Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

Positive Theory of Accounting Policy and Disclosure

Bagi mereka yang mengadopsi paradigma positif, antropologis, atau induktif pokok masalah
mendasar adalah:

1. Praktek akuntansi yang sudah ada.

2. Sikap manajemen terhadap praktek tersebut.

Para pendukung dari pandangan ini berpendapat bahwa teknik – teknik dapat diperoleh dan
dijustifikasi berdasarkan atas hasil penggunaan yang telah teruji bahwa manajemen ikut memainkan
peran yang penting dalam menentukan teknik – teknik yang hendak diterapkan. Terkait dengan
pendekatan positif dalam paradigma informasi/ekonomi Feltham memberikan suatu kerangka kerja
untuk menentukan nilai suatu perubahan dalam suatu sistem informasi dilihat dari sudut pandang
individu yang membuat suatu keputusan informasi (pengambilan Keputusan). Tuntutan atas adanya
suatu pendekatan positif terhadap akuntansi memunculkan 2 (dua) teori, yaitu Contract Theory dan
Agency Theory.

1. CONTRACT THEORY

Teori kontrak adalah hubungan kontrak antara pemasok dan konsumen faktor-faktor produksi.
Contohnya adalah saat kita membeli es krim di supermarket. Perusahaan ini sudah akan
memiliki kontrak langsung atau tidak langsung dengan semua pihak penyedia sumber daya
yang digunakan untuk memproduksi es krim. Hal ini berarti bahwa suatu perhubungan
kontrak karena centralize atau adanya hubungan, kontrak antara Anda sebagai konsumen dan
berbagai pemasok. Dalam pengertian yang lebih umum, semua pemasok faktor-faktor
produksi (tanah, tenaga kerja dan modal) secara tunggal mempunyai kontrak dengan
konsumen untuk output mereka, misalnya, kontrak:

1) Mendokumentasikan syarat dan kondisi kerja para manajer oleh pemegang


saham.

2) Mendokumentasikan syarat dan kondisi di mana pemberi pinjaman menyediakan


sumber daya keuangan.
3) Kerja untuk pabrik dan pekerja lainnya.

4) Untuk penyediaan barang.

5) Untuk penjualan dan pengiriman barang dan jasa.

Perusahaan perlu membuat laporan keuangan karena adannya kontrak (mengenai siapa
pembeli dan penjual) atau kontrak pembeli dan penjual. Laporan keuangan dari perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan itu qualified untuk menyelesaikan pembayaran pembelian
bahan yang dibeli (contoh bahan baku). Karyawan perlu meyakinkan bahwa perusahaan dapat
digunakan sebagai tempat bergantung untuk mencari sumber kehidupan. Kontrak perusahaan
bisa dengan investor, kreditor, konsumen, maupun pemerintah dalam memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham, yang disebut dengan hak perusahaan.

2. AGENCY THEORY

Paradigma agensi analitis ini kemudian mengalami perubahan dengan memandang


perusahaan sebagai suatu penghubungan kontrak dengan pernyataan yang dinyatakan oleh
Jensen dan Meckling bahwa perusahaan adalah cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai nexus
(perhubungan) dari serangkaian hunbungan kontrak antara para individu.

Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara seseorang (atau lebih).
seorang principal dan orang lainnya, seorang agen, untuk memberikan jasa demi kepentingan
principal termasuk melibatkan pemberian delegasi kekuasaan pengambilan keputusan kepada
agen. Baik principal maupun agen diasumsikan untuk termotivasi hanya oleh kepentingan
dirinya sendiri yaitu, untuk memaksimalkan kegunaan subjek mereka dan juga untuk
menyadari kepentingan bersama mereka. Ada dua alasan yang dapat mengarah pada
terjadinya divergensi antara kepentingan diri sendiri dengan perilaku kooperatif:

1) Seleksi yang merugikan, sebagai suatu masalah informasi, timbul ketika agen
menggunakan informasi khusus yang tidak dapat diferivikasi oleh principal untuk
mengimplementasikan dengan sukses suatu aturan inputtidakan yang berbeda dengan
yang diinginkan oleh principal, dan karenanya menyebabkan principal tidak mampu
menentukan apakah si agen telah membuat pilihan yang tepat.

