Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK 6

AKUNTANSI BIAYA

KELAS IIIB AKUNTANSI PAGI

Dosen Pengampu : Putu Cita Ayu, SE.M.Si

METODE HARGA POKOK PESANAN II

NAMA KELOMPOK:

1. Luh Ika Apriyani (1902022347)

2. I Gede Krishna Dwipayana (1902022353)

3. Made Gede Yuda Mahardika (1902022362)

4. Ida Bagus Gede Putra Paketan (1902022396)

5. Ni Made Junitya Sanca Dewi (1902022410)

6. I Dewa Gede Agung Krishna Bayu (1902022412)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode harga pokok proses yang merupakan metode pengumpulan biaya
produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang
menghasilkan produk atas dasar pesanan. Pemahaman terhadap konsep biaya
memerlukan analisis yang hati-hati terhadap karekteristik dari transaksi yang
berkaitan dengan biaya. Ada elemen laporan lain yang sifatnya hampir sama
dengan biaya namun sebaiknya tidak dimasukkan sebagai komponen biaya. Harga
pokok pesanan dapat dipahami dengan mengenali batasan atau pengertian yang
berkaitan dengan biaya.
Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan hpp dapat
dengan mudah diidentifikasi sehingga dapat disajikan dengan benar dalam laporan
keuangan. Dalam makalah ini akan membahas tentang biaya yang merupakan dasar
pencatatan nilai dalam akuntansi pada tahap pembebanan.

B. Rumusan Masalah
1. Harga Pokok Pesanan
2. Metode Harga Pokok Proses
3. Metode Harga Pokok Proses - Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu
Departemen Produksi
4. Penggolongan Biaya Produksi Pada Metode Harga Pokok Proses
5. Prosedur Akuntansi Biaya Pada Metode Harga Pokok Pesanan
6. Arus Produk
7. Laporan Biaya Produksi
8. Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacat pada Metode
Harga Pokok Pesanan
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Harga Pokok Pesanan


