yang
dapat
dirasakan
oleh
masyarakat
maupun
perekonomian antara lain adalah output atau kekayaan suatu
masyarakat
atau
perekonomian
akan
bertambah,
kebahagiaan penduduk bertambah, menambah kesempatan
untuk mengadakan pilihan yang lebih luas, memberikan
manusia kesempatan yang lebih besar untuk memanfaatkan
alam sekitar, memberikan kebebasan untuk memilih
kesenangan yang lebih luas, mengurangi jurang perbedaan
antara negara-negara yang sedang berkembang dengan
negara-negara yang sudah maju. Kerugian-kerugian dari
pembangunan ekonomi adalah mendorong seseorang untuk
berpikir maupun bertindak lebih mementingkan diri sendiri,
mendorong seseorang lebih bersifat materialistis, sifat hidup
gotong royong yang pada umumnya terdapat di negaranegara sedang berkembang semakin berkurang, sifat
kekeluargaan dan hubungan keluarga semakin berkurang.
Perbedaan antara Pembangunan Ekonomi dengan Ekonomi Pembangunan dapat diartikan
sebagai suatu usaha dalam perekonomian guna mengembangkan kegiatan ekonomi sehingga
infrastruktunya lebih baik, perusahaan semakin meningkat (banyak), dan semakin berkembang,
taraf pendidikan semakin maju dan tinggi serta teknologi semakin meningkat.
RAINBOW BOOK
Berbagai warna menyatu untuk mengidahkan dunia
Jumat, 05 Juni 2015
A.
Latar Belakang
Negara berkembang adalah negara yang sedang membangun menuju negara modern.
Didalamnya terdapat suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara
sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia
yang menuntut adanya perubahan sosial dan budaya sebagai pendukung keberhasilannya.Negara
berkembang umumnya memiliki ketergantungan tinggi pada perekonomian luar negeri yang
bersifat rentan akibat hanya mengandalkan ekspor komoditas primer yang tidak menentu.
Saat ini permasalahan tersebut cukup serius dan setiap negara berkembang harus
melakukan proses perubahan ke arah modernisasi dengan cara melaksanakan pembangunan di
segala bidang. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua pembangunan tersebut membawa
kemajuan. Sering pada bidang-bidang tertentu bisa juga mengalami kemunduran. Oleh karena
itu, pembangunan di negara berkembang harus dilakukan semaksimal mungkin. Hal ini tidak lain
adalah untuk mengatasi permasalahan-permasalahn di atas. Secara umum, permasalahan yang
dihadapi oleh negara berkembang seperti yang terdapat di Asia, Afrika, dan Amerika Latin
adalah tingkat kehidupan yang rendah, tingkat produktivitas yang rendah, dan pertumbuhan
populasi serta tanggungan beban yang tinggi.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini ada beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
Apa pengertian pembangunan ekonomi?
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi?
Bagaimana tujuan dan indikator keberhasilan pembangunan ekonomi?
Apa devinisi negara berkembang?
Bagaimana permasalahan pembangunan ekonomi di negara berkembang?
Bagaimana upaya pembangunan ekonomi di negara berkembang?
Bagaimana strategi pembangunan Indonesia pengangguran dan inflasi?
Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengerti pengertian pembangunan ekonomi.
Untuk mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi.
Untuk mengerti tujuan dan indikator keberhasilan pembangunan ekonomi.
Untuk mengerti devinisi negara berkembang?
Untuk mengerti permasalahan pembangunan ekonomi di negara berkembang.
Untuk mengerti upaya pembangunan ekonomi di negara berkembang.
Untuk mengerti strategi pembangunan Indonesia pengangguran dan inflasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
1.
2.
3.
B.
1.
a.
b.
c.
d.
1)
2)
3)
4)
5)
e.
2.
a.
C.
1.
2.
3.
D.
Beberapa macam indikator yang dapat digunakan untuk melihat dan mengukur
pertumbuhan ekonomi yaitu :
Produk Domestik Bruto
PDB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam harga pasar. Kelemahan PDB
sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya yang global dan tidak mencerminkan
kesejahteraan penduduk.
PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita
PDB per kapita merupakan ukuran yang elbih tepat karean telah memperhitungkan jumlah
penduduk. Jadi ukuran pendapatn perkapita dapat diketahui dengan membagiPDB dengan
jumlah penduduk. Jika pendapatan Negara itu tinggi maka pertumbuhan ekonominya juga cepat
tetapi sebaliknya jika pendapatan suatu negaraitu di bawah rata rata maka pertumbuhan
ekonominya juga rendah.
