relevan dan dapat diandalkan ini, maka para akuntan menggunakan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) sebagai pedoman akuntansi
dan pelaporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam PSAK No. 1 (revisi 2009)
tentang Penyajian Laporan Keuangan.
Kerangka kerja konseptual merupakan suatu sistem yang koheren yang terdiri dari
tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya
bagi penetapan standar akuntansi yang konsisten dan penentuan sifatm fungsi serta
batas-batas dari akuntansi keuangan dan keuangan. Kerangka kerja konseptual
menghasilkan tujuan dan dasar-dasar praktik akuntansi maupun pelaporan keuangan
yang berlaku pada saat sekarang (di Indonesia dikenal Pernyataan Standar Akuntansi
diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
PSAK No. 1 (revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan telah di syahkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tanggal 15 Desember 2009. PSAK
No.1 (revisi 2009) ini merevisi PSAK No.1 tentang Penyajian Laporan Keuangan yang
telah dikeluarkan pada tanggal 4 Septeber 1998.
PSAK No.1 (revisi 2009) ini sangat membantu para pengguna laporan keuangan
untuk memahami struktur, tujuan, isi, dan karaktreristik informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Kerangka konseptual tidak hanya
membantu para pengguna laporan dalam memahami praktik yang ada, tetapi juga
memberikan pedoman untuk praktik-praktik yang akan berkembang dikemudian hari.
Jika akuntansi dihadapkan pada perkembangan baru yang belum diatur dalam prinsip
akuntansi yang berterima umum (Generally accepted accounting principles), maka
kerangka kerja konseptual ini akan memberikan referensi untuk menganalisis dan
memecahkan isu-isu yang berkembang.
Tujuan kerangka dasar konsptual ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
(a) komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya,
(b) penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan,
(c) auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan
(d) para pengguna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan.
Ruang linglup (scope) yang disajikan dalam KDPPLK ini meliputi antara lain:
29
(1) SFAC No.1. Tujuan Laporan Keuangan oleh Entitas (Objectives of Financial
Reporting by Business Enterprises), menyajikan maksud dan tujuan akuntansi.
(2) SFAC No.2. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi (Qualitative Characteristics
of Accounting Information), menguji karakterisitik yang membuat informasi
akuntansi bermanfaat.
(3) SFAC No.3. Elemen-elemen Laporan Keuangan Entitas (Elements of Financial
Statements of Business Enterprises), menyediakan definisi atas unsure-unsur laporan
keuangan, misalnya: aset (assets), laibilitas (liabilities), ekuitas (equities),
pendapatan (revenues) dan beban (expenses).
(4) SFAC No.5. Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan (Recognition
and Measurement of Financial Statement of Business Enterprises), membentuk kriteria
dasar pengakuan dan pengukuran serta pedoman atas informasi apa yang secara
formal harus dinyatakan dalam laporan keuangan dan kapan waktunya.
(5) SFAC No.6. Elemen-elemen Laporan Keuangan (Elements of Financial Statements),
menggantikan dan memperluas SFAC No.4 Elemen-elemen Laporan Keuangan
entitas yang diperluas lingkupnya mencakup didalamnya organisasi nirlaba.
(6) SFAC No.7. Penggunaan Arus Kas dan Nilai Tunai dalam Pengukuran Akuntansi
(Using Cash Flows and Present Value in Accounting Measurement), yang memberikan
kerangka kerja bagi para pemakai arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai
tunai atau nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran.
Keseluruh SFAC di atas dapat digambarkan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Tingkat pertama, tujuan-tujuan dasar (basic objectives) mengidentifikasikan
maksud dan tujuan akuntansi yang merupakan bagian pembentuk kerangka
kerja konseptual.
2. Tingkat kedua, ciri kualitatif (qualitative characteristik) yang membuat informasi
akuntansi bermanfaat dan difinisi unsur-unsur laporan keuangan.
3. Tingkat ketiga, adalah konsep pengukuran dan pengakuan yang digunakan
oleh akuntan dalam membentuk dan menerapkan standar akuntansi.
Ketiga tingkatan tersebut, secara hirarki dapat digambarkan seperti di bawah ini.
Tingkat Ketiga:
Konsep Pengakuan dan Pengukuran Bagaimana
implementasinya
32
Tujuan
Laporan Tingkat Pertama:
Keuangan Mengapa akuntansi: Maksud dan
tujuan akuntansi
(2) untuk membantu investor dan kreditor yang ada saat ini atau yang potensial
dan pemakai laporan lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu dan
penerimaan kas masa depan dari dividen, bunga dan hasil penjualan,
penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Karena arus kas
berhubungan dengan arus kas entitas, maka laporan keuangan harus
menyediakan informasi yang dapat membentu investor dan kreditor yang ada
saat ini atau yang potensial dan pemakai laporan lainnya menilai jumlah,
penetapan waktu dan ketidakpastian arus kas masuk bersih (net cash flow) masa
depan entitas yang bersangkutan.
(3) tentang sumber daya ekonomi dari suatu entitas dan klaim terhadap sumber
daya tersebut, dan pengaruh dari transaksi, kejadian dan kondisi lainnya yang
mengubah sumber daya entitas dan klaim pihak lain terhadap sumber daya
entitas tersebut.
