Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian Metode Harga Pokok Proses


Metode harga pokok proses, yang merupakan metode pengumpulan
biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya
secara masal. Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap
proses selama jangka waktu tertentu, selam periode tertentu, dengan jumlah
satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang
bersangkutan. Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh
karakteristik proses produksi perusahaan. Metode harga pokok proses
memiliki karakteristik tertentu, yaitu:
1. Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya
bulan, tahun, dan sebagainya.
2. Produk yang dihasilkan bersifat homogen dan bentuknya standar,
tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.
3. Kegiatan produksi didasarkan pada budget produksi atau schedule
produksi untuk satuan waktu tertentu.
4. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya dijual.
5. Kegiatan produksi bersifat kontinu dan terus-menerus.
6. Jumlah total biaya maupun biaya satuan dihitung setiap akhir periode,
misalnya akhir bulan, akhir tahun.

B. Manfaat Informasi Harga Pokok Proses


Untuk memberikan gambaran awal penggunaan metode harga pokok
proses dalam proses pengumpulan biaya produksi, variasi contoh penggunaan
metode harga pokok proses yang diuraikan ini mencakup:
1. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi.
2. Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.
3. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap
perhitungan harga pokok produksi persatuan dengan anggapan:a.
Produk hilang pada awal proses.b. Produk hilang pada akhir proses.

C. Sistem Pembebanan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses


Dihubungkan dengan pembebanan harga pokok kepada produk, metode
harga pokok proses dapat menggunakan sistem:
1. Semua elemen biaya dibebankan berdasar biaya sesungguhnya
(historical cost system). Pada sistem ini, produk yang diolah dibebani
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya dinikmati oleh produk yang bersangkutan.
2. Elemen biaya tertentu yaitu biaya overhead pabrik, dibebankan
berdasar tarif atau biaya yang ditentukan di muka. Sistem ini dipakai
apabila kondisi-kondisi yang ada di dalam perusahaan mengharuskan
dipakainya tarif biaya overhead pabrik dengan tujuan untuk
membebankan biaya secara adil dan teliti. Kondisi tersebut adalah:a.
Perusahaan menghasilkan beberapa jenis produk.b. Produksi
perusahaan tidak stabil dari waktu ke waktu.c. Elemen biaya overhead
tetap jumlahnya relatif tinggi.
3. Semua elemen biaya dibebankan pada produk atas dasar harga pokok
yang ditentukan di muka. Pada sistem ini dalam penentuan harga
pokok produk semua elemen biaya baik bahan, tenaga kerja, maupun
overhead pabrik dibebankan berdasar harga pokok yang ditentukan
di muka.

D. Penggolongan Proses Produksi pada Perusahaan Manufaktur


Pada perusahaan manufaktur proses produksinya dapat digolongkan
atas dasar jenis produk yang dihasilkan dan tahapan-tahapan di dalam
mengolah produk, sebagai berikut:
1. Perusahaan yang menghasilkan satu jenis produk
Atas dasar tahapan-tahapan di dalam mengelola produk pada
perusahaan yang menghasilkan satu jenis produk dapat dikelompokkan
menjadi:
 Pengolahan produk hanya melalui satu tahapan pengolahan.
 Pengolahan produk melalui beberapa tahapan pengolahan.
2. Perusahaan yang menghasilkan beberapa jenis produk
Atas dasar tahapan-tahapan di dalam mengelola produk pada
perusahaan yang menghasilkan beberapa jenis produk dapat dikelompokkan
menjadi:
 Pengolahan produk hanya melalui satu tahapan pengolahan.
 Pengolahan produk melalui beberapa tahapan pengolahan.
Atas dasar hubungan antara jenis produk yang satu dengan yang lain,
produk yang dihasilkan dapat digolongkan ke dalam produk bersama, ko-
produk, produk utama, dan produk sampingan.