Pendapatan Per jam Kerja
Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara lain bila mempunyaitingkat
pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi daripada upah per jam kerjadi negara lain
untuk jenis pekerjaan yang sama[4].
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia memiliki karakter atau ciri sebagai
berikut:
Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tinggi
Tingkat pertambahan penduduk di negara berkembang umumnya lebih tinggi dua hingga empat
kali lipat dari negara maju. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan dan budaya di negara
berkembang yang berbeda dengan di negara maju. Hal tersebut dapat mengakibatkan banyak
masalah di masa depan yang berkaitan dengan makanan, rumah, pekerjaan, Pendidikan dan lain
sebagainya.
Tingkat Pengangguran Tinggi
Akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk mengakibatkan persaingan untuk mendapatkan
pekerjaan menjadi tinggi. Jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada kesempatan lapangan kerja
yang tersedia dan tingkat pertumbuhan keduanya yang tidak seimbang dari waktu ke waktu.
Tingkat Produktivitas Rendah
Jumlah faktor produksi yang terbatas yang tidak diimbangi dengan jumlah angkatan kerja
mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga sektor usaha mengalami kesulitan untuk
meningkatkan produksinya.
Kualitas Hidup Rendah
Akibat rendahnya tingkat penghasilan, masyarakat mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, dll. Banyak yang kekurangan gizi, tidak bisa baca tulis,
rentan terkena penyakit, dan lain sebagainya.
Ketergantungan Pada Sektor Pertanian /Primer
Umumnya masyakat adalah bermata pencaharian petani dengan ketergantungan yang tinggi akan
hasil sektor pertanian.
Pasar & Informasi Tidak Sempurna
Kondisi perekonomian negara berkembang kurang berkompetisi sehingga masih dikuasai oleh
usaha monopoli, oligopoli, monopsoni dan oligopsoni. Informasi di pasar hanya dikuasai oleh
sekelompok orang saja.
Tingkat Ketergantungan Pada Angkatan Kerja Tinggi
Perbandingan jumlah penduduk yang masuk dalam kategori angkatan kerja dengan penduduk
non angkatan kerja di negara sedang berkembang nilainya berbeda dengan dengan di negara
maju. Dengan demikian di negara maju penduduk yang berada dalam usia nonproduktif lebih
banyak bergantung pada yang masuk angkatan kerja.
Ketergantungan Tinggi Pada Perekonomian Eksternal Yang Rentan
Negara berkembang umumnya memiliki ketergantungan tinggi pada perekonomian luar negeri
yang bersifat rentan akibat hanya mengandalkan ekspor komoditas primer yang tidak menentu.
Ciri-ciri lainnya dari negara yang sedang berkembang:
Tidak cukup makan.
Struktur agraria lemah, karena pemilikan tanah yang kecil.
Industri kurang berkembang di sebagian daerah.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
E.
1.
2.
3.
4.
Tingkat Produksi yang rendah, produksi yang rendah ini diakibatkan oleh sumber daya manusia
yang kurang memadai sehingga kurang adanya inovasi dalammeningkatkan nilai tambah suatu
barang guna mencapai keuntungan yang maksimal.Selain itu rendahnya tingkat produktivitas
tenaga kerja bisa disebabkan karena kekurangan faktor input komplementer seperti kekurangan
modal atau kurang baiknya manajemen yang profesional.
Ekonomi Indonesia sangat tergantung kepada ekonomi eksternal, dalam hal ini eksternal yang
dimaksud yaitu siklus ekonomi Internasional, misalnya pada periode1970-an membumbungnya
harga minyak dunia hal ini berakibat postif bagi Indonesia yaitu meningkatnya penerimaan dari
ekspor migas sehingga meningkatkan APBN sedangkan pada periode 1982 perekonomian dunia
mengalami resesi. Melemahnya perekonomian dunia bermakna melemahnya permintaan
terhadap ekspor Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan kemampuan Indonesia dalam
kegiatan impor.
Tingkat pendidikan, terdapatnya kegagalan-kegagalan dalam mengembangkan projek di negaranegara berkembang menimbulkan kesadaran kepada ahli-ahli ekonomi bahwa kemampuan suatu
masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan antara lain tergantung kepada
taraf pendidikan masyarakatnya.