Singkatnya, bahwa tujuan atas pelaporan keuangan suatu entitas yaitu (1).
informasi yang berguna bagi keputusan invetsasi dan kredit, (2). informasi yang
berguna dalam menilai arus kas masa depan, (3). Informasi mengenai sumber daya
entitas, klaim terhadap sumber daya tersebut serta perubahan di dalamnya.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (revisi 2009) dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) menjelaskan
bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyagkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan
yang disusun untuk tujuan ini harus dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua
informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi karena secara umum informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian atau transaksi-transaksi di masa
lalu dan tidak diwajibkan untuk menyajikan informasi yang bersifat nonkeuangan
(nonfinancial information). Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan oleh manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Dalam PSAK No.1 (revisi 2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
entitas yang meliputi:
a) aset (assets),
34
b) liabilitas (liabilitie),
c) ekuitas (equities),
d) pendapatan (revenues),
e) beban (expenses),
f) keuntungan (gains),
g) kerugian (losses),
h) pendapatan komprehensif lainnya (Other Comprehensive Income),
i) kontribusi dari Pemilik (investment by owners),
j) distribusi kepada pemilik (distribution to owners), dan
k) arus kas (cash flows).
Informasi tersebut beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas
laporan keuangan, akan membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas
masa depan (future cash flows) dan khususnya dalam hal waktu dan kepastian
diperolehnya kas dan setara kas. Penekanan pada arus kas masa depan mungkin akan
membuat pemakai laporan mengira bahwa dasar kas (cash basis) lebih diinginkan dari
pada dasar akrual (accrual basis). Hal ini tidak benar. Pelaporan keuangan yang
didasarkan pada dasar akrual umumnya menyediakan indikasi yang lebih baik tentang
kemampuan saat ini dan masa depan entitas untuk menghasilkan arus kas yang
menguntungkan dibanding informasi yang semata-mata didasarkan pada penerimaan
dan pengeluaran kas.
Pengguna laporan yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atas
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat
keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk
menahan atau menjual investasi mereka dalam entitas atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau mungkin mengganti manajemen entitas.
Sehubungan dengan apa yang dikemukakan di atas, bahwa laporan keuangan yang
disajikan oleh entitas memiliki beberapa tujuan, dimana tujuan atas laporan keuangan
dapat dipisahkan menjadi tujuan umum, tujuan khusus dan tujuan tambahan. FASB
dalam SFAC No. 1 yang menjelaskan tentang Tujuan Atas Laporan Keuangan Entitas
(Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises), yang menyajikan maksud dan
tujuan akuntansi membedakan menjadi 3 (tiga) tujuan dasar, yaitu:
(1) tujuan umum (general purposes),
35
para pemakai. Jadi, tujuan umum atas laporan keuangan adalah berusaha untuk
memenuhi kepentingan umum dari berbagai pengguna potensial yang bukan hanya
untuk memenuhi kebutuhan khusus kelompok tertentu saja.
untuk menyediakan informasi yang bermanfaat dengan biaya yang minimal kepada
berbagai kelompok pengguna (users) yang mungkin berbeda maksud dan tujuannya
antara pengguna yang satu dengan yang lainnya.
Karena tujuan laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang akan digunakan
dalam pengambilan keputusan, perlu dijaga agar informasi yang disajikan mepunyai
kualitas informasi tertentu. Harus terdapat hubungan antara pembuat keputusan
(pengguna) dengan keputusan melalui penggunaan informasi yang bermanfaat.
Kaitannya, pemahaman atas informasi akuntansi yang berkualitas menyebabkan
pengguna dipengaruhi untuk memperolehnya dan menggunakannya secara berarti.
Singkatnya informasi akuntansi harus dapat dipahami dan digunakan (dapat merubah
perilaku) dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakterisitik kualitatif informasi
akuntansi (qualitative characteristics of accounting information) merupakan ciri utama yang
membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna, misalnya: (a).
bagaimana pengguna laporan mengambil suatu keputusan ekonomi bilamana laporan
keuangan menyediakan informasi dengan suatu dasar historis (historical cost) atau
dengan suatu dasar nilai pasar saat ini (current market value)? (b). bagaimanakah cara
memutuskan untuk melaporkan dua entitas atau lebih dalam satu induk apakah secara
terpisah atau digabungkan?
Pemilihan suatu metode akuntansi (accounting method) yang tepat, yang dapat
diterima, jumlah dan jenis informasi yang harus diungkapkan, bentuk laporan yang
harus disajikan mencakup penentuan mengenai alternatif mana yang tersedia yang
38
dapat memberikan informasi yang paling baik bagi tujuan pengambilan keputusan.
Jenis keputusan yang dibuat oleh pengambil keputusan sangat berbeda satu dengan
yang lainnya, begitu juga dengan metode yang dipakai mereka dalam pengambilan
keputusan, informasi yang telah mereka miliki atau diperoleh dari sumber lain, dan
kemampuan mereka dalam memproses informasi tersebut. Agar informasi menjadi
lebih bermanfaat maka harus terdapat hubungan antara pemakai laporan dengan
keputusan yang akan mereka ambil. Kaitan ini, yaitu kemampuan untuk memahami
(understandability) adalah kualitas informasi yang memungkinkan pemakai merasakan
signifikansi dari informasi tersebut. FASB dalam SFAC No.2 telah mengidentifikasikan
ciri kualitatif informasi akuntansi yang membedakan antara informasi yang baik atau
lebih bermanfaat (better) dan informasi yang tidak baik atau kurang bermanfaat
(inferior). Hirarki kualiatas informasi tersebut digambarkan oleh FASB seperti pada
bagian di bawah ini dan akan digunakan sebagai kerangka kerja (framework) dalam
pembahasan karateristik kualitatif tersebut seperti digambarkan pada halaman sebagai
berikut.
