Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

“KERANGKA KONSEPTUAL FASB”

DISUSUN OLEH:
ANANDA PUTRI (195310666)
DINDA CAHYANI (195310408)
SEPTI CITRA WULAN (195310439)
SRI ZOLA IVANOLA IVANI (195310209)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kerangka Konsetual FASB”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Akuntansi dengan Bapak Dr. H. Zulhelmy., S.E., M.Si., Ak., CA. selaku dosen pengampu.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang analisis penelitian
kelayakan bisnis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Pekanbaru, 29 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah landasan teori yang kuat sangat diperlukan terutama karena praktik akuntansi
selalu dihadapi dengan perubahan lingkungan dunia usaha. Akuntan secara terus-menerus
dan mau tidak mau dihadap kan dengan situasi yang baru, kemajuan teknologi, dan inovasi
bisnis yang tentu saja semua ini akan menimbulkan masalah pelaporan dan akuntansi yang
baru pula. Masalah-masalah ini harus dapat ditangani dengan cara yang lebih konsisten dan
terorganisir secara lebih baik. Ke rangka kerja konseptual memainkan peranan yang sangat
penting teru tama di dalam pengembangan sebuah standar akuntansi yang baru dan revisi atas
standar akuntansi yang telah diberlakukan sebelumnya.
Ketika akuntan harus berhadapan dengan masalah baru yang belum ada standar
akuntansinya, maka kerangka kerja konseptual ini diharapkan dapat memberikan sebuah
acuan (referensi) untuk meng analisis dan memecahkan masalah-masalah akuntansi yang
terkini ter sebut. Jadi, kerangka kerja konseptual tidak hanya membantu profesi akuntansi
dalam memahami praktik-praktik yang ada tetapi juga mem berikan arahan (pedoman) untuk
menangani praktik-praktik akun tansi di masa yang akan datang. Kerangka kerja konseptual
memberi kan dasar/landasan yang konsisten dan memadai bagi para penyusun standar
akuntansi, penyusun laporan keuangan, pengguna laporan ke uangan, dan pihak-pihak
lainnya yang turut terlibat dalam proses pelaporan keuangan. Kerangka kerja konseptual
memang tidak akan dapat memecahkan seluruh problem akuntansi, tetapi jika digunakan
secara konsisten, maka kerangka kerja ini seharusnya dapat membantu mem perbaiki
pelaporan keuangan.
Banyak pihak meyakini bahwa kontribusi nyata FASB sangat bergantung pada kualitas
dan utilitas dari kerangka kerja konseptual. Kerangka kerja konseptual yang bermutu ini akan
memungkinkan FASB untuk menerbitkan standar-standar yang lebih berguna, dapat
diterapkan, dan konsisten dari waktu ke waktu. Kerangka kerja konsep tual akan
meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan
keuangan, dan akan meningkatkan kompara bilitas antarlaporan keuangan perusahaan. Pada
tahun 1976, FASB mulai mengembangkan kerangka kerja konseptual yang menjadi dasar
bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan atas masalah kontrol versi pelaporan
keuangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari kerangka konseptual?
2. Bagaimana perkembangan dari sebuah kerangka konseptual?
3. Apa tujuan dari laporan keuangan FASB?
4. Apa Statement of Financial Accounting Concept (SFAC)?

C. Tujuan
Untuk menambah wawasan tentang Kerangka Konseptual khususnya tujuan pelaporan
keuangan dan karakteristik kualitatif informasi akuntansi, serta mengetahui
perkembangan dari sebuah kerangka konseptual.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerangka Kerja Konseptual


Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai: “a
coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial
accounting and reporting”.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan
bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan
Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals
(kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni
yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep
lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi
berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi
keuangan dan pelaporan.

Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual


1. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan
pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan
komprabilitas antar laporan keuangan perusahaan.
2. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu
pada kerangka teori yang telah ada.
Perkembangan kerangka kerja konseptual FASB (Financial Accounting Standard Board)
telah menerbitkan 7 Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) yang
berhubungan dengan pelaporan keuangan, yaitu :
 SFAC no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”,
yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
 SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
 SFAC no. 3 “element of financial statement of business enterprises”, yang
memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan
seperti aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
 SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial statement of
business enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan
pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi.
 SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan SFAC
no. 3 dan memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-
organisasi nirlaba.
 SFAC no. 7 “using cash flow information and present value in accounting
measurement”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas
masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai
dasar pengukuran.
SFAC adalah bagian yang telah diselesaikan dari conceptual framework.
Statemen ini dapat disamakan dengan APB Statement 4, dalam satu aspek yaitu tidak
membentuk prinsip-prinsip akuntansi berterima umum (GAAP) dan tidak ditujukan
sebagaimana Rule 203 pada Rules of Conduct of AICPA yang melarang penyimpangan
dari GAAP. Adanya kebutuhan akan rerangka konseptual mendorong FASB
mengeluarkan Discussion Memorandum berjudul “ Conceptual Rerangka for Financial
Accounting and Reporting : Elements of Financial Statements and Their Measurement “
pada tahun 1976. Hasil kerja dan tulisan tersebut akhinya pada perioda 1978-1985
dihasilkan enam komponen rerangka konseptual dan diberi nama Statement of Financial
Accounting Concept (SFAC). Sejak berdiri, FASB telah mengeluarkan 8 pernyataan
keuangan. 3 diantara nya dijelaskan sebagai berikut:
1. Statements of Financial Accounting Concept No.1
SFAC No.1 berhubungan dengan tujuan pelaporan keuangan bisnis. Tujuan secara
keseluruhan adalah untuk informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan
bisnis dan ekonomi. Statemen ini merupakan turunan langsung Trueblood report dan
secara umum merupakan versi ‘singkat’ dari laporan tersebut, dengan beber apa
petimbangan nilai penting.
SFAC No.1 ini. Beberapa petimbangan nilai penting tersebut adalah:
a. Manfaat informasi harus melebihi biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya.
b. Laporan akuntansi bukan merupakan satu-satunya sumber informasi tentang
perusahaan.
c. Akuntansi akrual sangat bermanfaat untuk menilai dan memprediksi earning power dan
cash flow perusahaan.
d. Informasi yang tersedia harus bermanfaat, tetapi setiap pengguna membuat prediksi
dan penilaian masing-masing.
SFAC 1 tidak menjelaskan secara spesifik laporan yang harus digunakan maupun
bentuk dari laporan tersebut. Laporan hanya menyebutkan pelaporan keuangan
seharusnya relatif menyediakan informasi sumberdaya ekonomi perusahaan, obligasi dan
ekuitas pemilik dan bagaimana kinerja perusahaan disajikan dengan mengukur earnings
dan komponennya bagaimana kas diperoleh dan dibayarkan. Karenanya SFAC 1 secara
ekstrem merupakan himbauan yang hati-hati dari tujuan komite Trueblood dan
mempertahankan tingkat kelaziman yang tinggi.
2. Statements of Financial Accounting Concept No.2 Karakteristik Kualitatif dari
Informasi Keuangan (Qualitative Characteristics of Accounting Information)
Statemen ini bertujuan untuk memberikan karakteristik kualitas yang harus
dimiliki oleh informasi akuntansi sehingga informasi tersebut menjadi lebih bermanfaat.
a. Relevansi informasi
Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut memiliki manfaat,
sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan oleh pemakai laporan keuangan.
Dengan kata lain, relevan merupakan kemampuan dari suatu informasi untuk
mempengaruhi keputusan manajer atau pemakai laporan keuangan lainnya
sehingga keberadaan informasi tersebut mampu mengubah atau mendukung
harapan mereka tentang hasil-hasil atau konsekuensi dari tindakan yang
diambil.
b. Nilai umpan balik dan nilai prediksi sebagai unsur-unsur relevan
Informasi dapat menjadikan keputusan yang berbeda dengan
meningkatkan kemampuan pembuat keputusan untuk memprediksi atau
