Utang jangka pendek atau kewajiban lancar merupakan utang yang diharapkan
akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasional normal suatu
perusahaan (tergantung mana yang lebih Panjang), dan pelunasannya menggunkan aset
lancar yang ada atau hasil dari pembentukan kewajiban lancar lainnya. Suatu perusahaan
harus memperhatikan kewajiban lancar dengan jumlah aset lancar. Hal ini harus
diperhatikan karena perusahaan harus mengetahui perbandingan antara aset lancar dengan
kewajiban lancar (utang jangka pendek) yang disebut dengan rasio lancar (current ration).
Rasio ini merupakan suatu ukuran yang berguna bagi para pengusaha untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutang jangka pendek.
1. Utang yang diharapkan akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus
operasional normal perusahaan (tergantung mana yang lebih panjang).
2. Pelunasannya menggunakan aset lancar yang ada atau hasil dari pembentukan
kewajiban lancar lainnya.
3. Dalam utang jangka pendek terdapat jenis utang yang mempunyai bunga dan ada
yang tidak, tergantung pada kebijakan kreditur.
4. Utang jangka pendek ini harus memiliki nominal yang jelas.
5. Pada utang jangka pendek tidak membutuhkan jaminan dan harus segera dilunasi.
Berikut perlakuan akuntansi dan contohnya pada beberapa jenis utang jangka pendek
yaitu:
1. Utang Wesel
Utang wesel merupakan kewajiban yang didukung dengan bukti tertulis secara
formal dalam bentuk wesel. Wesel bisa dibuat dengan jangka waktu yang berbeda-
beda, apabila jangka waktu kurang dari satu tahun maka wesel tersebut tergolong
sebagai kewajiban lancar atau utang jangka pendek. Wesel bisa berbunga dan tidak
berbunga.
Wesel Berbunga
Kemudian misal tahun buku CV Krisna Group berakhir tanggal 31 Desember, maka
perlu dibuatkan jurnal penyesuaian untuk mencatat utang bunga sebesar Rp
1.500.000,00 (Rp 50.000.000,00 x 12% x 3/12). Maka jurnal penyesuaian yang dibuat
yaitu:
Pada tangga jatuh wesel CV Krisna Group harus membayar nilai jatuh wesel uang
terdiri dari nilai nominal wesel ditambah beban bunga Rp 2.000.000,00
(50.000.000,00 x 12% x 4/12). Jurnal untuk mencatat pembayaran nilai nominal dan
bunga wesel pada tanggal 1 Februari 2021 (tanggal jatuh wesel) yaitu:
Wesel tidak berbunga adalah wesel yang tidak secara eksplisit menyebutkan
tingkat bunga tertentu dalam surat wesel bersangkutan. Sebenarnya wesel tersebut
tetap mengandung bunga, karena peminjam diwajibkan membayar jumlah yang lebih
besar. Dalam hal ini bunga wesel adalah selisih antara jumlah yang dibayar pada
tanggal jatuh dengan jumlah pinjaman.
Diskonto utang wesel bisa dikurangi jumlahnya secara bertahap dalam jumlah
yang sama besarnya (garis lurus) selama jangka waktu wesel. Semakin rendah jumlah
saldo akun diskonto, maka saldo bersih akun kewajiban semakin naik. Seandainya CV
Krisna Group menyusun laporan keuangan setiap tanggal 31 Desember, maka pada
tanggal 31 Desember 2020 harus dibuat jurnal penyesuaian untuk mengakui beban
bunga selama tahun 2020 dan mengurangi saldo akun Diskonto Utang Wesel sebesar
Rp1.500.000.00 (3/4 x Rp 2.000.000,00), sebagai berikut:
Dengan adanya Jurnal penyesuaian di atas maka saldo akun Diskonto Utang Wesel
tinggal Rp 500.000,00 (Rp 2.000.000,00 – Rp 1.500.000,00). Penyajian utang wesel
dan diskonto utang wesel dalam nerca 31 Desember 2020 adalah sebagai berikut:
Rp 51.500.000,00
Pada tanggal jatuh wesel, akun Diskonto Utang Wesel akan bersaldo nol, dan utang
wesel menunjukkan nilai jatuhnya. Jurnal yang harus dibuat pada tanggal 1 Februari
2020 untuk mengakui bunga satu bulan dan pembayaran utang wesel adalah sebagai
berikut:
Jurnal di atas mengakui bunga untuk bulan Januari 2020 sebesar Rp500.000,00 dan
sekaligus mencatat pelunasan utang wesel beserta bunganya sebesar Rp
52.000.000,00
2. Utang Pajak
Sebagai konsumen, kita sering dikenai pajak atas barang atau jasa yang kita beli.