Jenis keputusan yang akan diambil oleh para pengambil keputusan sangat beragam,
demikian pula metode dalam pengambilan keputusan yang mereka gunakan juga
bervariasi, informasi yang telah mereka miliki atau informasi yang didapatkan dari
berbagai sumber, dan kemampuan mereka dalam mengolah informasi tersebut juga
berbeda satu sama lainnya. Agar informasi menjadi lebih bermanfaat, maka harus
terdapat keterkaitan antara pemakai laporan dengan keputusan yang mereka ambil.
Keterkaitan ini yaitu kemampuan dalam memahami (understandability) tidak lain
adalah kualitas informasi (information quality) yang memungkinkan mereka (pemakai
laporan) merasakan signifikasi dari informasi tersebut.
Sebagai contoh: anggaplah suatu entitas baru saja menerbitkan laporan keuangan
interim yang menunjukkan laba interim untuk tiga bulan terakhir. Laporan ini
menyediakan informasi tentang laba perushaan selama tiga bulan tersebut adalah
relevan dan handal bagi tujuan pengambilan keputusan. Setelah membaca laporan
keuangan interim entitas tersebut, sebagian dari mereka yang mersakan siginifikasi dan
memahami informasi keuangan tersebut dengan segera menjual sahamnya. Sementara
pemakai laporan lainnya tidak memahami dan tidak merasakan siginifikasi informasi
tersebut mereka tidak proaktif dan menahan saham mereka (tidak segera menjualnya).
Sebagian pengguna akhirnya terkejut ketika entitas mengumumkan dividen tunai akhir
tahun lebih kecil dibanding dengan masa sebelumnya, dan harga pasar saham mereka
turun. Berdasarkan ilustrasi tersebut tampak jelas, walaupun informasi yang disajikan
tersebut handal dan relevan, namun informasi tersebut tidak berguna bagi para
pemakai laporan yang tidak memahaminya.
di masa lalu. Dengan demikiam, agar relevan maka informasi akuntansi harus dapat
mendorong untuk membuat keputusan menjadi berbeda. Jika informasi tidak
mendorong untuk membuat keputusan menjadi berbeda, hal ini dinamakan tidak
relevan dan bahkan tidak berarti. Informasi yang relevan akan membantu para
pengguna untuk memperkirakan tentang hasil akhir atas masa lalu, sekarang dan
mendatang (predictive value), atau diharapkan dapat memperbaiki kesalahan di masa
lalu (feedback value). Agar relevan, informasi juga harus tersedia kepada pengguna
sebelum kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan yang akan dibuat
atau dengan perkataan lain informasi yang disajikan harus tepat waktu (timelines) agar
menjadi lebih berguna. Tepat waktu merupakan kata kunci yang terkandung dalam
relevansi, artinya apabila informasi yang dibutuhkan tersedia setelah pengambilan
keputusan dilakukan, maka nilai informasi tersebut tidak lagi berguna. Peran akuntansi
dalam peramalan atau prediksi (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu
sama lain. Misalnya: informasi tentang struktur dan besarnya aset yang dimiliki entitas
bermanfaat bagi pengguna ketika mereka berusaha memprediksi atau meramalkan
kemampuan entitas dalam memanfaatkan peluang dan berreaksi terhadap situasi yang
merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan
(confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur
keuangan (financial structures) entitas diharapkan tersusun atau tentang hasil operasi
yang direncanakan. Informasi tentang posisi keuangan dan kinerja di masa lalu sering
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja (hasil usaha)
masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian para pengguna, seperti
misalnya pembayaran upah karyawan dan dividen kepada pemilik saham, pergerakan
harga sekuritas dan kemampuan entitas untuk memenuhi komitmen keuangan ketika
jatu tempo. Untuk memiliki nilai prediktif (predictive value), informasi akuntansi tidak
harus dalam bentuk ramalan yang dinyatakan secara eksplisit, namun demikian
kemampuan laporan keuangan untuk dapat membuat prediksi dapat ditingkatkan
dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya:
nilai prektif laporan laba-rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban
yang tidak biasa (irregularities), abnormal (abnormal) dan jarang terjadi (infrequent)
diungkapkan secara terpisah.
Keandalan (Reliable). Agar bermanfaat maka informasi juga harus andal (reliable).
Informasi memiliki kualitas yang andal bilamana secara layak terbebas dari pengertian
yeng menyesatkan, kesalahan material (material errors), rancu (bias), dan dapat
diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur. Dapat diandalkan
berarti pula penyajian informasi harus didasarkan pada kejujuran atau ketulusan
41
penyajian (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan. Menurut SAK dalam KDPPLK menyatakan bahwa suatu
informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat
diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
Misalnya: jika keabsahan dan junlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan
hukum (litigation) masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi entitas untuk
mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat
untuk mengungkapkan jumlah serta keaedaan dari tuntutan tersebut. Dapat
diandalkannya informasi sangat penting bagi individu yang tidak mempunyai waktu
dan keahlian untuk menilai isi atau kandungan fakta atas informasi tersebut. Untuk
dapat diandalkan, informasi akuntansi harus memiliki tiga karakteristik penting, yaitu;
(1). daya diuji (verifiability),
(2). ketepatan penyajian (representation faithfulness) dan
(3). neutralitas (neutrality).
Daya uji (verifiability). Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan-
pertimbangan dan pendapat-pendapat yang subjektif. Hal ini berkaitan dengan
keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan penyajian suatu informasi,
sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektif semata. Dengan
demikian untuk meningkatkan manfaat suatu informasi, maka informasi tersebut harus
dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan
metode pengukuran yang sama. Konsep ini berarti bahwa informasi dapat dibuktikan
kebenarannya bilamana suatu tingkat kesepakatan yang tinggi dapat diamankan dan
dibuktikan dengan pengukur independen dan dengan metode pengukuran yang sama.
