Anda di halaman 1dari 20

MODUL 9

Harga Pokok Proses (Process Costing)


Tanpa Persedian Awalan dalam Proses
Pengantar
Perkembangan dunia usaha bidang industri meningkat pesat sehingga menimbulkan
persaingan yang ketat dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Perusahaan yang telah
berdiri tentunya ingin berkembang dan terus menjaga kualitas produknya, namun disamping
itu harga jual menjadi faktor utama dalam menghasilkan laba. Selain harga jual harga pokok
produksi juga sangat penting terutama bagi perusahaan manufaktur dalam mengelola suatu
produk, karena harga pokok produksi merupakan dasar dalam menentukan harga jual.
Kesalahan dalam menentukan harga pokok akan berakibat pada harga jual, jika harga yang
ditentukan perusahaan terlalu mahal pelanggan akan membeli produk perusahaan lain,
begitu sebaliknya harga terlalu murah akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Mengantisipasi kesalahan dalam melempar harga jual dipasaran perlu keakuratan dalam
menghitung harga pokok. Untuk memperoleh informasi harga pokok yang tepat dibutuhkan
suatu metode untuk mengakumulasi biaya-biaya yang terjadi. Ada dua metode perhitungan
harga pokok full costing yang umum digunakan, yaitu job order costing method (metode
harga pokok pesanan), dan process costing method (metode harga pokok proses).
Pada Modul ini pembahasan dipusatkan pada metode penentuan harga pokok proses
(process costing) full costing yang merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang
digunakan perusahaan mengelola produksinya secara massa. Tujuan dibuat modul
pengajaran ini untuk menghasilkan lulusan yang manpu memanfaatkan informasi biaya
untuk perencanaan dan pengendalian biaya. Modul 1 ini membahas mengenai beberapa
konsep dasar yang digunakan pada pembahasan-pembahasan di modul-modul selanjutnya.
Beberapa konsep yang dibahas, diantaranya konsep proses costing tanpa persediaan awal
dalam proses, perhitungan proses costing melalui pengelolaan satu departemen produksi dan
lebih dari satu proses pengelolaan departemen produksi, sedangkan pada modul selanjutnya
akan dibahas proses costing ada perserdiaan awal dalam proses menggunakan metode FIFO,
LIFO dan AVERAGE.
Setelah membaca modul ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami:
1. Perhitungan harga pokok proses (Process Costing) menurut metode full costing
2. Perhitungan harga pokok pokok produk persatuan
3. Penggolongan biaya produksi
4. Menentukan harga pokok persediaan barang jadi (persediaan barang dagang) dan
Barang dalam proses yang disajikan dalam neraca
Kegiatan Belajar 1
Harga Pokok Proses (Process Costing)
Tanpa Persedian Awal dalam Proses