2) Masalah resiko moral, sebagai suatu masalah ex post, timbuk ketika mendapat
masalah motivasional dan konflik sebagai akibat dari mendasarkan kontrak
kesepakatan pada perilaku pengganti yang tidak sempurna.
Masalah keagenan yang timbul adalah masalah yang mendorong agen untuk bersikap seolah-
olah ia sedang memaksimalkan prinsip kesejahteraan. Sebagai contoh, di mana agen adalah
manajer perusahaan, manajer telah insentif meningkatkan konsumsi perquisites seperti
penggunaan mobil perusahaan, akun biaya, atau ukuran pembayaran bonus dengan
mengorbankan para pemegang saham. Masalah keagenan, pada gilirannya, menimbulkan
biaya agensi. Pada tingkat yang paling umum, biaya agensi adalah setara dolar dari penurunan
kesejahteraan yang dialami oleh principal karena perbedaan dari pemegang saham dan
kepentingan agen. Jensen dan Meckeling membagi biya agensi menjadi tiga, yaitu:

 Biaya pemantauan

 Biaya obligasi

 Kerugian sisa

Biaya monitoring adalah biaya pemantauan perilaku agen. Biaya pemantauan


dikeluarkan oleh pemegang saham untuk mengukur, mengamati dan mengontrol perilaku
agen. Contoh dari biaya pemantauan adalah biaya audit, biaya penetapan rencana kompensasi
manajemen, batasan anggaran, aturan operasi.

Demikian pula, di bawah kontrak utang, manajer (saat ini bertindak atas nama
pemegang saham) adalah agen pemberi pinjaman. Semakin besar resiko meminjamkan
pemberi pinjaman akan lebih ingin memantau kinerja perusahaan mereka dalam berinvestasi
dengan menyediakan utang. Jika ada perlindungan harga efisien, agen akhirnya dapat
menanggung biaya monitoring yang terkait dengan kontrak. Oleh karena itu, agen cenderung
membentuk mekanisme untuk menjamin mereka akan berperilaku untuk kepentingan
pemegang saham, atau untuk menjamin mereka akan memberikan kompensasi pemegang
saham jika mereka bertindak dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan pemegang
saham. Agen akan siap untuk mengeluarkan biaya obligasi hanya sebatas bahwa mengurangi
biaya pemantauan yang mereka tanggung.

Hipotesis ekuitas utang terkait dengan kontrak utang berpendapat bahwa semakin tinggi utang
atau ekuitas perusahaan yaitu sama dengan ketatnya perusahaan terhadap batasan – batasan
yang terdapat di dalam perjanjian utang dan semakin besar kesempatan atas pelanggaran
perjanjian dan terjadinya biaya kegagal teknis, maka semakin besar kemungkinan bahwa
manajer menggunakan metode – metode akuntansi yang meningkatkan laba.

Meskipun biaya pemantauan dan obligasi, hal itu masih menunjukkan bahwa kepentingan
agen tetap tidak akan sesuai persis dengan kepentingan para pemegang saham. Selanjutnya,
agen kemungkinan akan membuat beberapa keputusan yang tidak sepenuhnya untuk
kepentingan pemegang saham. contoh misalnya, manajer mungkin mengubah akun untuk
memaksimalkan bonusnya. Dengan demikian, nilai bersih dari output agen berkurang dari
pada jika kepentingan agen benar – benar disesuaikan dengan kepentingan principal.

Jika informasi manajemen dan pemegang saham dalam bentuk efisien kuat, maka pasar akan
memiliki informasi mengenai insentif dan peluang agen untuk bertindak dalam cara yang
bertentangan dengan kepentingan pelaku. Dalam keadaan tertentu harga akan dilindungi oleh
pemegang saham. Karena perlindungan harga adalah biaya ditanggung oleh agen (agen
menerima gaji kurang daripada seharusnya mereka), agen memiliki insentif untuk obligasi
untuk kepentingan pemegang saham dan menanggung biaya pemantauan perilaku. Insentif ini
meningkat oleh kenyataan bahwa, di samping perlindungan harga, prinsip dapat menetap
dengan agen untuk perilaku disfungsional. Meskipun berbagai bentuk pemerintahan, semua
perilaku disfungsional agen tidak akan dihapuskan, karena mekanisme ikatan beroperasi pada
biaya dan agen akan menanggung ini hanya sampai ke titik di mana biaya marjinal melakukan
hal sama dengan keuntungan marjinal. Daya tarik teori keagenan terletak pada kenyataan
bahwa atribut peran akuntansi sebagai bagian dari mekanisme obligasi dan pemantauan –
yang berkaitan erat dengan peran pengelolaan akuntansi tradisional.