Kesenjangan sosial ekonomi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi negara
yang sedang berkembang, yaitu suatu keadaan yang tidak seimbang di bidang sosial ekonomi
dalam kehidupan masyarakat atau adanya jurang pemisah yang semakin lebar antara si kaya dan
si miskin. Kesenjangan ini timbul sebagai suatu keadaan yang menggambarkan tidak adanya
kesamaan kemampuan dari para warga masyarakat di bidang sosial dan ekonomi. Ada individu
dalam masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya, sehingga
dapat mencapai kedudukan sosial ekonomi yang tinggi. Seperti menduduki jabatan tertentu atau
berhasil menjadi orang kaya. Tetapi ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan dengan tuntutan lingkungannya, sehingga tidak dapat meraih suatu status sosial
dan ekonomi yang tinggi. Seperti hidupnya miskin, menjadi pengangguran, atau menjadi pekerja
rendahan (buruh).
Berdasarkan sejarah kehidupan manusia, gejala yang menggambarkan kedaaan kaya dan
miskin secara berdampingan dalam kehidupan masyarakat merupakan masalah sosial atau
merupakan gejala sosial yang wajar terjadi dalam perkembangan masyarakat. Tetapi setelah
masyarakat berencana melakukan modernisasi di segala bidang penghidupan, terutama di bidang
industri/ekonomi, maka timbullah nilai-nilai sosial yang baru. Seperti munculnya konsep
masyarakat tradisional dan masyarakat modern, masyarakat ekonomi maju dan masyarakat
ekonomi terbelakang, sehingga muncul individu sebagai makhluk sosial. Pada waktu itulah
individu sadar akan kedudukan sosial dan ekonominya, sehingga menggolongkan dirinya sebagai
orang kaya dan miskin. Kemiskinan kemudian dianggap sebagai pemicu masalah sosial yang
sangat dibenci oleh masyarakat.
Diikuti oleh timbulnya kecemburuan sosial, tindakan provokasi, dan aksi-aksi sosial warga
masyarakat miskin, seperti berupa gerakan demontrasi atau pemogokan dari pekerja rendahan
(buruh). Tuntutan kebebasan berusaha, kenaikan gajiatau upah, dan lain sebagainya. Kemudian
muncul anggapan bahwa lembaga ekonomi masyarakat belum berfungsi dengan baik. Sehingga
perlu dibenahi agar lebih adil dan merata.
Bila tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka hal-hal yang bersifat kriminalitas
(kejahatan) tumbuh subur dengan baik. Seperti korupsi, kolusi, nepotisme, pencurian,
perkelahian, pembunuhan, penipuan, dan lain sebagainya. Tindak kriminalitas ini berhubungan
langsung dengan kondisi dan proses-proses sosial ekonomi. Secara umum seperti terjadinya
gerak dan perubahan sosial, persaingan dan pertentangan, konflik budaya, ideologi, politik,
ekonomi, agama, dan lain-lain. Sebagai wujud imitasi (tiruan), kompensasi, identifikasi, konsepsi
pribadi, dan kekecewaan yang agresif tanpa bisa berpikir panjang lagi.
Dari uraian diatas akhirnya kita tahu bahwa masalah sosial ekonomi merupakan hasil dari
perkembangan masyarakat dan perubahan zaman yang begitu cepat. Terlebih lagi saat memasuki
era perdagangan bebas nanti[6].
F.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
ketimpangan atau diparatis yang besar antara nilai sosial dan pribadi atas setiap alternatif proyek
investasi. Jadi menurut logika ini, tanpa adanya campur tangan pemeirntah, maka pasar akan
terus mengakibatkan misalokasi penggunaan alat-alat sumber daya sekarang dan masa-masa
yang akan datang, atau paling tidak akan menyuburkan pola alokasi sumber daya yang tidak
memperhatikan kepentingan sosial (bila ditinjau dari perspektif jangka panjang).