A. Deskripsi Singkat
Dalam modul kegiatan belajar 1 akan diuraikan harga pokok proses tanpa persediaan awal
dalam proses yang diterapkan dalam perusahaan yang mengelola produknya melalui satu
departemen produksi, lebih dari satu departemen produksi.
B. Relevansi
Salah satu Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dalam mata kuliah Akuntansi Biaya
adalah mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami process costing method (metode
harga pokok proses) full costing, materi yang dibahas dalam modul ini sepenuhnya untuk
memenuhi CPMK. Kemampuan menjelaskan dan memahami metode harga pokok proses
full costing ini bermakna bahwa mahasiswa mampu untuk menjelaskan (1) pengumpulan
biaya produksi yang digunakan perusahaan mengelola produksinya secara massa, (2)
mahasiswa diharapkan mampu mengembangkan sendiri kemampuannya untuk menerapkan
konsep harga pokok proses yang dijadikan dasar dalam penentuan harga jual, (3) mahasiswa
dapat memantau realisasi biaya produksi dan menghitung laba rugi periodik dan (4)
mahasiswa mampu menyajikan nilai persediaan akhir pada neraca pada akhir periode
akuntansi. Oleh karena itu, uraian konsep dasar harga pokok proses terlebih dahulu perlu
dipahami mahasiswa dalam kegiatan belajar 1 ini.
C. Pembelajaran
1) Uraian
a. Harga Pokok Proses (Prosess Costing)
Process costing merupakan salah metode yang mampu mengidentifikasi berbagai
biaya spesifik yang terdapat di dalam komponen biaya produksi untuk setiap proses
pengolahan bahan baku menjadi suatu produk jadi yang siap untuk dijual. Process
costing merupakan kompenen penting untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan secara
keseluruhan, dengan mengetahui hal tersebut perusahaan dapat melakukan keputusan
bisnis berdasarkan data keuangan yang faktual atau perusahaan akan lebih mudah
mengambil keputusan terutama dalam menentukan harga jual produk yang akan
dipasarkan.
Komponen harga pokok produksi berdasarkan proses dalam perhitungan
dibebankan ke departemen (atau pusat biaya). Jika ada lebih dari satu departemen yang
dibutuhkan untuk menghasilkan produk itu, biaya ditransfer dari suatu departemen ke
Depertemen Berikutnya dan akhirnya ke barang jadi.
b. Akumulasi Biaya
Perhitungan biaya berdasarkan proses mengakumulasikan biaya berdasarkan
departemen produksi. Metode ini digunakan apabila semua unit yang digunakan dalam
suatu Depertemen Atau area kerja lain bersifat homogen. Perhitungan biaya
berdasarkan proses mengakumulasikan semua biaya operasi suatu proses untuk suatu
periode waktu dan kemudian membagi biaya tersebut dengan jumlah unit produk yang
telah melewati proses selama periode tersebut dan hasilnya merupakan biaya per unit.
Jika produk melewati lebih dari satu departemen produksi maka harga pokok dari
departemen sebelumnya ikut berpindah ke departemen selanjutnya sampai produk
tersebut menjadi barang jadi (persediaan barang dagang).
c. Karakteristik Harga Pokok Proses
1) Kegiatan proses produksi perusahaan antara lain:
1) Perusahaan yang berproduksi massa (terus menerus) walaupun tanpa
pesanan dari konsumen
2) Produk yang dihasilkan merupakan produk standar (ukuran dan berat
sama)
3) Produk yang dihasilkan selama setahun sama.
4) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah untuk
melakukan produksi
2) Biaya produksi dikumpulkan secara periodik per departemen produksi sebagai
pusat biaya dengan cara mengumpulkan total biaya produksi dibagi dengan
jumlah unit yang dihasilkan pada periode tersebut.
3) Tidak semua unit yang diproses semuanya akan rampung (selesai), tetapi yang
belum rampung akan menjadi persediaan awal dan persediaan akhir Barang
dalam proses. Untuk pembebanan biaya yang belum rampung akan dilakukan
dengan bantuan angka yang disebut dengan unit ekuivalen. Unit ekuivalen
menunjukkan unit produk jadi yang didalamnya termasuk unit yang masih
dalam proses (belum selesai) diproduksi yang dinyatakan dalam satuan produk
jadi.
4) Setiap akhir periode dibuat laporan harga pokok produksi per departemen
produksi (cost center) yang didalamnya berisi informasi dengan langkah-
langkahnya sebagai berikut:
a. Langkah 1 skedul kuantitas:
 Jumlah unit yang diproses (masuk dalam proses),
 Jumlah unit yang selesai diproduksi (unit selesai),
 Jumlah unit yang masih dalam proses
b. Langkah 2
 Perhitungan unit ekuivalen bahan selesai dan dalam proses akhir
bahan baku, tenaga kerja, dan BOP
c. Langkah 3 pembebanan biaya berisikan:
Total biaya produksi untuk satu periode dibagi dengan unit ekuivalen
yang dihasilkan
 Biaya per unit untuk masing-masing jenis biaya (bahan baku, tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik)
d. Langkah 4 perhitungan biaya :
Perhitungan biaya yang telah dikeluarkan dan dibebankan didistribusikan
pada persediaan barang jadi dan Barang dalam proses
5) Pengelolaan bahan baku hanya melalui satu departemen produksi maka dia
akan menjadi barang jadi (persediaan barang dagang) dipindahkan ke gudang
dan siap untuk dijual, sebaliknya jika produksi melalui lebih dari satu
departemen produksi maka barang yang selesai di departemen sebelumnya
dianggap barang selesai tetapi belum menjadi produk jadi karena akan diproses
lebih lanjut ke Depertemen Berikutnya. Dan yang perlu diperhatikan pada saat
pengelolaan departemen selanjutnya apakah ada tambahan biaya sehingga
harus diperhitungkan sebagai harga pokok.
d. Perlakuan Akuntansi
Pada sistem harga pokok proses perlakuan akuntansinya tidak banyak berbeda
dengan akuntansi biaya pada umumnya. Dalam metode harga pokok proses perlakuan
akuntansi bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik yang akan dibahas dalam
bentuk jurnal antara lain:
A. Biaya bahan
Dalam metode harga pokok proses tidak dilakukan pemisahan antara bahan baku
dan bahan penolong, karena produk yang dihasilkan homogen bentuknya standar
sehingga setiap produk yang sama akan menikmati bahan yang relatif sama.
Pembelian bahan baku
Jurnal :