dengan membetulkan harapan awal mereka. Informasi berpengaruh terhadap
perilaku manusia dan karena orang berbeda dapat bereaksi secara berbeda
terhadap informasi tersebut, maka informasi keuangan tidap dapat dievaluasi
dengan cara sebatas kebenaran peramalan atas dasar informasi tersebut. Nilai
prediktif merupakan pertimbangan yang penting dalam memisahkan informasi
akuntansi yang relevan dan tidak relevan.
c. Ketepatan waktu (timeliness)
Ketepatan waktu adalah aspek pendukung relevansi. Ketika informasi
tidak tersedia saat dibutuhkan atau tersedia setelah sekian waktu setelah
pelaporan maka informasi tersebut tidak memiliki nilai untuk tindakan masa
depan. Informasi tersebut memiliki relevansi dan manfaat yang
rendah.Timeliness berarti tersedianya informasi dalam pengambilan
keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas pengaruhnya
dalam mempengaruhi keputusan.Timeliness sendiri tidak dapat membuat
informasi relevan, tetapi kurangnya timeliness dapat membuat informasi
kehilangan relevansinya.Jadi ada derajat timeliness.
d. Keandalan informasi (reliablelity)
Keandalan merupakan kualitas informasi yang menyebabkan pemakaian
informasi akuntansi, sangat tergantung pada kebenaran informasi yang
dihasilkan.Keandalan suatu informasi sangat tergantung pada kemampuan
suatu informasi untuk menggambarkan secara wajar keadaan/peristiwa yang
digambarkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
e. Representational faithfulness
Representational faithfulness berhubungan dengan tingkat kesesuaian
antara pengukuran atau deskripsi dengan fenomena yang digambarkan.Dalam
akuntansi fenomena yang digambarkan adalah sumber daya ekonomi,
kewajiban, transaksi dan kejadian yang merubah sumber daya dan kewajiban
entitas.Kadang informasi tidak andal karena kesalahan interpretasi.
3. Statements of Financial Accounting Concept No.6 Elemen-elemen Laporan
Keuangan (Elements of Financial Statements)
SFAC No. 6, “ Elements of Financial Statement of Business Enterprises “,
dijelaskan bahwa ada sepuluh elemen laporan keuangan,yaitu :
a. Aset (assets) Adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa
mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu
sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu.
b. Utang (liabitilies) Adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang
mungkin terjadi dimasa mendatang yang berasal dari kewajiban
sekarang suatu entitas untuk mentrasfer aset atau menyerahkan jasa
pada entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.
c. Ekuitas (equity) Adalah hak sisa (residual interest) atas aset suatu
entitas setelah dikurangi dengan utang. Dalam perusahaan bisnis,
ekuitas sama dengan hak pemilik.
d. Investasi oleh pemilik (investment by owners) Adalah kenaikan aset
neto suatu perusahaan yang berasal dari transfer entitas lain ke
perusahaan tersebut atas sesuatu yang bernilai untuk memperoleh atau
meningkatkan hak kepemilikan (atau ekuitas) dalam perusahaan
tersebut.
e. Distribusi pada pemilik (distribution to owners) Adalah penurunan
aset neto suatu perusahaan yang berasal dari transfer aset, penyerahan
jasa, atau penambahan utang oleh perusahaan kepada pemilik.
f. Laba komprehensif (comprehensive income) Adalah perubahan ekuitas
(aset neto) suatu entitas selam satu perioda yang berasal dari transaksi
atau peristiwa dan kondisi lainnya dari sumber yang bukan berasal dari
pemilik.
g. Pendapatan (revenue) Adalah aliran masuk kenaikan aset suatu entitas
atau penurunan utang suatu entitas (atau kombinasi keduanya) selama
satu perioda, yang berasal dari pengiriman atau produksi barang,
penyerahan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya, yang merupakan
kegiatan utama perusahaan secara terus menerus.
h. Biaya (expenses) Adalah aliran keluar atau pemakaian aset suatu
entitas, atau penambahan utang suatu entitas (atau kombinasi
keduanya) selama satu perioda, yang berasal dari pengiriman atau
produksi barang, penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan lainnya
yang merupakan kegiatan utama perusahaan secara terus menerus.
i. Keuntungan (gains) Adalah kenaikan ekuitas (aset neto) dari transaksi
insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa dan
kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas dalam satu perioda diluar
transaksi yang berasal dari pendapatan dan investasi oleh pemilik.
j. Kerugian (losses) Adalah penurunan ekuitas (aset neto) dari transaksi
insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa dan
kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas dalam satu perioda diluar
transaksi yang berasal dari biaya dan distribusi pada pemilik.

