Anda di halaman 1dari 40

BAB 2

KERANGKA DASAR KONSEPTUAL YANG


MENDASARI PENYUSUNAN DAN
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Kerangka Dasar Penyajian dan Penyusunan Laporan Keuangan (KDPPLK).


Komite Prinsip Akuntansi Indomesia telah berhasil menerbitkan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (disingkat KDPPLK) dimana kerangka
dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan suatu entitas bagi para pengguna eksternal. Dalam KDPPLK tersebut
menjelaskan bahwa kerangka dasar konseptual ini membahas laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statement) yang selanjutnya disebut laporan
keuangan (financial statement) termasuk laporan keuangan konsolidasian (consolidated
financial statement). Kerangka dasar yang dimaksud berlaku untuk penyusunan dan
penyajian laporan keuangan untuk semua jenis entitas komersial (comercial company)
baik sektor publik maupun sektor swasta. Persuahaan pelapor adalah entitas yang
laporan keuangannya digunakan oleh pengguna yang mengandalkan laporan
keuangan tersebut sebagai sumber utama informasi keuangan entitas.
Para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi yang relevan dan dapat
dapat diandalkan. Untuk membantu dalam menyediakan informasi keuangan yang
28

relevan dan dapat diandalkan ini, maka para akuntan menggunakan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) sebagai pedoman akuntansi
dan pelaporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam PSAK No. 1 (revisi 2009)
tentang Penyajian Laporan Keuangan.
Kerangka kerja konseptual merupakan suatu sistem yang koheren yang terdiri dari
tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya
bagi penetapan standar akuntansi yang konsisten dan penentuan sifatm fungsi serta
batas-batas dari akuntansi keuangan dan keuangan. Kerangka kerja konseptual
menghasilkan tujuan dan dasar-dasar praktik akuntansi maupun pelaporan keuangan
yang berlaku pada saat sekarang (di Indonesia dikenal Pernyataan Standar Akuntansi
diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
PSAK No. 1 (revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan telah di syahkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tanggal 15 Desember 2009. PSAK
No.1 (revisi 2009) ini merevisi PSAK No.1 tentang Penyajian Laporan Keuangan yang
telah dikeluarkan pada tanggal 4 Septeber 1998.
PSAK No.1 (revisi 2009) ini sangat membantu para pengguna laporan keuangan
untuk memahami struktur, tujuan, isi, dan karaktreristik informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Kerangka konseptual tidak hanya
membantu para pengguna laporan dalam memahami praktik yang ada, tetapi juga
memberikan pedoman untuk praktik-praktik yang akan berkembang dikemudian hari.
Jika akuntansi dihadapkan pada perkembangan baru yang belum diatur dalam prinsip
akuntansi yang berterima umum (Generally accepted accounting principles), maka
kerangka kerja konseptual ini akan memberikan referensi untuk menganalisis dan
memecahkan isu-isu yang berkembang.
Tujuan kerangka dasar konsptual ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
(a) komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya,
(b) penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan,
(c) auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan
(d) para pengguna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan.
Ruang linglup (scope) yang disajikan dalam KDPPLK ini meliputi antara lain:
29

(a) tujuan laporan keuangan.


(b) karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan
keuangan.
(c) definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan
keuangan, dan
(d) konsep modal dan pemeliharaan modal.
Kerangka kerja konseptual juga bermanfaat untuk memilih metode yang paling
tepat untuk melaporkan aktivitas entitas. Untuk transaksi-transaksi tertentu, terdapat
lebih dari satu alternatif laporan yang dapat dibenarkan atau yang berterima umum.
Konsep-konsep dasar memberikan pedoman untuk memilih alternatif untuk
mencerminkan posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan posisi keuangan dan
arus kas suatu entitas dengan cara yang paling tepat dalam suatu lingkungan tertentu,
sehingga kerangka kerja konseptual membantu proses pelaporan keuangan agar
memberikan hasil yang lebih baik dan layak.
Akibatnya sanksi dan kredibilitas atas prinsip akuntansi didasarkan pada
pengakuan dan penerimaan secara umum yang bergantung pada kriteria seperti;
(1) bermanfaat (usefulness),
(2) keterhubungan (relevance),
(3) dipercaya (reliability),
(4) biaya-manfaat (cost-benefit), dan
(5) pertimbangan materialitas (materiality consideration).
Dalam akuntansi, suatu teori itu sudah ada. Tujuan filosofis, teori normatif (yang
terbentuk dari kebiasaan praktik-praktik sehat), konsep-konsep yang berhubungan,
keandalan definisi, serta aturan-aturan yang rasional membentuk kerangka kerja
konseptual (conceptual framework). Lebih lanjut, filosofi akuntan, penteorian,
pertimbang-an, pembuatan dan kehati-hatian sebagai suatu bagian penting (utama)
dari praktik profesi akuntansi. Subyektifitas merupakan aspek yang demikian kritis
atas praktik-praktik akuntansi saat ini, seperti mencari kebenaran dan fakta, suatu
pertimbangan apakah pengertian penyajian yang wajar (fair presentation), dan
pertimbangan dorongan perilaku oleh penyajian, sering digambarkan secra berlebihan
oleh pemunculan yang rinci (detail), akurat dan mengarah kepada obyektifitas yang
disertai penggunaan angka untuk menyatakan posisi keuangan, kinerja keuangan,
perubahan posisi keuangan dan arus kas atas suatu entitas (entitas).
30

Pertanyaannya adalah mengapa suatu kerangka kerja konseptual penting menjadi


demikian penting? Pertanyaan ini memerlukan suatu jawaban bahwa kerangka kerja
konseptula ini penting dimaksudkan untuk: (1). Meningkatkan keyakinan dalam
laporan keuangan dan meningkatkan makna keterbandingan diantara berbagai laporan
keuangan, dan (2). Masalah praktik yang baru dan sedang berkembang harus dapat
lebih cepat diselesaikan dengan acuan kerangka kerja atas teori dasar yang tersedia.

Pengembangan Kerangka Keja Konseptual

Banyak organisasi maupun individu yang telah berusaha mencoba mengembangkan


dan menerbitkan kerangka kerja konseptual yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan, tetapi tidak ada kerangka kerja tunggal yang diterima
secara umum dalam mendasari praktik-praktik kerja akuntansi keuangan. Kerangka
kerja dasar (basic framework) ini mencerminkan berbagai konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan terutama bagi para pengguna eksternal
(external users) dalam menafsirkan informasi laporan keuangan suatu entitas yang
disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berterima umum. Sifat dari
suatu kerangka kerja konseptual merupakan suatu kesatuan sistem atau hubungan
antara tujuan dan dasar yang menuntun kepada standar yang konsisten dan yang
menjelaskan sifat, fungsi, batasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Kieso dan Weygandt (2004) menjelaskan bahwa organisasi profesi akuntansi yang
paling sukses dalam menerbitkan kerangka kerja konseptual yang mendasari praktik-
praktik kerja akuntansi keuangan yaitu Accounting Principles Board (APB) dengan
menerbitkan Statement No.4 yaitu mengenai “Konsep Dasar dan Prinsip Akuntansi
yang Mendasari Laporan Keuangan Entitas” (Basic Concepts and Accounting Principles
Underlying Financial Statements of Business Enterprises) yang diterbitkan pada tahun
1970. Organisasi ini berakhir pada tahun 1973 karena kehilangan kredibilitasnya dari
kominitas dunia usaha. Selanjutnya pada tahun 1973 lahir organisasi profesi akuntansi
lainnya sebagai pengganti APB yaitu Dewan Standar Akuntanasi Keuangan (Finacial
Accounting Standard Board-FASB) yang keanggotaannnya terdiri dari berbagai latar
belakang profesi, misalnya: pemeriksaan (auditing), entitas jasa akuntansi (corporate
accounting service), entitas jasa keuangan (financial services) dan akademisi (academia)
yang sampai tahun 1980 telah menerbitkan 7 (tujuah) Statement of Financial Accounting
Concept (SFAC) yang berhubungan dengan laporan keuangan, yaitu;
31

(1) SFAC No.1. Tujuan Laporan Keuangan oleh Entitas (Objectives of Financial
Reporting by Business Enterprises), menyajikan maksud dan tujuan akuntansi.
(2) SFAC No.2. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi (Qualitative Characteristics
of Accounting Information), menguji karakterisitik yang membuat informasi
akuntansi bermanfaat.
(3) SFAC No.3. Elemen-elemen Laporan Keuangan Entitas (Elements of Financial
Statements of Business Enterprises), menyediakan definisi atas unsure-unsur laporan
keuangan, misalnya: aset (assets), laibilitas (liabilities), ekuitas (equities),
pendapatan (revenues) dan beban (expenses).
(4) SFAC No.5. Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan (Recognition
and Measurement of Financial Statement of Business Enterprises), membentuk kriteria
dasar pengakuan dan pengukuran serta pedoman atas informasi apa yang secara
formal harus dinyatakan dalam laporan keuangan dan kapan waktunya.
(5) SFAC No.6. Elemen-elemen Laporan Keuangan (Elements of Financial Statements),
menggantikan dan memperluas SFAC No.4 Elemen-elemen Laporan Keuangan
entitas yang diperluas lingkupnya mencakup didalamnya organisasi nirlaba.
(6) SFAC No.7. Penggunaan Arus Kas dan Nilai Tunai dalam Pengukuran Akuntansi
(Using Cash Flows and Present Value in Accounting Measurement), yang memberikan
kerangka kerja bagi para pemakai arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai
tunai atau nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran.
Keseluruh SFAC di atas dapat digambarkan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Tingkat pertama, tujuan-tujuan dasar (basic objectives) mengidentifikasikan
maksud dan tujuan akuntansi yang merupakan bagian pembentuk kerangka
kerja konseptual.
2. Tingkat kedua, ciri kualitatif (qualitative characteristik) yang membuat informasi
akuntansi bermanfaat dan difinisi unsur-unsur laporan keuangan.
3. Tingkat ketiga, adalah konsep pengukuran dan pengakuan yang digunakan
oleh akuntan dalam membentuk dan menerapkan standar akuntansi.
Ketiga tingkatan tersebut, secara hirarki dapat digambarkan seperti di bawah ini.

Tingkat Ketiga:
Konsep Pengakuan dan Pengukuran Bagaimana
implementasinya
32

Asumsi Prinsip Kendala


Tingkat Kedua:
Ciri Kualitatif Unsur-unsur Menjembatani antara tigngkat
Informasi Laporan pertama dan ketiga
Akuntansi Keuangan

Tujuan
Laporan Tingkat Pertama:
Keuangan Mengapa akuntansi: Maksud dan
tujuan akuntansi

Konsep-konsep dasar akuntansi (basic accounting concepts) berhubungan dengan


maksud dan tujuan akuntansi. Kemudian mendiskusikan cara dimana maksud dan
tujuan tersebut diimplementasikan (dipraktikan)-tingkat ketiga. Diantara kedua tingkat
tersebut adalah penting untuk menyediakan konsep bangun tertentu yang menjelaskan
karakteristik kualitatif informasi akuntansi dan difinisi unsur-unsur laporan keuangan.
Konsep bangun tersebut membentuk suatu jembatan (bridge) yang menghubungkan
antara mengapa akuntansi (why of accounting), tingkat pertama-tujuan dasar, dan
bagaimana akuntansi (how of accounting), tingkat ketiga-Pengukuran dan Pengakuan.
Dibawah ini dijelaskan tentang tujuan laporan keuangan, cirri kualitatid informasi
akuntansi, unsur- unsur laporan (elemen-elemen) lapran keuangan serta konsep
pengakuan dan pengukuran.