E. Karakteristik dan Prosedur Akuntansi Biaya pada Metode


Harga Pokok Proses
1. Karateristik
Karakteristik utama dari metode harga pokok proses adalah sebagai
berikut:
 Laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpulkan,
meringkas, dan menghitung harga pokok baik total maupun satuan
atau per unit. Apabila produk diolah melalui beberapa tahap atau
departemen, laporan harga pokok disusun setiap departemen di
mana produk diolah.
 Biaya produksi periode tertentu dibebankan kepada produk melalui
rekening barang dalam proses yang diselenggarakan untuk setiap
elemen biaya. Apabila produk diolah melalui beberapa departemen,
rekening barang dalam proses di samping diselenggarakan untuk
setiap elemen biaya harus diselenggarakan untuk setiap departemen
di mana produk diproses.
 Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau periode
tertentu. Apabila produk diproses melalui beberapa tahap atau
departemen, laporan produksi tersebut dibuat untuk setiap
departemen.
 Produksi ekuivalen (equivalent production) digunakan untuk menghitung
harga pokok satuan. Produksi ekuivalen adalah tingkatan atau jumlah
produksi di mana pengolahan produk dinyatakan dalam ukuran
produk selesai.
 Untuk menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya produksi
tertentu, maka elemen biaya produksi tertentu tersebut dibagi
dengan produksi ekuivalen untuk elemen biaya yang bersangkutan.
 Harga pokok yang diperhitungkan untuk mengetahui elemen-elemen
yang menikmati biaya yang dibebankan, berapa yang dinikmati
produk selesai dari departemen tertentu atau pengolahan yang
dipindahkan ke gudang atau ke departemen berikutnya dan berapa
harga pokok produk dalam proses akhir.
 Apabila dalam proses pengolahan produk timbul produk hilang, produk
rusak, produk cacat, tambahan produk akan diperhitungkan
pengaruhnya dalam perhitungan harga pokok produk.
2. Prosedur
Sedangkan prosedur dalam rangka menentukan harga pokok produk
pada metode harga pokok proses sebagai berikut:
 Mengumpulkan data produksi dalam periode tertentu untuk menyusun
laporan produksi dan menghitung produksi ekuivalen dalam rangka
menghitung harga pokok satuan.
 Mengumpulkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik periode tertentu. Apabila produk diproses melalui beberapa
departemen elemen biaya tersebut dikumpulkan untuk setiap
departemen.
 Menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya, yaitu jumlah
elemen biaya tertentu dibagi produksi ekuivalen dari elemen biaya
yang bersangkutan.
 Menghitung harga pokok produk selesai yang dipindahkan ke gudang
atau departemen berikutnya dan menghitung harga pokok produk
dalam proses akhir.

F. Penggolongan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses


Dalam akuntansi biaya untuk metode harga pokok proses biaya produksi
digolongkan sebagai berikut:
1. Biaya bahan
Dalam metode harga pokok proses tidak diadakan pemisahan antara
bahan baku dan bahan penolong, hal ini disebabkan umumnya produk yang
dihasilkan bersifat homogen dan bentuknya standar sehingga setiap satuan
produk yang sama akan menikmati bahan yang relatif sama pula. Semua harga
pokok bahan yang diproses atau diolah menjadi produk selesai atau bagian
produk selesai, baik dapat diidentifikasikan atau tidak dapat diidentifikasikan
dengan produk tertentu, adalah merupakan biaya bahan.
Kartu buku besar pembantu persediaan dibuat untuk setiap jenis bahan,
permintaan bahan oleh setiap departemen yang menggunakan bahan
digunakan dokumen bon permintaan bahan dan pemakaian bahan di dalam
produksi oleh setiap departemen harus dibuatkan laporan pemakaian bahan
yang akan dipakai dasar menyusun laporan harga pokok produksi. Laporan
pemakaian bahan digunakan pula untuk pengendalian pemakaian bahan oleh
setiap departemen.
2. Biaya tenaga kerja
Dalam metode harga pokok proses tidak dipisahkan atau dibedakan
antara biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung.
Apabila produk diolah melalui satu tahapan pengolahan, maka semua biaya
tenaga kerja di pabrik digolongkan sebagai elemen biaya tenaga kerja. Apabila
produk diolah melalui beberapa tahapan atau departemen, semua biaya
tenaga kerja pada departemen produksi digolongkan sebagai biaya tenaga
kerja, sedangkan biaya tenaga kerja departemen pembantu diperlakukan
sebagai elemen biaya overhead pabrik.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik pada metode harga pokok proses, yaitu meliputi
semua biaya produksi di departemen produksi selain biaya bahan dan biaya
tenaga kerja ditambah semua biaya pada departemen pembantu yang ada di
pabrik. Apabila perusahaan tidak memiliki departemen pembantu di pabrik,
biaya overhead pabrik meliputi semua elemen biaya produksi selain biaya
bahan dan biaya tenaga kerja.