Jika pihak luar entitas menggunakan pengukuran yang sama, namun justru
menghasilkan kesimpulan yang berbeda, maka laporan dinyatakan tidak dapat diuji.
harus disajikan secara tulus dan jujur. SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa
informasi harus dapat menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
Jadi misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya dalam bentuk aset, liabilitas dan ekuitas entitas pada tanggal pelaporan yang
memenuhi kriteria pengakuan. Pengertian ini berarti bahwa kesesuaian hubungan atau
kesepakatan antara angka akuntansi dan penjelasan dengan sumber atau kejadian
dimana angka dan penjelasan benar-benar didukung bukti nyata. Jika suatu laporan
penjualan satu milyar, sedangkan nyatanya hanya delapan ratus juta, maka laporan
disajikan tidak jujur. Lebih lanjut KDPPLK menyatakan bahwa informasi keuangan
pada umumnya tidak luput dari risiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa
yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan
untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam meng-
identifikasikan transaski serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam
menyusun atau menerapkan ukuran dan tehnik penyajian yang sesuai dengan makna
transaksi serta peristiwa tersebut. Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak
keuangan dari suatu pos sangat tidak pasti sehingga entitas pada umumnya tidak
mengakuinya dalam laporan keuangan. Misalnya: meskipun dalam kegiatan usahanya
entitas dapat menghasilkan muhibah (goodwill), tetapi lazimnya sulit untuk
mengidentifikasikan atau mengukur muhibah tersebut secara andal. Namun, dalam
kasus lain, pengakuan suatu pos tertentu tetap dianggap relevan dengan
mengungkapkan risiko kesalahan sehubungan dengan pengakuan dan
pengukurannya.
Netralitas (neutrality). Konsep ini berarti bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk
tujuan menguntungkan satu atau sekelompok pihak yang berkepentingan terhadap
pihak lain. SAK dalam KDPPLK mengungkapkan bahwa informasi harus diarahkan
pada kebutuhan umum pengguna, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan
keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha-usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak
lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. Fakta dan informasi yang benar
harus dipertimbangkan secara serius, misalnya akuntan tidak dapat mengabaikan
untuk tidak mengungkapkan adanya tuntutan karena terjadinya kebocoran gas
beracun atau lumpur panas (seperti kasus Lapindo) pada suatu entitas walaupun
pengungkapan tersebut memalukan dan menurunkan citra entitas.
43
Informasi tentang suatu entitas akan lebih bermanfaat jika: (1). dapat dibandingkan
dengan informasi sejenis yang berasal dari entitas lain (comparability), dan (2). dengan
informasi yang sejenis dari entitas yang sama namun dari periode waktu yang
berlainan (concistency).
Entitas tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi relevan dengan
karakterisik kualitatif relevansi dan keandalan. Entitas juga tidak perlu
mempertahankan suatu kebijakan akuntansi kalau ada alternatif yang lain yang lebih
relevan dan lebih andal. Berhubung pengguna ingin membandingkan posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka perushaan perlu
menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan.
PSAK No. 1 (revisi 2009) mendefinisikan unsur-unsur laporan yang berkaitan dengan
posisi keuangan meliputi: (a). aset (assets), (b), liabilitas (liability) dan (c). Ekuitas
(equity), dan yang berkaitan dengan kinerja, meliputi: (a). penghasilan (revenues), (b).
beban (expense), (d). keuntungan (gains), dan (d). kerugian (losses). Sedangkan FASB
dalam SFAC No.6 mendefinisikan sepuluh unsur yang saling berhubungan yang secara
langsung berhubungan dengan pengukuran kinerja dan status keuangan entitas, yaitu:
(a). aset (assets), (b). liabilitas (liability), (c). ekuitas (equity) (d). investasi oleh pemilik
(investment by owners), (e). distribusi kepada pemilik (disttribution to owners), (f). laba
komprehensive (comprehensive income), (g). penghasilan (revenues), (h). beban (expense),
(i). keuntungan (ganis), dan (j). kerugian (losses). Unsur-unsur tersebut selanjutnya
didefiniskan sebagai berikut;
Aset (assets).
Aset adalah kemungkinan manfaat ekonomi pada masa yang akan datang yang
dimiliki atau dikendalikan suatu entitas sebagai hasil transaksi atau kejadian di masa
lalu. SAK dalam KDPPLK mendefinisikan bahwa aset adalah sumber daya yang
dikuasi oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana sumber
ekonimis di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas. Yang dimaksud dengan
manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi dari aset
tersebut untuk memberikan sumbangan (kontribusi) baik langsung atau tidak langsung
arus kas dan setara kas kepada entitas. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang
produktif dan merupakan bagian dari aktivitas operasi entitas. Mungkin pula dapat
berbentuk sesuatu yang dapat diubah menjadi kas dan setara kas atau berbentuk
kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas seperti penurunan biaya akibat
penyesuaian proses produksi alterbatif.
Liabilitas (liability).