Tujuan Laporan Keuangan (Objectives of Financial Statement)


Laporan keuangan (financial statement) merupakan media informasi sebagai alat
komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan entitas pelapor. Dalam upaya membangun fondasi bagi
akuntansi dan pelaporan keuangan, profesi akuntansi telah mengidentikasikan
sekelompok tujuan dari pelaporan keuangan suatu entitas bisnis, yaitu bahwa
pelaporan keuangan harus menyediakan informasi:
(1) yang berguna bagi investor dan kreditor yang ada saat ini atau yang potensial
dan pemakai laporan lainnya untuk membantu mereka dalam pengambilan
keputusan investasi, kredit dan keputusan lainnya. Informasi yang disajikan
kepada mereka yang memiliki pemahaman yang memadai tentang aktivitas-
aktivitas ekonomi dan bisnis serta ingin memperlajari informasi tersebut dengan
lebih seksama dan komprehensif.
33

(2) untuk membantu investor dan kreditor yang ada saat ini atau yang potensial
dan pemakai laporan lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu dan
penerimaan kas masa depan dari dividen, bunga dan hasil penjualan,
penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Karena arus kas
berhubungan dengan arus kas entitas, maka laporan keuangan harus
menyediakan informasi yang dapat membentu investor dan kreditor yang ada
saat ini atau yang potensial dan pemakai laporan lainnya menilai jumlah,
penetapan waktu dan ketidakpastian arus kas masuk bersih (net cash flow) masa
depan entitas yang bersangkutan.
(3) tentang sumber daya ekonomi dari suatu entitas dan klaim terhadap sumber
daya tersebut, dan pengaruh dari transaksi, kejadian dan kondisi lainnya yang
mengubah sumber daya entitas dan klaim pihak lain terhadap sumber daya
entitas tersebut.
Singkatnya, bahwa tujuan atas pelaporan keuangan suatu entitas yaitu (1).
informasi yang berguna bagi keputusan invetsasi dan kredit, (2). informasi yang
berguna dalam menilai arus kas masa depan, (3). Informasi mengenai sumber daya
entitas, klaim terhadap sumber daya tersebut serta perubahan di dalamnya.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (revisi 2009) dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) menjelaskan
bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyagkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan
yang disusun untuk tujuan ini harus dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua
informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi karena secara umum informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian atau transaksi-transaksi di masa
lalu dan tidak diwajibkan untuk menyajikan informasi yang bersifat nonkeuangan
(nonfinancial information). Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan oleh manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Dalam PSAK No.1 (revisi 2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas yang meliputi:
a) aset (assets),
34

b) liabilitas (liabilitie),
c) ekuitas (equities),

d) pendapatan (revenues),
e) beban (expenses),
f) keuntungan (gains),
g) kerugian (losses),
h) pendapatan komprehensif lainnya (Other Comprehensive Income),
i) kontribusi dari Pemilik (investment by owners),
j) distribusi kepada pemilik (distribution to owners), dan
k) arus kas (cash flows).
Informasi tersebut beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan, akan membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas
masa depan (future cash flows) dan khususnya dalam hal waktu dan kepastian
diperolehnya kas dan setara kas. Penekanan pada arus kas masa depan mungkin akan
membuat pemakai laporan mengira bahwa dasar kas (cash basis) lebih diinginkan dari
pada dasar akrual (accrual basis). Hal ini tidak benar. Pelaporan keuangan yang
didasarkan pada dasar akrual umumnya menyediakan indikasi yang lebih baik tentang
kemampuan saat ini dan masa depan entitas untuk menghasilkan arus kas yang
menguntungkan dibanding informasi yang semata-mata didasarkan pada penerimaan
dan pengeluaran kas.
Pengguna laporan yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atas
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat
keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk
menahan atau menjual investasi mereka dalam entitas atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau mungkin mengganti manajemen entitas.
Sehubungan dengan apa yang dikemukakan di atas, bahwa laporan keuangan yang
disajikan oleh entitas memiliki beberapa tujuan, dimana tujuan atas laporan keuangan
dapat dipisahkan menjadi tujuan umum, tujuan khusus dan tujuan tambahan. FASB
dalam SFAC No. 1 yang menjelaskan tentang Tujuan Atas Laporan Keuangan Entitas
(Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises), yang menyajikan maksud dan
tujuan akuntansi membedakan menjadi 3 (tiga) tujuan dasar, yaitu:
(1) tujuan umum (general purposes),
35

(2) tujuan khusus (special purposea), dan


(3) tujuan tambahan (additional purposes).
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa tujuan atas pelaporan keuangan suatu entitas
yaitu (1). informasi yang berguna bagi keputusan invetsasi dan kredit, (2). informasi
yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, (3). Informasi mengenai sumber
daya entitas, klaim terhadap sumber daya tersebut serta perubahan di dalamnya.
Karena itu, tujuan (objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi
yang berguna bagi investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu
menyempit pada kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari
investasi mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas.
Akhirnya tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang
berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima pada masa depan, yaitu
arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor.

Tujuan Umum (General Purpose) Atas Laporan Keuangan.


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Revisi 2009 menjelaskan
tentang laporan keuangan yaitu menyediakan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja, arus kas dan perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sebagian besar
pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan yang disusun untuk tujuan ini harus memenuhi kebutuhan informasi
bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum laporan keuangan hanya
menggambarkan pengaruh keuangan dari transaksi, kejadian dan peristiwa lainnya di
masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeungan. Pengertian
tersebut diatas dimaksudkan bahwa laporan keuangan harus mampu memberikan
informasi yang bermanfaat untuk para investor serta kreditor (sebagai pengguna
utama) yang ada dan yang potensial serta para pemakai lainnya dalam mengambil
keputusan rasional mengenai investasi, kredit dan keputusan sejenis lainnya. Informasi
itu harus dapat dimengerti oleh orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang
aktivitas usaha dan ekonomi dan mereka yang mempunyai keinginan untuk
mempelajari informasi tersebut secara seksama. Penekanan dalam laporan keuangan
untuk tujuan umum ini terletak pada investor dan kreditor sebagai pengguna eksternal
(external users) yang paling utama, karena dengan memenuhi kebutuhan mereka, maka
hampir semua kebutuhan informasi pihak lainnya akan terpenuhi. Tujuan umum atas
laporan keuangan ini diusahakan bercakupan luas agar memenuhi berbagai kebutuhan
36

para pemakai. Jadi, tujuan umum atas laporan keuangan adalah berusaha untuk
memenuhi kepentingan umum dari berbagai pengguna potensial yang bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan khusus kelompok tertentu saja.

Tujuan Khusus (Special Purpose) Atas Laporan Keuangan.


Tujuan khusus atas laporan keuangan adalah menghasilkan informasi lain dalam
hubungannya dengan laporan keuangan yang relevan untuk memenuhi kebutuhan
informasi para pengguna dalam hal:
1. Memprakirakan prospek arus kas. Para investor dan kreditor sangat menaruh
perhatian pada arus kas pada masa yang akan datang. Investor mengharapkan
akan menerima hasil dari investasinya dalam bentuk dividen tunai (cash
dividend) dan pada akhirnya akan menjual investasi yang dimilikinya dengan
harga yang lebih tinggi dari pada harga perolehannya (mencari capital gain).
Sedangkan kreditor berharap untuk menutup pengeluaran-pengeluaran tunai-
nya dengan menerima pembayaran kembali pinjaman yang diberikan dan
menaikkan sumber kasnya dari pembayaran bunga. Dalam pengambilan
keputusan, para investor dan kreditor harus mempertimbangkan jumlah, waktu
dan ketidakpastian dan risiko dari prospek arus kas tersebut.
2. Memahami kondisi keuangan entitas. Laporan keuangan harus menyedia-kan
informasi mengenai keadaan keuangan entitas, untuk membantu para investor
dan kreditor serta pemakai laporan lainnya dalam memahami kekuatan dan
kelemahan keuangan entitas, mengenai likuiditas, dan solvabilitas dan struktur
permodalan entitas.
3. Memahami kinerja entitas. Laporan keuangan harus menyediakan informasi
mengenai kinerja (performance) suatu entitas untuk suatu periode tertentu.
Kinerja entitas ini diukur dengan laba dan komponen-komponen yang
membentuknya yang diperoleh dari hasil-hasil usahanya.
4. Memahami bagaimana kas diperoleh dan digunakan. Laporan keuangan harus
menyediakan informasi mengenai arus kas entitas selama satu periode tertentu.
Tujuan ini meliputi antara lain mengenai pinjaman dan pembayaran kembali
pinjaman, transaksi-transaski yang berkiatan dengan modal, serta faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas entitas.
Dengan demikian, dalam hal penyediaan informasi kepada semua pengguna laporan
(all users), maka profesi akuntansi (accounting profesion) mendasari pada laporan
keuangan bertujuan umum (general purpose financial statement), yang maksudnya adalah
37

untuk menyediakan informasi yang bermanfaat dengan biaya yang minimal kepada
berbagai kelompok pengguna (users) yang mungkin berbeda maksud dan tujuannya
antara pengguna yang satu dengan yang lainnya.

Tujuan Tambahan (Additional Purpose) Atas Laporan Keuangan.


Tujuan tambahan atas laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
memungkinkan manajemen entitas mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan
pemilik entitas. Memungkinkan para pemilik entitas untuk memperkirakan seberapa
baik kinerja para manajemen entitas telah melaksanakan tanggung jawabnya dalam
mengelola entitas dengan sumber-sumber ekonomi yang dipercayakan kepadanya.
Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi maka pengguna laporan harus dapat
memahami dengan memadai tentang posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan entitas.

Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi (Qualitative Characteristics of Accounting


Information).