Metode Harga Pokok Pesanan atau yang biasa dikenal dengan Job Order
Costing Method adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk
menentukan harga pokok produksi pada perusahaan atas dasar pesanan. Dalam
kalkulasi biaya Job Order, setiap job atau pesanan adalah suatu satuan
akuntansiyang dibebankan biaya bahan, upah dan biaya overhead dengan
menggunakan nomor-nomor order, biaya untuk setiap pesanan yang dikerjakan
untuk pelanggan tertenti dicatatdalam suatu kartu yang disebut kartu biaya Job
Order. Tujuan dari metode harga pokokpesanan adalah untuk menentukan harga
pokok produk dari setiap pesanan baik hargapokok pesanan secara keseluruhan dari
tiap-tiap pesanan maupun untuk persatuan.Dalammetode ini biaya-biaya produksi
dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokokproduksi persatuan di hitung
dengan cara membagi total biaya produksi untukpesanan
2.2 Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses tanpa memperhitungkan persediaan produk dalam
proses awal. Variasi contoh penggunaan metode harga pokok proses yang diuraikan
dalam bab ini mencakup:
 Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang
produksinya diolah hanya melalui satu departemen produksi :
1. Pengolahan produk melalui satu tahap (departemen), semua
biaya dibebankan berdasarkan biaya sesungguhnya.
2. Pengolahan produk melalui satu tahap (departemen), biaya
overhead pabrik (BOP) dibebankan berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka.
 Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produknya
diolah melalui lebih dari satu departemen produksi :
1. Pengolahan produk melalui beberapa tahap (departemen),
produk selesai pada departemen tertentu langsung dipindah ke
departemen berikutnya.
· Pengolahan produk melalui beberapa tahap (departemen), produk selesai dari
departemen permulaan dimasukkan ke gudang produk selesai, dimana sebagian akan
diproses didalam departemen lanjutan dan sebagian langsung dijual.
2.3 Metode Harga Pokok Proses - Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu
Departemen Produksi
A. Produk selesai pada departemen tertentu langsung dipindah ke departemen
berikutnya. Prosedur akuntansi yang digunakan pada perusahaan yang
mengolah produk melalui metode ini adalah sebagai berikut :
 Rekening barang dalam proses diselenggarakan menurut elemen biaya
produksi dan harus menunjukkan pada departemen mana biaya produksi
tersebut dibebankan.
 Rekening biaya overhead pabrik diselenggarakan untuk setiap
departemen.
 Produk yang sudah selesai pada departemen tertentu dan dipindahkan ke
departemen berikutnya, pada akhir peiode harga pokoknya dipindahkan
pada departemen berikutnya dengan di debit rekening “barang dalam
proses – harga pokok dari departemen sebelumnya – departemen
berikutnya” dan di kredit setiap elemen barang dalam proses sesuai
dengan biaya yang dinikmati pada departemen dimana produk selesai
tersebut berasal.
 Terhadap produk yang belum selesai pada departemen tertentu, pada
akhir periode harga pokoknya dipindahkan dengan mendebit rekening
persediaan produk dalam proses dan mengkredit setiap eleman barang
dalam proses sesuai dengan biaya yang telah dinikmati oleh produk
dalam proses akhir periode pada departemen yang bersangkutan.
 Terhadap produk selesai pada departemen terakhir dimana produk
diproses, pada akhir periode dihitung harga pokok yang dinikmatinya
dan didebit rekening persediaan produk selesai dan dikredit setiap
elemen barang dalam proses sesuai dengan elemen biaya yang dinikmati
pada departemen terakhir tersbut.
B. Produk selesai dari departemen permulaan dimasukkan ke gudang produk
selesai, dimana sebagian akan diproses didalam departemen lanjutan dan
sebagianlangsung dijual. Prosedur akuntansi yang digunakan pada
perusahaan yang mengolah produk melalui metode ini adalah sebagai
berikut;
 Harga pokok produk selesai pada departemen permulaan dipindahkan
dengan mendebit rekening persediaan produk selesai sesuai nama
produk yang dihasilkan (misalnya benang) dan dikredit setiap elemen
rekening barang dalam proses sesuai dengan biaya yang dinikmati pada
departemen yang bersangkutan.
 Produk selesai dari departemen permulaan yang dijial akan
dipindahkan ke rekening harga pokok penjualan dan yang diproses pada
departemen lanjutan, misalnya benang dipindahkan ke dalam rekening
“barang dalam proses – harga pokok benang – departemen tenun” dan
apabla alat pengukur produk berbeda maka harga pokok satuan harus
disesuaikan.
 Produk selesai dari departemen terakhir, harga pokok yang dinikmati
dipindahkan (didebit) ke rekening persediaan produk selesai sesuai
dengan nama produk yang dihasilkan (misalnya tekstil) dan dikredit
setiap elemen rekening barang dalam proses sesuai dengan elemen
biaya yang dinikmatinya.
2.4  Penggolongan Biaya Produksi Pada Metode Harga Pokok Proses
Dalam akuntansi biaya untuk metode harga pokok proses, biaya produksi dapat
digolongkan menjadi :
a)    Biaya Bahan
 Dalam metode harga pokok proses tidak diadakan pemisahan antara bahan baku
dan bahan penolong, hal ini disebabkan umumnya produk yang dihasilkan bersifat
homogen dan bentuknya standar sehingga setiap satuan produk yang sama akan
menikmati bahan yang relatif sama juga. Semua harga pokok bahan yang diproses atau
diolah menjadi prodek selesai atau bagian produk selesai, baik dapat diidentifikasikan
atau tidak dapat diidentifikasikan dengan produk tertentu, adalah merupakan biaya
bahan. Kartu buku besar pembantu persediaan dibuat untuk setiap jenis bahan,
permintaan bahan oleh setiap departemen yang menggunakan bahan digunakan