46
Liabilitas adalah kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomis pada masa yang akan
datang yang ditimbulkan dari liabilitas-liabilitas entitas yang ada pada saat ini untuk
mengorbankan aset atau memberikan jasa kepada pihak lain pada masa yang akan
dating sebagai akibat dari transaksi atau kejadian pada masa lalu. SAK dalam KDPPLK
mendefinisikan bahwa liabilitas merupakan utang entitas masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber saya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Ekuitas (equity)
Ekuitas adalah Hasil residu (nilai sisa) dari aset suatu entitas setelah dikurangi dengan
liabilitas. SAK dalam KDPPLK mendefinisikan bahwa ekuitas adalah hak residual atas
aset entitas setelah dikurangi semua liabilitas. Meskipun didefinisi-kan sebagai nilai sisa
(salvage value) atau nilai residu (residual value), ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam
neraca, misalnya: dalam suatu entitas Perseroan Terbatas (PT), setoran modal oleh
pemegang saham, saldo laba awal periode (retained earnings), penyisihan saldo laba
(appropriation of retained earnings) dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal
masing-masing disajikan dineraca secara terpisah. Klasifikasi semacam ini dapat
menjadi relevan dalam pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan apabila
pos tersebut mengindikasikan adanya pembatasan hukum atau karena pembatasan
lainnya. Dalam suatu entitas, ekuitas merupakan bagian kepemilikan.
Penghasilan (revenues)
Penghasilan adalah pemasukan atau peningkatan aset suatu entitas atau penyelesaian
liabilitas entitas atau campuran keduanya selama satu periode tertentu akibat
penyerahan atau pembuatan suatu produk, pelayanan jasa atau kegiatan lain yang
merupakan kegiatan utama entitas yang berkesinambungan (major operation). SAK
dalam KDPPLK mendefinisikan tentang penghasilan yaitu kenaikan selama satu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atas penambahan aset atau penurunan
liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal.
Beban (expenses)
Beban adalah pengeluaran atau penggunaan aset atau terciptanya liabilitas atau
campuran keduanya selama satu periode tertentu akibat penyerahan atau pembuatan
produk, pelayanan jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama entitas
yang berkesinambungan (contonuing operation). SAK dalam KDPPLK mendefinisikan
tentang beban yaitu penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam
bentuk arus kas keluar atau berkuirangnya aset atau terjadinya liabilitas yang
mengakibatkan penutunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.
Keuntungan (gains)
Keuntungan adalah pertambahan ekuitas akibat transaksi yang bukan merupakan
kegiatan utama (pheriperal) atau secara kebetulan terjadi (incidental) pada suatu entitas
serta akibat transaksi dan kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu
periode tertentu kecuali penghasilan atau pendapatan (revenue) atau investasi yang
48
berasal dari pemilik (investment by owners). SAK dalam KDPPLK menjelaskan tentang
keuntungan yaitu mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan
yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
yang biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan
demikian pula hakikatnya tidak berbeda dengan penghasilan atau pendapatan. Oleh
karena itu, unsur ini tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini.
Kerugian (losses)
Kerugian adalah pengurangan ekuitas akibat transaksi yang bukan merupakan
kegiatan utama (pheriperal) atau secara kebetulan terjadi (incidental) pada suatu entitas
serta akibat transaksi dan kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu
periode tertentu kecuali beban (expenses) dan distribusi kepada pemilik pemilik
(distribution to owners). SAK dalam KDPPLK menjelaskan tentang keruguian yaitu
mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau
mingkin tidak timbul dari aktivitas entitas yang biasa. Kerugian tersebut mencerminkan
berkurangnya menfaat ekonomi dan pada hakikatnya tidak berbeda dari beban. Oleh
karena itu, kerugian tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini.
Dari sepuluh pengertian di atas, ada dua hal penting yang perlu ditekankan di sini,
yaitu:
(1) Istilah laba komprehensif lainnya yang relatif merupakan konsep baru tentang
pengukuran dan pelaporan laba. Laba komprehensif lainnya lebih inklusif
dibandingkan dengan pengertian laba bersih yang merupakan ukuran laba
bersih). PSAK No.1 (revisi 209) menjelaskan bahwa laba-rugi bersih adalah total
pendapatan setelah dikurangi beban, tidak termasuk komponen pendapatan
komprehensif lain lainnya. Laba komprehensif lainnya mencakup laba bersih
dan semua perubahan-perubahan ekuitas kecuali yang diakibatkan oleh
investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. Sebagai contoh
keuntungan atau kerugian pemilikan yang belum direalisasikan dari sekuritas
ekuitas yang tersedia untuk dijual, yang saat ini tidak dimasukan kedalam
unsur laba bersih, dimasukan sebagai unsur laba komprehensif.
(2) Unsur-unsur di atas diklasifikasikan kedalam dua kelompok yang berbeda,
dimana kelompok pertama mencakup tiga unsur, yaitu: asset, liabilitas dan
ekuitas. Ketiga unsur ini menjelaskan tentang sumber daya dan klaim terhadap
sumber daya tersebut pada suatu waktu tertentu (moment in time). Ketiga unsur
laporan keuangan ini berkaitan dengan laporan neraca. Empat unsur lainnya
49
mengenai pos tertentu haruslah relevan dan andal agar dapat diakui. Karena seringkali
terjadi pertentangan antara relevansi dan keandalan, maka pertimbangan mengenai
kedua kualitas primer dapat mempengaruhi saat (timing) pengakuan.
Keempat kriteria pengakuan utama tadi berlaku untuk semua unsur laporan
keuangan. Akan tetapi, karena salah satu dari tugas utama akuntansi adalah untuk
mengukur dan melaporkan laba (rugi) bersih, maka penerapan yang tepat atas kriteria
pengakuan ini sangat diperlukan dalam hal pengakuan pendapatan (revenue
recognition) dan pengakuan beban (expense recognition) seperti yang akan dijelaskan
pada bagian di bawah ini. Konsep pengakuan dan pengukuran meliputi:
(1). Asumsi-asumsi dasar (basic assumption),
(2). Prinsip-prinsip dasar akuntansi (basic accounting principles), dan
(3). Kendala-kendala (constraints).