G. Masalah-masalah Khusus dalam Perhitungan Harga Pokok


Produk pada Metode Harga Pokok Proses
Berikut ini akan dibahas secara bertahap masalah-masalah yang timbul di
dalam perhitungan harga pokok produk pada metode harga pokok proses
yang menghasilkan satu jenis produk, yang meliputi:
1. Pengolahan produk melalui satu tahap, semua biaya dibebankan
berdasar biaya sesungguhnya.
2. Pengolahan produk melalui satu tahap, biaya overhead pabrik
dibebankan berdasar tarif yang ditentukan di muka.
3. Pengolahan produk melalui beberapa tahap atau departemen, produk
selesai pada departemen tertentu langsung dipindah ke departemen
berikutnya.
4. Pengolahan produk melalui beberapa tahap, produk selesai dari
departemen permulaan dimasukkan ke gudang produk selesai, di
mana sebagian akan diproses di dalam departemen lanjutan dan
sebagian langsung dijual.
5. Pengolahan produk melalui beberapa tahap, sebagian produk hilang
di dalam pengolahan.
6. Pengolahan produk melalui beberapa tahap, sebagian produk rusak
dalam pengolahan:a. Produk rusak tidak laku dijual.b. Produk rusak
dapat laku dijual.
7. Pengolahan produk melalui beberapa tahap, sebagian produk cacat di
dalam pengolahan.
8. Tambahan bahan pada departemen lanjutan yang dapat menambah
jumlah produk yang dihasilkan.
9. Produk diolah melalui beberapa tahap, terdapat produk dalam proses
pada awal periode.a. Metode harga pokok rata-rata.b. Metode
pertama masuk, pertama keluar (first in, first out).c. Metode terakhir
masuk, pertama keluar (last in, first out).
10.Review atas berbagai masalah komprehensif dalam pengolahan
produk.

H. Tujuan Penentuan Metode Harga Pokok Proses


Tujuan penentuan metode harga pokok proses adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik metode harga pokok proses.
2. Mengetahui sistem apa yang dapat dipakai untuk pembebanan biaya.
3. Mengetahui bagaimana cara penggolongan biaya.
4. Mengetahui bagaimana cara mencatat dan menghitung karya pokok
produksi apabila:a. Produk diolah satu tahap.b. Produk diolah
beberapa tahap.c. Produk hilang dalam pengolahan.d. Produk rusak
dalam pengolahan.e. Produk cacat dalam pengolahan.f. Tambahan
produk adanya tambahan bahan pada departemen lanjutan.g. Adanya
produk dalam proses awal periode.

KARAKTERISTIK METODE HARGA POKOK PROSES


Karakter produksinya sbb:
1. Produk yg dihasilkan merupakan produk standar
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama
3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana
produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu

PERBEDAAN METODE HARGA POKOK PROSES DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN
1. pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan,
sedangkan metode harga pokok proses mengumpulka biaya produksi per departemen
produksi per periode akuntansi
2. perhitungan harga pokok produksi per satuan
metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan
pada saat pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung
harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang
dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan
selama periode yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode
akuntansi ( biasanya akhir bulan)
3. penggolongan biaya produksi
dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung
dibebankan kepada produk berdasar biaya sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya
produksi tidak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan
dimuka. Didalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya produksi langsung dan
biaya produksi tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan
hanya menghasilkan satu macam produk ( seperti perusahaan semen, pupuk, bumbu
masak). Karena harga pokok persatuan produk dihitung setiap akhir bulan, maka
umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi.
4. unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan
penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam metode ini biaya overhead pabrik
dibebankan kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka. Di dalam metode
harga pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan
baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja ( baik yang langsung maupun yang
tidak langsung). Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk
sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.

Manfaat informasi harga pokok produksi


1. Menentukan harga jual produk
2. Memantau realisasi biaya produksi
3. Menghitung laba atau rugi periodic
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca

METODE HARGA POKOK PROSES- TANPA MEMPERHITUNGKAN PERSEDIAAN PRODUK


DALAM PROSES AWAL
VARIASI CONTOH PENGGUNAAN METODE HARGA POKOK PROSES YANG DIURAIKAN DALAM
BAB INI MENCAKUP:
a. metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya dioleh
hanya melalui satu departemen produksi
b. metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah
melalui lebih dari satu departemen produksi
c. pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi per satuan, dengan anggapan:
 produk hilang pada awal proses
 proiduk hilang pada akhir proses