dokumen Bon Permintaan Bahan dan Pemakaian bahan didalam produksi oleh setiap
departemen harus dibuatkan Laporan Pemakaian Bahan yang akan dipakai dasar
menyusun Laporan Harga Pokok Produksi. Laporan Pemakaian Bahan digunakan pula
untuk pengendalian pemakaian bahan oleh setiap departemen.
Misalnya proses pengolahan produk melalui satu tahap pengolahan, pemakaian
bahan dibuat jurnal sebagai berikut :
jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses – Biaya Bahan               Rp,   xx
                        Persediaan Bahan                                            Rp.   xx
Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong
Barang dalam proses- biaya bahan penolong                     Rp.   xx
            Persediaan bahan penolong                                                     Rp.   xx
Apabila produk diproses melalui Deoartemen A dan Departemen B, dimana bahan
hanya dipakai pada Departemen A, jurnal pemakaian bahan sebagai berikut :
Barang dalam proses – Departemen A            Rp.   xx
                        Persediaan bahan                                            Rp.   xx
Apabila bahan dipakai didepartemen A dan Departemen B, jurnalnya sebagai berikut :
Barang dalam proses – Biaya Bahan – Departemen A           Rp.   xx
Barang dalam proses – Biaya Bahan – Departemen B           Rp.   xx
                        Persediaan bahan                                                                    Rp.   xx
b)    Biaya Tenaga Kerja
          Dalam metode harga pokok proses tidak dipisahkan atau dibedakan antara biaya
tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Apabila produk diolah
dalam satu tahapan pengolahan, maka semua biaya tenaga kerja dipabrik digolongkan
sebagai elemen biaya tenaga kerja, dari daftar gaji dan upah untuk produksi dibuat
jurnal sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
          Barang dalam proses – biaya tenaga kerja                  Rp.   xx
                      Biaya gaji dan upah                                                    Rp.   xx
Apabila produk diolah melalui beberapa tahapan atau departemen, semua biaya tenaga
kerja pada departemen produksi digolongkan sebagai biaya tenaga kerja, sedangkan
biaya tenaga kerja departemen pembantu diperuntukkan sebagai elemen biaya overhead
pabrik. Dari daftar gaji dan upah departemen produksi, misalnya Departemen A dan
Departemen B, akan dibuat jrnal sebagai berikut :
          Barang dalam proses – biaya tenaga kerja – Departemen A   Rp.   xx
          Barang dalam proses – biaya tenaga kerja – Departemen B   Rp.   xx
                      Biaya gaji dan upah                                                                Rp.   Xx
c)     Biaya Overhead Pabrik
Dari uraian penggolongan biaya bahan dan biaya tenaga kerja tersebut diatas
dapat ditarik kesimpulan biaya overhead pabrik. biaya overhead pabrik dalam metode
harga pokok proses, yaitu meliputi semua biaya produksi di departemen produksi selain
biaya bahan dan biaya tenaga kerja ditambah semua biaya pada  departemen pembantu
yang ada dipabrik. Apabila perusahaan tidak memiliki departemen pembantu dipabrik,
biaya biaya overhead pabrik meliputi semua elemen biaya produksi selain biaya bahan
dan tenaga kerja. Jurnal yang dibuat untuk mencatat biaya overhead pabrik sebagai
berikut :
·      Produk diolah melalui satu tahapan produksi
Untuk perusahaan yang telah menggunakan tarif biaya overhead pabrik, biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya dibuat jurnal :
Biaya overhead pabrik                                  Rp.   xx
          Kas                                                                  Rp.   xx
          Persediaan supplies pabrik                                       xx
          Persediaan suku cadang                                           xx
          Persekot biaya                                                          xx
          Akumulasi penyusutan                                             xx
          Hutang biaya                                                            xx
          Dan lain-lain rekening dikredit                                xx
     Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dibuat jurnal sebagai berikut :
JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik
     Barang dalam proses – biaya overhead pabrik            Rp.   xx
                 Biaya overhead pabrik                                                Rp.   xx
Untuk perusahaan yang menggunakan tarif biaya overhead pabrik, jurnal yang
dibuat atas biaya overhead yang sesungguhnya sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya                       Rp.   xx
          Kas                                                                              Rp.   xx
          Persediaan supplies pabrik                                                   xx
          Persediaan suku cadang                                              Rp.   xx
          Persekot biaya                                                                      xx
          Akumulasi penyusutan                                                         xx
          Hutang biaya                                                                        xx
Dan lain-lain rekening dikredit                                            xx
     Terhadap pembebanan biaya overhead pabrik pada produk dibuat jurnal sebagai
berikut :
     Barang dalam proses – biaya overhead pabrik            Rp.   xx
                 Biaya overhead pabrik dibebankan                             Rp.   xx