Karena tujuan laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang akan digunakan
dalam pengambilan keputusan, perlu dijaga agar informasi yang disajikan mepunyai
kualitas informasi tertentu. Harus terdapat hubungan antara pembuat keputusan
(pengguna) dengan keputusan melalui penggunaan informasi yang bermanfaat.
Kaitannya, pemahaman atas informasi akuntansi yang berkualitas menyebabkan
pengguna dipengaruhi untuk memperolehnya dan menggunakannya secara berarti.
Singkatnya informasi akuntansi harus dapat dipahami dan digunakan (dapat merubah
perilaku) dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakterisitik kualitatif informasi
akuntansi (qualitative characteristics of accounting information) merupakan ciri utama yang
membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna, misalnya: (a).
bagaimana pengguna laporan mengambil suatu keputusan ekonomi bilamana laporan
keuangan menyediakan informasi dengan suatu dasar historis (historical cost) atau
dengan suatu dasar nilai pasar saat ini (current market value)? (b). bagaimanakah cara
memutuskan untuk melaporkan dua entitas atau lebih dalam satu induk apakah secara
terpisah atau digabungkan?
Pemilihan suatu metode akuntansi (accounting method) yang tepat, yang dapat
diterima, jumlah dan jenis informasi yang harus diungkapkan, bentuk laporan yang
harus disajikan mencakup penentuan mengenai alternatif mana yang tersedia yang
38

dapat memberikan informasi yang paling baik bagi tujuan pengambilan keputusan.
Jenis keputusan yang dibuat oleh pengambil keputusan sangat berbeda satu dengan
yang lainnya, begitu juga dengan metode yang dipakai mereka dalam pengambilan
keputusan, informasi yang telah mereka miliki atau diperoleh dari sumber lain, dan
kemampuan mereka dalam memproses informasi tersebut. Agar informasi menjadi
lebih bermanfaat maka harus terdapat hubungan antara pemakai laporan dengan
keputusan yang akan mereka ambil. Kaitan ini, yaitu kemampuan untuk memahami
(understandability) adalah kualitas informasi yang memungkinkan pemakai merasakan
signifikansi dari informasi tersebut. FASB dalam SFAC No.2 telah mengidentifikasikan
ciri kualitatif informasi akuntansi yang membedakan antara informasi yang baik atau
lebih bermanfaat (better) dan informasi yang tidak baik atau kurang bermanfaat
(inferior). Hirarki kualiatas informasi tersebut digambarkan oleh FASB seperti pada
bagian di bawah ini dan akan digunakan sebagai kerangka kerja (framework) dalam
pembahasan karateristik kualitatif tersebut seperti digambarkan pada halaman sebagai
berikut.
Jenis keputusan yang akan diambil oleh para pengambil keputusan sangat beragam,
demikian pula metode dalam pengambilan keputusan yang mereka gunakan juga
bervariasi, informasi yang telah mereka miliki atau informasi yang didapatkan dari
berbagai sumber, dan kemampuan mereka dalam mengolah informasi tersebut juga
berbeda satu sama lainnya. Agar informasi menjadi lebih bermanfaat, maka harus
terdapat keterkaitan antara pemakai laporan dengan keputusan yang mereka ambil.
Keterkaitan ini yaitu kemampuan dalam memahami (understandability) tidak lain
adalah kualitas informasi (information quality) yang memungkinkan mereka (pemakai
laporan) merasakan signifikasi dari informasi tersebut.

Pemakai Informasi Pengambilan Keputusan

Kualitas spesifik pemakai Kemampuan untuk memahami

Kualitas tertinggi Kegunaan Keputusan

Kualitas primer Relevansi Keandalan

Kandungan Nilai Nilai Ketapatan Daya Uji Netralitas Kejujuran


Kualitas Prediktif Umpan waktu Penyajian
utama Balik
39

Kualitas Sekunder Daya banding Konsistensi

Kendala Keefektifan Biaya Materialitas Konservatisme

Sebagai contoh: anggaplah suatu entitas baru saja menerbitkan laporan keuangan
interim yang menunjukkan laba interim untuk tiga bulan terakhir. Laporan ini
menyediakan informasi tentang laba perushaan selama tiga bulan tersebut adalah
relevan dan handal bagi tujuan pengambilan keputusan. Setelah membaca laporan
keuangan interim entitas tersebut, sebagian dari mereka yang mersakan siginifikasi dan
memahami informasi keuangan tersebut dengan segera menjual sahamnya. Sementara
pemakai laporan lainnya tidak memahami dan tidak merasakan siginifikasi informasi
tersebut mereka tidak proaktif dan menahan saham mereka (tidak segera menjualnya).
Sebagian pengguna akhirnya terkejut ketika entitas mengumumkan dividen tunai akhir
tahun lebih kecil dibanding dengan masa sebelumnya, dan harga pasar saham mereka
turun. Berdasarkan ilustrasi tersebut tampak jelas, walaupun informasi yang disajikan
tersebut handal dan relevan, namun informasi tersebut tidak berguna bagi para
pemakai laporan yang tidak memahaminya.

Kualitas Primer (Primary Quality): Relevan (relevance) dan Keandalan (realiable).


FASB menjelaskan dalam SFAC No.2 bahwa keterkaitan antara keputusan dan
informasi yang relevan (relevance) dan handal (realiable) merupakan dua kualitas primer
yang membuat informasi akuntansi bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Kedua
unsur kualitas utama tersebut yang akan membedakan apakah informasi akuntansi
menjadi lebih bermanfaat (better) atau menjadi tidak bermanfaat (inferior). Selanjutnya
kualitas primer tersebut, masing-masing mengandung sub-karakteristik sebagai
berikut;

Relevan (Relevance). SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa agar bermanfaat,


informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam pengambilan
keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa-peristiwa masa
lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna
40

di masa lalu. Dengan demikiam, agar relevan maka informasi akuntansi harus dapat
mendorong untuk membuat keputusan menjadi berbeda. Jika informasi tidak
mendorong untuk membuat keputusan menjadi berbeda, hal ini dinamakan tidak
relevan dan bahkan tidak berarti. Informasi yang relevan akan membantu para
pengguna untuk memperkirakan tentang hasil akhir atas masa lalu, sekarang dan
mendatang (predictive value), atau diharapkan dapat memperbaiki kesalahan di masa
lalu (feedback value). Agar relevan, informasi juga harus tersedia kepada pengguna
sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan yang akan dibuat
atau dengan perkataan lain informasi yang disajikan harus tepat waktu (timelines) agar
menjadi lebih berguna. Tepat waktu merupakan kata kunci yang terkandung dalam
relevansi, artinya apabila informasi yang dibutuhkan tersedia setelah pengambilan
keputusan dilakukan, maka nilai informasi tersebut tidak lagi berguna. Peran akuntansi
dalam peramalan atau prediksi (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu
sama lain. Misalnya: informasi tentang struktur dan besarnya aset yang dimiliki entitas
bermanfaat bagi pengguna ketika mereka berusaha memprediksi atau meramalkan
kemampuan entitas dalam memanfaatkan peluang dan berreaksi terhadap situasi yang
merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan
(confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur
keuangan (financial structures) entitas diharapkan tersusun atau tentang hasil operasi
yang direncanakan. Informasi tentang posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja (hasil usaha)
masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian para pengguna, seperti
misalnya pembayaran upah karyawan dan dividen kepada pemilik saham, pergerakan
harga sekuritas dan kemampuan entitas untuk memenuhi komitmen keuangan ketika
jatu tempo. Untuk memiliki nilai prediktif (predictive value), informasi akuntansi tidak
harus dalam bentuk ramalan yang dinyatakan secara eksplisit, namun demikian
kemampuan laporan keuangan untuk dapat membuat prediksi dapat ditingkatkan
dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya:
nilai prektif laporan laba-rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban
yang tidak biasa (irregularities), abnormal (abnormal) dan jarang terjadi (infrequent)
diungkapkan secara terpisah.

Keandalan (Reliable). Agar bermanfaat maka informasi juga harus andal (reliable).
Informasi memiliki kualitas yang andal bilamana secara layak terbebas dari pengertian
yeng menyesatkan, kesalahan material (material errors), rancu (bias), dan dapat
diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur. Dapat diandalkan
berarti pula penyajian informasi harus didasarkan pada kejujuran atau ketulusan
41

penyajian (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan. Menurut SAK dalam KDPPLK menyatakan bahwa suatu
informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat
diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
Misalnya: jika keabsahan dan junlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan
hukum (litigation) masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi entitas untuk
mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat
untuk mengungkapkan jumlah serta keaedaan dari tuntutan tersebut. Dapat
diandalkannya informasi sangat penting bagi individu yang tidak mempunyai waktu
dan keahlian untuk menilai isi atau kandungan fakta atas informasi tersebut. Untuk
dapat diandalkan, informasi akuntansi harus memiliki tiga karakteristik penting, yaitu;
(1). daya diuji (verifiability),
(2). ketepatan penyajian (representation faithfulness) dan
(3). neutralitas (neutrality).

Daya uji (verifiability). Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan-
pertimbangan dan pendapat-pendapat yang subjektif. Hal ini berkaitan dengan
keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan penyajian suatu informasi,
sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektif semata. Dengan
demikian untuk meningkatkan manfaat suatu informasi, maka informasi tersebut harus
dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan
metode pengukuran yang sama. Konsep ini berarti bahwa informasi dapat dibuktikan
kebenarannya bilamana suatu tingkat kesepakatan yang tinggi dapat diamankan dan
dibuktikan dengan pengukur independen dan dengan metode pengukuran yang sama.
Jika pihak luar entitas menggunakan pengukuran yang sama, namun justru
menghasilkan kesimpulan yang berbeda, maka laporan dinyatakan tidak dapat diuji.

Ketepatan penyajian (representation faithfulness). Ketepatan penyajian berarti bahwa


angka-angka dan penjelasannya disajikan dalam laporan keuangan mewakili apa yang
sebenarnya ada dan terjadi. Angka-angka dan penjelasannya sesuai dengan sumber
daya atau yang diklaim oleh angka-angka serta penjelasan tersebut. Sebagai contoh,
suatu peusahaan melaporkan pendapatan hasil penjualan dalam laporan laba-rugi
sebesar Rp200 miliar, sementara pendapatan hasil penjualan sebenarnya Rp150 miliar,
maka laporan laba-rugi tersebut dikatakan tidak disajikan secara tepat. Dengan
perkataan lain, angka-angka serta informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan
42

harus disajikan secara tulus dan jujur. SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa
informasi harus dapat menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
Jadi misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya dalam bentuk aset, liabilitas dan ekuitas entitas pada tanggal pelaporan yang
memenuhi kriteria pengakuan. Pengertian ini berarti bahwa kesesuaian hubungan atau
kesepakatan antara angka akuntansi dan penjelasan dengan sumber atau kejadian
dimana angka dan penjelasan benar-benar didukung bukti nyata. Jika suatu laporan
penjualan satu milyar, sedangkan nyatanya hanya delapan ratus juta, maka laporan
disajikan tidak jujur. Lebih lanjut KDPPLK menyatakan bahwa informasi keuangan
pada umumnya tidak luput dari risiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa
yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan
untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam meng-
identifikasikan transaski serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam
menyusun atau menerapkan ukuran dan tehnik penyajian yang sesuai dengan makna
transaksi serta peristiwa tersebut. Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak
keuangan dari suatu pos sangat tidak pasti sehingga entitas pada umumnya tidak
mengakuinya dalam laporan keuangan. Misalnya: meskipun dalam kegiatan usahanya
entitas dapat menghasilkan muhibah (goodwill), tetapi lazimnya sulit untuk
mengidentifikasikan atau mengukur muhibah tersebut secara andal. Namun, dalam
kasus lain, pengakuan suatu pos tertentu tetap dianggap relevan dengan
mengungkapkan risiko kesalahan sehubungan dengan pengakuan dan
pengukurannya.