Menggunakan metode perpetual


Persediaan bahan baku xxx
Kas/hutang xxx

Pemakaian bahan baku


Jurnal :

Melalui satu departemen produksi


Barang dalam proses – bahan baku xxx
Persediaan bahan baku xxx
Apabila produk diproses melalui lebih dari satu departemen produksi
misalnya Depertemen A dan Depertemen B
Cara 1 :
Barang dalam proses- biaya bahan Dept. A xxx
Barang dalam proses- biaya bahan Dept. B xxx
Persediaan Bahan xxx
Cara 2 :
Barang dalam proses- biaya bahan Dept. A xxx
Barang dalam proses- biaya bahan Dept. B xxx
Persediaan bahan – Dept. A xxx
Persediaan bahan – Dept. B xxx

B. Biaya Tenaga Kerja


Disini tidak dipisahkan antara biaya tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak
langsung, semua elemen biaya tenaga kerja di pabrik digolongkan sebagai elemen
biaya tenaga kerja.
Pemakaian biaya tenaga kerja

Berdasarkan daftar gaji dibuat jurnal :


Barang dalam proses – Biaya tenaga kerja xxx
Biaya gaji dan upah xxx
Apabila produk diproses melalui lebih dari satu departemen produksi misalnya
Depertemen A dan Depertemen B jurnal :
Cara 1 :
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Dept. A xxx
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Dept. B xxx
Biaya gaji gaji dan upah xxx
Cara 2 :
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Dept. A xxx
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Dept. B xxx
Biaya gaji gaji dan upah – Dept. A
xxx
Biaya gaji gaji dan upah – Dept. B xxx

C. Biaya Overhead Pabrik (BOP)


BOP meliputi semua biaya produksi yang terjadi di departeman produksi selain
biaya bahan baku dan biaya teanga kerja. Jurnal atas pembebanan BOP tergantung
BOP itu sendiri karena, BOP terbagi dua dalam pencatatannya berdasarkan biaya
yang ditentukan dimuka dan biaya sesungguhnya terjadi.
1) Tarif ditentukan dimuka

Melalui satu departemen produksi


Barang dalam proses – BOP dibebankan xxx
BOP yang dibebankan xxx
Apabila produk diproses melalui lebih dari satu departemen produksi
misalnya Depertemen A dan Depertemen B

Cara 1 :
Barang dalam proses – BOP dibebankan Dept. A xxx
Barang dalam proses – BOP dibebankan Dept. B xxx
BOP dibebankan xxx
Cara 2 :
Barang dalam proses – BOP dibebankan Dept. A xxx
Barang dalam proses – BOP dibebankan Dept. B xxx
BOP dibebankan – Dept. A xxx
BOP dibebankan – Dept. B xxx

2) BOP sesungguhnya terjadi

Melalui satu departemen produksi jurnal pembebanannya :


Barang dalam proses – BOP sesungguhnya terjadi xxx
BOP yang sesungguhnya terjadi xxx
Apabila produk diproses melalui lebih dari satu departemen produksi misalnya Dept.
A dan Dept. B, jurnal pembebanannya :
Cara 1 :
Barang dalam proses – BOP sesungguhnya Dept. A xxx
Barang dalam proses – BOP sesungguhnya Dept. B xxx
BOP sesungguhnya xxx
Cara 2 :
Barang dalam proses – BOP sesungguhnya Dept. A xxx
Barang dalam proses – BOP sesungguhnya Dept. B xxx
BOP sesungguhnya – Dept. A xxx
BOP sesungguhnya – Dept. B xxx
Pada saat biaya overhead terjadi maka jurnalnya :
BOP sesungguhnya xxx
Berbagai Rekening yang dikreditkan xxx
Selisih BOP yang dibebankan dengan BOP yang sesungguhnya, selisih rugi jika BOP
yang sesungguhnya lebih besar dari yang dianggarkan (dibebankan) dan selisih
untung jika BOP sesungguhnya lebih kecil dari yang dibebankan. Adapun jurnalnya
sebagai beriku:
Selisih rugi :
BOP dibebankan xxx
Selisih BOP xxx (jika rugi)
BOP sesungguhnya terjadi xxx