     Pada akhir periode dalam rangka menghitung selisih biaya overhead pabrik, biaya
overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke rekening biaya overhead pabrik
sesungguhnya denga jurnal sebagai berikut :
     Biaya overhead pabrik dibebankan                 Rp.   xx
                 Biaya overhead pabik sesungguhnya              Rp.   xx
·      Produk diolah melalui beberapa tahap dan perusahaan memiliki departemen
pembantu dipabrik
Untuk perusahaan yang tidak menggunakan tarif biaya overhead pabrik, biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya dibuat jurnal sebagai berikut (misalnya perusahaan
memiliki departemen produksi : Departemen A dan Departemen B, serta departemen
pembantu : Departemen Y dan Departemen Z) :
Biaya overhead pabrik – Departemen A                   Rp.   xx
Biaya overhead pabrik – Departemen B                            xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Y                            xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Z                            xx
          Kas                                                                              Rp.   xx
Biaya gaji dan upah                                                             xx
Persediaan supplies pabrik                                                   xx
Persediaan suku cadang                                                       xx
Persekot biaya                                                                      xx
Akumulasi penyusutan                                                         xx
Hutang biaya                                                                        xx
Dan lain-lain rekening dikredit                                            xx
Setelah biaya sesungguhnya setiap departemen diketahui, biaya overhead pabrik
departemen pembantu dialokasikan ke departemen prosuksi, karenaa produk yang
memikul harga pokok diolah di departemen produksi, jurnal alokasi sebagai berikut :
     Biaya overhead pabrik – Departemen A                     Rp.   xx
     Biaya overhead pabrik – Departemen B                              xx
                 Biaya overhead pabrik – Departemen Y                     Rp.   xx
                 Biaya overhead pabrik – Departemen Z                              xx
Selanjutnya biaya overhead pabrik setiap departemen produksi dibebankan pada produk
yang diproses dengan jurnal sebagai berikut :
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen A      Rp. xx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen B             xx
     Biaya overhead pabrik – Departemen A                                             Rp.   xx
Biaya overhead pabrik – Departemen B                                                      xx
Apabila perusahaan menggunakan tarif biaya overhead pabrik, biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya dibuat jurnal sebagai berikut :
     Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A         Rp.   xx
     Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B                  xx
     Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Y                  xx
     Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Z                   xx
                 Kas                                                                                          Rp.   xx
                 Biaya gaji dan upah                                                                         xx
                 Persediaan supplies pabrik                                                               xx
                 Persediaan suku cadang                                                                   xx
                 Persekot biaya                                                                                  xx
                 Akumulasi penyusutan                                                                     xx
                 Hutang biaya                                                                                    xx
                 Dan lain-lain rekening yang dikredit                                               xx
Alokasi biaya overhead pabrik sesungguhnya dari departemen pembantu ke departemen
produksi dibuat jurnal sebagai berikut :
     Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A         Rp.   xx
     Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B                  xx
                 Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Y         Rp.   xx
                 Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Z                   xx
Pembebanan biaya overhead pabrik pada setiap departemen produksi dibuat jurnal
sebagai berikut :
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen A      Rp.   xx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen B               xx
     Baya overhead pabrik dibebankan – Departemen A                                Rp. xx
     Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen B                                     xx
Pada akhir periode dalam rangka menghitung selisih biaya overhead pabrik setiap
departemen produksi, biaya overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke rekening biaya
overhead pabrik sesungguhnya denga jurnal sebagai berikut :
     Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen A             Rp.  xx
     Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen B                     xx
                 Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A         Rp.  xx
                 Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B                 xx

