilik, atau keuntungan yang
tidak diduga.
5. Dapat dipertukarkan.
D. Perumusan Kerangka Konseptual
Proses perumusan kerangka konseptual pada dasarnya merupakan proses evolusi
yang dihasilkan dari pekerjaan/proyek sebelumnya. Upaya dilakukan sebelum dihasilkan
kerangka konseptual, dapat dilacak pada berbagai publikasi.
1. Tingkat Pertama: Tujuan Pelaporan Keuangan
Dalam SFAC no. 1, disebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan (financial
reporting) tidak terbatas pada isi dari laporan keuangan (financial statement) tetapi
juga media pelaporan lainnya. Dengan kata lain, cakupan pelaporan keuangan adalah
lebih luas dibandingkan laporan keuangan.
Pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media
pelaporan informasi lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak langsung, dengan
informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi – yaitu informasi tentang sumber-
sumber ekonomi, hutang, laba periodik dan lain-lain.
Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk
menyediakan informasi:
a. yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas
bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;
b. untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial,
serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas
masa depan;
c. tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan
perubahan di dalamnya.
Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi
akuntan mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum (general-purpose financial
statement), yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal
kepada berbagai kelompok pemakai.

2. Tingkat Kedua : Karakteristik Kualitatif dan Elemen Laporan Keuangan


a. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness),
informasi akuntansi harus memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas
sekunder. Tentu saja terdapat beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas
tersebut.
Kualitas Primer
Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada
informasi akuntansi.
a) Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat
perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi
pengambilan keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan yang akan
diambil, jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak relevan.
Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back value),
yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu.
Informasi juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat
digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang.
b) Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan
secara tepat serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan
sangat diperlukan bagi individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu
atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.
Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen,
dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang
serupa.
Ketepatan penyajian(representational faithfulness) angka-angka dan
penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan
terjadi.
Netralitas(neutrality) informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan
sekelompok pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar dan
tidak bias
c) Keberdayaujian (verifiability). Informasi harus dapat diuji kebenarannya.
Dapat diujinya kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobyektifan dan
konsensus. Contoh, keandalan informasi harga perolehan fixed assets harus
diuji berdasar data masa lalu yang terekam pada faktur (keobyektifan). Tetapi
keandalan informasi tentang depresiasi aktiva tetap itu adalah berdasarkan
konsensusa mengenai metode depresiasi yang digunakan, taksiran nilai residu,
dan taksiran umur ekonomis.
d) Kenetralan (neutrality). Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi
tujuan berbagai kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha-
usaha untuk memberikan keuntungan lebih kepada kelompok tertentu.
e) Kejujuran penyajian (representational faithfulness). Penyajian yang jujur
berarti adanya kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan
Kualitas Sekunder
Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah
keberdayabandingan (comparability) dan konsistensi (consistency).
a) Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat
dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu
industri (perbandingan horizontal) atau membandingkan perusahaan yang
sama untuk periode yang berbeda (perbandingan vertikal). Jadi diperlukan
standar dan ukuran tertentu.
b) Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan
standar akuntansi apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode
akuntansi) yang sama untuk kejadian-kejadian serupa, dari periode ke
periode.
Kendala-kendala.
Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi
seperti yang telah dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat
materialitas. Dua kendala lainnya yang kurang dominan tapi merupakan bagian
dari lingkungan pelaporan adalah praktek industri dan konservatisme.
a) Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan
informasi yang relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten dibutuhkan
biaya yang mahal. Oleh karena biaya dan terutama manfaat tidak mudah
diukur, maka mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya menjadi masalah.
b) Materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap
operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap
material jika pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau
mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor
kuantitatif maupun kualitatif harus dipertimbangkan dalam menentukan
apakan suatu item material atau tidak.
c) Praktik industri (industry practices) Sifat unik dari sejumlah industri dan
perusahaan terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.
d) Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang
sangat kecil kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva
yang terlalu tinggi. Tujuan dari konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat
adalah menyediakan pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit : jangan
menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.
b. Elemen-elemen Laporan Keuangan.
a) Aset ( asset ). Aset merupakan kemungkinan manfaat ekonomi di mas yang
akan datang yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas tertentu sebagai
hasil dari transaksi atau kejadian di masa lalu.
b) Kewajiban ( liabilities ). Kewajiban merupakan kemungkinan pengorbanan
manfaat ekonomi di masa yang akan datang yang timbul dari kewajiban
sekarang dari suatu entitas untuk mengalihkan aset atau menyediakan jasa
kepada entitas lain pada masa yang akan datang sebagi hasil dari transaksi
atau kejadian di masa lalu.
c) Ekuitas (equity). Ekuitas merupakan sisa kepemilikan atas asset dari suatu
entitas setelah dikurangi kewajiban-kewajibannya.
d) Investasi oleh Pemilik. Investasi oleh Pemilik merupakan peningkatan modal
dari perusahaan bisnis tertentu yang dihasilkan dari pengalihan dari entitas
lain atau sesuatu yang bernilai untuk mendapatkan atau meningkatan
kepemilikan (modal)-nya dalam perusahaan tersebut. Aset merupakan yang
paling banyak diterima sebagai investasi oleh pemilik,tetapi hal lain yang
dapat diterima bisa berupa jasa atau kepuasan atau konversi kewajiban
perusahaan.
e) Distribusi kepada pemilik. Distribusi kepada pemilik merupakan penurunan
modal dari perusahaan bisnis tertentu yang dihasilkan dari pengalihan asset,
pemberian jasa atau timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik.
Distribusi kepada pemilik ini akan menurunkan kepemilikan (modal)-nya
dalam perusahaan.
f) Laba Komprehensif. Laba Komprehensif meupakan perubahan dalam modal
perusahaan bisnis selama suatu periode dari transaksi,kejadian,dan kondisi
lainnya yang berasal dari sumber-sumber selain pemilik. Termasuk
didalamnya adalah semua perubahan dalam modal selama suatu periode
kecuali yang berasal dari investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.
g) Pendapatan ( Revenue ). Adalah arus masuk atau peningkatan lain dari asset
suatu entitas atau pelunasan kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari
penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain
yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan
entitas tersebut.
h) Beban ( Expense ). Adalah arus keluar atau penggunaan lain dari asset atau
timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau
produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang
merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas
tersebuat.
i) Keuntungan ( Gain ). Adalah peningkatan dalam ekuitas (asset bersih) dari
transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan
dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi
entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
j) Kerugian ( Loss ). Adalah penurunan dalam modal (asset bersih) dari
transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali yang terjadi dari
suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang
mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau
investasi pemilik.