Selisih menguntungkan :
BOP dibebankan xxx
BOP sesungguhnya terjadi xxx
Selisih BOP xxx

D. Tambahan Bahan Baku pada Departemen Produksi Selanjutnya


Proses produksi yang mengelolah bahan baku menjadi barang selesai biasanya
melalui lebih dari satu departemen produksi, tambahan biaya yang terjadi pada
Depertemen Berikutnya pada umumnya hanya biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik. Tapi biasanya dibeberapa perusahaan industri setelah departemen
selanjutnya akan memerlukan tambahan bahan baku baru. Adanya tambahan biaya
tersebut akan berakibat pada pada bertambahnya harga pokok pada departemen
selanjutnya.
E. Hilang Dalam Proses
Dalam proses produksi biasanya terjadi produk yang hilang, misalnya perusahaan
air mineral dimasukkan dalam proses 10.000 liter air, namun berkurang menjadi
9.500 liter yang dihasilkan maka ada sekitar 500 liter yang hilang. Hialng bisa
disebabkan karena menguap, mengkristal, menyusut dll. Unit yang hilang tersebut
harus disertakan dalam laporan harga pokok produksi sebagai pertanggungjawaban
pusat biaya. Masalah yang muncul pada produk yang hilang apakah hilang awal
produksi ataukah akhir produksi. Dalam perlakuan akuntansi hilang awal dan
hilang akhir berbeda pada saat membuat laporan harga pokok proses.
Hilang di awal produksi maka laporan harga pokok proses :
1) Belum menikmati biaya sehingga unit yang hilang tidak dibebankan harga
pokok
2) Tidak masuk dalam perhitungan unit ekuivalen
3) Untuk departemen selanjutnya harus ada penyesuaian biaya per unit pada
departemen selanjutnya.
Hilang di akhir produksi dalam harga pokok proses:
1) Dianggap telah menikmati biaya produksi
2) Diperhitungkan bagian dari unit ekuivalen
3) Biaya unit yang hilang akan menjadi beban produk jadi
4) Tidak perlu penyesuaian.
2. Rangkuman
Metode harga pokok proses (process costing) adalah metode pengumpulan biaya
produksi melalui departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang
umumnya diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atau massa. Metode
harga pokok proses biasanya digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan produk
yang sama (homogen) dan melalui serangkaian proses yang sama.
Perhitungan biaya berdasarkan proses mengakumulasikan biaya berdasarkan
departemen produksi, kegiatan proses produksi perusahaan antara lain perusahaan yang
berproduksi massa (terus menerus) walaupun tanpa pesanan-pesanan dari konsumen,
produk yang dihasilkan merupakan produk standar (ukuran dan berat sama), produk
yang dihasilkan selama setahun sama, dan kegiatan produksi dimulai dengan
diterbitkannya perintah unrtuk melakukan produksi,
Perhitungan harga pokok proses tanpa memperhitungkan persediaan awal dalam
proses, pengelolaan produksinya melalui satu departemen produksi dan lebih dari satu
departemen produksi, ada penambahan bahan di departemen selanjutnya, serta hilang
dalam proses produksi yaitu hilang awal dan hilang di akhir produksi.
3. Pustaka
Ralph S. Polimeni, Frank J. Fabozzi, and Arthur H. Adelberg, 1991, Cost Accounting,
Concepts and Applications For Managerial Decision Making, Third Edition,
McGraw-Hill, Singapore. (RFA)
Horngren T. Charles, Foster George, and Datar M. Srikant, 2000, Cost Accounting, A
Managerial Emphasis, Tenth Editon, Prentice Hall International Inc., New Jersey,
USA. (HFD)
Abdul Halim, Dasar-dasar Akuntansi Biaya , Edisi Keempat, Cetakan Ketiga, BPFE-
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1999. Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya ,
Edisi ke-5, BP-STIE YKPN, Yogyakarta
Supriyono. R. A, Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok ,
Buku I, Edisi Ke-2, BPFE-UGM, Yogyakarta, 1994.