2.5 Prosedur Akuntansi Biaya Pada Metode Harga Pokok Pesanan


Prosedur dalam rangka menentukan harga pokok produk pada metode harga pokok proses adalah
sebagai berikut :
 Mengumpulkan data produksi dalam periode tertentu untuk menyusun laporan produksi
ekuivalen dalam rangka menghitung harga pokok satuan,
 Mengumpulkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik periode
tertentu. Apabila prodk diproses melalui beberapa departemen elemen biaya tersebut
dikumpulkan untuk setiap departemen,
 Menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya, yaitu jumlah elemen biaya tertentu
dibagi produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan,
 Menghitung harha pokok produk selesai yang dipindahkan ke gudang atau ke
departemen berikutnya dan menghitung harga pokok produk dalam proses akhir.

2.6       Arus Produk
Dalam kalkulasi biaya proses, biaya total dan biaya per unit pada setiap
departemen akan diiktisarkan dalam laporan biaya produksi. Arus produk yang
berkaitan dengan metode kalkulasi biaya proses dibagi dalam tiga bentuk, yaitu           :
1. Arus produk berurutan (Saquential Product Flow). Dalam arus
produk berurutan, setiap produk diproses melalui rangkaian langkah
yang sama.
2. Arus produk sejajar (Parallel Product Flow). Dalam arus produk
sejajar, bagian tertentu dari pekerjaan dilaksanakan secara serentak
atau bebarengan kemudian sama – sama ditransfer keproses
penyelesaian dan akhirnya diteruskan kebarang jadi.
3. Arus produk selektif (Selective Product Flow). Dalam arus selektif,
produk bergerak melalui departemen yang berbeda – beda dipabrik
sesuai dengan produk akhir yang diinginkan.

2.7 Laporan Biaya Produksi


Media yang dipakai dalam menghitung atau menentukan harga pokok produk
adalah Laporan Harga Pokok Produksi yang memuat informasi sebagai berikut :
a) Laporan produksi
Bagian laporan ini menunjukkan :
 Informasi jumlah produk yang diolah, baik dari produk dalam proses awal,
produk yang baru dimasukkan atau diterima dari departemen sebelumnya,
maupun tambahan produk pada departemen lanjutan akibat adanya tambahan
kalau ada.
 Informasi jejak produk yang diolah, meliputi produk selesai yang
dimasukkan ke gudang atau dipindahkan ke departemen lanjutan, produk
yang masih dalama proses akhir, produk hilang, produk rusak, produk cacat
kalau ada.
b) Biaya yang dibebankan
Bagian laporan ini menunjukkan informasi tentang :
 Jumlah biaya yang dibebankan, meliputi harga pokok produk dalam
proses awal kalau ada, harga pokok yang diterima dari departemen
sebelumnya untuk departemen lanjutan, dan elemen biaya yang
ditambahkan pada tahap pengolahan produk yang bersangkutan.
 Tingkat peoduksi ekuivalen yang dihitung dari laporan produksi,
informasi ini berguna untuk menghitung harga pokok satuan.
 Harga pokok satuan untuk setiap elemen biaya yang dibebankan pada
tahap pengolahan produk atau departemen yang bersangkutan.
c) Perhitungan harga pokok
Bagian laporan ini memberikan informasi tentang jejak biaya yang dibebankan,
menunjukkan berapa biaya yang diserap oleh harga pokok produk selesai
maupun produk dalam proses pada akhir periode dan sebagainya.