Netralitas (neutrality). Konsep ini berarti bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk
tujuan menguntungkan satu atau sekelompok pihak yang berkepentingan terhadap
pihak lain. SAK dalam KDPPLK mengungkapkan bahwa informasi harus diarahkan
pada kebutuhan umum pengguna, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan
keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha-usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak
lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. Fakta dan informasi yang benar
harus dipertimbangkan secara serius, misalnya akuntan tidak dapat mengabaikan
untuk tidak mengungkapkan adanya tuntutan karena terjadinya kebocoran gas
beracun atau lumpur panas (seperti kasus Lapindo) pada suatu entitas walaupun
pengungkapan tersebut memalukan dan menurunkan citra entitas.
43

Kualitas Sekunder (Secondary quality)-Komparabilitas (comparability) dan Konsistensi


(concistency).

Informasi tentang suatu entitas akan lebih bermanfaat jika: (1). dapat dibandingkan
dengan informasi sejenis yang berasal dari entitas lain (comparability), dan (2). dengan
informasi yang sejenis dari entitas yang sama namun dari periode waktu yang
berlainan (concistency).

Komparabiltas atau daya banding (comparability). Hakikat dari pengertian daya


banding (comparability) adalah bahwa informasi akan semakin lebih bermanfaat jika
dapat dikaitkan dengan ukuran atau standar tertentu. Informasi yang lebih terukur dan
dilaporkan dengan cara yang sama untuk entitas yang berbeda dapat dibandingkan.
SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa pengguna harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan entitas antar periode untuk mengidentifikasi atas kecenderungan
atau tren posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan antar entitas untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara
konsisten untuk entitas tersebut, antar periode entitas yang sama dan untuk entitas
yang berbeda. Dengan melakukan perbandingan ini menyebabkan para pengguna
laporan dapat mengidentifikasikan persamaan dan perbedaan nyata atas fenomena
ataau gejala ekonomi. Keputusan mengenai alokasi sumber-sumber mencakup
penilaian atas alternatif metode akuntansi. Suatu penilaian yang memadai dapat
dilakukan jika informasi yang dapat dibandingkan tersedia.
Selanjutnya KDPPLK menjelaskan bahwa implikasi penting dari karateristik
kualitatif dapat diperbandingkan ini adalah bahwa pengguna harus mendapat
informasi tentang kebijakan akuntansi (accounting policy) yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan akuntansi (accounting changes)
serta pengaruh atas perubahan tersebut. Para pengguna harus dimungkinkan untuk
dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk
transaksi serta peristawa lain yang sama dalam suatu entitas dari satu periode ke
periode lain dan dalam perushaan yang berbeda. Ketentuan pada standar akuntansi
keuangan termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas
membantu pencapaian daya banding. Kebutuhan terhadap daya banding jangan
dikacaukan dengan keseragam yang semata-mata dan tidak seharusnya menjadi
hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan yang lebih baik.
44

Entitas tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi relevan dengan
karakterisik kualitatif relevansi dan keandalan. Entitas juga tidak perlu
mempertahankan suatu kebijakan akuntansi kalau ada alternatif yang lain yang lebih
relevan dan lebih andal. Berhubung pengguna ingin membandingkan posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka perushaan perlu
menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan.

Konsistensi (consistency). Konsistensi merupakan unsur penting lainnya dari informasi


akuntansi yang bermanfaat. Mengingat banyaknya alternatif laporan yang ada, metode
yang dianut entitas haruslah digunakan secara konsisten (ajeg) agar kontinuitas dan
komparabilitas didalam laporan keuangan dapat tercapai. Bilamana suatu entitas
menerapkan perlakuan akuntansi yang sama dari periode ke periode selanjutnya atas
kejadian atau peristiwa yang sama, entitas dipertimbangkan konsisten dalam
menggunakan standar akuntansi. Namun hal ini tidak berarti bahwa entitas tidak dapat
merubah satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya. Entitas dapat merubah
metode, tetapi perubahan harus dibatasi pada situasi dimana hal ini dapat dibuktikan
bahwa metode baru yang digunakan memang lebih disukai dan mencerminkan
keadaan yang sebenarnya dibandingkan dengan metode lama. Lebih lanjut, sifat dan
pengaruh perubahan akuntansi serta alasan yang membenarkan hal tersebut harus
diungkapkan dalam laporan keuangan untuk periode dimana perubahan metode
dilakukan. Konsekuensinya adalah bahwa dengan perubahan metode akuntansi
tersebut tersebut akan menurunkan manfaat informasi akuntansi atas laporan
keuangan karena makna daya banding (comparability) menjadi menurun. Untuk
membantu memilih berbagai berbagai alternatif akuntansi dan laporan keuangan,
beberapa kriteria telah ditetapkan. Kriteria tersebut berkaitan erat dengan karakteristik
kualitatif informasi akuntansi.
Laporan keuangan (financial statement) menggambarkan dampak kuangan dari
transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar
menurut karakteristik ekonomisnya. Kelopmpok besar ini merupakan unsure-unsur
laporan keuangan. Unsur-unsur yang berkaitan secara langsung dengan posisi
keuangan (financial position) adalah: asets (assets), liabilitas (liability) dan ekuitas (equity).
Sedang unsur yang berkiatan dengan pengukuran kinerja entitas dalam laporan laba-
rugi (income statement) adalah penghasilan (revenues) dan beban (expense). Laporan
perubahan posisi keuangan bisaanya mencerminkan beberapa unsur laporan laba-rugi
dan perubahan dalam berbagai unsur neraca (balance sheet), dengan demikian kerangka
dasar ini tidak mengidentifikasikan unsur laporan perubahan posisi keuangan.
45

Unsur-Unsur Dasar Laporaan Keuangan (Elements of Financial Statement)

PSAK No. 1 (revisi 2009) mendefinisikan unsur-unsur laporan yang berkaitan dengan
posisi keuangan meliputi: (a). aset (assets), (b), liabilitas (liability) dan (c). Ekuitas
(equity), dan yang berkaitan dengan kinerja, meliputi: (a). penghasilan (revenues), (b).
beban (expense), (d). keuntungan (gains), dan (d). kerugian (losses). Sedangkan FASB
dalam SFAC No.6 mendefinisikan sepuluh unsur yang saling berhubungan yang secara
langsung berhubungan dengan pengukuran kinerja dan status keuangan entitas, yaitu:
(a). aset (assets), (b). liabilitas (liability), (c). ekuitas (equity) (d). investasi oleh pemilik
(investment by owners), (e). distribusi kepada pemilik (disttribution to owners), (f). laba
komprehensive (comprehensive income), (g). penghasilan (revenues), (h). beban (expense),
(i). keuntungan (ganis), dan (j). kerugian (losses). Unsur-unsur tersebut selanjutnya
didefiniskan sebagai berikut;

Aset (assets).
Aset adalah kemungkinan manfaat ekonomi pada masa yang akan datang yang
dimiliki atau dikendalikan suatu entitas sebagai hasil transaksi atau kejadian di masa
lalu. SAK dalam KDPPLK mendefinisikan bahwa aset adalah sumber daya yang
dikuasi oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana sumber
ekonimis di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. Yang dimaksud dengan
manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset
tersebut untuk memberikan sumbangan (kontribusi) baik langsung atau tidak langsung
arus kas dan setara kas kepada entitas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang
produktif dan merupakan bagian dari aktivitas operasi entitas. Mungkin pula dapat
berbentuk sesuatu yang dapat diubah menjadi kas dan setara kas atau berbentuk
kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas seperti penurunan biaya akibat
penyesuaian proses produksi alterbatif.

Liabilitas (liability).
46

Liabilitas adalah kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomis pada masa yang akan
datang yang ditimbulkan dari liabilitas-liabilitas entitas yang ada pada saat ini untuk
mengorbankan aset atau memberikan jasa kepada pihak lain pada masa yang akan
dating sebagai akibat dari transaksi atau kejadian pada masa lalu. SAK dalam KDPPLK
mendefinisikan bahwa liabilitas merupakan utang entitas masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber saya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.

Ekuitas (equity)
Ekuitas adalah Hasil residu (nilai sisa) dari aset suatu entitas setelah dikurangi dengan
liabilitas. SAK dalam KDPPLK mendefinisikan bahwa ekuitas adalah hak residual atas
aset entitas setelah dikurangi semua liabilitas. Meskipun didefinisi-kan sebagai nilai sisa
(salvage value) atau nilai residu (residual value), ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam
neraca, misalnya: dalam suatu entitas Perseroan Terbatas (PT), setoran modal oleh
pemegang saham, saldo laba awal periode (retained earnings), penyisihan saldo laba
(appropriation of retained earnings) dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal
masing-masing disajikan dineraca secara terpisah. Klasifikasi semacam ini dapat
menjadi relevan dalam pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan apabila
pos tersebut mengindikasikan adanya pembatasan hukum atau karena pembatasan
lainnya. Dalam suatu entitas, ekuitas merupakan bagian kepemilikan.

Investasi oleh pemilik (investment by owners)


Invesatsi oleh pemilik adalah pertambahan dalam aset bersih (net assets) sesuatu yang
bernilai dalam penyertaan dari entitas atau pihak lain untuk memperoleh atau
memperbesar bagian kepemilikan dalam penyertaannya. Aset adalah bentuk yang
biasa diperoleh dalam penyertaan oleh pemilik, namun demikian dapat juga termsuk
jasa ataupun pelunasan (pengambilalihan) liabilitas entitas.

Distribusi kepada pemilik (distribution to owners)


Distribusi kepada pemilik adalah pengurangan dalam aset bersih suatu entitas sebagai
hasil suatu pemindahan aset, pelayanan jasa atau terciptanya liabilitas oleh entitas
kepada pihak pemilik. Pengambilalihan kepada pemilik mengurangi bagian
kepemilikan (ekuitas) dalam suatu entitas atau memberikan jasa kepada pihak lain
sebagai akibat transaksi atau kejadian padsa masa lalu.
47

Laba komprehensif Lainnya (others comprehensive income)


Laba komorehensif lainnya adalah perubahan dalam ekuitas suatu entitas selama satu
periode tertentu akibat transaksi dan kejadian serta keadaan lainnya yang berasal dari
sumber-sumber yang bukan dari pemilik. Termasuk pula semua perubahan dalam
ekuitas selama satu periode, kecuali yang berasal dari penyertaan oleh pemilik
(investment by owners) dan pengembalian kepada pemilik (dsitribution to owners).

Penghasilan (revenues)
Penghasilan adalah pemasukan atau peningkatan aset suatu entitas atau penyelesaian
liabilitas entitas atau campuran keduanya selama satu periode tertentu akibat
penyerahan atau pembuatan suatu produk, pelayanan jasa atau kegiatan lain yang
merupakan kegiatan utama entitas yang berkesinambungan (major operation). SAK
dalam KDPPLK mendefinisikan tentang penghasilan yaitu kenaikan selama satu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atas penambahan aset atau penurunan
liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal.

Beban (expenses)
Beban adalah pengeluaran atau penggunaan aset atau terciptanya liabilitas atau
campuran keduanya selama satu periode tertentu akibat penyerahan atau pembuatan
produk, pelayanan jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama entitas
yang berkesinambungan (contonuing operation). SAK dalam KDPPLK mendefinisikan
tentang beban yaitu penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam
bentuk arus kas keluar atau berkuirangnya aset atau terjadinya liabilitas yang
mengakibatkan penutunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.