D. Latihan dan Kunci Jawaban


a. Pertanyaan
1) Apa yang Anda ketahui tentang proses costing
2) Sebutkan karakteristik kegiatan proses produksi dalam proses costing
3) Apa persamaan antara perhitungan job order dan proses costing? Minimal 3 persamaan?
4) Mengapa pengumpulan biaya berdasarkan proses proses costing lebih mudah ketimbang biaya
berdasarkan pesanan job order?
b. Jawaban
1) Process costing
Process costing merupakan salah metode yang mampu mengidentifikasi berbagai
biaya spesifik yang terdapat di dalam komponen biaya produksi untuk setiap proses
pengolahan bahan baku menjadi suatu produk jadi yang siap untuk dijual.
2) Karakteristik:
1. Perusahaan yang berproduksi massa (terus menerus) walaupun tanpa pesanan
dari konsumen
2. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar (ukuran dan berat sama)
3. Produk yang dihasilkan selama setahun sama.
4. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah unrtuk melakukan
produksi
3) Persamaannya adalah:
1. Sama-sama bertujuan menghitung harga pokok per unit
2. Unsur biaya produksi sama yaitu biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik
4) Pengumpulan biaya pada process costing lebih mudah dari pada job-order costing karena dalam
process costing biaya ditelusuri ke setiap departemen proses yang terlibat yang masing-masing
memiliki rekening dan barang dalam proses. sedangkan dalam job-order costing biaya harus
ditelusuri ke masing-masing kartu biaya dimana hanya ada satu rekening barang dalam proses
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Soal latihan esai memberikan informasi sejauh mana Anda memahami dan menguasai
konsep tentang proses costing. Apabila Anda mampu menjawab dengan tepat maka ini akan
berdampak pada materi selanjutnya, karena materi selanjutnya hanya pengembangan dari
materi sebelumnya.
G. Penilaian Kegiatan Belajar
Kriteria penilaian mampu memahami, menjelaskan definisi proses costing, menjelaskan
tujuan utama sistem proses costing dan karakteristiknya., membuat laporan biaya produksi.
Inilah komponen yang dijadikan patokan pengukuran ketercapaian dari sub CPMK.
Kegiatan Belajar 2
Ilustrasi Konsep Harga Pokok Proses (Process Costing)
Tanpa Persedian Awal dalam Proses
A. Deskripsi Singkat
Materi ini berisi ilustrasi penentuan harga pokok berdasarkan proses costing metode full
costing, mahasiswa akan mempraktikkan bagaimana cara menghitung harga pokok proses
costing dengan mengunakan kasus yang mengelola produksinya melalui satu departemen
produksi, lebih dari satu deprtemn produksi, ada penambahan bahan Depertemen
Berikutnya, hilang dalam proses dan perlakuan akuntansi dalam proses costing. Mahasiswa
terlebih dahulu perlu mempelajari memahami konsep harga pokok proses pada kegiatan
belajar 1.
B. Relevansi
Salah satu Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) dalam mata kuliah Akuntansi Biaya
adalah mahasiswa mampu menjelaskan sistem harga pokok proses berdasarkan full costing.
Materi yang dibahas dalam modul ini sepenuhnya untuk memenuhi capaian tersebut,
kemampuan menjelaskan ini bermakna bahwa mahasiswa mampu untuk menerapkan sistem
ini dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu, kegiatan belajar 2 mengilustrasikan penerapan
sistem ini.
C. Pembelajaran
1. Uraian
a. Kasus proses costing melalui satu departemen produksi
Langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat membuat laopran harga
pokok proses:
1. Menghitung jumlah produk yang akan di olah
2. Menghitung unit ekuivalen
3. Menghitung biaya yang dibebankan
4. Menghitung biaya yang diperhitungkan atau menghitung harga pokok per unit
5. Jurnal yang diperlukan

Contoh kasus
PT. AKU mengelola produksinya secara massa melalui satu departemen produksi.
Adapun jumlah biaya yang dikeluarkaan selama proses produksi 2020
Dimasukkan dalam proses 11.000 unit
Selesai 10.000 unit
Proses Akhir 1.000 unit
Bahan baku Rp. 10.000.000
Bahan Penolong Rp. 20.000.000
Tenaga Kerja Rp. 30.000.000
BOP Rp. 40.000.000

Jumlah produk yang dihasilkan :


Barang jadi 10.000 kg
Proses akhir 1.000 kg
Tingkat penyelesaian :
Bahan baku 100 %
Bahan penolong 100 %
Tenaga kerja 50 %
BOP 30 %

PT AKU
LAPORAN BIAYA PRODUKSI 2020
Langkah 1 : Data Produksi

dimasukkan dalam proses 11.000 kg

selesai dipindahkan ke gudang 10.000 kg

proses akhir 1.000 kg

jumlah produksi yang dihasilkan 11.000 kg

Langkah 2 : Unit Equivalen


Bahan Bahan
Baku Penolong TKL BOP

Selesai (10.000 kg) 10.000 10.000 10.000 10.000


Proses Akhir : (1.000 kg)