Profesi akuntansi menggunakan ke tiga konsep tersebut sebagai pedoman
operasional. Tidak semua orang menggunakan kosep tersebut, sehingga sebagai profesi
akuntansi lebih baik memahami konsep tersebut dari pada bagaimana konsep tersebut
itu dikalsifikasikan atau diorganisir. Konsep-konsep ini berfungsi sebagai pedoman
dalam menanggapi isu-isu pelaporan keuangan yang berkembang yang kontroversial
secara rasional. Konsep ini telah berubah dari waktu ke waktu dan merupakan dasar
bagi prinsip-prinsip akuntansi yang telah ditetapkan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan atau oleh organisasi sejenisnya.
FASB dalam SFAC No.5 menjelaskan bahwa asumsi dasar (basic assumptiom) yang
mendasari struktur akuntansi keuangan, yaitu: (1). entitas ekonomi (economic entity), (2).
kelangsungan usaha (going concern), (3). unit moneter (monetery unit), dan (4).
periodesitas (periodicity/accounting/fiscal period). Sedangkan SAK dalam KDPPLK
menjelaskan tentang asumsi dasar ini meliputi: (1). dasar akrual (accrual basis), dan (b).
kelangsungan usaha (going concern).
Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption). Merupakan asumsi pokok dalam
akuntansi bahwa aktivitas ekonomi dapat diidentifikasikan dengan satu unit
pertanggungjawaban yang jelas. Di dalam konsep ini, perushaan harus dipandang
51
sebagai unit usaha (entitas) yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya. Unit usaha
(entitas) dianggap sebagai unit akuntansi yang terpisah dari pemiliknya atau dari
kesatuan usaha yang lainnya. Untuk tujuan akuntansi, unit usaha (entitas) dipisahkan
dari pemiliknya atau pemegang saham. Dengan perkataan lain, aktivitas suatu entitas
dapat dipisahkan atau dibedakan dari unit lainnya dan pemilik (pemegang saham)
entitas. Jika terdapat cara yang berarti untuk memisahkan seluruh aktivitas ekonomi
yang terjadi, tidak ada dasar bagi disiplin akuntansi untuk tetap ada (eksis). Lebih
lanjut, konsep ini tidak secara penting mengacu pada kesatuan hukum (legal entity).
Entitas induk dan anak adalah terpisah menurut kesatuan hukum, tetapi untuk tujuan
akuntansi dan laporan keuangan seluruh aktivitas disatukan atau digabungkan dan hal
ini tidak bertentangan dengan asumsi ini, karena entitas induk dan entitas anak
dianggap sebagai satu kesauan ekonomi.
Asumsi unit moneter (monetery unit assumption). Akuntansi yang didasarkan pada
asumsi bahwa uang merupakan alat pengukur atau pembilang umum (common
denominator) didalam aktivitas ekonomi yang berlangsung, serta sebagai suatu dasar
yang memadai bagi akuntansi untuk melakukan pengukuran dan analitis. Beberapa
transaksi yang terjadi dalam suatu entitas dapat dicatat dengan menggunakan ukuran
unit fisik atau waktu, tetapi karena tidak semua transaksi tersebut dapat dicatat dengan
menggunakan ukuran fisik atau waktu yang sama, sehingga menimbulkan kesulitan di
dalam pencatatan serta penyajian dan pelaporan keuangan. Untuk mengatasi masalah
ini maka semua transaksi yang terjadi akan dinyatakan dan dicatat dalam satuan (unit)
moneter atau nilai uang pada saat terjadinya. Unit moneter yang digunakan adalah
mata uang Negara dimana perushaan itu berdomisili (di Indonesia dengan
menggunakan mata uang rupiah). Asumsi ini mengakibatkan bahwa satuan keuangan
merupakan cara yang paling efektif untuk menyatakan kepada pihak yang
berkepentingan atas perubahan dalam modal dan perubahan dalam barang dan jasa.
Satuan keuangan adalah relevan, sederhana, tersedia secara umum, dapat dimengerti
dan bermanfaat. Pencatatan transaksi dengan menggunakan ukuran mata uang pada
saat terjadinya suatu transaksi disebut dengan prinsip biaya (cost prinsiple). Prinsip ini
digunakan dengan anggapan bahwa nilai tukar uang yang dipakai adalah stabil dan
perubahan-perubahan nilai tukar uang yang terjadi tidak akan mengakibatkan
penyesuaian-penyesuaian yang cukup material. Tetapi jika terjadi perubahan daya beli
yang material (terutama dalam keadaan inflasi), maka laporan keuangan yang disusun
dan disajikan berdasartkan prinsip biaya akan memberikan gambaran yang tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya terjadi, dan dengan demikian kegunaan laporan
keuangan yang didasarkan pada prinsip biaya tersebut akan berkurang. Dukungan
asumsi ini juga mensyaratkan bahwa satuan keuangan sebagai unit pengukur dianggap
stabil, jika tidak mungkin dapat dipertimbangkan untuk menggunakan akuntansi
inflasi (inflation accounting).
(timeline). Oleh karenanya perlu dilakukan alokasi atas asset, liabilitas, pendapatn dan
beban dari period eke periode untuk transaksi dann kejadian yang memperngaruhi
beberapa periode akuntansi. Alokasi ini dilakukan berdasrkan taksiran atau estimasi.