3. Tingkat Ketiga : Postulate, Prinsip dan Keterbatasan


Tingkat ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai
untuk mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini
menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus
diakui, diukur, dan dilaporkan oleh sistem akuntansi.
a. Asumsi-Asumsi Dasar (potsulate)
Asumsi dasar akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh
para akuntan agar akuntansi dapat dipraktikkan.
The Economis Entity (Kesatuan Usaha). Akuntansi memandang bahwa
perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak
yang memiliki kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya).
Going Concern (Kontinuitas Usaha). Apabila tidak ada tanda-tanda atau rencana
yang psati bahwa perusahaan akan dibubarkan, maka kegiatan perusahaan
dianggap akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. Implikasi dari
asumsi ini adalah :
a) Kontinuitas usaha memerlukan Laporan Keuangan periodik sebagai evaluasi
kinerja perusahaan jangka pendek
b) Laporan keuangan periodik bersifat tentatif, yang hanya menyajikan
informasi sementara untuk satu periode tertentu.
c) Laporan Laba-Rugi hanya menunjukkan hasil usaha dalam jangka pendek
d) Neraca menunjukkan potensi jasa yang masih dimiliki perusahaan untuk
menghasilkan pendapatan periode-periode berikutnya
b. Accounting Principles
Dapat diartikan sebagai seperangkat aturan-aturan umum dan “universal”
yang dijadikan sabeagai objek pengetahuan akuntansi dalam konteks teoritis, dan
menjadi landasan pengembangan teknik akuntansi.
a) The Historical Cost Principle (harga pertukaran)
Ukuran yang biasa digunakan untuk merefleksikan harga pertukaran
adalah kas yang dibayarkan, aktiva lain yang diserahkan, saham yang
dikeluarkan, jasa yang dikerjakan, atau hutang yang di tanggung, sesuai
dengan barang atau jasa yang di terima
b) The Revenue Principles (prinsip pendapatan)
Pengakuan pendapatan berkaitan dengan penentuan kapan pendapatan
dapat di catat dalam laporan keuangan sehingga mempengaruhi hasil
usaha/posisi keuangan perusahaan. Dua kriteria yang dapat digunakan untuk
mengakui pendapatan adalah pendapatan telah terbentuk dan terealisasi atau
segera terealisasi. Atas dasar kriteria tersebut, pendapatan dapat diakui pada
saat berikut ini :
1) Selama proses produksi
2) Setelah proses produksi selesai
3) Pada saat penjualan kas
4) Pada saat di terima kas
c) The Matching Principle (prinsip penandingan)
Agar dapat ditentukan besar laba/rugi, biaya (expenses) harus
ditandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama. Ada 3 dasar
penandingan yang dapat digunakan :
1) Hubungan sebab akibat
2) Alokasi sistematis dan rasional
3) Pembebanan segera
c. Constraint
Dalam menyajikan informasi yang berkualitas, akuntansi diharapkan pada
dua kendali utama yaitu hubungan biaya-manfaat dan materialitas. Dua kendala
lainnya yang berkaitan dengan lingkungan adalah praktik industri dan
konservatisme
1) Cost-Benefit Relationship
2) The Materiality Principle
3) Industry Practice
4) The Conservation Principle

E. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Penentuan tujuan pelaporan keuangan adalah langkah yang paling penting dalam
proses perekayasaan akuntansi. Menurut (Zeff 1999) tujuan pelaporan keuagan sendiri
menentukan konsep, prinsip, dan teori yang relevan yang pada akhirnya dapat
menentukan bentuk, isi, jenis, dan susunan sebuah laporan keuangan. Untuk menurunkan
tujuan pelaporan keuangan, pihak yang dituju beserta kepentingannya harus diidentifikasi
secara jelas agar informasi yang dihasilkan dapat memuaskan kebutuhan pihak yang
dituju sebagau bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan.