Bahan Baku 100 % selesai 1.000

Bahan Penolong 100% selesai 1.000


TKL 50% selesai 500
BOP 30% selesai 300
Jumlah Unit EQ 11.000 11.000 10.500 10.300

Langkah 3 : Biaya yang Biaya


dibebankan Produksi UE Hp/unit

Bahan Baku 10.000.000 11.000 909

Bahan Penolong 20.000.000 11.000 1.818

TKL 30.000.000 10.500 2.857

BOP 40.000.000 10.300 3.883

Jumlah 100.000.000 9.468

Langkah 4: Perhitungan Biaya

selesai pindah kegudang (10.000


x 9.468) 94.679.107
Harga pokok persediaan produk
proses akhir :

Bahan Baku (100% x 1.000 x 909) 909.091


Bahan Penolong (100% x 1.000x
1.818) 1.818.182

TKL(50% x 1.000 x 2.857) 1.428.571

BOP (30% x 1.000 x 3.883) 1.165.049 5.320.893


Jumlah biaya produksi yang
dibebankan 2020 100.000.000

Jurnal :
Bahan baku :
Barang dalam proses – by bahan baku 10 juta
Persediaan bahan baku 10 juta
Bahan penolong :
Barang dalam proses – by bahan peolong 20 juta
Persediaan bahan penolong 20 juta
Biaya tenaga kerja
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja 30 juta
Gaji dan upah 30 juta
BOP
Barang dalam proses – BOP dibebankan 40 juta
BOP yang dibebankan 40 juta

Harga pokok barang jadi


Persediaan produk jadi 94.679.000
Barang dalam proses 94.679.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses :


Persediaan produk dalam proses 5.320.893
Barang dalam proses – by bahan baku 909.091
Barang dalam proses – by bahan penolong 1.818.182
Barang dalam proses – by tenaga kerja 1.428.571
Barang dalam proses – by overhead pabrik 1.165.049

b. Kasus proses costing melalui lebih dari satu departemen produksi


Langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat membuat laopran harga pokok
proses :
1. Menghitung jumlah produk yang akan diolah
2. Menghitung unit ekuivalen
3. Menghitung biaya yang dibebankan
4. Menghitung biaya yang diperhitungkan atau menghitung harga pokok per unit
5. Menghitung harga pokok barang yang selesai di departemen satu dan
dipindahkan ke Depertemen Berikutnya
6. Jurnal yang diperlukan

Contoh kasus :
PT. SIMATUPANG menghasilkan produk yang diolah melalui 2 Dept. yaitu A
dan B. Adapun datanya sebagai berikut: (Rp000)

DEPT. A DEPT. B
Dimasukkan dalam proses 60.000 unit
Diterima dari Dept. A - 46.000 unit
Ditransfer ke Dept. B 46.000 unit
Selesai dipindahkan ke gudang 40.000 unit
Dalam proses akhir:
Dept. A Bahan baku 100 % selesai
Konversi 40 % selesai 14.000 unit

Dept. B Konv. Selesai 33 1/3 %


Selesai 6.000 unit
Biaya:
Bahan baku Rp31.200 0
Tenaga kerja langsung Rp36.120 Rp35.700
BOP dibebankan Rp34.572 Rp31.920

Diminta: laporan harga pokok produksi setiap dept. dan buatlah jurnal

PT SIMATUPANG
LAPORAN BIAYA PRODUKSI 2020
Departemen 1

Langkah 1. Unit yang diproduksi

Dimasukan dalam proses 60.000


Selesai dipindahkan ke Departemen 2 46.000
Proses akhir 14.000 60.000

Langkah 2 Unit Ekuivalen


Bahan baku Konversi
Selesai dipindahkan ke Dept. 2 46.000 46.000
Proses akhir :
Bahan baku 14.000x100% 14.000
Konversi 14.000x40% 5.600

Total UE 60.000 51.600

Langkah 3 Biaya yang dibebankan

Biaya produksi UE Hp/unit


Bahan baku Rp31.200 60.000 0,52
Tenaga kerja langsung Rp36.120 51.600 0,70
BOP dibebankan Rp34.572 51.600 0,67
Jumlah Biaya 101.892 1,89