Keuntungan (gains)
Keuntungan adalah pertambahan ekuitas akibat transaksi yang bukan merupakan
kegiatan utama (pheriperal) atau secara kebetulan terjadi (incidental) pada suatu entitas
serta akibat transaksi dan kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu
periode tertentu kecuali penghasilan atau pendapatan (revenue) atau investasi yang
48

berasal dari pemilik (investment by owners). SAK dalam KDPPLK menjelaskan tentang
keuntungan yaitu mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan
yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan
demikian pula hakikatnya tidak berbeda dengan penghasilan atau pendapatan. Oleh
karena itu, unsur ini tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini.

Kerugian (losses)
Kerugian adalah pengurangan ekuitas akibat transaksi yang bukan merupakan
kegiatan utama (pheriperal) atau secara kebetulan terjadi (incidental) pada suatu entitas
serta akibat transaksi dan kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu
periode tertentu kecuali beban (expenses) dan distribusi kepada pemilik pemilik
(distribution to owners). SAK dalam KDPPLK menjelaskan tentang keruguian yaitu
mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau
mingkin tidak timbul dari aktivitas entitas yang biasa. Kerugian tersebut mencerminkan
berkurangnya menfaat ekonomi dan pada hakikatnya tidak berbeda dari beban. Oleh
karena itu, kerugian tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini.
Dari sepuluh pengertian di atas, ada dua hal penting yang perlu ditekankan di sini,
yaitu:
(1) Istilah laba komprehensif lainnya yang relatif merupakan konsep baru tentang
pengukuran dan pelaporan laba. Laba komprehensif lainnya lebih inklusif
dibandingkan dengan pengertian laba bersih yang merupakan ukuran laba
bersih). PSAK No.1 (revisi 209) menjelaskan bahwa laba-rugi bersih adalah total
pendapatan setelah dikurangi beban, tidak termasuk komponen pendapatan
komprehensif lain lainnya. Laba komprehensif lainnya mencakup laba bersih
dan semua perubahan-perubahan ekuitas kecuali yang diakibatkan oleh
investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Sebagai contoh
keuntungan atau kerugian pemilikan yang belum direalisasikan dari sekuritas
ekuitas yang tersedia untuk dijual, yang saat ini tidak dimasukan kedalam
unsur laba bersih, dimasukan sebagai unsur laba komprehensif.
(2) Unsur-unsur di atas diklasifikasikan kedalam dua kelompok yang berbeda,
dimana kelompok pertama mencakup tiga unsur, yaitu: asset, liabilitas dan
ekuitas. Ketiga unsur ini menjelaskan tentang sumber daya dan klaim terhadap
sumber daya tersebut pada suatu waktu tertentu (moment in time). Ketiga unsur
laporan keuangan ini berkaitan dengan laporan neraca. Empat unsur lainnya
49

yaitu: pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian menjelas-kan tentang


transaksi, kejadian dan situasi lainnya yang mempengaruhi entitas selama
jangka waktu tertentu (period of time). Empat unsur laporan keuangan ini
berkaitan dengan laporan laba-rugi. Sedangkan investasi oleh pemilik,
distribusi kepada pemilik dan laba komprehensif lainnya berkaitan dengan
laporan rugi-laba komprehensif (Comprehensive Income Statement).
Dengan demikian, unsur-unsur kelompok pertama (asset, liabilitas dan ekuitas)
diubah oleh unsur-unsur kelompok kedua dan ketiga, sehingga posisi unsur-unsur
kelompok pertama pada suatu waktu tertentu merupakan hasil kumulatif dari semua
perubahan-perubahan. Interaksi ini dinamakan sebagai artikulasi, yaitu bahwa angka-
angka utama dar suatu laporan berhubungan dengan saldo-saldo dari laporan lainnya.

Konsep Pengakuan, Pengukuran dan Pelaporan


Dalam SFAC No.5 menunjukkan bahwa konsep-konsep akuntansi tidak akan
mengalami perubahan yang besar dan cepat sejak saat ini, tetapi memungkinkan
mengalami perubahan secara evolusi. Hal ini disebabkan karena banyak aspek yang
ada dalam praktik-praktik akuntansi saat ini konsisten dengan konsep pengakuan
(recognition), pengukuran (mesurement) dan pelaporan (reporting).
Pengakuan adalah proses pencatatan suatu pos yang pada akhirnya laporan pos
tersebut sebagai salah satu unsur di dalam laporan keuangan. PSAK No.1 (revisi 2009)
menjelaskan bahwa pengakuan (recognitiom) merupakan proses pembentukan suatu
pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan tertentu dalam neraca dan
laporan laba-rugi. Pos-pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui, bila
memenuhi dua kriteria, yaitu:
(1) ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos-pos
tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas, dan
(2) pos-pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
FASB dalam SFAC No.5 menjelaskan bahwa untuk memenuhi syarat pengakuan
ini, suatu pos harus memenuhi empat kriteria, yaitu: (1). definisi, (2). dapat diukur, (3).
relevansi, dan (4). keandalan. Agar suatu pos dapat diakui maka pos tersebut harus
memenuhi salah satu definisi mengenai unsur-unsur laporan keuangan (lihat sepuluh
unsur laporan keuangan yang disebutkan pada halaman sebelumnya). Informasi
50

mengenai pos tertentu haruslah relevan dan andal agar dapat diakui. Karena seringkali
terjadi pertentangan antara relevansi dan keandalan, maka pertimbangan mengenai
kedua kualitas primer dapat mempengaruhi saat (timing) pengakuan.
Keempat kriteria pengakuan utama tadi berlaku untuk semua unsur laporan
keuangan. Akan tetapi, karena salah satu dari tugas utama akuntansi adalah untuk
mengukur dan melaporkan laba (rugi) bersih, maka penerapan yang tepat atas kriteria
pengakuan ini sangat diperlukan dalam hal pengakuan pendapatan (revenue
recognition) dan pengakuan beban (expense recognition) seperti yang akan dijelaskan
pada bagian di bawah ini. Konsep pengakuan dan pengukuran meliputi:
(1). Asumsi-asumsi dasar (basic assumption),
(2). Prinsip-prinsip dasar akuntansi (basic accounting principles), dan
(3). Kendala-kendala (constraints).
Profesi akuntansi menggunakan ke tiga konsep tersebut sebagai pedoman
operasional. Tidak semua orang menggunakan kosep tersebut, sehingga sebagai profesi
akuntansi lebih baik memahami konsep tersebut dari pada bagaimana konsep tersebut
itu dikalsifikasikan atau diorganisir. Konsep-konsep ini berfungsi sebagai pedoman
dalam menanggapi isu-isu pelaporan keuangan yang berkembang yang kontroversial
secara rasional. Konsep ini telah berubah dari waktu ke waktu dan merupakan dasar
bagi prinsip-prinsip akuntansi yang telah ditetapkan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan atau oleh organisasi sejenisnya.

Asumsi-asumsi dasar (basic assumption).

FASB dalam SFAC No.5 menjelaskan bahwa asumsi dasar (basic assumptiom) yang
mendasari struktur akuntansi keuangan, yaitu: (1). entitas ekonomi (economic entity), (2).
kelangsungan usaha (going concern), (3). unit moneter (monetery unit), dan (4).
periodesitas (periodicity/accounting/fiscal period). Sedangkan SAK dalam KDPPLK
menjelaskan tentang asumsi dasar ini meliputi: (1). dasar akrual (accrual basis), dan (b).
kelangsungan usaha (going concern).

Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption). Merupakan asumsi pokok dalam
akuntansi bahwa aktivitas ekonomi dapat diidentifikasikan dengan satu unit
pertanggungjawaban yang jelas. Di dalam konsep ini, perushaan harus dipandang
51

sebagai unit usaha (entitas) yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Unit usaha
(entitas) dianggap sebagai unit akuntansi yang terpisah dari pemiliknya atau dari
kesatuan usaha yang lainnya. Untuk tujuan akuntansi, unit usaha (entitas) dipisahkan
dari pemiliknya atau pemegang saham. Dengan perkataan lain, aktivitas suatu entitas
dapat dipisahkan atau dibedakan dari unit lainnya dan pemilik (pemegang saham)
entitas. Jika terdapat cara yang berarti untuk memisahkan seluruh aktivitas ekonomi
yang terjadi, tidak ada dasar bagi disiplin akuntansi untuk tetap ada (eksis). Lebih
lanjut, konsep ini tidak secara penting mengacu pada kesatuan hukum (legal entity).
Entitas induk dan anak adalah terpisah menurut kesatuan hukum, tetapi untuk tujuan
akuntansi dan laporan keuangan seluruh aktivitas disatukan atau digabungkan dan hal
ini tidak bertentangan dengan asumsi ini, karena entitas induk dan entitas anak
dianggap sebagai satu kesauan ekonomi.

Asumsi kelangsungan usaha (going concern assumption). Konsep ini beranggapan


bahwa entitas itu akan hidup terus, dalam arti diharapkan tidak akan dolikuidasi pada
masa yang akan dating, kecuali bila ada bukti yang sebaliknya. Jadi, bila tidak terdapat
bukti yang cukup jelas bahwa suatu entitas itu akan berhenti usahanya maka entitas
sebagai suatu kesatuan usaha harus dipandang akan berjalan terus. Penekanan konsep
ini adalah terhadap anggapan bahwa akan tersedia waktu yang cukup bagi suatu
entitas untuk menyelesaikan usaha, kontrak dan komitmen. SAK dalam KDPPLK
menjelaskan bahwa laporan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsunga usaha
entitas dan akan melangsungkan usahanya di masa depan. Karena itu, entitas
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan
keuangan mungkin harus disusun dengan asumsi yang berbeda dan dasar yang
digunakan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Sebagian besar
metode akuntansi didasarkan pada asumsi bahwa entitas akan ada dalam waktu yang
tidak terbatas (long life). Pengalaman menunjukkan bahwa meskipun banyak entitas
yang gagal, namun tetap memiliki tingkat kesinambungan yang tinggi dan wajar
sepanjang tidak dilikuidasi. Oleh karenanya, dibuat berbagai metode penialaian dan
pengalikasian dalam akuntansi yang didasarkan pada konsep ini. Asumsi ini
mendukung dilaksanakannya penyusutan dan amortisasi dasri suatu dasar nilai
historis. Dukungan yang sama juga diberikan pada penanaman (investasi) lancar dan
tidak lancar, jangka pendek dan jangka panjang.
52

Asumsi unit moneter (monetery unit assumption). Akuntansi yang didasarkan pada
asumsi bahwa uang merupakan alat pengukur atau pembilang umum (common
denominator) didalam aktivitas ekonomi yang berlangsung, serta sebagai suatu dasar
yang memadai bagi akuntansi untuk melakukan pengukuran dan analitis. Beberapa
transaksi yang terjadi dalam suatu entitas dapat dicatat dengan menggunakan ukuran
unit fisik atau waktu, tetapi karena tidak semua transaksi tersebut dapat dicatat dengan
menggunakan ukuran fisik atau waktu yang sama, sehingga menimbulkan kesulitan di
dalam pencatatan serta penyajian dan pelaporan keuangan. Untuk mengatasi masalah
ini maka semua transaksi yang terjadi akan dinyatakan dan dicatat dalam satuan (unit)
moneter atau nilai uang pada saat terjadinya. Unit moneter yang digunakan adalah
mata uang Negara dimana perushaan itu berdomisili (di Indonesia dengan
menggunakan mata uang rupiah). Asumsi ini mengakibatkan bahwa satuan keuangan
merupakan cara yang paling efektif untuk menyatakan kepada pihak yang
berkepentingan atas perubahan dalam modal dan perubahan dalam barang dan jasa.
Satuan keuangan adalah relevan, sederhana, tersedia secara umum, dapat dimengerti
dan bermanfaat. Pencatatan transaksi dengan menggunakan ukuran mata uang pada
saat terjadinya suatu transaksi disebut dengan prinsip biaya (cost prinsiple). Prinsip ini
digunakan dengan anggapan bahwa nilai tukar uang yang dipakai adalah stabil dan
perubahan-perubahan nilai tukar uang yang terjadi tidak akan mengakibatkan
penyesuaian-penyesuaian yang cukup material. Tetapi jika terjadi perubahan daya beli
yang material (terutama dalam keadaan inflasi), maka laporan keuangan yang disusun
dan disajikan berdasartkan prinsip biaya akan memberikan gambaran yang tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya terjadi, dan dengan demikian kegunaan laporan
keuangan yang didasarkan pada prinsip biaya tersebut akan berkurang. Dukungan
asumsi ini juga mensyaratkan bahwa satuan keuangan sebagai unit pengukur dianggap
stabil, jika tidak mungkin dapat dipertimbangkan untuk menggunakan akuntansi
inflasi (inflation accounting).