B. Tujuan Pelaporan Keuangan


Tujuan keseluruhan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi
yang berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan investasi dan
kredit. Jenis keputusan yang dibuat oleh pengambil keputusan sangatlah beragam,
begitu juga dengan metode pengambilan keputusan yang mereka gunakan dan
kemampuan mereka untuk memproses informasi. Pengguna informasi akuntansi
harus dapat memperoleh pemahaman mengenai kondisi keuangan dan hasil
operasional perusahaan lewat pelaporan keuangan. Investor sangat berkepentingan
terhadap laporan keuangan yang disusun investee terutama dalam hal pembagian
dividen, sedangkan kreditor berkepentingan dalam hal pengembalian jumlah pokok
pinjaman berikut bunganya. Investor dan kreditor terutama sangat tertarik terhadap
arus kas investee/debitur di masa mendatang.

Pelaporan keuangan juga seharusnya dapat memberikan informasi mengenai


aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan untuk membantu investor dan kreditor serta
pihak-pihak lainnya untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan keuangan
perusahaan dan likuiditas serta solvabilitas. Informasi ini akan membantu users
menentukan kondisi keuangan perusahaan. Informasi mengenai laba perusahaan,
yang diukur dengan akrual accounting, pada umumnya memberikan dasar yang lebih
baik dalam hal memprediksi kinerja perusahaan di masa depan daripada informasi
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas. Jadi, di dalam kerangka kerja konseptual
disebutkan bahwa fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi mengenai
kinerja perusahaan yang diberikan oleh ukuran laba dan komponen-komponennya.
Dalam kerangka kerja konseptual disebutkan bahwa proses pelaporan keuangan
meliputi:
1. Identifikasi dan analisis peristiwa dan transaksi perusahaan.
2. Pemilihan kebijakan akuntansi.
3. Aplikasi kebijakan akuntansi.
4. Melibatkan estimasi dan pertimbangan (judgments) akuntan secara
professional.
5. Pengungkapan (disclosures) tentang transaksi, peristiwa, kebijakan,
estimasi, dan judgments.

C. Konsep-Konsep Fundamental
Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi
akuntansi harus memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu
saja terdapat beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.
a. Kualitas Primer
Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi
akuntansi.
1) Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat
perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi
pengambilan keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan yang akan
diambil, jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak relevan.
Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back value),
yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu.
Informasi juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat
digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang.
Selain itu kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu
(timeliness). Informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum
informasi itu kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan.
2) Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan
secara tepat serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan
sangat diperlukan bagi individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu
atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.

Realibilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki


waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.
 Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-pengukur
independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama,
mendapatkan hasil yang serupa.
 Ketepatan penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan
penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar
ada dan terjadi.
 Netralitas(neutrality): informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan
sekelompokpemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar
dan tidak biasa.

3) Keberdayaujian (verifiability). Informasi harus dapat diuji kebenarannya.


Dapat diujinya kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobyektifan dan
konsensus. Contoh, keandalan informasi harga perolehan fixed assets harus
diuji berdasar data masa lalu yang terekam pada faktur (keobyektifan). Tetapi
keandalan informasi tentang depresiasi aktiva tetap itu adalah berdasarkan
konsensusa mengenai metode depresiasi yang digunakan, taksiran nilai residu,
dan taksiran umur ekonomis.
4) Kenetralan (neutrality). Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi
tujuan berbagai kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha-
usaha untuk memberikan keuntungan lebih kepada kelompok tertentu.
5) Kejujuran penyajian (representational faithfulness). Penyajian yang jujur
berarti adanya kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.

b. Kualitas sekunder
Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah
keberdayabandingan(comparability) dan konsistensi (consistency).
1) Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat
dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu
industri (perbandingan horizontal) atau membandingkan perusahaan yang
sama untuk periode yang berbeda (perbandingan vertikal). Jadi diperlukan
standar dan ukuran tertentu.
2) Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar
akuntansi apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi)
yang sama untuk kejadian kejadian serupa, dari periode ke periode.