Langkah 4. Biaya yang diperhitungkan


Selesai dipindahkan ke dept. 2 (46.000x 1,89) 86.940
Proses akhir :
Bahan baku (14.000 x 0.52) 7.280
Tenaga kerja langsung (14.000x40%x0.70) 3.920
BOP dibebankan (14.000 x 40% x 0.67) 3.752 14.952
Total Biaya 101.892
Jurnal :
Barang dalam proses – By bahan baku 31.200
Barang dalam proses – By tenaga kerja 36.120
Barang dalam proses – By overhead pabrik 34.572
Persediaan bahan baku 31.200
Tenaga kerja dan upah 36.120
BOP dibebankan 34.572

Harga pokok Dept. 2 – dept 1 86.940


Harga pokok – dept 1 86.940

Harga pokok persediaan produk dalam proses :


Persediaan produk dalam proses 14.952
Barang dalam proses – by bahan baku 7.280
Barang dalam proses – by tenaga kerja 3.920
Barang dalam proses – by overhead pabrik 3.752

PT SIMATUPANG
LAPORAN BIAYA PRODUKSI 2020
Departemen 2

Langkah 1. Unit yang diproduksi


Dimasukkan dalam proses 46.000
Selesai dipindahkan ke Departemen 2 40.000
Proses akhir 6.000 46.000

Langkah 2 Unit ekuvalen


Konversi
Selesai dipindahkan ke gudang 40.000
Proses Akhir :
Konversi 6.000 x 33 1/3 % 2.000
Total UE 42.000

Langkah 3 Biaya yang dibebankan


Biaya produksi UE Hp/unit
Harga Pokok dept 1 (46.000x 1,89) 86.940 46.000 1.89
Tambahan biaya :
Tenaga kerja 35.700 42.000 0.85
BOP 31.920 42.000 0.76
Jumlah 154.560 3.50
Langkah 4. Biaya yang diperhitungkan

Selesai dipindahkan ke gudang (40.000 x 3,5) 140.000


Proses Akhir :
Harga pokok dept. sebelumnya (6.000x1,89) : 11.340
Tenaga kerja (6.000x33 1/2x0,85) : 1.700
BOP (6.000x 33 1/3 x 0,76) : 1.520 14.560
Total biaya 154.000

Jurnal :
Barang dalam proses – by tenaga kerja 35.700
Barang dalam proses – by overhead pabrik 31.920
Tenaga kerja dan upah 35.700
BOP dibebankan 31.920

Harga pokok Dept. 2 – dept 1 86.940


Harga pokok – dept 1 86.940

Persediaan barang jadi 140.000


Barang dalam proses – Dept. 2 140.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses :


Persediaan produk dalam proses 14.560
Harga pokok Dept. A 11.340
Barang dalam proses – by tenaga kerja 1.700
Barang dalam proses – by overhead pabrik 1.520