Dengan demikian asumsi ini mensyaratkan bahwa entitas dapat dibagi kedalam
periode waktu buatan (artificial time period). Periode waktu ini bervariasi, tetapi
umumnya secara bulanan, kuartalan atau tahunan. Pemakai laporan perlu diberitahu
tentang posisi keuangan dan kinerja entitas dari waktu ke waktu agar dapat
mengevaluasi dan membandingkan dengan entitas lain. Dengan demikian informasi
keuangan harus dilaporkan secara berkala. Asumsi periodisitas atau periode waktu
menyiratkan bahwa aktivitas perekonomian suatu entitas dapat dipisahkan kedalam
periode waktu artifisial. Periode waktu bervariasi, tetapi yang paling banyak digunakan
adalah bulanan, kwartalan, setengah tahunan atau tahunan. Semakin pendek periode
waktu, semakin sulit menentukan laba bersih yang tepat untuk periode tersebut. Hasil
bulanan tidak seakurat hasil kwartalan, dan hasil kwartalan tidak sekaurat hasil
tahunan. Semakin pendek periode penerbitan informasi, semakin tinggi kemungkinan
ketidak-akuratannya. Kenyataan ini memberikan contoh yang menarik tentang
pertimbangan untung-rugi (trade-off) aantara relevansi degan realibilitas dalam
penyajian laporan keuangan.
Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan harus disusun atas dasar akrual. Dengan
dasar ini, pengaruh dari transaksi dan peristiwa lainnya diakui pada saat kejadian dan
bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan dan dicatat dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada
pengguna tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas tetapi juga liabilitas pembayaran kas di masa depan serta sumber daya
yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu,
laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa
lainnya yang paling berguna bagi pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
PSAK No. 1(revisi 2009) menjelaskan tentang dasar akrual yaitu bahwa entitas
menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika
akuntansi berdasarkan akrual digunakan, entitas mengakui asset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-unsur tersebut dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK).
54
Empat prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi, yaitu; (1).
Prinsip biaya histories (historical cost principles), (2). Prinsip pengakuan pendapatan
(revenue recognition principles), (3). Prinsip penandingan (matching principles), dan (4).
Prinsip Pengungkapan penuh (full disclosure principles).
Prinsip biaya historis (historical cost principles). Pengukuran (mesurement) adalah proses
penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukan setiap unsur laporan
keuangan dalam neraca dan laporan laba-rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar
pengukuran tertentu. Secara traditional, penyaji dan pengguna laporan keuangan
menemukan bahwa biaya perolehan adalah dasar umum yang berguna untuk
pengukuran dan laporan akuntansi. Akibatnya prinsip akuntansi saat ini menghendaki
agar aset diperlakukan dan dilaporkan pada dasar biaya perolehannya. Hal ini sering
disebut sebagai prinsip harga historis (historical cost principles). SAK dalam KDPPLK
menjelaskan biaya historis bahwa aset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas
yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk
memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang
diterima sebagai penukar dari liabilitas (obligation) atau dalam keadaan tertentu,
(misalnya pajak penghasilan), dalam jumlah kas atau setara kas yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha yang normal. Biaya
perolehan (acquisition cost) mempunyai satu keuntungan penting dibanding dasar
penilaian lain, yaitu dapat diandalkan dan dapat diuji. Sekali dibentuk, biaya perolehan
tetap digunakan sepanjang aset tersebut digunakan. Untuk mempercayai informasi
yang disajikan, pengguna internal dan eksternal harus mengetahui bahwa informasi
adalah akurat dan didasarkan pada fakta. Dengan menggunakan prinsip harga historis
(historical cost) sebagai dasar pencatatan, akuntan dapat menyajikan laporan mereka
secara obyektif dan data dalam laporan keuangan dapat diuji keabsahannya.
Bagaimana selanjutnya tentang pengukuran liabilitas? Apakah liabilitas juga diukur
berdasarkan biaya perolehannya? Tentu jawabannya ya, jika kita mengubah istilah
biaya dengan harga pertukaran, maka kita akan menentukan bahwa istilah biaya
berlaku untuk liabilitas. Liabilitas seperti obligasi, wesel dan hutang usaha diterbitkan
serta dipertukarkan dengan asset entitas, atau mungkin jasa pada harga yang telah
disepakati. Harga inilah yang ditentukan oleh transaksi pertukaran, adalah biaya
55
liabilitas dasar dalam laporan keuangan. Sejumlah dasar pengkuran lain yang berbeda
digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan.
SAK dalam KDPPLK menentapkan dasar pengkuran (atribut-atribut) lainnya yang
sekarang banyak digunakan dalam laporan akuntansi, yaitu: (1). harga pasar saat ini
atau biaya kini (current market value atau current cost), (2). biaya pengganti saat ini
(current replacement cost), (3). nilai bersih atau penyelesaian (realizable value atau setlement
value), dan (4). nilai sekarang yang didiskontokan (current discounted value) atau nilai
sekarang (present value).
Harga pasar saat ini (current market value), yaitu merupakan harga tunai
ekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual suatu aset dalam likuidasi
yang dilaksanakan secara terarah.
Biaya pengganti saat ini (current replacement cost), yaitu merupakan harga tunai
ekuivalen yang akan dibayarkan sekarang untuk membeli atau mengganti jenis
barang atau jasa yang sama. SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa aset
dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar bila aset yang
sama atau setara aset diperoleh sekarang. Demikian pula dengan liabilitas
dinyatakan dengan dalam jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskontokan
(undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kwajiban
(obligation) sekarang.
