Piutang wesel dinilai sebesar niali tunai dari kas yang diharapkan dapat dikumpulkan
perusahaan. Oleh karena uang memiliki nilai waktu, semua wesel selalu disertai tingkat
bunga tertentu. Berdasarkan ada tidaknya pernyataan khusus tentang bunga dalam wesel.
Piutang dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu :
piutang wesel yang disertai bunga yaitu wesel yang mencantumkan tingkat bunga
tertentu secara spesifik. Oleh karena nilai tunai wesel saat dikeluarkan sama dengan
nominalnya, angka piutang wesel dicatat sebesar nominal. Permasalahn yang timbul
adalah jangka waktu beredarnya wesel. Apabila jangka waktunya pendek maka wesel
diakui sebesar nilai nominal karena bunga yang dihasilkan tidak terlalu material,
sedangkan bila jangka waktunya panjang harus diakui sebesar nilai tunai dari kas yang
diharapkan dapat dikumpulkan. Perbedaan tersebut diakui sebagai diskonto atau premi
dan diamortisasi selama jangka waktu wesel untuk menunjukkan tingkat bunga efektif
secara tepat.
Piutang wesel yang tidak disertai bunga yaitu wesel yang tidak mencantumkan
tingkat bunga secara spesifik. Nilai tunai wesel tanpa bunga kurang dari nominal wesel.
Nominal wesel termasuk didalamnya bunga tertentu, namun, tidak dicantumkan secara
spesifik.
1. Penjualan kredit
2. Pemberian pinjaman
b. Wesel Berbunga
Misalnya wesel di atas berbunga sebesar 12% setahun dan diskontokan dengan
diskonto sebesar 10% setahun. Jumlah yang diterima pada tanggal 26 Maret 1991
adalah:
Nilai nominal wesel Rp. 5.000.000,00
Bunga : 12% x 2/12 x Rp. 5.000.000,00 Rp. 100.000,00+
Nilai Jatuh tempo wesel Rp. 5.100.000,00
Diskonto :
Rp. 5.100.000,00x10%x36/360 51.000,00-
Uang yang diterima Rp. 5.049.000,00
Jurnal yang dibuat pihak yang mendiskontokan wesel untuk mencatat pendiskontoan
wesel di atas adalah :
Kas Rp. 5.049.000,00
Piutang Wesel Rp. 5.000.000,00
(Piutang wesel didiskontokan)
Pendapatan Bunga 49.000,00
Keterangan :
1. Pembeli (A) menyerahkan wesel pada penjual (B)
2. Penjual (B) mendiskontokan wesel ke bank (C) dan menerima uang
3. Karena A tidak membayar, maka bank (C) menagih pada B
4. B menagih A sebesar uang yang dibayar ke bank (mungkin ditambah
bunga)
Wesel tagih dapat saja masih belum jatuh tempo pada saat akhir periode akuntansi.
Pendapatan bunga yang belum diterima tapi sudah menjadi hak perusahaan dalam
periode tersebut harus dicatat sebagai bagian dari pen- dapatan perusahaan dalam
periode tersebut.
Mari kita teruskan dengan contoh wesel tagih dari PT Angin Mamiri yang diterima
oleh PT Murah Hati. Periode akuntansi PT Murah Hati berakhir pada tanggal 31
Desember. Berapakah total pendapatan bunga yang didapat PT Murah Hati pada
tahun 2011? Dan berapa pada tahun 2012?
PT Murah Hati akan memperoleh pendapatan bunga selama 3 bulan dalam tahun
2011 - bulan Oktober, November, Desember. Pada tahun 2012, PT
MurahHatiakanmernperoleh Pendapatan bunga selama 9 bulan - dari bulan Januari
sampai September. Dengan demikian, pada tanggal 31 Desember 2011 PT Murah Hati
akan membuat jurnal penyesuaian untuk mencatat pendapatan bunga yang belum
diterima:
31 Desember 2011
Piutang Bunga (Rp 2.400.000 X 0,09 X 3/12) 54.000
Pendapatan Bunga 54.000
Untuk mencatat pendapatan bunga yang belum diterima perusahaan tahun 2011.
Pada saat jatuh tempo, PT Murah Hati akan mencatat penagihan nilai pokok dan
bunga wesel tagih sebagai berikut:
30 September 2012
Kas [Rp 2.400.000 + (Rp 2.400.000 X 0,09)]2.616.000
Wesel Tagih - PT Angin Mamiri 2.400.000
Piutang Bunga (Rp 2.400.000 X0,09X3/12) 54.000
Pendapatan Bunga (Rp 2.400.000 X0,09 X 9/12) 162.000
Untuk mencatat penagihan wesel tagih dimana sebagian dari pendapatan bunga
telah dicatat sebelumnya.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pendapatan bunga yang belum diterima pada
tahun 2011 dan untuk mencatat penagihan pada tahun 2012 akan memberikan jumlah
pendapatan bunga yang benar untuk setiap periode.
Aktiva 31-Des
2007 2006
Aktiva Lancar :
Kas 800 400
Investasi jangka pendek 1500 300
Piutang usaha, setelah penyisihan piutang tak
tertagih 2400 2600
sebesar $400 tahun 2007 dan $300 tahun 2006