AKUNTANSI BIAYA
NAMA KELOMPOK:
A. Latar Belakang
Metode harga pokok proses yang merupakan metode pengumpulan biaya
produksi untuk menentukan harga pokok produk pada perusahaan yang
menghasilkan produk atas dasar pesanan. Pemahaman terhadap konsep biaya
memerlukan analisis yang hati-hati terhadap karekteristik dari transaksi yang
berkaitan dengan biaya. Ada elemen laporan lain yang sifatnya hampir sama
dengan biaya namun sebaiknya tidak dimasukkan sebagai komponen biaya. Harga
pokok pesanan dapat dipahami dengan mengenali batasan atau pengertian yang
berkaitan dengan biaya.
Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan hpp dapat
dengan mudah diidentifikasi sehingga dapat disajikan dengan benar dalam laporan
keuangan. Dalam makalah ini akan membahas tentang biaya yang merupakan dasar
pencatatan nilai dalam akuntansi pada tahap pembebanan.
B. Rumusan Masalah
1. Harga Pokok Pesanan
2. Metode Harga Pokok Proses
3. Metode Harga Pokok Proses - Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu
Departemen Produksi
4. Penggolongan Biaya Produksi Pada Metode Harga Pokok Proses
5. Prosedur Akuntansi Biaya Pada Metode Harga Pokok Pesanan
6. Arus Produk
7. Laporan Biaya Produksi
8. Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacat pada Metode
Harga Pokok Pesanan
BAB II
PEMBAHASAAN
2.6 Arus Produk
Dalam kalkulasi biaya proses, biaya total dan biaya per unit pada setiap
departemen akan diiktisarkan dalam laporan biaya produksi. Arus produk yang
berkaitan dengan metode kalkulasi biaya proses dibagi dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Arus produk berurutan (Saquential Product Flow). Dalam arus
produk berurutan, setiap produk diproses melalui rangkaian langkah
yang sama.
2. Arus produk sejajar (Parallel Product Flow). Dalam arus produk
sejajar, bagian tertentu dari pekerjaan dilaksanakan secara serentak
atau bebarengan kemudian sama – sama ditransfer keproses
penyelesaian dan akhirnya diteruskan kebarang jadi.
3. Arus produk selektif (Selective Product Flow). Dalam arus selektif,
produk bergerak melalui departemen yang berbeda – beda dipabrik
sesuai dengan produk akhir yang diinginkan.
2.8 Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacat pada Metode Harga Pokok Pesanan
Berkut ini dibahas tentang masalah perlakuan akuntansi untuk masing-masing:
1. Sisa Bahan
a. Sisa bahan yang tidak laku dijual
(1) Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan pesanan tertentu, biaya
pembuanganatau pemusnahan sisa bahan dapat digunakan untuk menambah ele
men biaya bahan baku pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk
mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:
Barang Dalam Proses
– Biaya Bahan xx
Kas xx
(2) Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam perusahaan, biaya
tersebut dapat diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal
yang digunakan untukmencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Kas xx
Kas xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan xx
(2) Apabila timbulnya sisa bahan sifanya normal di dalam suatu perusahaan, perlakuan
hasil penjualan dapat digunakan cara sebagai berikut:
Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya
overhead pabrik yangsesungguhnya. Jurnal yang digunakan untuk mencatat
penjualan sisa bahan adalah:
Kas xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain. urnal
yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:
Kas xx
Penghasilan Lain – Lain xx
2. Produk Rusak
Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak atau tidak
memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk
diperbaiki menjadi produk yang baik,meskipun mungkin secara tehnik dapat
diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk yang rusak dapat digolongkan
menjadi dua:
Produk rusak yang tidak laku dijual Perlakuan produk yang rusak tergantung
penyebab timbulnya produk rusak:
(1) Apabila produk rusak disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, maka
harga pokok produk yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan
produkrusak, sehingga harga pokok produksi per unit produk menjadi lebih
besar. Akan tetapi tidak ada tambahan jurnal yang harus dicatat.
(2) Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat normal dalam suatu perusahaan,
maka harga pokok produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhed se
sungguhnya. Jurnal yang harus dicatat adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP xx
Kas xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Barang Dalam Proses– Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP xx
(3)Apabila timbulnya produk yang rusak karena kesalahan atau kurangnya
pengawasan produksi, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi pro
duk yang rusak. Jurnal yangdicatat pada saat penjualan produk rusak:
Kas xx
Rugi Produk Rusak xx
Barang Dalam Proses– Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses– B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP xx
3. Produk cacat
Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak
memenuhiukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut
masih dapat diperbaiki secaraekonomis menjadi produk yang baik. Perlakuan
akuntansi untuk produk yang cacat:
PT Ajeng memiliki dua departemen produksi dalam mengo lah produknya yakni
departemen A dan departemen B. Berikut ini disajikan data produksi dan biaya untuk
kedua departemen tersebut
Dept A Dept B
Produk yang dimasukkan dlm
proses 50.000 -
Produk selesai yang ditran-
fer ke Dept B 40.000 -
Permasalahan ;
a. PT Ajeng kesulitan dalam menentukan harga pokok produksi per satuan yang
dihasilkan oleh Departemen A
b. PT Ajng kesulitan dalam menentukan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
Departeman B.
c.Bagaimana harga pokok produk dalam proses akhir bulan dari PT Ajeng ?
Penyelesaian :
3. Harga Pokok produksi yang masih dalam proses akhir yang dihasilkan pada
Departemen A (10.000 unit)
4. Perhitungan Biaya Produksi per unit yang Ditambahkan oleh Departemen B yakni :
5. Harga Pokok Produk selesai yang Ditransfer oleh Departemen B ke Gudang adalah :
Catatan : Rp. 84* adalah Harga Pokok yang dibawa dari Departemen A
Harga Pokok Produk dalam proses akhir yang berasal dari Departemen B
( 5000 x Rp. 84) = Rp. 420.000
Biaya bahan penolong
( 5.000 x 60% ) x Rp. 26 = Rp. 78.000
Biaya Tenaga Kerja
( 5.000 x 30% ) x Rp. 34 = Rp. 51.000
Biaya Overhead Pabrik
( 5.000 x 30% ) x Rp. 56 = Rp. 84.000
Jumlah Harga Pokok produksi = Rp. 633.000
yg masih dlm proses akhir
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Metode harga pokok proses (processing cost) adalah metode pengumpulan biaya
produksi melalui departemen produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang
umumnya diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atau massa.
Metode harga pokok proses yang diterapkan dalam perusahaan yang produksinya diolah
hanya melalui satu departemen produksi dan Metode harga pokok proses yang
diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen
produksi. Adapun biaya yang termasuk dalam metode harga pokok proses adalah biaya
bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Pada laporan biaya produksi meliputi laporan produksi, biaya yang dibebankan,
dan perhitungan harga pokok. Metode Harga Pokok Proses - Produk Diolah Melalui
Lebih Dari Satu Departemen Produksi terdiri dari Produk selesai pada departemen
tertentu langsung dipindah ke departemen berikutnya dan Produk selesai dari
departemen permulaan dimasukkan ke gudang produk selesai, dimana sebagian akan
diproses didalam departemen lanjutan dan sebagian langsung dijual.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/37993226/MAKALAH_AKUNTANSI_BIAYA_ME
TODE_HARGA_POKOK_PESANAN_DUA_DEPARTEMEN_ATAU_LEBIH
_Dosen_Agus_Dwi_Cahya_Disusun_oleh_Kelompok_6_Nama
2. Supriyono. 2014. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
http://handywatung.blogspot.co.id/2014/10/metode-harga-pokok-proses.html