2.8 Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacat pada Metode Harga Pokok Pesanan
Berkut ini dibahas tentang masalah perlakuan akuntansi untuk masing-masing:
1. Sisa Bahan
a. Sisa bahan yang tidak laku dijual
(1) Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan pesanan tertentu, biaya
pembuanganatau pemusnahan sisa bahan dapat digunakan untuk menambah ele
men biaya bahan baku pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk
mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:
Barang Dalam Proses
 –  Biaya Bahan xx
Kas xx
(2) Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam perusahaan, biaya
tersebut dapat diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal
yang digunakan untukmencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Kas xx 

b. Sisa bahan yang laku dijual

(1) Apabila timbulnya sisa bahan disebabkan karena pengolahan pesanan tertentu, hasil


sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku atau pengurang biaya 
keseluruhan biaya produksi pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan
untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas xx
Barang Dalam Proses –  Biaya Bahan xx
(2) Apabila timbulnya sisa bahan sifanya normal di dalam suatu perusahaan, perlakuan
hasil penjualan dapat digunakan cara sebagai berikut:
 Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya
overhead pabrik yangsesungguhnya. Jurnal yang digunakan untuk mencatat
penjualan sisa bahan adalah:
Kas xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
 Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain. urnal
yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:
Kas xx
Penghasilan Lain – Lain xx 
2. Produk Rusak
Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak atau tidak
memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk
diperbaiki menjadi produk yang baik,meskipun mungkin secara tehnik dapat
diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk yang rusak dapat digolongkan
menjadi dua:
 Produk rusak yang tidak laku dijual Perlakuan produk yang rusak tergantung
penyebab timbulnya produk rusak:
(1) Apabila produk rusak disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, maka
harga pokok produk yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan 
produkrusak, sehingga harga pokok produksi per unit produk menjadi lebih
besar. Akan tetapi tidak ada tambahan jurnal yang harus dicatat.
(2) Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat normal dalam suatu perusahaan,
maka harga pokok produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhed se
sungguhnya. Jurnal yang harus dicatat adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya  xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan  xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung  xx
Barang dalam Proses – BOP  xx

(3) Apabila produk rusak karena kesalahan atau kurang nya pengawasan, harga


pokok produk yang rusak diperlakukan sebagai rugi produk yang rusak.
Jurnal yang harus dicacat adalah:
Rugi Produk Rusak  xx
Barang Dalam Proses–  Biaya Bahan  xx
Barang Dalam Proses –  B. Tenaga Kerja Langsung  xx
Barang dalam Proses –  BOP  xx 

c. Produk rusak yang laku dijual


Perlakuan akuntansi untuk produk rusak yang laku dijual:
 (1) Apabila produk rusak yang disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, rugi
atas penjualan produk yang rusak akan dibebankan pada pesanan yang bersangk
utan. Karena sebagian pesanan akan mengalami rusak, dalam pengolahan
pesanan harus dimasukkan jumlahyang lebih besar dibanding dengan jumlah
yang dipesan. Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:
Kas xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan  xx
Barang Dalam Proses– B. Tenaga Kerja Langsung  xx
Barang dalam Proses – BOP  xx

(2) Apabila timbulnya produk rusak bersifat normal di dalam suatu perusahaan, rugi


produk yang rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik
sesungguhnya. Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:

Kas xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya  xx
Barang Dalam Proses– Biaya Bahan  xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung  xx
Barang dalam Proses – BOP  xx
(3)Apabila timbulnya produk yang rusak karena kesalahan atau kurangnya
pengawasan produksi, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi pro
duk yang rusak. Jurnal yangdicatat pada saat penjualan produk rusak:
Kas xx
Rugi Produk Rusak  xx
Barang Dalam Proses– Biaya Bahan  xx
Barang Dalam Proses– B. Tenaga Kerja Langsung  xx
Barang dalam Proses – BOP  xx