3. MANAGERS AGENCY PROBLEM

Agency problem timbul karena adanya asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri
informasi merupakan suatu kondisi dimana pihak manajemen lebih banyak mengetahui
kondisi internal perusahaan dibandingkan principal yang dalam hal ini adalah shareholder.
Hal ini memberikan cost kepada shareholder atas setiap tindakan pihak agen. Untuk
mengatasi hal tersebut shareholder melakukan sistem pengawasan atas kinerja agen dengan
menerapkan teori kontrak antara principal dengan agent.

Kemudian pada perusahaan, Scott ( dalam Silalahi 2012 ) menyatakan bahwa perusahaan
mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para
manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang
dimaksud dalam penulisan makalah ini adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan
manajer perusahaan.

Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan
informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full
information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry
information.Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk
melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk
memaksimumkan utilitynya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit
untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya
memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau
investor.

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan
prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh
karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik.Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan.

Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen
perusahaan itu sendiri.Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan
sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen).Laporan keuangan tersebut
penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam
kondisi yang paling besar ketidakpastiannya.Para pengguna internal (para manajemen)
memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui peristiwa-
peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi
akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.

Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut (Scott dalam Silalahi
2012) sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu suatu kondisi di mana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi
(prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna
informasi (user).

Menurut Scott (dalam Silalahi 2012), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:

1) Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya
biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan
dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi
keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan
informasinya kepada pemegang saham.

2) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga
manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang
melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak
dilakukan.

4. SHAREHOLDER-DEBTHOLDER AGENCY PROBLEMS

Dalam konteks ini, manajer diasumsikan baik pemilik tunggal perusahaan, atau memiliki
kepentingan yang benar-benar selaras dengan kepentingan Shareholders. Smith dan Warner
mengakui bahwa masalah keagenan utang dapat menimbulkan empat metode utama
mentransfer kekayaan dari debtholders kepada shareholders, yaitu:

1) Pembayaran dividen berlebihan : Masalah pembayaran dividen yang berlebihan


muncul ketika pembayaran utang yang dipinjamkan kepada perusahaan diasumsikan
pada tingkat tertentu pembayaran dividen. Utang dengan harga sesuai, tetapi
perusahaan kemudian mengeluarkan tingkat dividen yang lebih tinggi. Penerbitan
dividen lebih tinggi mengurangi basis aset untuk membayar utang dan mengurangi
nilai hutang. Pada situasi ekstrim, ada insentif bagi manajemen untuk meminjam dan
kemudian membayar semua dana yang dipinjam sebagai dividen, meninggalkan
kreditor dengan tidak ada apa-apa dan meninggalkan pemegang saham dengan dana.
Pemegang saham mendapatkan keuntungan di bawah skema tersebut karena mereka
telah menerima uang tunai, tetapi kewajiban terbatas berarti bahwa mereka tidak
secara pribadi bertanggung jawab atas hutang dari perusahaan dalam hal kepailitan.
(godfrey:2010,hal 370 ).
2) Substitusi asset : Substitusi aset didasarkan pada premis bahwa pemberi pinjaman
yang mau mengambil resiko. Mereka memberikan pinjaman kepada perusahaan
dengan harapan mereka tidak akan berinvestasi dalam aset atau proyek dari risiko
yang lebih tinggi daripada yang diterima oleh mereka. Sesuai harga utang mereka,
melalui tingkat bunga yang dibebankan atau jangka waktu pinjaman. Setelah itu,
mereka tidak berbagi dalam peningkatan keuntungan proyek yang berisiko tinggi.
Namun, mereka berbagi dalam kerugian sejauh kerugian masih dalam tahap aman
untuk memenuhi tuntutan mereka. Di sisi lain, pemegang saham umumnya memiliki
portofolio yang terdiversifikasi dan, dengan kewajiban terbatas, adalah lebih suka
risiko dalam kaitannya dengan investasi mereka dalam perusahaan tertentu. Hal ini
karena mereka berpartisipasi dalam risiko terbalik di mana aset berisiko tinggi
memberikan keuntungan yang tinggi, tetapi terbatas berarti bahwa mereka tidak
berpartisipasi dalam risiko rendah. (godfrey:2010,hal 370 ).