Asumsi periodesitas (periodicity/accounting/fiscal period assumption). Cara umum yang


paling tepat untuk mengukur hasil dari aktivitas atau kegiatan entitas adalah
menunggu hingga tiba waktu (saat) dilikuidasi. Akan tetapi berbagai pihak yang
berkepentingan tidak dapat menunggu secara tidak jelas untuk kebutuhan mereka
akan informasi entitas tersebut. Kegatan entitas berjalan terus dari period eke periode
dengan volume usaha yang beragam. Masalah yang timbul adalah pengakuan dan
pengalikasian asset dan liabilitas kedalam periode-periode tertentu dimana laporan
keuangan tersebut disusun dan disajikan. Agar laporan keuangan berguna bagi para
pemakainya, maka laporan keuangan harus disusun dan disajikan tepat waktu
53

(timeline). Oleh karenanya perlu dilakukan alokasi atas asset, liabilitas, pendapatn dan
beban dari period eke periode untuk transaksi dann kejadian yang memperngaruhi
beberapa periode akuntansi. Alokasi ini dilakukan berdasrkan taksiran atau estimasi.
Dengan demikian asumsi ini mensyaratkan bahwa entitas dapat dibagi kedalam
periode waktu buatan (artificial time period). Periode waktu ini bervariasi, tetapi
umumnya secara bulanan, kuartalan atau tahunan. Pemakai laporan perlu diberitahu
tentang posisi keuangan dan kinerja entitas dari waktu ke waktu agar dapat
mengevaluasi dan membandingkan dengan entitas lain. Dengan demikian informasi
keuangan harus dilaporkan secara berkala. Asumsi periodisitas atau periode waktu
menyiratkan bahwa aktivitas perekonomian suatu entitas dapat dipisahkan kedalam
periode waktu artifisial. Periode waktu bervariasi, tetapi yang paling banyak digunakan
adalah bulanan, kwartalan, setengah tahunan atau tahunan. Semakin pendek periode
waktu, semakin sulit menentukan laba bersih yang tepat untuk periode tersebut. Hasil
bulanan tidak seakurat hasil kwartalan, dan hasil kwartalan tidak sekaurat hasil
tahunan. Semakin pendek periode penerbitan informasi, semakin tinggi kemungkinan
ketidak-akuratannya. Kenyataan ini memberikan contoh yang menarik tentang
pertimbangan untung-rugi (trade-off) aantara relevansi degan realibilitas dalam
penyajian laporan keuangan.

Dasar akrual (accrual basis).

Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan harus disusun atas dasar akrual. Dengan
dasar ini, pengaruh dari transaksi dan peristiwa lainnya diakui pada saat kejadian dan
bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan dan dicatat dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada
pengguna tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas tetapi juga liabilitas pembayaran kas di masa depan serta sumber daya
yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu,
laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa
lainnya yang paling berguna bagi pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
PSAK No. 1(revisi 2009) menjelaskan tentang dasar akrual yaitu bahwa entitas
menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika
akuntansi berdasarkan akrual digunakan, entitas mengakui asset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-unsur tersebut dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK).
54

Prinsip-prinsip dasar akuntansi (basic accounting principles).

Empat prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi, yaitu; (1).
Prinsip biaya histories (historical cost principles), (2). Prinsip pengakuan pendapatan
(revenue recognition principles), (3). Prinsip penandingan (matching principles), dan (4).
Prinsip Pengungkapan penuh (full disclosure principles).

Prinsip biaya historis (historical cost principles). Pengukuran (mesurement) adalah proses
penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukan setiap unsur laporan
keuangan dalam neraca dan laporan laba-rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar
pengukuran tertentu. Secara traditional, penyaji dan pengguna laporan keuangan
menemukan bahwa biaya perolehan adalah dasar umum yang berguna untuk
pengukuran dan laporan akuntansi. Akibatnya prinsip akuntansi saat ini menghendaki
agar aset diperlakukan dan dilaporkan pada dasar biaya perolehannya. Hal ini sering
disebut sebagai prinsip harga historis (historical cost principles). SAK dalam KDPPLK
menjelaskan biaya historis bahwa aset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas
yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk
memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang
diterima sebagai penukar dari liabilitas (obligation) atau dalam keadaan tertentu,
(misalnya pajak penghasilan), dalam jumlah kas atau setara kas yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha yang normal. Biaya
perolehan (acquisition cost) mempunyai satu keuntungan penting dibanding dasar
penilaian lain, yaitu dapat diandalkan dan dapat diuji. Sekali dibentuk, biaya perolehan
tetap digunakan sepanjang aset tersebut digunakan. Untuk mempercayai informasi
yang disajikan, pengguna internal dan eksternal harus mengetahui bahwa informasi
adalah akurat dan didasarkan pada fakta. Dengan menggunakan prinsip harga historis
(historical cost) sebagai dasar pencatatan, akuntan dapat menyajikan laporan mereka
secara obyektif dan data dalam laporan keuangan dapat diuji keabsahannya.
Bagaimana selanjutnya tentang pengukuran liabilitas? Apakah liabilitas juga diukur
berdasarkan biaya perolehannya? Tentu jawabannya ya, jika kita mengubah istilah
biaya dengan harga pertukaran, maka kita akan menentukan bahwa istilah biaya
berlaku untuk liabilitas. Liabilitas seperti obligasi, wesel dan hutang usaha diterbitkan
serta dipertukarkan dengan asset entitas, atau mungkin jasa pada harga yang telah
disepakati. Harga inilah yang ditentukan oleh transaksi pertukaran, adalah biaya
55

liabilitas dasar dalam laporan keuangan. Sejumlah dasar pengkuran lain yang berbeda
digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan.
SAK dalam KDPPLK menentapkan dasar pengkuran (atribut-atribut) lainnya yang
sekarang banyak digunakan dalam laporan akuntansi, yaitu: (1). harga pasar saat ini
atau biaya kini (current market value atau current cost), (2). biaya pengganti saat ini
(current replacement cost), (3). nilai bersih atau penyelesaian (realizable value atau setlement
value), dan (4). nilai sekarang yang didiskontokan (current discounted value) atau nilai
sekarang (present value).

 Harga pasar saat ini (current market value), yaitu merupakan harga tunai
ekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual suatu aset dalam likuidasi
yang dilaksanakan secara terarah.

 Biaya pengganti saat ini (current replacement cost), yaitu merupakan harga tunai
ekuivalen yang akan dibayarkan sekarang untuk membeli atau mengganti jenis
barang atau jasa yang sama. SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa aset
dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar bila aset yang
sama atau setara aset diperoleh sekarang. Demikian pula dengan liabilitas
dinyatakan dengan dalam jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskontokan
(undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kwajiban
(obligation) sekarang.

 Nilai bersih yang dapat direalisir (net realizable value), yaitu merupakan jumlah
kas yang diperkirakan akan diterima atau dibayarkan dari hasil pertukaran aset
atau liabilitas dalam kegiatan normal entitas. Pada umumnya, nilai bersih yang
dapat direalisir sama dengan harga jual dikurangi dengan biaya-biaya penjualan
normal. SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa aset dinyatakan dalam jumlah
kas atau setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam
pelepasan normal (orderly disposal). Liabilitas dinyatakan sebesar nilai
penyelesaian yaitu jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskontokan yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan
usaha normal.

 Nilai sekarang yang didiskontokan (current discounted value), yaitu


merupakan jumlah arus kas masuk neto (bersih) di masa yang akan datang
yang dinilai tunaikan pada saat sekarang (present value). SAK dalam KDPPLK
menjelaskan bahwa aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih yang
didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan
hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Liabilitas dinyatakan sebesar arus kas
56

keluar di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan


akan diperoleh untuk menyelesaikan liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal.
Walaupun terdapat kesulitan seperti yang telah dijelaskan di atas, sampai saat ini
prinsip biaya perolehan masih tetap berlaku karena data biaya perolehan ini dianggap
yang paling obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat
diandalkan. Objektivitas dan keterandalan ini menjadi dasar utama untuk penggunaan
dasar biaya perolehan. SAK dalam KDPPLK juga menjelaskan bahwa dasar
pengukuran yang lazimnya digunakan oleh entitas dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan adalah biaya historis (historical cost). Ini biasanya digabungkan
dengan dasar pengukuran yang lain, misalnya persediaan (inventories) dinyatakan
sebesar nilai terendah antara biaya historis atau nilai realisasi bersih (lower cost or net
realizable value), akuntansi dana pensiun (accounting for pension fund) menilai aset
tertentu berdasarkan nilai wajar (fair value).
Pertimbangan untung-rugi (trade-off) antara relevansi dan keandalan yang telah
dikemukakan sebelumnya juga dapat terlihat dalam mempertimbangkan atribut
pengukuran mana yang akan digunakan. Praktik akuntansi yang sedang berlaku
sekarang banyak menggunakan dasar pengukuran adalah biaya historis dalam
pencatatan setiap transaksi pertama kali, karena dasar inilah yang paling obyektif dan
dapat dibuktikan. Dengan demikian biaya historis merupakan harga pasar yang wajar
(fair market value) dari suatu pos pada saat terjadinya transaksi. Karena harga historis
memenuhi kreiteria relevansi dan dapat diandalkan, maka dalam praktik akuntansi
sering digunakan sebagai dasar penilaian (valuation). Namunpun demikian, atribut-
atribut pengukuran lainnya juga dapat digunakan dan diharapkan akan terus berlanjut
pada masa yang akan datang. Atribut pengukuran yang tepat adalah atribut yang
dalam keadaan tertentu (yang dihadapi) memberikan informasi yang paling
bermanfaat (relevan dan andal) yang dapat dihasilkan dengan beban (pengorbanan)
yang pantas. SAK dalam KDPPLK menjelaskan tentang keseimbangan diantara
karakteristik kualitatif bahwa dalam praktik, keseimbangan untung-rugi (trade-off)
diantara berbagai karakteristik kualitatif sering diperlukan. Pada umumnya, tujuannya
adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai karateristik
untuk memenuhi tujuan laporan keuangan. Kepentingan relatif dari berbagai
karakteristik dalam berbagai kasus yang berbeda merupakan masalah pertimbangan
profesional (profesional judgment).
Seperti yang telah dikemukakan dalam penjelasan di atas, maka dalam hal pelaporan
keuangan dapat menggunakan sistem campuran, yang membolehkan pemakaian biaya
historis, nilai wajar, nilai yang terrendah antara biaya perolehan dengan harga pasar
57

atau dasar penilaian lainnya. Walaupun prinsip biaya historis terus akan menjadi dasar
penilaian asset dan liabilitas yang utama, namun pencatatan dan pelaporan informasi
berdasarkan nilai wajar terus meningkat. Tampaknya kecenderungan ini akan terus
berlanjut.

Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principles). Pendapatan (revenue)


adalah penambahan atas asset atau pengurangan liabilitas atau kombinasi dari
keduanya yang ditimbulkan dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh
suatu entitas selama satu periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk mengukur
besarnya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalen kas yang diterima dari
transaksi yang mengakibatkan pendapatan bagi entitas dengan pihak yang bebas.
Pendapatan dalam prinsip pengakuan ini meliputi cakupan yang luas, dimana di
dalam pendapatan termasuk pendapatan bunga, sewa, keuntungan penjualan asset.
Batasan umum yang biasanya diguanakan adalah perubahan ekuitas bersih selain
berasal transaksi dari pemilik (investasi oleh pemilik atau distribusi kepada pemilik).
Secara umum pendapatam atau penghasilan diakui bilamana memenuhi dua kriteria,
yaitu: (1). direalisir atau dapat direalisir, dan (2) diterima. Pendapatan dapat direalisir
bilamana produk, persediaan atau aset lainnya ditukar dan memperoleh uang (kas)
atau tagihan. Pendapatan dapat direalisir bila mana aset diterima atau dimiliki siap
diubah menjadi kas atau tagihan. Sebagai tambahan atas pengujian pertama (direalisir
atau dapat direalisir) pendapatan tidak diakui hingga diterima. Pendapatan dapat
dipertimbangkan diterima bilamana entitas secara berarti telah menyelesai-kan apa
yang seharusnya diserahkan untuk memperoleh manfaat atas pendapatan tersebut.
Secara umum, suatu pengujian yang obyektif menunjukkan bahwa penjualan kepada
pihak independenlah yang digunakan sebagai titik untuk melakukan pengakuan
pendapatan. Akan tetapi terdapat pengecualian ketentuan dan waktu dimana
ketentuan pengakuan pendapatan menjadi sulit diterapkan, seperti; selama produksi,
akhir produksi dan penerimaan kas. SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa
penghasilan diakui dalam laporan laba-rugi kalau kenaikan menfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan kenaikan aset atau penurunan liabilitas telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Hal ini berarti penghasilan terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikan aset atau penurunan liabilitas, misalnya: kenaikan bersih aset
yang timbul dari penjualan barang atau jasa atau penurunan liabilitas yang timbul dari
pembebanan pinjaman yang harus dibayar.
58

Prinsip penandingan (matching principles). Prinsip penandingan adalah menandingkan


antara asset dan liabilitas dan beban dengan pendapatan. Prinsip pendandingan ini
berguna untuk menentukan besarnya laba bersih selama satu periode tertentu. Karena
asset dan liabilitas, beban dan pendapatan harus ditandingkan, mama pengakuan
pendapatan beban sangat tergantung pada pengakuan pendapatan, demikian pula
pengakuan asset akan sangat tergantung pada pengakuan liabilitas. Dalam pengakuan
atas beban atau biaya, akuntan berusaha untuk mengikuti pendekatan biarkan biaya
mengikuti pendapatan. Biaya tidak diakui pada saat kas dibayarkan atau pada saat
pekerjaan diselesaikan, atau pada suatu saat produk diproduksi, melainkan pada saat
pekerjaan atau produk secara nyata telah menyumbangkan pendapatan. Dengan
demikian pengakuan biaya terikat pada pengakuan pendapatan, terkait seperti
hubungan sebab akibat. Praktik tersebut dikenal dengan istilah prinsip memper-
temukan (matching principles). Karena hubungan yang rasional antara pengakuan beban
dan pendapatan dapat saja menjadi sulit dilakukan, maka pengembangan pendekatan
alokasi secara rasional dan sistematis menjadi semakin penting. Contohnya adalah
pengakuan atas beban penyusutan. Namun beberapa biaya dapat terjadi pada periode
berjalan secara sederhana justru karena tidak adanya hubungan dengan pendapatan
yang ditetapkan, jadi langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya (current period
expense atau period cost) karena tidak ada hubungan langsung. Contohnya; biaya gaji,
biaya administrasi dan lain lain. Keabsahan konseptual mengenai prinsip mempertemu-
kan atau penandingan tersebut di atas telah menjadi topik perdebatan. Fokus utama
adalah mempertemukan atau menandingkan (matching) mengijinkan beban tertentu
dapat saja ditangguhkan pengakuannya dan diperlakukan sebagai aset di neraca,
sementara itu faktanya bahwa biaya tersebut tidak mempunyai manfaat di masa
mendatang. Jika disalahgunakan, prinsip tersebut mengijinkan menjadi tempat
penimbunan (dumping ground) atas biaya yang tidak dapat dipertemukan (unmatched
cost).

Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principles). Prinsip pengungkapan penuh


merupakan penyajian informasi yang lengkap yang harus tercakup dalam laporan
keuangan sutau entitas. Karena informasi yang disajikan itu merupakan ikhtisar
(ringkasan) dari transaksi-transaksi, kejadian serta kondisi lainnya dalam satu periode
tertentu dan saldo-saldo akun laporan keuangan, tidaklah mungkin untuk memasukan
semua informasi yang ada ke dalam laporan keuanagn. Dalam memutuskan informasi
apa saja yang akan dilaporkan dalam laporan keuanagn entitas, akuntan mengikuti
praktik umum penyajian informasi yaitu bahwa informasi penting yang secara layak
mempengaruhi pertimbangan dan keputusan pengguna laporan keuangan. Hal ini
59

dikenal sebagai prinsip pengungkapan penuh, yang mengakui bahwa sifat dan jumlah
informasi yang harus tercakup dalam laporan keuangan mencerminkan sejumlah
pertimbangan untung-rugi (trade-off). Trade-off ini berusaha untuk:
(1) mengungkapkan hal-hal detail secara memadai sehingga pengguna merasakan
perbedaan dalam pembuatan keputusan, kemudian
(2) pemadatan yang memadai untuk membuat informasi dapat dipahami dengan
tetap mempertimbangkan biaya penyiapan dan penggunaan informasi.
Pengungkapan dapat dilakukan oleh pihak penyaji dengan salah satu dari ketiga cara;
(1). dalam badan atau bangun utama laporan keuangan, (2). dalam catatan atas laporan
keuangan, atau (3). sebagai suatu informasi suplemen atau pelengkap.

Kendala-Kendala (Constraint)
Dalam penyajian informasi dengan karakteristik kualitatif yang membuatnya berguna,
dua kendala penyaring atau penentu harus dipertimbangkan; (1). hubungan biaya-
manfaat (cost-benefit relationship), (2). materialitas (materiality), (3). praktik-praktik
industri (industry practice), dan (4). konservatisme (conservatism).

Hubungan biaya-manfaat (cost-benefit-relationship). Seringkali pengguna meng-


asumsikan bahwa informasi merupakan komoditas bebas biaya. Tetapi penyaji
informasi akuntansi mengetahui bahwa tidak demikian halnya. Biaya penyiapan
informasi harus diukur terhadap manfaat yang diperoleh dengan penggunaan
informasi. Jelaslah harus lebih besar manfaat dibanding dengan biaya penyiapannya.
Kesulitan dalam melakukan analisis biaya-manfaat adalah bahwa biaya dan khususnya
manfaat tidak selalu dapat dibuktikan atau diukur. SAK dalam KDPPLK menjelaskan
bahwa keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan kendala yang pervasif
dari pada karakateristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya
melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi terhadap biaya dan
manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya tersebut juga juga
tidak perlu harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat. Manfaat
mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain disamping mereka yang merupakan
tujuan informasi, misalnya: penyediaan informasi lanjutan kepada kreditur mungkin
mengurangi biaya pinjaman yang dipikul oleh entitas. Analisis hubungan biaya-
manfaat sulit dilakukan karena banyak biaya dan terutama manfaatnya tidak selalu
nyata dan dapat diukur. Ada banyak jenis biaya yang sulit untuk dikuantifikasikan
60

seberapa besar manfaatnya dibandigkan dengan biaya tersebut. Karena alasan inilah
maka sulit untuk menetapkan uji biaya-manfaat pada kasus tertentu.

Materialitas (materiality). Pada dasarnya, laporan keuangan disusun dan disajikan


berdasarkan teori yang ditetapkan untuk mencatat transaksi, kejadian atau kondisi lain
yang terjadi dengan suatu cara tertentu. Akan tetapi dalam praktiknya, tidak semua
transaksi, kejadian atau kondisi lainnya diperlakukan sesuai dengan teori. Pada
umumnya, tranaski, kejadian atau kondisi lainnya yang jumlahnya material yang
diperlakukan sesuai dengan teori, tetapi untuk trnaski, kejadian dan kondisi lain yang
jumlahnya tidak material dan tidak akan mempengaruhi pos-pos lain diperlakukan
menyimpang. Yang menjadi masalah adalah berapakah jumlah yang dianggap cukup
material dan diperlukan pertimbangan khusus? Suatu pos adalah material jika
dimasukan atau tidak dimasukan (diabaikan) akan mempengaruhi pertimbangan atau
keputusan yang wajar dilakukan oleh seseorang. Dengan demikian tidak meterial
berarti tidak ada hubungan antara dimasukan atau pengabaian informasi terhadap
pembuatan keputusan. Singkatnya hal itu harus membuat berbeda atau tidak
membutuhkan pengungkapan sama sekali. Tidak material dalam hal ini mencakup
suatu ukuran relatif atau sumir dan makna penting. SAK dalam KDPPLK menjelaskan
bahwa relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam
beberapa kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya.
Misalnya, pelaporan suatu segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan
peluang yang dihadapi entitas tanpa mempertimbangkan materialitas dan hasil yang
dicapai segment baru tersebut dalam periode pelaporan. Dalam kasus lain, baik hakikat
maupun materialitas dipandang penting, misalnya: jumlah serta kategori persediaan
yang sesuai dengan kebutuhan entitas. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa informasi
dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang
diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau
kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam
mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya,
materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah (split-off) dari pada
suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang
berguna. Materilitas merupakan faktor penting dalam banyak keputusan akuntansi
internal. Hanya dengan menerapkan penilaian yang baik dan keahlian professional
yang memadai jawaban yang tepat dan rasional dapat ditentukan.
61