Pajak ini disebut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau pajak penjualan. Tarif pajak
ditetapkan atas dasar persentase tertentu dari harga jual. Pihak penjual (atau Pabrikan)
memungut pajak tersebut dari pembeli pada saat penjualan terjadi, dan secara periodik
(biasanya secara bulanan) menyetorkannya ke Kas Negara. Dengan demikian, pajak yang
dipungut dari pembeli untuk disetorkan ke Kas Negara ditinjau dari pihak penjual
merupakan utang kepada Negara yang disebut utang pajak PPN
Contoh: misalkan pada tanggal 1 Januari 2020 PT Jaya Agung menjual barang seharga
Rp 80.000.000,00. Atas penjualan barang tersebut, PT Jaya Agung memungut pajak
pertambahan nilai (PPN) sebesar 10%, sehingga jumlah kas yang diterima dari pembeli
menjadi Rp 88.000.000,00. Jurnal yang dibuat oleh PT Jaya Agung atas transaksi
penjualan yaitu:
Apabila perusahaan menerima pembayaran di muka dari pembeli maka akun Kas
didebet dan akun utang yang disebut Pendapatan Diterima di Muka di kredit.
Apabila barang telah dikirim atau jasa telah diberikan maka akun Pendapatan
Diterima di Muka di debat, dan akun Pendapatan di kredit.
4. Bagian Dari Utang Jangka Panjang Yang Jatuh Tempo Pada Tahun Depan
Contoh, misalkan PT Jaya Angkasa pada tanggal 1 Januari 2020 menerima pinjaman
jangka Panjang dari Bank Sinar Mulia. Pada tanggal tersebut ditandatangani sebuah
promes yang bernilai nominal Rp 55.000.000,00 dengan jangka waktu 5tahun. Dalam
perjanjian ditetapkan bahwa promes tersebut harus diangsur pada setiap tanggal 1 Januari
(mulai 1 Januari 2021) sebesar Rp5.000.000,00. Apabila PT Kerinci menyusun neraca
pada tanggal 31 Desember 2020, maka dalam neraca tersebut 1 /5 bagian dari utang wesel
di atas (Rp5.000.000,00), harus dilaporkan sebagai kewajiban jangka pendek, sedangkan
sisanya (Rp50.000.000,00) dilaporkan sebagai kewajiban jangka panjang. Dalam neraca,
bagian utang yang akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun, dilaporkan
dengan judul Utang Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam Satu Tahun.
Kewajiban lancar atau utang jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang
harus dilaporkan paling atas dalam neraca. Dalam kelompok ini setiap jenis kewajiban
dicantumkan secara terpisah Selain itu. jangka waktu utang wesel dan informasi penting
lainnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Kewajiban lancar
biasanya tidak dicantumkan berdasar urutan tanggal pelunasannya, karena tanggal
pelunasan untuk suatu kewajiban lancar tertentu (misalnya utang wesel) mungkin terdini
dari beberapa tanggal jatuh. Contoh pelaporan kewajiban lancar dalam neraca adalah
sebagai berikut
PT Krisna Group
Neraca (sebagian)
Kewajiban Lancar
Utang wesel Rp 362.000.000,00
Utang dagang 1.498.000.000,00
Utang gaji. 733.000.000,00
Utang pajak. 356.000.000,00
Utang jangka panjang jaluh tempo
dalam satu tahun 78.000.000,00
Utang bunga. 190.000.000,00
Utang lain-lain 65.000.000,00
Jumlah Kewajiban Lancar Rp 3.482.000.000,00