3) Kurangnya investasi : Kurangnya investasi terjadi ketika pemilik memiliki insentif


untuk tidak melaksanakan proyek-proyek dengan NPV positif karena untuk
melakukannya akan meningkatkan dana yang tersedia dengan debtholders, tetapi
tidak kepada pemilik. Sebagai contoh, bayangkan sebuah perusahaan yang sedang
menghadapi kebangkrutan. Memiliki dana pemegang saham sebesar negatif $ 90.000.
perusahaan bisa berinvestasi dalam proyek yang akan memberikan NPV positif
sebesar $ 50.000. Namun, seluruh $ 50.000 dicatat ke debtholders perusahaan, bukan
kepada pemegang saham. Ini akan mengurangi hutang bersih $ 40,000. hanya jika
proyek yang diperoleh NPV positif lebih dari $ 90,000 akan memaksimalkan
kekayaan pemilik sehingga memiliki insentif untuk berinvestasi dalam proyek.
(godfrey:2010,hal 370 ).

4) Pencairan klaim : Pencairan klaim terjadi ketika isu hutang perusahaan dari isu-isu
prioritas yang lebih tinggi daripada utang yang masih dalam masalah. Hal ini
meningkatkan dana yang tersedia untuk meningkatkan nilai perusahaan dan nilai
kepemilikan, Tapi mengurangi keamanan relatif dan nilai hutang yang ada. Hal ini
berarti, itu pencairan nilai utang yang ada karena utang yang kini telah menjadi lebih
berisiko dengan adanya hutang prioritas lebih tinggi. Sekali lagi, pemberi pinjaman
dapat mengantisipasi pencairan klaim dan melindungi harga, namun alternatif adalah
bagi pemilik untuk memasukkan dalam perjanjian kontrak utang yang menyatakan
bahwa mereka tidak akan meminjam utang dari prioritas yang lebih tinggi atau jatuh
tempo sebelumnya. (godfrey:2010,hal 370 ).

Shareholders dan debtholders sama-sama memberikan dana. Shareholders memberi dana


dalam bentuk modal. Debtholders membeli dana dalam bentuk utang, sehingga utang tersebut
perlu dikembalikan suatu saat nanti. Manajer bertindak sebagai wakil shareholders .
Debtholders memberi pinjaman kepada shareholders . Hak debtholders harus dipenuhi
terlebih dahulu bila sudah terpenuhi baru hak shareholders. Jika yang dirugikan adalah
shareholders, pembayaran deviden diselesaikan setelah membayar kewajiban kepada
debtholders. Hak shareholders semakin berkurang bila kinerja perusahaan semakin turun.

5. EX POST OPPORTUNISM VS EX ANTE EFFICIENT CONTRACTING

Kontrak agen memberikan insentif bagi agen untuk bertindak dengan cara yang bertentangan
dengan kepentingan prinsipal. Namun, fakta bahwa ada perlindungan harga berarti bahwa itu
adalah untuk kepentingan agen untuk kontrak untuk mengurangi agency cost.

Alternatif pendekatan oportunistik adalah pendekatan kontrak yang efisien. Jika kontrak
efisien, mereka menyelaraskan kepentingan agen dan prinsipal sehingga tindakan yang
menguntungkan agen juga menguntungkan prinsipal itu sendiri, dan meningkatkan nilai
perusahaan. Meskipun mengakui bahwa agen memiliki insentif untuk mentransfer kekayaan
dari prinsipal, kontrak efisien atau ex ante, pendekatan teori keagenan berpendapat bahwa
agen mengakui bahwa jika mereka mencoba untuk mentransfer kekayaan dari prinsipal,
mereka akan dikenakan sanksi untuk kegiatan di masa depan. Ex post oportunism terjadi
ketika, setelah kontak adalah di tempat, agen mengambil tindakan yang mentransfer kekayaan
dari prinsipal untuk diri mereka sendiri. Ex ante efficient contracting terjadi ketika agen
mengambil tindakan yang memaksimalkan jumlah kekayaan yang tersedia untuk
mendistribusikan di antara para pelaku dan agen ex ante - sebelum kontrak selesai

6. SIGNALLLING THEORY

Manajer secara sukarela menyediakan informasi kepada investor untuk membantu dalam
pengambilan keputusan. Manajer melakukan peran ini karena mereka memiliki keunggulan
komparatif dalam produksi dan penyebaran informasi. Mirip dengan perspektif efficient
contracting, manajer memberikan informasi untuk pengambilan keputusan karena mereka
memiliki keunggulan komparatif dan mengurangi biaya monitoring dan biaya pembayaran
ex-post.