Praktik-praktik industri (industry practice). Untuk industry-industri tertentu seperti


bank, asuransi, dan lembaga keuangan lainnya memerlukan penerpan prinsip
akuntansi yang berbeda dengan industry-industri lainnya. Juga dengan adanya
undang-undang atau peraturan pemerintah terhadap industry khusus seperti ini akan
mengakibatkan adanya prinsip-prinsip akuntansi tertentu yang berbeda dengan prinsip
akuntansi yang pada umumnya digunakan,
Pertimbangan praktis lainnya, dimana kadang-kadang dibutuhkan penyimpangan dari
teori dasar adalah sifat kepentingan khusus atas beberapa industri dan bisnis. Misalnya,
bank selalu melaporkan investasi suart berharga tertentu berdasarkan nilai pasar karena
surat berharga tersebut seringkali diperdagangkan dan banyak yang mempercayai
bahwa nilai setara kas (cash equivalentt) merupakan informasi yang berguna. Dalam
entitas perkebunan, aset tidak lancar justru disajikan pada sisi atas di neraca untuk
menunjukkan bahwa usaha tersebut bersifat padat modal. Sifat unik dari sejumlah
industry dan entitas kadang-kadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.
Penyimpangan dari teori dasar ini tidak banyak, tetapi mungkin ada. Setiap kali
menemukan pelanggaran atas teroi dasar, maka profesi akuntansi harus menentukan
terlebih dahulu apakah pelanggaran tersebut dapat dijelaskan oleh sejumlah
karakteristik unik dari industry yang bersangkutan sebelum mengecam prosedur
akuntansi yang digunakan.

Konservatisme (conservatism). Pimpinan entitas bertanggungjawab terhadap


penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai denagn prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Tujuan penyajian laporan keuangan ini adalah untuk menyampaikan
informasi tentang posisi keuangan dan kinerja usaha entitas yang dipimpinnya.
Sebagaimana dikemukakan dalam PSAK No.1 (revisi 2009) bahwa manajemen entitas
bertanggunvjawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Agar
tujuan tersebut tercapai, maka pimpinan entitas harus memilih metode dan prosedur
akuntansi yang paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pelaporan keuangan.
Selain itu, laporan keuangan entitas harus dapat diperbandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya atau dengan laporan keuangan entitas lainnya dalam
kelompok entitas yang sejenis. Kendala konservatisme ini sering kali disalah artikan.
Konservatif berarti jika terdapat keraguan memilih penyelesaian yang akhirnya akan
menyebabkan aset dan pendapatan terlalu tinggi. Tidak ada kesepakatan bahwa
akuntan menyajikan aset dan laba terlalu tinggi. Akan tetapi justru akuntan sering
salah menafsirkan kendala di atas. Contoh konservatiff dalam akuntansi adalah
penggunaan pendakatan biaya perolehan atau harga pasar mana yang paling rendah
62

(lower cost or market-LCM) dalam penilaian persediaan dan aturan kerugian bersih (net
loss) yang harus diakui pada kontrak pembelian (purchases commitment) entitas yang
membeli persediaan barang. Tidak ada anjuran dalam penerapan konsep konservatif
agar aset bersih atau laba bersih disajikan terlalu rendah. Tujuan dari konsep
konservatif ini, jika diaplikasi secara tepat, adalah menyajikan pedoman yang paling
rasional dalam situasi sulit, maksudnya jangan menyajikan aset atau laba bersih yang
terlalu tinggi. Jika muncul keraguan, maka lebih baik bila menyajikan angka laba bersih
atau aset bersih yang terlalu rendah dari pada terlalu tinggi. Sementara, bila tidak ada
keraguan sama sekali tentang suatu angka tertentu maka tidak perlu mengaplikasikan
kendala ini.
Iktisar mengenai kerangka kerja konseptual akuntansi keuangan adalah sebagai
berikut:
I Tujuan Laporan Keuangan
A Umum
Memberikan informasi yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan
B Khusus • Memberikan informasi:
• Memperkirakan prospek arus kas entitas
• Memahami kondisi keuangan entitas
• Memahami kinerja entitas
• Memahami bagaimana dana diperoleh dan
digunakan
C Tambahan Menyediakan informasi yang memungkinkan para
manajer dan direktur entitas mengambil keputusan
sesuai dengan kepentingan pemilik. Memungkinkan
pemilik untuk memperkirakan seberapa baik kinerja
para manajer dan direktur telah menunaikan
tanggungjawabnya dalam mengelola entitas.
II Konsep-konsep dasar (basic concepts)
A Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
1 Manfaat tertingi–manfaat keputusan
2 Kualitas primer
a. Relevansi (relevancy)
• Nilai prediktif (predictive value)
• Nilai umpan balik (Feedback value)
63

• Ketepatan waktu (Time-lines)


b. Keandalan (Reliability)
• Dapat diverifikasi/diuji (Veriviability)
• Ketepatan penyajian (faithfulness representation)
• Netralitas (neutrality)
3 Kualitas Sekunder
a. Daya banding (comparability)
b. Konsistensi (concistency)
4 Kendala (constraint)
a. Hubungan biaya-manfaat (cost and benefit relationship)
b. Materialitas (materiality)
c. Praktik-praktik industri (industry practice)
d. Konsevatif (conservatism)

B Unsur-unsur Dasar Laporan Keuangan


1. Aset (assets)
2. liabilitas (liability)
3. Ekuitas (equity)
4. Investasi oleh pemilik (Investment by owners)
5. Distribusi kepada pemilik (distribution to owners)
6. Laba Komprehensif Lainnya (Others comprehensive income)
7. Pendapatan (revenues)
8. Beban (expenses)
9. Keuntungan (gains)
10. Kerugian (losses)

III Pedoman Implementasi: Konsep Pengakuan, Pengukuran dan Laporan


A Kriteria Pengakuan
• Definisi (definition)
• Keterukuran (measurability)
• Relevansi (relevancy)
• Keandalaan (realibility)
B Atribut-atribut pengukuran
• Harga/Biaya historis (historical cost)
• Biaya pengganti saat ini (current replacement cost)
• Harga pasar saat ini (current market price)
• Nilai bersih yang dapat direalisir (net realizable value)
• Nilai sekarang yang didiskontokan (current discounted value)
64

C Laporan Keuangan
1. Pengungkapan penuh (full disclosure)
2. Seperangkat laporan keuangan umum (general purpose financial
stetement)
• Posisi keuangan (neraca)
• Laporan laba-rugi (income statement)
• Laba komprehensif Lainnya (others comprehensive income)
• Arus kas (cash flowss)
• Investasi oleh dan distribusi kepada pemilik (Investment by and
distribution to owners)
IV Asumsi-asumsi dasar (basic assumptions)
1. Entitas ekonomi (economic entity)
2. Kesinambungan hidup (going cocern)
3. Unit moneter (monetery unit)
4. Periode Akuntansi (accounting period)

Pertanyaan-pertanyaan

1. Apakah suatu kerangka kerja konsepsi itu? Mengapa suatu kerangka kerja
konsepsi itu penting dalam akuntansi keuangan?
2. Sebutkan dan jelaskan beberapa penyebab utama mengapa kerangka konseptual
akuntansi menjadi penting?
3. Mengapa diperlukan pertimbangan oleh para akuntan dalam menjalan-kan fungsi
mereka sebagai penyedia informasi?
4. Apakah tujuan utama pelaporan keuangan sebagaimana dinyatakan dalam SFAC
No.1?
5. Apakah makna istilah ciri kualitatif informasi akuntansi?
6. Apakah perbedaan antara comparability dan consistency?
7. Berikan komentar apakah perubahan sebagaimana yang dijelaskan berikut ini
mempengaruhi consistency:
65

a. Setelah tiga tahun menerapkan metode penyusutan yang dipercepat


(accelerated depreciation method) untuk tujuan pajak dan metode garis lurus
(staight-line method) untuk tujuan pelaporan, kemudian entitas menerapkan
accelerated depreciation method untuk tujuan pelaporan.
b. Taksiran sisa umur ekonomis property dan equipment dikurangi karena sudah
usang.
c. Entitas menggunakan metode penilaian persediaan yang berbeda dari yang
digunakan oleh seluruh entitas lainnya dalam industri sejenis.
8. Mengapa penting mengembangkan suatu kerangka kerja definisi untuk elemen-
elemen dasar akuntansi?
9. Expenses, losses dan distributions to owners adalah seluruh pengurangan dalam
aktiva bersih. Apakah perbedaan di antara mereka?
10. Revenues, gains dan investments by owners adalah seluruh peningkatan dalam
aktiva bersih. Apakah perbedaan di antara mereka?
11. Jika asumsi going concern tidak dibuat dalam akuntansi, apakah akibat yang akan
terjadi terhadap jumlah yang akan ditunjukkan dalam laporan keuangan atas
item berikut ini?:
a. Tanah
b. Premium obligasi yang belum diamortisasikan
c. Beban penyusutan peralatan
d. Investasi jangka panjang dalam saham atas entitas lain
e. Persediaan barang dagangan
12. Umur suatu bisnis dibagi kedalam periode waktu yang spesifik, biasanya satu
tahun, untuk mengukur hasil operasi setiap periode waktu dan menggambarkan
kondisi keuangan pada akhir setiap periode. Praktik ini didasarkan pada asumsi
akuntansi bahwa umur suatu bisnis atau entitas terdiri atas serangkaian periode
waktu dan hal itu memungkinkan untuk mengukur secara akurat hasil operasi
untuk setiap periode. Berikan komentar mengenai validitas dan pentingnya
asumsi tersebut.
13. Ketua wakil pemegang saham pada entitas dimana anda menjadi akuntan kepala
telah mengatakan kepada anda bahwa ia tidak sepenuh-nya simpatik dengan
gambaran akuntansi yang didasari harga perolehan atau harga histories. Ia
percaya bahwa nilai pengganti (replacement values) adalah lebih penting bagi wakil
66

pemegang saham dari pada “out-of-date-cost” (historical cost). Anda diminta


memberikan beberapa argumentasi untuk meyakinkannya bahwa data akuntansi
masih harus didasarkan pada historical cost.
14. Di dalam konsep FASB No.5 dikatakan bahwa seperangkat lengkap laporan
keuangan diperlukan guna memenuhi tujuan pelaporan keuangan. Laporan apa
saja yang harus dimasukkan di dalam perangkat laporan keuangan umum ini?
15. Apakah perbedaan realized (direalisir) dengan realizable (dapat direalisir)?
16. Sebutkan dan jelaskan kesepuluh unsur (elemen) laporan keuangan.
17. Sebutkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pos agar dapat diakui?
18. Sebutkan asumsi-asumsi tradisional yang mempengaruhi kerangka konseptual
dan jelaskan secara singkat bagaimana asumsi ini mempengaruhi kerangka
konseptual tersebut?
19. Apakah mungkin suatu informasi tidak material tetapi relevan?
20. Sebutkan dan jelaskan atribut-atribut pengukuran?

Anda mungkin juga menyukai