Mobilisasi dan Alokasi Sumber Daya
Perekonomian di negara-negara dunia ketiga pada umunya tidak banyak memilki sumber
daya berharga, sehingga mereka jelas tidak bisa menghambur-hamburkan sumber-sumber daya
keiangan dan tenaga kerja terampil yang sangat langka itu guna melakukan berbagai macam
usaha yang tidak produktif. Investasi proyek harus dipilih secara cermat, bukan semata-mata
berdasarkan analisis produktivitas industri parsial seperti yang biasa dilakukan oleh rasio modal
output, akan tetapi juga harus dikaitkan dengan program dan tujuan inti pembangunan secara
keseluruhan. Itu berarti pemilihan proyek investasi di negara-negara berkembang juga harus
senantiasa memperhatikan pengaruh ekonomi eksternal, reperkusi yang tidak langsung dan
tujuan-tujuan pemmbangunan jangka panjang. Tenaga kerja terampil harus digunakan pada
tempat yang sumbangannya akan maksimal. Dalam konterks inilah maka pranata perencanaan
emkonomi dinggap dapat membantu memodifikasi pengruh negatif dari terbatasnya sumbersumber daya yang ada, karena melalui perencanaan akan lebih nampak segala macam kendala
khusus dalam proses pemilihan dan koordinasi investasi pada proyek-proyek investasi yang ada.
Dengan demikian, melalui perencanaan amat diharapkan akan berlangsung penyaluran faktorfaktor produksi langka ke tempat-tempat yang paling produktif.
Dampak Perilaku atau Psikologis
Seringkali dikemukakan bahwa suatu pernyataan formal secara terinci mengenai tujuan
ekonomi dan sosial nasional dalam dokumen perencanaan pembangunan dapat menimbulkan
dampak perilaku atau psikologis terhadap penduduk dari negara yang bersangkutan, meskipun
penduduk tersebut jauh dari homogen. Pernyataan formal itu bisa diletakkan dalam kerangka
kampanye nasional untuk dukungan rakyat bagi pemerintah dalam upayanya mengentaskan
kemiskinan, kebodohan dan wabah penyakit. Dengan dampak yang dapat memobilisasi
dukungan masyarkat luas dan menghilangkan kelas-kelas, kasta, rasial, agama dan golongan
kesukuan serta mendorong seluruh warga negara untuk bekerja sama dalam membangun negara,
maka bertambah lagi .alsan pemerintah pusat pada setiap negara untuk menggunakan pranata
perencanaan ekonomi. Melalui rencan ekonomi pemerintah juga dapat menciptakan insentifinsentif yang terbukti memecah belah kekuatan dan potensi bangsa dalam rangaka mengejar
kemajuan-kemajuan sosial baik secara materiil dan sosial yang lebih besar lagi.
Bantuan Luar Negeri
Adanya perumusan rencana pembangunan secara terinci yang disertai dengan target output
sektoral dan investasi proyek yang dirancang secara hati-hati, acapkali merupakan syarat yang
harus dipenuhi pemerintah dari suatu negara dunia ketiga untuk memperoleh bantuan bilateral
dan multilateral. Dalam kenyataannya, bawhwa ada sementara pengamat yang memberi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
G.
1.
pendapat, bahwa alasan yang sesungguhnya mengapa negara-negara yang sedang berkembang
bertumpu pada serangkaian rencana pembangunan adalah untuk mendapatkan bantuan luar
negeri yang lebih banyak lagi. Dengan mengjukan daftar belanja proyek yang tersusun rapi,
pemerintah negara-negara dunia ketiga lebih berpeluang untuk mengumpulkan bantuan luar
negeri dan meyakinkan para donor bahwa uang mereka akan digunakan untuk hal-hal yang
benar, penting dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang cermat dan konsisten.
Terlepas dari sangat beragmanya teknik-teknik perencanaan dan penyusunan rencana
pembangunan, ada sejumlah ciri dasar tertentu atas perencanaan komprehensif dari kebanyakan
negara berkembang. Tony Killick telah merinci enam karakteristik di bawah ini ayng merupakan
ciri umum tersebut:
Dimulai dari kesamaan pandangan politik dan tujuan pemerintah. Pemerintah di negara-negara
berkembang selalu berupaya menetapkan tujuan kebijakan terutama yang berkaitan dengan
pembangunan ekonomi di masa-masa mendatang.
Suatu rencana pembangunan biasanya mengandung suatu strategi untuk mencapai tujuan
tersebut yang lazimnya dijabarkan menjadi target-target yang bercakupan spesifik.
Rencana pembangunan tersebut berupaya menyajikan suatu koordinasi terpusat dan konsisten
terhadap prinsip dan kebijakan dasar, pilihan tindakan optimal dalam melaksanakan strategi tiu
guna mencapai target-targetnya, hingga secara keseluruhan rencana pembangunan tersebut akan
dapat digunakan sebagai kerangka kerja atau pedoman untuk mengarahkan keputusan sehari-hari
selanjutnya.
