Anda di halaman 1dari 7

BAB 2 KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI

Tujuan Pengajaran:
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan kerangka konseptual akuntansi
2. Menjelaskan tentang tujuan laporan keuangan
3. Menjelaskan asumsi dasar akuntansi
4. Menjelaskan konsep dasar akuntansi

Kerangka Konseptual Akuntansi

Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield, suatu kerangka konseptual “establishes the
concepts that underlie financial reporting”.  Sementara, di dalam Conceptual Framework for
Financial Reporting 2018 dijelaskan bahwa: “The Conceptual Framework for Financial
Reporting (Conceptual Framework) describes the objective of, and the concepts for, general
purpose financial reporting”. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kerangka
konseptual akuntansi merupakan sekumpulan konsep-konsep yang mendasari pelaporan
keuangan. Yang dimaksud konsep-konsep dasar pelaporan keuangan yaitu gagasan-gagasan
serta ide mengenai apa yang seharusnya dilaporkan dalam laporan keuangan serta bagaimana
melaporkannya. Kumpulan gagasan dan ide-ide tersebut menjadi pedoman dalam menentukan
informasi-informasi apa saja yang perlu disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum
(general-purpose financial statements).

Kerangka konseptual akuntansi (versi terakhir tulisan ini dibuat yaitu Conceptual


Framework for Financial Reporting 2018) diterbitkan oleh International Accounting Standards
Board (IASB) atau Dewan Standar Akuntansi Internasional. Kerangka konseptual yang
diterbitkan oleh IASB kemudian diadopsi oleh badan-badan standar akuntansi di berbagai
negara, termasuk Indonesia.

Mengapa tetap dibutuhkan suatu kerangka konseptual ketika telah ada standar-standar

1
akuntansi khusus yang mengatur mengenai perlakuan transaksi-transaksi atau peristiwa-
peristiwa ekonomi? Terdapat beberapa alasan mengapa suatu kerangka konseptual akuntansi
tetap dibutuhkan.

Pertama, kerangka konseptual akuntansi dibutuhkan oleh badan-badan pembuat standar


(termasuk IASB sendiri) sebagai pedoman dalam mengembangkan dan menerbitkan standar
akuntansi baru. Adanya kerangka konseptual diharapkan membuat standar-standar akuntansi
yang diterbitkan menjadi konsisten. Dengan begitu, diharapkan tidak ada standar akuntansi
yang saling bertentangan dalam hal klasifikasi akun atau peristiwa ekonomi (dicatat sebagai
pendapatan, beban, aset, kewajiban, atau ekuitas?).

Kedua, kerangka konseptual akuntansi dibutuhkan ketika terdapat peristiwa-peristiwa ekonomi


yang perlakuan akuntansinya belum diatur dalam standar-standar akuntansi yang ada.
Perubahan-perubahan terjadi begitu cepat. Pengaruh teknologi informasi membuat peristiwa-
peristiwa atau transaksi ekonomi yang sebelumnya belum pernah terpikirkan terjadi. Peristiwa
atau jenis transaksi baru tersebut kemungkinan besar belum diatur dalam standar-standar
akuntansi yang ada. Jika harus menunggu adanya suatu standar akuntansi yang mengaturnya,
akan membutuhkan waktu yang lama. Pengembangan standar akuntansi tidak dapat dilakukan
dalam waktu yang sangat cepat. Untuk itu. diperlukan pertimbangan profesional akuntan dalam
menangani perlakuan akuntansi dengan berpedoman pada kerangka konseptual yang ada.
Keputusan tentang bagaimana perlakuan akuntansi atas transaksi/peristiwa baru tersebut
menjadi cepat tertangani secara konsisten sesuai definisi klasifikasi akun atau elemen laporan
keuangan yang diatur dalam kerangka konseptual.

Terakhir, kerangka konseptual akuntansi membantu berbagai pihak dalam memahami dan
menginterpretasi standar-standar akuntansi yang ada. Karena standar-standar akuntansi
dikembangkan dengan berdasar pada kerangka konseptual, maka interpretasi atas standar-
standar akuntansi tersebut tidak akan jauh dari konsep-konsep dalam kerangka konseptual
tersebut.

Perkembangan Kerangka Konseptual Akuntansi

Kerangka konseptual akuntansi pertama kali dikembangkan oleh International Accounting


Standards Committee (IASC) atau Komite Standar Akuntansi Internasional (organisasi
pendahulu IASB). Kerangka konseptual tersebut diterbitkan pada tahun 1989 dengan
nama Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements. Di dalamnya,

2
kerangka konseptual mengatur mengenai: 1) tujuan laporan keuangan, 2) karakteristik kualitatif
yang menentukan tingkat kegunaan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, 3)
definisi, pengakuan, dan pengukuran elemen-elemen laporan keuangan, dan 4) konsep modal
dan pemeliharaan modal. Pada saat perubahan organisasi dari IASC ke IASB pada tahun 2001,
kerangka konseptual 1989 tetap diadopsi sebagai kerangka konseptual acuan dalam
mengembangkan International Financial Reporting Standards (IFRS) atau Standar Akuntansi
Keuangan Internasional (SAKI) baru.

Pada tahun 2010, Framework for the Preparation and Presentation of Financial


Statements  tahun 1989 diganti dengan Conceptual Framework for Financial Reporting 2010.
Kerangka konseptual terbaru tersebut merupakan hasil kerja sama antara IASB dengan FASB
(Amerika Serikat) dalam upaya konvergensi standar akuntansi IFRS (IASB) dan GAAP
(Amerika Serikat).