Nilai bersih yang dapat direalisir (net realizable value), yaitu merupakan jumlah
kas yang diperkirakan akan diterima atau dibayarkan dari hasil pertukaran aset
atau liabilitas dalam kegiatan normal entitas. Pada umumnya, nilai bersih yang
dapat direalisir sama dengan harga jual dikurangi dengan biaya-biaya penjualan
normal. SAK dalam KDPPLK menjelaskan bahwa aset dinyatakan dalam jumlah
kas atau setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam
pelepasan normal (orderly disposal). Liabilitas dinyatakan sebesar nilai
penyelesaian yaitu jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskontokan yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan
usaha normal.
atau dasar penilaian lainnya. Walaupun prinsip biaya historis terus akan menjadi dasar
penilaian asset dan liabilitas yang utama, namun pencatatan dan pelaporan informasi
berdasarkan nilai wajar terus meningkat. Tampaknya kecenderungan ini akan terus
berlanjut.
dikenal sebagai prinsip pengungkapan penuh, yang mengakui bahwa sifat dan jumlah
informasi yang harus tercakup dalam laporan keuangan mencerminkan sejumlah
pertimbangan untung-rugi (trade-off). Trade-off ini berusaha untuk:
(1) mengungkapkan hal-hal detail secara memadai sehingga pengguna merasakan
perbedaan dalam pembuatan keputusan, kemudian
(2) pemadatan yang memadai untuk membuat informasi dapat dipahami dengan
tetap mempertimbangkan biaya penyiapan dan penggunaan informasi.
Pengungkapan dapat dilakukan oleh pihak penyaji dengan salah satu dari ketiga cara;
(1). dalam badan atau bangun utama laporan keuangan, (2). dalam catatan atas laporan
keuangan, atau (3). sebagai suatu informasi suplemen atau pelengkap.
Kendala-Kendala (Constraint)
Dalam penyajian informasi dengan karakteristik kualitatif yang membuatnya berguna,
dua kendala penyaring atau penentu harus dipertimbangkan; (1). hubungan biaya-
manfaat (cost-benefit relationship), (2). materialitas (materiality), (3). praktik-praktik
industri (industry practice), dan (4). konservatisme (conservatism).
seberapa besar manfaatnya dibandigkan dengan biaya tersebut. Karena alasan inilah
maka sulit untuk menetapkan uji biaya-manfaat pada kasus tertentu.
(lower cost or market-LCM) dalam penilaian persediaan dan aturan kerugian bersih (net
loss) yang harus diakui pada kontrak pembelian (purchases commitment) entitas yang
membeli persediaan barang. Tidak ada anjuran dalam penerapan konsep konservatif
agar aset bersih atau laba bersih disajikan terlalu rendah. Tujuan dari konsep
konservatif ini, jika diaplikasi secara tepat, adalah menyajikan pedoman yang paling
rasional dalam situasi sulit, maksudnya jangan menyajikan aset atau laba bersih yang
terlalu tinggi. Jika muncul keraguan, maka lebih baik bila menyajikan angka laba bersih
atau aset bersih yang terlalu rendah dari pada terlalu tinggi. Sementara, bila tidak ada
keraguan sama sekali tentang suatu angka tertentu maka tidak perlu mengaplikasikan
kendala ini.
Iktisar mengenai kerangka kerja konseptual akuntansi keuangan adalah sebagai
berikut:
I Tujuan Laporan Keuangan
A Umum
Memberikan informasi yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan
B Khusus • Memberikan informasi:
• Memperkirakan prospek arus kas entitas
• Memahami kondisi keuangan entitas
• Memahami kinerja entitas
• Memahami bagaimana dana diperoleh dan
digunakan
C Tambahan Menyediakan informasi yang memungkinkan para
manajer dan direktur entitas mengambil keputusan
sesuai dengan kepentingan pemilik. Memungkinkan
pemilik untuk memperkirakan seberapa baik kinerja
para manajer dan direktur telah menunaikan
tanggungjawabnya dalam mengelola entitas.
II Konsep-konsep dasar (basic concepts)
A Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
1 Manfaat tertingi–manfaat keputusan
2 Kualitas primer
a. Relevansi (relevancy)
• Nilai prediktif (predictive value)
• Nilai umpan balik (Feedback value)
63
C Laporan Keuangan
1. Pengungkapan penuh (full disclosure)
2. Seperangkat laporan keuangan umum (general purpose financial
stetement)
• Posisi keuangan (neraca)
• Laporan laba-rugi (income statement)
• Laba komprehensif Lainnya (others comprehensive income)
• Arus kas (cash flowss)
• Investasi oleh dan distribusi kepada pemilik (Investment by and
distribution to owners)
IV Asumsi-asumsi dasar (basic assumptions)
1. Entitas ekonomi (economic entity)
2. Kesinambungan hidup (going cocern)
3. Unit moneter (monetery unit)
4. Periode Akuntansi (accounting period)
Pertanyaan-pertanyaan
1. Apakah suatu kerangka kerja konsepsi itu? Mengapa suatu kerangka kerja
konsepsi itu penting dalam akuntansi keuangan?
2. Sebutkan dan jelaskan beberapa penyebab utama mengapa kerangka konseptual
akuntansi menjadi penting?
3. Mengapa diperlukan pertimbangan oleh para akuntan dalam menjalan-kan fungsi
mereka sebagai penyedia informasi?
4. Apakah tujuan utama pelaporan keuangan sebagaimana dinyatakan dalam SFAC
No.1?
5. Apakah makna istilah ciri kualitatif informasi akuntansi?
6. Apakah perbedaan antara comparability dan consistency?
7. Berikan komentar apakah perubahan sebagaimana yang dijelaskan berikut ini
mempengaruhi consistency:
65