Kendala-kendala
Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang
telah dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala
lainnya yang kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah
praktek industri dan konservatisme.
1) Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan informasi
yang relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten dibutuhkan biaya yang mahal.
Oleh karena biaya dan terutama manfaat tidak mudah diukur, maka
mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya menjadi masalah
2) Materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap
operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap
material jika pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau
mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor
kuantitatif maupun kualitatif harus dipertimbangkan dalam menentukan apakan
suatu item material atau tidak.
3) Praktik industri.(industry practices) Sifat unik dari sejumlah industri dan
perusahaan terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.
4) Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat
kecil kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang
terlalu tinggi. Tujuan dari konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah
menyediakan pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit: jangan
menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.

Elemen-elemen Laporan Keuangan


SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama laporan keuangan. Cakupannya bukan
hanya perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga organisasi nirlaba. Elemen-elemen
laporan keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba meliputi 10 macam, yaitu aktiva,
kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba komprehensif.
pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Adapun bagi organisasi nirlaba ada 7
macam, yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.

D. Pengakuan dan Pengukuran


Tingkat ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk
mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan
apa, kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan
dilaporkan oleh sistem akuntansi.
1. Asumsi-Asumsi Dasar.
Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi
dasar akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar
akuntansi dapat dipraktikkan.
a. Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption). Akuntansi memandang
bahwa perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari
pihak-pihak yang memiliki kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dan
lainnya).
b. Kesinambungan (going concern). Sebagian besar metode akuntansi di
dasarkan pada asumsi kelangsungan hidup yaitu perusahaan bisnis akan
memiliki umur yang panjang.pengalaman mengindikasikan bahwa, meskipun
banyak mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki kelangsungan
hidup yang panjang.
c. Asumsi unit moneter (monetary unit assumption). Akuntansi menggunakan
unit moneter sebagai alat pengukur suatu obyek atau aktivitas perusahaan dan
menganggap nilai uang adalah stabil dari waktu ke waktu.
d. Asumsi periodisitas (periodicity assumption). Cara yang paling akurat untuk
mengukur hasil operasi perusahaan adalah dengan mengukurnya pada saat
perusahaan tersebut di likuidasi. Namun, pengambil keputusan tidak bisa
menunggu selama itu untuk menerima informasi semacam itu. Asumsi
periodisitas (periodicity assumption) atau periode waktu menyiratkan bahwa
aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat di pisahkan dalam periode waktu
artifisial periode waktu ini bervariasi, tetapi yang paling umum yaitu secara
bulanan, kuartalan dan tahunan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kerangka konseptual
menurut FASB sendiri adalah suatu konstitusi dan sistem yang konheren dari tujuan dan
fundamental yang selanjutnya mengarah kepada suatu standar yang konsistem. Ada dua isu
utama dalam kerangka konseptual akuntansi keuangan, yang pertama adalah isu artikulasi
dan isu definisi. Isu artikulasi terbagi dalam dua perspektif, yaitu neraca dan laporan laba
rugi saling berartikulasi, dan perspektif lainnya menyatakan bahwa, dua hal tersebut tidak
berartikulasi. Isu definisi erat kaitannya dengan definisi aset yang merupakan sumber daya
ekonomi milik entitas. Dalam materi dibahas pula tentang sistem pemeliharaan modal yang
terbagi menjadi sistem pemeliliaraan modal keuangan dan fisik yang dapat diukur dengan
satuan mometer dan daya beli.
Pada pokok bahasan kedua, yaitu mengenai statement yang dikeluarkan FASB yang
disebut dengan SFAC yang di dalamnya menguraikan hal-hal tertentu, dalam SFAC No 1
misalnya menguraikan tentang tujuan pelaporan keuangan, demikan seterusnya untuk SFAC
yang lain dengan pokok bahasannya masing-masing. SFAC terdiri dari SFAC No.1. 2. 6,
No.8, dimana SFAC No.8 secara umum memiliki isi tentang tujuan laporan keuangan yaitu
menyediakan informasi keuangan tentang pelaporan entitas yang bermanfaat bagi investor.
Untuk menilai prospek arus kas bersih yang dimiliki oleh suatu entitas dan menyediakan
informasi tentang posisi keuangan dari pelaporan suatu entitas.

Anda mungkin juga menyukai