Perncanaan tersebut mencakup seluruh aspek atau faktor perekonomian (karena itulah disebut
komprehensif untuk menggantikan istilah perencanaan kolonial atau sektor publik yang
tidak populer itu).
Untuk menmjamin optimalitas dan konsistensinya, rencana pembangunan yang komprehensif
lebih banyak menggunakan model-model makroekonomi yang sedikit banyak bersifat formal
(biasanya tidak dipublikasikan secara massal) untuk memproyeksikan kinerja ekonomi di masamasa yang akan datang.
Suatu rencana ekonomi biasanya mencakup periode tertentu, katakanlah 5 tahun dan dikaitkan
dengan dokumen rencana jangka panjang, serta disemrtai dengan rencan-rencana tahunan[8].
a.
b.
c.
d.
2.
Dan dalam waktu yang tidak lama 7.196 pekerja dari 10 perusahaan juga terkena PHK.
Ditambah lagi diawal tahun 1998 1,4 juta pengangguran menambah daftar permasalahan yang
harus segera ditanggulangi oleh pemerintah Indonesia (Andreas, 2001).
Selama periode 2004-2009, tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkanantara 4,5
persen sampai 6,0 persen. Pertumbuhan ekonomi sebesar itu diperkirakan hanya dapat menyerap
angkatan kerja baru sekitar satu sampai satu setengah juta pekerja saja. Pada masa lalu, setiap
pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen mampu menyerap sekitar 400.000 pekerja. Namun, pada
saat ini diperkirakan hanya mampu menyerap sebanyak 250.000 sampai 300.000 pekerja baru.
Sementara angkatan kerja baru setiap tahun bertambah 2,5 juta orang. Dengan jumlah penduduk
yang diperkirakan masih bertambah dari 207 juta jiwa pada tahun 2004 menjadi 220 juta jiwa
pada tahun 2009, sementara tingkat pengangguran pada tahun 2009 sekitar 8 persen dari seluruh
angkatan kerja yang ada.
Ketidakstabilan ekonomi yang terjadi tidak hanya terkait oleh masalah pengangguran saja
tetapi masalah inflasi juga merupakan masalah yang sangat penting yang harus dihadapi oleh
semua negara didunia ini. Bahkan, peran bank sentral di berbagai negara di dunia ini sudah
identik dengan bank sentral yang mengadopsi target inflasi baik secara implisit maupun eksplisit.
Inflasi sering menjadi target kebijakan pemerintah karena inflasi merupakan penyakit ekonomi
yang tidak bisa diabaikan karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Inflasi pada
mulanya senantiasa diidentikkan dengan pencetakan uang yang terlalu banyak, yang
menyebabkan bertambahnya pasokan jumlah uang beredar menjadi lebih banyak. Hal itu dapat
menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Oleh karena itu inflasi didefinisikan sebagai kenaikan
tingkat harga secara umum. Definisi itu sebagai kebalikan dari kenaikan harga hanya satu atau
dua komoditi saja (Humphreys, 1997).
Pengalaman krisis demi krisis yang menimpa ekonomi dunia dalam satu abad terakhir ini
seharusnya telah menyadarkan kepada kita bahwa masalah inflasi telah berkembang menjadi
persoalan yang semakin kompleks. Diawali dengan terjadinya malapetaka yang besar (the great
depressions) pada tahun 1930-an, kemudian disusul dengan terjadinya krisis Amerika Latin pada
dekade 1980-an, akhirnya muncul kembali pada krisis moneter di Asia pada pertengahan tahun
1997-an, adalah pengalaman ekonomi dunia dengan tingginya inflasi (hyper inflation) yang
sangat merusakkan sendi-sendi ekonomi (Triono, 2006).
Inflasi yang tinggi penting untuk diperhatikan mengingat dampaknya bagi perekonomian
yang bisa menimbulkan ketidakstabilan, pertumbuhan ekonomi yang lamban dan pengangguran
yang senantiasa meningkat. Berkenaan dengan hal tersebut, upaya untuk mengendalikan agar
stabil begitu penting untuk dilakukan. Menurut Chapra (2000), jika kita hendak melakukan
pengobatan, maka tidak akan ada pengobatan yang efektif kecuali hal itu diarahkan kepada arus
utama masalah.