Pada tahun 2018, IASB kembali merevisi kerangka konseptual yang sebelumnya Conceptual
Framework for Financial Reporting 2010 menjadi Conceptual Framework for Financial
Reporting 2018. Revisi kerangka konseptual dilakukan karena versi 2010 dianggap masih
belum sempurna dan butuh perbaikan serta penyempurnaan. Penyempurnaan kerangka
konseptual dianggap sebagai agenda prioritas. Penyempurnaan yang dilakukan pada kerangka
konseptual 2018 antara lain mengisi kekosongan-kekosongan, memperbarui, serta
mengklarifikasi konsep-konsep pada kerangka konseptual 2010.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting) nomor 1 dinyatakan bahwa pelaporan


keuangan harus menyajikan informasi yang :
1. Berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan yang potensial dan pemakai
lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi, pemberian kredit dan
keputusan lainnya.
2. Dapat membantu investor dan kreditur yang ada dan yang potensial dan pemakai
lainnya untuk menaksir jumlah, waktu dan ketidakpastian dari penerimaan uang di
masa yang akan datang.
3. Menunjukkan sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim atas sumber-sumber

3
tersebut dan pengaruh dari transaksi-transaksi, kejadian-kejadian dan keadaan-
keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim atas sumber-sumber
tersebut.
Ketiga karakter informasi di atas merupakan pedoman untuk penyusunan pelaporan
keuangan.

Tujuan akuntansi keuangan dan laporan keuangan ada dua yaitu : tujuan umum dan
tujuan kualitatif.
Tujuan Umum :

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-


sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam
sumber-sumber ekonomi netto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan
yang timbul dari aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di
dalam mengestimasikan potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-


sumber ekonomi dan kewajiban seperti informasi mengenai aktivitas
pembelanjaan dan penanaman.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan
laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti
informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi yang dianut perusahaan.

Tujuan Kualitatif :

1. Relevan

Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya.

2. Dapat dimengerti

Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk
dan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.
3. Daya Uji

Informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen
4
dengan menggunakan metode pengukuran yang sama
4. Netral

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung
pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.
5. Tepat waktu

Informasi harus disampaikan sesegera mungkin untuk dapat digunakan sebagai


dasar pengambilan keputusan
6. Daya banding

Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan
dengan laporan keuangan periode sebelumnya.
7. Lengkap

Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang
dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif di atas.

Asumsi Dasar Akuntansi

Sebagai suatu sistem, maka di dalam akuntansi dikenal beberapa dasar anggapan
(asumsi). Ada 10 asumsi dasar akuntansi menurut Paul Grady (AICPA) yaitu:
1. Suatu masyarakat dan susunan pemerintahan yang menjamin hak milik pribadi (A
Society and Government Structure honering property right)

2. Kesatuan usaha yang spesifik (Specific Business Entities)

3. Kontinuitas Usaha (Going Concern)

4. Penggunaan unit moneter di dalam rekening-rekening (Monetary Expression in


Accounts)
5. Konsistensi antara periode-periode untuk kesatuan usaha yang sama (Consistency
between periods for the same entity)
6. Perbedaan dalam akuntansi di antara kesatuan-kesatuan yang bebas (Diversity in
Accounting among independent entities)
7. Konservatif (Conservatism)

8. Ketergantungan data dari pengendalian intern (Dependability of data through


internal control)
5
9. Cukup berarti (Materiality)

10. Batas waktu dalam penyusunan laporan keuangan membutuhkan taksiran-taksiran


(Timeliness in financiall reporting requires estimates)

Dari ke-10 asumsi dasar tersebut di atas, yang paling lazim dipakai sebagai sebagai
asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi adalah :
- Kesatuan Usaha Khusus (Separate Entity/Economic Entity)

Dalam konsep ini perusahaan dipandang sebagai sebagai suatu unit usaha yang
berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya.
- Kontinuitas Usaha (Going Concern/Continuity)

Asumsi ini menganggap bahwa suatu perusahaan itu akan hidup terus, dalam arti
diharapkan tidak akan terjadi likuidasi di masa yang akan datang.
- Pengunaan Unit Moneter dalam pencatatan

Asumsi ini menganggap mata uang adalah alat pengukur yang stabil

- Tepat Waktu (Time-Period/Periodicity)

Kegiatan perusahaan berjalan terus antar periode menimbulkan masalah


pengakuan dan pengalokasian ke dalam perode-periode tertentu di mana dibuat
laporan keuangan, untuk itu laporan keuangan harus dibuat tepat pada waktunya.

Prinsip Dasar Akuntansi

Konsep dasar yang mendasari penyusunan prinsip akuntansi adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)

Prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva,


utang, modal dan biaya.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)

Prinsip ini menyangkut cara penentuan pendapatan berkala, yang dapat memenuhi
kebutuhan untuk penyusunan laporan keuangan yang tepat pada waktunya.
3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)

6
Untuk menyusun laporan keuangan periodik pendapatan yang diperoleh atau
terjadi dalam periode akuntansi tertentu harus dipertemukan secara layak dengan
biaya-biaya yang terjadi dalam periode akuntansi yang sama.
4. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)

Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,


maka metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus
diterapkan secara konsistendari tahun ke tahun.
5. Prinsip pengungkapan penuh (Full Disclosure Principle)

Yang dimaksud dengan prinsip ini adalah menyajikan informasi yang lengkap
dalam

Anda mungkin juga menyukai