3. Produk cacat
Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak
memenuhiukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut
masih dapat diperbaiki secaraekonomis menjadi produk yang baik. Perlakuan
akuntansi untuk produk yang cacat:

(1) Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai penambah harga pokok


pesanan tertentu.Metode ini digunakan apabila penyebab produk cacat
karena sulitnya pengerjaan produk. Jurnalyang digunakan untuk mencatat
biaya perbaikan produk cacat adalah:
Barang Dalam Proses –  Biaya bahan Baku  xx
Barang Dalam Proses –  Biaya Tenaga Kerja Langsung  xx
Barang Dalam Proses - Biaya Overhead pabrik  xx
Persediaan Bahan  xx
Gaji dan Upah  xx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan  xx
(2) Biaya perbaikan produk yang cacat diperlakukan sebagai penambah biaya
overheadsesungguhnya. Metode ini digunakan apabila produk cacat sifatnya
normal terjadi dalam perusahaan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat
biaya perbaikan produk cacat adalah:
Biaya Overhead Sesungguhnya  xx
Persediaan Bahan  xx
Gaji dan Upah  xx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan  xx
(3) Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen Rugi produk
cacat. Metode inidigunakan jika produk cacat disebabkan karena lemahnya
pengawasan. Jurnal yang digunakanuntuk mencatat biaya perbaikan produk
cacat adalah:
Rugi Produk cacat  xx
Persediaan Bahan  xx
Gaji dan Upah  xx
CONTOH KASUS

Produk diolah melalui lebih dari satu departemen

PT Ajeng memiliki dua departemen produksi dalam mengo lah produknya yakni
departemen A dan departemen B. Berikut ini disajikan data produksi dan biaya untuk
kedua departemen tersebut

Dept A Dept B
Produk yang dimasukkan dlm
proses 50.000 -
Produk selesai yang ditran-
fer ke Dept B 40.000 -

Produk selesai ditransfer


Ke gudang - 35.000

Produk dlm proses akhir bulan


Dgn tkt penyelesaian bhn baku
Dan penolong 100 %, bia-
ya tenaga kerja 40 % dan
BOP 35 %. 10.000 -

tkt penyelesaian biaya bhn pe-


nolong 60 % dan biaya
konversi 30 %. - 5.000

Data Biaya produksi


Berdasarkan informasi berikut ini adalah biaya produksi yang telah dikeluarkan yakni
sebagai berikut :

Biaya yang dikeluarkan selama bulan berlangsung adalah sebagai berikut :


Dept A Dept B

Biaya bahan baku Rp. 800.000 -


Biaya bahan penolong Rp. 1.150.000 Rp. 988.000
Biaya tenaga kerja Rp. 1.100.000 Rp. 1.241.000
Biaya overhead pabrik Rp. 870.000 Rp. 2.044.000

Permasalahan ;

Berdasarkan informasi diatas, muncul permasalahan ?

a. PT Ajeng kesulitan dalam menentukan harga pokok produksi per satuan yang
dihasilkan oleh Departemen A
b. PT Ajng kesulitan dalam menentukan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
Departeman B.
c.Bagaimana harga pokok produk dalam proses akhir bulan dari PT Ajeng ?

Penyelesaian :

Metode Harga Pokok Proses/Proces Cost Method

 Produk Diolah melalui lebih dari Dua Departemen.