METODE HARGA POKOK PROSES – PRODUK DIOLAH MELALUI SATU DEPARTEMEN


PRODUKSI
Contoh 1.
PT Risa Rimendi mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi.
Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 19x1 disajikan dalam gambar 3.1
Biaya bahan baku Rp 5.000.000
Biaya bahan penolong Rp 7.500.000
Biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
Total biaya produksi Rp 39.875.000
Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah :
Produk jadi 2.000 kg
Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai
berikut: Biaya bahan baku : 100 %;biaya bahan penolong 100 %, biaya tenaga 500 kg
kerja 50 %; biaya overhead pabrik 30 %.
Data produksi PT Risa Rimendi Bulan Januari 19x1
Masuk ke dalam proses: 2.500 kg
Produk jadi : 2000 kg
Produk dalam proses akhir 500 kg

Perhitungan harga pokok produksi per satuan


Unsure biaya produksi Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
satuan
(1) (2) (3) (2);(3)
Bahan baku Rp 5.000.000 2.500 Rp 2.000
Bahan penolong Rp 7.500.000 2.500 3.000
Tenaga kerja Rp 11.250.000 2.250 5.000
Overhead pabrik Rp 16.125.000 2.150 7.500
39.875.000 17.500

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses

Harga pokok produk jadi : 2.000 x Rp 17.500 Rp 35.000.000


Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000
Biaya bahan penolong 100 % x 500 x Rp 3.000= Rp 1.500.000
Biaya tenaga kerja 50 % x 500 x Rp 5.000= Rp 1.250.000
Biaya overhead pabrik 30 % x 500 x rp 7.500= Rp 1.125.000 Rp 4.875.000
Jumlah biaya produksi bulan januari 19x1 Rp 39.875.000

Jurnal pencatatan biaya produksi


jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 5.000.000
Persediaan bahan baku Rp 5.000.000

Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong


Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 7.500.000
Persediaan bahan penolong Rp 7.500.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja Rp 11.250.000
Gaji dan upah Rp 11.250.000

JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 16.125.000
Berbagai rekening yang dikredit Rp 16.125.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 35.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku Rp 4.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp 6.000.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja Rp 10.000.000
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik Rp 15.000.000

Jurnal mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai dioleh
pada akhir bulan januari 19 x1

Persediaan produk dalam proses Rp 4.875.000


Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp 1.000.000
Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp 1.500.000
Barang dalam proses- Biaya tenaga kerja Rp 1.250.000
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp 1.125.000

METODE HARGA POKOK PROSES –PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU
DEPARTEMEN PRODUKSI
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena
produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan
produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen
produksi sebelumnyua tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh
departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
a. biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
b. biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama

Contoh2:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen
A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk
bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 30.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19x1
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 0
Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000
Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam produk proses akhir
Biaya bahan baku 100%
Biaya konversi 20% 50%
Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A
Unsur biaya produksi Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per kg

Bahan baku Rp 70.000 35.000 Rp 2


Tenaga kerja 155.000 31.000 5
Overbead pabrik 248.000 31.000 8
Total Rp 173.000 Rp 15

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A

Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15 Rp 450.000


Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
Biaya tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000
Biaya overhead pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000
Rp 23.000
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 19x1 Rp 473.000

Jurnal pencatatan biaya produksi departemen A


Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A Rp 70.000
Persediaan bahan baku Rp 70.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen A Rp 155.000
Gaji dan upah Rp 155.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A Rp 248.000
Berbagai rekening yang di kredit Rp 248.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A ke
departemen B:
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1

Persediaan produk dalam proses-departemen A Rp 23.000


Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 10.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 5.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 8.000

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen B


Unsur biaya produksi Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per kg

Tenaga kerja 270.000 27.000 10


Overbead pabrik 405.000 27.000 15
Total Rp 675.000 Rp 25

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B

Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke gudang


Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25 Rp 360.000
600.000

Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang 960.000


24.000 x Rp 40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15 90.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B:
Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000
Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000 Rp 75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B 165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari 19x1 Rp 1.125.000

jurnal pencatatan biaya produksi departemen B

Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A: :


Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000

Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :


Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B Rp 270.000
Gaji dan upah Rp 270.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B


Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B Rp 405.000
Berbagai rekening yang di kredit Rp 405.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke
gudang
Persediaan produk jadi Rp 960.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 360.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 240.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 360.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai
diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1

Persediaan produk dalam proses-departemen B Rp 165.000


Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 90.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 30.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 45.000

PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG DALAM PROSES TERHADAP


PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER SATUAN

Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi per satuan

Contoh3:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen
A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk
bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai
berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 % 200 kg
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 % 100 kg
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1

Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya produksi Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) Departemen A produk yang
dihasilkan oleh
departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg Rp 22.500 Rp 25
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg 26.100 29
penolong
Biaya tenaga kerja 700 + 40%x200kg=780kg 35.100 45
Biaya overhead 700 + 40%x200kg=780kg 46.800 60
pabrik
Rp 130.500 Rp 159

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 159 Rp 111.300
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800 Rp 19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500

Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama

Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A

Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A Rp 159,00
Rp 111.300 : 700
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A setelah Rp 222.60
adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg adalah
Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen Rp 63.60
A

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang Jumlah biaya produksi yang Biaya per kg yang
dihasilkan oleh ditambahkan di departemen B ditambahkan
departemen B ( unit Departemen B
ekuivalensi)
Biaya bahan penolong 400 kg + 60 % x 100 kg Rp 16.100 Rp 35
= 460 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 %x 100 kg Rp 22.500 Rp 50
= 450 kg
Biaya overhead pabrik 400 kg + 50 %x 100 kg Rp 24.750 Rp 55
= 450 kg
Rp 63.350 Rp 140

Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 362.60 Rp 145.040
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg):
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260
Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750 Rp 29.610
Jumlah kumulatif dalam departemen B Rp 174.650

Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi per satuan
Contoh:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen
A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk
bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :

Data produksi Bulan Januari 19x1


Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai
berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 % 200 kg
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 % 100 kg
Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg 200 kg

Biaya produksi Bulan Januari 19 x1


Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 45.800 24.750

Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Biaya Biaya per kg
departemn A ( unit ekuivalensi) produksi produk yang
Departemen dihasilkan oleh
A departemen A
Biaya bahan baku 700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= 1000 Rp 22.500 Rp 22.5
kg
Biaya bahan 700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 1000 26.100 26.10
penolong kg
Biaya tenaga kerja 700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg 35.100 39.89
Biaya overhead 700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg 46.800 53.18
pabrik
Rp 130.500 Rp141.67

Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 141.67 Rp 99.169
Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang hilang pada 14.167,00
akhir proses 100 xRp 141,67
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 113.334,40
700 x Rp 161,91
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 22.5 = 4.500
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 39.89= 3.191,2
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4 Rp 17.165.60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp 130.500,00

Produk yang hilang pada akhir proses di departemen produksi setelah departemen
produksi pertama

Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1

Jenis biaya Jumlah produk yang dihasilkan oleh Jumlah biaya Biaya per kg
departemen B ( unit ekuivalensi) produksi yang
yang ditambahkan di
ditambahkan Departemen B
di
departemen B
Biaya bahan penolong 400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg = Rp 16.100 Rp 24.39
660 kg
Biaya tenaga kerja 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = Rp 22.500 Rp 34.62
650 kg
Biaya overhead pabrik 400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = Rp 24.750 Rp 38.08
650 kg
Rp 63.350 Rp 97.09

Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 19x1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp 161.91 Rp 64.764,00
Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 161.91+Rp 97.09 51.800,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 155.400,00
400 x Rp 388.5
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg)
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00
Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50 %x Rp 34.62= 1.731
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904 Rp 21.289.40
Jumlah biaya produksi Departemen B Rp 176.689.40
LATIHAN
PT KOREKSI memproduksi produknya secara masal melalui dua departemen produksi :
departemen 1 dan departemen 2. Data produksi dan biaya produksi bulan januari 2002 di
dua departemen produksi tersebut disajikan berikut ini :

Data produksi Dept 1 Dept 2


Dimasukkan dalam proses bulan ini 31.000 kg
Unit yang ditransfer ke dept 2 27.000 kg
Unit yang diterima dari departemen 1 27.000 kg
Produk yang ditranfer ke gudang 23.000 kg
Produk dalam proses akhir
Biaya bahan baku 100 %; biaya konversi 70 % 2.000 kg
Biaya tenaga kerja 40 %; BOP 70 % 3.000 kg
Produk hilang akhir proses 2.000kg
Produk hilang akhir proses 1.000 kg

Biaya produksi
Biaya bahan baku 20.000.000
Biaya tenaga kerja 31.000.000 33.000.000
Biaya overhead pabrik 29.000.000 27.000.000

1. HITUNGLAH UNIT EKUIVALENSI MASING-MASING BIAYA TIAP DEPARTEMEN !


2. HITUNGLAH BIAYA PER KG TIAP DEPARTEMEN!
3. HITUNGLAH HARGA POKOK PRODUK SELESAI DAN PRODUK DALAM PROSES TIAP
DEPARTEMEN!

Anda mungkin juga menyukai