Masalah yang kerap timbul dalam menyusun tujuan adalah menentukan siapa
yang dituju, apa kepentingannya, seberapa banyak informasi yang diinginkan, dan apa
saja sumber informasinya. Karakteristik pengguna laporan keuangan juga harus
dipertimbangkan dalam penetapan tujuan pelaporan keuangan. Most dalam (Suwardjono
2005) menunjukkan dua pendekatan dalam penetapan tujuan pelaporan keuangan guna
mengatasi masalah-masalah di atas. Kedua pendekatan tersebut ialah:

1. Menyediakan informasi untuk seluruh pengguna laporan keuangan secara umum


yang memiliki berbagai macam kepentingan, atau
2. Menyediakan informasi untuk sekelompok pengguna tertentu yang memiliki
kepentingan tertentu yang dapat diidentifikasi.

a) Aspek Sosial Tujuan Pelaporan

Tujuan pelaporan keuangan dilihat dari aspek sosial dibagi ke dalam beberapa
tujuan di bawah ini:

1) Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional merupakan tujuan dari kelompok masyarakat atau
organisasi scara keseluruhan tanpa memerhatikan tujuan dari masing-masing
individu di dalam kelompok tersebut. Tujuan fungsional dapat diidentifikasi
dengan mengamati konsekuensi dari kegiatan kelompok-kelompok tersebut yang
terjadi secara nyata. Tujuan fungsional akuntansi dapat ditetapkan untuk hal-hal
seperti pengalokasian sumber daya ekonomi secara efisien dan melakukan fungsi
pengendalian sosial.

2) Tujuan Bersama

Tujuan bersama merupakan beberapa tujuan individu yang memiliki


kesamaan dengan tujuan individu. Tujuan bersama dapat ditentukan dengan
mengidentifikasi tujuan individu dan dilanjutkan dengan memilih tujuan seluruh
individu yang ada di dalam kelompok yang sama untuk dijadikan satu tujuan yang
bersifat umum.

3) Tujuan Kelompok Dominan

Tujuan kelompok dominan merupakan tujuan dari individu maupun


kelompok yang dominan dalam suatu lingkungan masyarakat yang dapat dijadikan
tujuan bersama. Mereka yang dikatakan kelompok dominan merupakan kelompok
yang memiliki pengaruh paling kuat di dalam sistem yang ada. Sebaliknya, tujuan
kelompok non- dominan tidak relevan (lemah) untuk memengaruhi sistem.

b) Tujuan Pelaporan Keuangan FASB

Tujuan pelaporan adalah hal mendasar yang penting dalam sebuah kerangka
konseptual. FASB menyusun tujuan pelaporan berdasarkan pada ketiga aspek berikut:

1) Tujuan pelaporan keuangan ditentukan oleh lingkungan ekonomi, hukum, politik,


dan sosial dimana akuntansi diterapkan.
2) Tujuan pelaporan dipengaruhi oleh karakteristik dan keterbatasan informasi dalam
pelaporan keuangan.
3) Tujuan pelaporan memerlukan suatu fokus untuk menghindari terlalu luasnya
informasi yang dibutuhka oleh berbagai pihak pengguna dengan berbagai
kepentingannya.

c) Isi Tujuan Pelaporan


Menurut SFAC No. 1 dalam (Suwardjono 2005) terdapat lima elemen laporan
keuangan yang harus disediakan, yaitu:

1) Economic resources, obligations, and owner's equity.


2) Enterprise performance and earnings.
3) Liquidity, solvency, and funds flows.
4) Management stewardships and performance.
5) Management explanations and interpretations.
DAFTAR PUSTAKA

Benston, G. J., et al. (2007). "The FASB’s Conceptual Framework for Financial Reporting: A
Critical Analysis." Accounting Horizons 21(2): 229-238.

Suwardjono (2005). Teori Akuntansi. Yogyakarta, BPFE Yogyakarta.

Shevalina. 2013. Teori Akuntansi Rerangka Konseptual-Suatu Model.

Safri Harahap , Sofyan. 2007. Teori Akuntansi. Jakarta : Rajawali Pers Sukirno,

Zeff, S. A. (1999). "THE EVOLUTION OF THE CONCEPTUAL FRAMEWORK FOR


BUSINESS ENTERPRISES IN THE UNITED STATES." Accounting Historians
Journal 26(2).

Anda mungkin juga menyukai