2. Rangkuman
Pada kasus ini diambil contoh bagaimana cara membuat laporan harga pokok proses
perusahaan yang mengelolah produksinya melalui satu departemen produksi dan lebih
dari satu departemen produksi serta bagaimana cara melakukan jurnal untuk satu
departemen dan lebih dari satu departemen
3. Pustaka
Ralph S. Polimeni, Frank J. Fabozzi, and Arthur H. Adelberg, 1991, Cost Accounting,
Concepts and Applications For Managerial Decision Making, Third Edition,
McGraw-Hill, Singapore. (RFA)
Horngren T. Charles, Foster George, and Datar M. Srikant, 2000, Cost Accounting, A
Managerial Emphasis, Tenth Editon, Prentice Hall International Inc., New Jersey,
USA. (HFD)
Abdul Halim, Dasar-dasar Akuntansi Biaya , Edisi Keempat, Cetakan Ketiga, BPFE-
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1999. Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya ,
Edisi ke-5, BP-STIE YKPN, Yogyakarta
Supriyono. R. A, Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok ,
Buku I, Edisi Ke-2, BPFE-UGM, Yogyakarta, 1994.
D. Latihan dan Kunci Jawaban
PT. CIKALI meproduksi barangnya melalui 2 dept. selesai Dept. 1 diolah kembali ke
Departemen berikutnya. Ada pun data produksinya sebagai berikut:
Dept. 1 Dept. 2
Dimasukkan dalam proses 35.000
Unit dipindahkan ke dept. 2 30.000
Unit selesai - 24.000
Proses akhir:
Dept. A Bahan baku (100 % selesai)
Konversi (20 % selesai) 5.000
Dept. B konversi (80 % selesai) - 6.000
Biaya yang ditambahkan:
Bahan baku Rp70.000
TKL Rp155.000 Rp270.000
BOP dibebankan Rp248.000 Rp405.000
Diminta:
1) Jumlah produksi yang diolah di deprtemen 1 dan dipindahkan ke
depertemen berikutnya:
a) 35.000
b) 30.000
c) 24.000
d) 29.000
Kunci: b
2) Jumlah unit ekuivalen bahan baku yang dihasilkan di departemenn 1
adalah:
a) 35.000
b) 31.000
c) 34.000
d) 35.000
Kunci: a
3) Jumlah unit ekuivalen bahan tenaga kerja yang dihasilkan di Departemen
1 adalah:
a) 35.000
b) 31.000
c) 34.000
d) 35.000
Kunci: b
4) Jumlah unit ekuivalen BOP yang dihasilkan di Departemen 1 adalah :
a) 35.000
b) 31.000
c) 34.000
d) 35.000
Kunci: b
5) Harga pokok produk selesai ditransfer ke Departemen 2:
a) 450.000
b) 350.000
c) 550.000
d) 400.000
Kunci: a
6) Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
a) 24.000
b) 25.000
c) 26.000
d) 23.000
Kunci: d
7) Jurnal mencatat biaya bahan baku, tenaga kerja dan BOP:
a) Barang dalam proses – dept 1 473.000
Persediaan bahan baku 70.000
Hutang gaji dan upah 155.000
BOP dibebankan 248.000
b) Barang dalam proses – dept 1 473.000
Hutang bahan baku 70.000
Gaji dan upah 155.000
BOP dibebankan 248.000
c) Persediaan barang jadi – dept 1 473.000
Persediaan bahan baku 70.000
Gaji dan upah 155.000
BOP dibebankan 248.000
d) Barang dalam proses – dept 1 473.000
Persediaan bahan baku 70.000
Hutang gaji dan upah 155.000
BOP dibebankan 248.000
Kunci: d
8) Jurnal mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke Departemen
2
a) Barang dalam proses – dept. 2 455.000
Barang dalam proses – dept 1 455.000
b) Barang dalam proses – dept. 2 451.000
Barang dalam proses – dept 1 451.000
c) Barang dalam proses – dept. 2 450.000
Barang dalam proses – dept 1 450.000
d) Barang dalam proses – dept. 2 460.000
Barang dalam proses – dept 1 460.000
Kunci: c
9) Jumlah produksi yang diolah di Departemen 2 dan dipindahkan ke
gudang:
a) 35.000
b) 30.000
c) 24.000
d) 29.000
Kunci: c
10) Jumlah unit ekuivalen bahan tenaga kerja yang dihasilkan di Departemen
1 adalah:
a) 35.000
b) 27.000
c) 34.000
d) 35.000
Kunci: b
11) Jumlah unit ekuivalen BOP yang dihasilkan di departemen 1 adalah:
a) 35.000
b) 31.000
c) 27.000
d) 35.000
Kunci: c
12) Harga pokok produk selesai ditransfer ke Departemen 2:
a) 450.000
b) 350.000
c) 550.000
d) 960.000
Kunci: d
13) Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
a) 124.000
b) 125.000
c) 165.000
d) 230.000
Kunci: d
14) Jurnal mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang :
a) Persediaan produk Jadi 455.000
Barang dalam proses 455.000
b) Persediaan produk jadi 960.000
Barang dalam proses 960.000
c) Persediaan produk jadi 450.000
Barang dalam proses 450.000
d) Persediaan produk jadi 460.000
Barang dalam proses 460.000
Kunci: b
E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Bila Anda merasa telah menjawab Tes Formatif dengan baik, bandingkanlah jawaban Anda
tersebut dengan rambu-rambu jawaban yang disediakan. Bila setelah dihitung ternyata Anda
telah mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar dari 80%, Anda dipersilakan untuk
meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya. Untuk mengetahui persentase penguasaan
materi pada kegaitan belajar 3 ini, Anda cukup menghitung menggunakan rumus berikut:
Jumlah jawaban yang benar
x100%
Seluruh soal
F. Penilaian Kegiatan Belajar
Kriteria penilaian mahasiswa mampu memahami, menjelaskan cara membuat laporan biaya
produksi berdasarkan proses costing. Inilah komponen yang dijadikan patokan pengukuran
ketercapaian dari Sub-CPMK.

Anda mungkin juga menyukai