Informasi akuntansi digunakan untuk mengindikasikan bagaimana nilai dari suatu firma dan
klaim terhadap firma yang akan berubah. Dibawah perspektif efficient contracting, akuntansi
merefleksikan perubahan arus kas yang mempengaruhi firma. Laporan akuntansi digunakan
untuk memonitor dan mengkonfirmasi keadaan ekonomi dan transaksi yang terjadi.

Hipotesis informasi mendasari sebagian besar riset awal pasar modal. Dalam pembelajaran
pasar modal, manajer berasumsi menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh
investor. Begitu pula dengan perubahan dalam metode akuntansi yang berarti informasi telah
berubah dan keputusan investasi juga seharusnya berubah. Pada gilirannya, perubahan
keputusan dalam investasi harus mencerminkan harga saham atau dalam volume perdagangan
dan volatilitas.

Informasi hypothesis sejalan dengan signaling theory, dimana manajer menggunakan akun
sebagai sinyal ekspektasi dan intens mengenai masa depan. Konsekuensi logika dari
signaling theory adalah terdapat insentif untuk semua manajer dalam pengekspektasian
keuntungan di masa depan karena jika investor mempercayai sinyal tersebut, harga saham
akan naik dan para pemegang saham akan mendapat keuntungan.

7. CONSERVATISM, ACCOUNTING STANDARDS AND AGENCY COSTS

Untuk meminimalkan biaya keagenan diperlukan tata kelola yang efisien dengan cara yaitu
pasar modal yang berfungsi dengan baik dengan pemegang saham dan demokrasi perusahaan.
Pendekatan lain juga dilakukan dengan model pengendalian agen dimana membatasi kuasa
dari pemegang saham dan pemegang utang, hal ini muncul karena manajer mempunyai masa
jabatan dan kewajiban yang terbatas dan hal ini dapat memberi mereka bias untuk
memperkenalkan gangguan menjadi nilai estimasi.

Paham konservatif dalam akuntansi berarti mempercepat pengakuan beban dan menunda
pengakuan pendapatan, ini disebabkan karena terdapat persyaratan verivikasi yang tidak
simetris, dimana memaksakan tingkatan yang lebih tinggi dalam verifikasi pendapatan bila
dibandingkan dengan verifikasi biaya dan ini umumnya berfungsi untuk mengurangi
pendapatan yang dilaporkan. IASB dalam Godfrey (2010) berargumen bahwa bias yang
terdapat dalam paham konservatif di akuntansi tidak mengungkap gambaran keuangan yang
sebenarnya dan mengurangi informasi kepada investor. Mereka merekomendasikan adanya
pengakuan keuntungan yang tepat waktu seperti halnya pada kerugian. Pelaksanaan pelaporan
eksternal menyediakan eksternalitas tata kelola perusahaan dengan : Ex ante : mengecilkan
investasi piala (investasi piala adalah saat manajemen berinvestasi dalam suatu proyek yang
dapat memperpanjang kontrol manajemen atau menambah pamor) Ex post : mengecilkan
investasi arus kas negatif. Keduanya belum tentu dalam proyek nilai bersih sekarang yang
positif (positive net present value project). Jika manajemen tahu mereka diwajibkan oleh
standar akuntansi untuk memasangkan investasi ini di waktu dekat maka mereka akan berhati-
hati dalam perilaku

Basu dalam Godfrey (2010) berargumen bahwa permintaan untuk permintaan konservatisme
yang kondisional telah meningkat selama bertahun-tahun sebagai akibat dari gugatan yang
lebih tinggi dan permintaan untuk kontrak berbasis kompensasi. Auditor memberikan
kebutuhan akan angka akuntansi berdasar angka keuangan konservatif yang dapat diverifikasi
secara independen. Prinsip konservatisme terkendala perilaku manajerial oportunistik dengan
kebutuhan asimetris untuk mengatur kerugian.Prinsip akuntansi yang mengurangi laba yang
dilaporkan mengurangi kemampuan manajer untuk melaporkan angka akuntansi oportunistik.
Oleh karena itu kemungkinan manajer dan auditor dijatuhi sanksi kenaikan (penurunan) maka
akan semakin kurang (lebih) laporan pendapatan mempercepat dan/atau meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. Accounting
Theory, 7thEd. John Wiley & Sons.

Anda mungkin juga menyukai