1. Perhitungan Harga Pokok produksi per unit

No. Jenis Biaya Jml Biaya Unit Equivalen Biaya/


Unit

1. Bia Bhn baku Rp. 800.000 40.000+(10.000x100%) Rp. 16

2. Bia Bhn Penolong Rp. 1.150.000 40.000+(10.00 x 100%) Rp. 23

3. Bia Tenaga Kerja Rp. 1.100.000 40.000+(10.00 x 40%) Rp. 25

4. Bia Overhead Pabrik Rp. 870.000 40.000+(10.00 x 35%) Rp. 20

Biaya Produksi Per Unit Rp.84

2. Harga Pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang yakni sebesar :


40.000 unit x Rp. 84 = Rp. 3.360.000

3. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses akhir yang dihasilkan pada
Departemen A (10.000 unit)

Biaya bahan baku :


( 10.000 x 100% ) x Rp. 16 = Rp. 160.000
Biaya bahan penolong
( 10.000 x 100% ) x Rp. 23 = Rp. 230.000
Biaya Tenaga Kerja
( 10.000 x 40% ) x Rp. 25 = Rp. 100.000
Biaya Overhead Pabrik
( 10.000 x 35% ) x Rp. 20 = Rp. 70.000
Jumlah Harga Pokok produksi = Rp. 560.000
yg masih dlm proses akhir

4. Perhitungan Biaya Produksi per unit yang Ditambahkan oleh Departemen B yakni :

No. Jenis Biaya Jml Biaya Unit Equivalen Biaya/Unit


1. Bia Bhn Penolong Rp. 988.000 35.000+(5.000x60%) Rp. 26

2. Bia Tenaga Kerja Rp. 1.241.000 35.000+(5.000 x 30%) Rp. 34

3. Bia Overhead Pabrik Rp. 1.100.000 35.000+(5.000 x 30%) Rp. 56

Biaya Produksi Per Unit Rp.116

5. Harga Pokok Produk selesai yang Ditransfer oleh Departemen B ke Gudang adalah :

35.000 x (Rp.116 + Rp. 84*) = Rp. 7.000.000

Catatan : Rp. 84* adalah Harga Pokok yang dibawa dari Departemen A

6. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses akhir


yang Dihasilkan pada Departemen B ( 5000 unit)

Harga Pokok Produk dalam proses akhir yang berasal dari Departemen B
( 5000 x Rp. 84) = Rp. 420.000
Biaya bahan penolong
( 5.000 x 60% ) x Rp. 26 = Rp. 78.000
Biaya Tenaga Kerja
( 5.000 x 30% ) x Rp. 34 = Rp. 51.000
Biaya Overhead Pabrik
( 5.000 x 30% ) x Rp. 56 = Rp. 84.000
Jumlah Harga Pokok produksi = Rp. 633.000
yg masih dlm proses akhir

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Metode harga pokok proses (processing cost) adalah metode pengumpulan biaya
produksi melalui departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang
umumnya diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atau massa.
Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produksinya diolah
hanya melalui satu departemen produksi dan Metode harga pokok proses yang
diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen
produksi. Adapun biaya yang termasuk dalam metode harga pokok proses adalah biaya
bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Pada laporan biaya produksi meliputi laporan produksi, biaya yang dibebankan,
dan perhitungan harga pokok. Metode Harga Pokok Proses - Produk Diolah Melalui
Lebih Dari Satu Departemen Produksi terdiri dari Produk selesai pada departemen
tertentu langsung dipindah ke departemen berikutnya dan Produk selesai dari
departemen permulaan dimasukkan ke gudang produk selesai, dimana sebagian akan
diproses didalam departemen lanjutan dan sebagian langsung dijual.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/37993226/MAKALAH_AKUNTANSI_BIAYA_ME
TODE_HARGA_POKOK_PESANAN_DUA_DEPARTEMEN_ATAU_LEBIH
_Dosen_Agus_Dwi_Cahya_Disusun_oleh_Kelompok_6_Nama
2. Supriyono. 2014. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
http://handywatung.blogspot.co.id/2014/10/metode-harga-pokok-proses.html

Anda mungkin juga menyukai