Kesalahan yang umumnya dilakukan adalah bahwa pengobatan hanya dilakukan pada
symtom (gejala) saja, bukan secara causatic (sumber masalah). Contoh penyelesaian masalah
yang hanya sampai kepada gejala adalah: penyelesaian krisis ekonomi dengan hanya melihat
ketidakseimbangan anggaran, ekspansi moneter yang berlebihan, defisit neraca pembayaran yang
terlalu besar, naiknya kecenderungan proteksionis, tidak memadainya bantuan asing dan kerja
sama internasional yang tidak mencukupi dan sebagainya. Akibatnya, penyembuhannya hanya
bersifat sementara, seperti obat-obatan analgesik, mengurangi rasa sakit hanya bersifat
sementara. Beberapa saat kemudian, krisis muncul kembali, bahkan lebih mendalam dan serius
(Chapra 2000).
Sebelum kita berbicara mengenai solusi yang harus dilakukan untuk dapat mengendalikan
inflasi terlebih dahulu kita harus melihat kembali, mengapa pengendalian inflasi yang diberikan
ekonomi konvensional senantiasa mengalami kebuntuan? Jawabnya tidak lain adalah, bahwa
kebijakan ekonomi yang disandarkan pada teori ekonomi konvensional tidak pernah memberikan
penyelesaian yang bersifat tuntas[9].
[1] Prayitn, Hadi, Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2012), 14
[2] Hasan
Asc,
Makalah
Pertumbuhan
dan
Pembangunan
Ekonomi,
dalam http://hasanacs00.blogspot.com/2014/09/makalah-pembangunan-dan-pertumbuhan.html
(19september 2014)
[3] Ibid, 17
[4] Pobersonic, Indikator Pertumbuhan / Growth dan Pembangunan / Development Ekonomi Indonesia,
dalam https://pobersonaibaho.wordpress.com/2012/03/26/indikator-pertumbuhan-growth-danpembangunan-development-ekonomi-indonesia/ (26 Maret 2012)
[5] Wahyoe Nengseh, Permasalahan Pembangunan di Negara Sedang Berklembang, dalam
http://fatmawahyuningsih.blogspot.com/2013/01/permasalahan-pembangunan-di-negara-yang_25.html (2
5Januari 2013)
[6] Kunarjo, Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan, (Jakarta: UI Press, 2000), 32
7
Bryson, J, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 76
[8] P. Todaro, Michael, Pembangunan Ekonomi(edisi ke-5, cetakan 1&2), (Jakarta: Bumi Aksara. 2000),
47
[9] Arsyad Lincolin, Ekonomi Pembangunan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010), 83
serta pintu perdagangan dan pariwisata internasional. Integrasi ekonomi merupakan hal terbaik
untuk mencapai keuntungan langsung dari konsentrasi produksi. Serta dalam jangka panjang,
meningkatkan standar kehidupan.
Saat ini, aktivitas ekonomi Indonesia terpusat di kota-kota, khususnya Jawa dan Sumatra.
Fasilitas transportasi yang bisa menyebabkan area industri tak menjangkau pelosok. Pada jangka
pendek, proyek-proyek yang perlu dibangun di Jawa adalah TransJawa, TransJabodetabek, kereta
jalur dua, Tanjung Priok. Pembangunan tersebut diharapkan bisa berdampak langsung
mengurangi kemiskinan di Jawa yang melebihi 20 juta jiwa, dua kali populasi miskin Sumatra
yang sekitar tujuh juta jiwa. Pembangunan infrastruktur di Jawa bisa mempercepat pertumbuhan
ekonomi.
3. Mempercepat kapabilitas teknologi dan ilmu pengetahuan nasional atau Iptek. Selain tiga
strategi utama ini, juga ada beberapa strategi pendukung seperti kebijakan investasi, perdagangan
dan finansial. Beberapa elemen utama di sektor Iptek adalah meningkatkan kualitas pendidikan
termasuk pendidikan kejuruan tinggi serta pelatihannya. Meningkatkan level kompetensi
teknologi dan sumber daya ahli. Peningkatan aktivitas riset dan pengembangan, baik pemerintah
maupun swasta, dengan memberikan insentif serta menaikkan anggaran. Kemudian
mengembangkan sistem inovasi nasional, termasuk pembiayaannya. Saat ini, masalah utama
yang dihadapi adalah kemampuan riset dan pengembangan yang digunakan untuk mencari solusi
teknologi. Kemampuan pengguna untuk menyerap teknologi yang ada. Serta transaksi antara
riset dan pengembangan sebagai pemasok solusi teknologi dengan penggunanya tak terbangun
dengan baik.