BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Sistem Penentuan Biaya Pokok Proses
2. Untuk mengetahui Perbandingan Penentuan Biaya Pokok Pesanan dengan Biaya Pokok
Proses
3. Untuk mengetahui Perspektif Aliran Biaya Pokok Proses
4. Untuk mengetahui Penjurnalan Sistem Penentuan Biaya Pokok Proses.
5. Untuk mengetahui Ekuivalen Unit-Unit Produksi.
6. Untuk mengetahui Metode Rata-Rata Tertimbang dan Metode FIFO
BAB II
Perhitungan Biaya Biaya Berdasarkan Proses
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui departemen
produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atau massa.
a) Produk yg dihasilkan merupakan bersifat seragam (homogen), bentuk produk standar, tidak
tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.
b) Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, tahun dan
sebagainya.
c) Kegiatan produksi didasarkan pada budget produksi atau schedule produksi untuk satuan
waktu tertentu
d) Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan terus-menerus (kontinyu).
e) Tujuan produksinya adaah untuk membentuk persediaan (inventory).
f) Jumlah total biaya maupun biaya satuan dihitung setiap akhir periode, misalnya akhir bulan,
akhir tahun.
II.II Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok Pesanan
Dalam kalkulasi biaya proses, biaya total dan biaya per unit pada setiap departemen
akan diiktisarkan dalam laporan biaya produksi. Arus produk yang berkaitan dengan metode
kalkulasi biaya proses dibagi dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Arus produk berurutan (Saquential Product Flow). Dalam arus produk berurutan, setiap
produk diproses melalui rangkaian langkah yang sama.
2. Arus produk sejajar (Parallel Product Flow). Dalam arus produk sejajar, bagian tertentu
dari pekerjaan dilaksanakan secara serentak atau bebarengan kemudian sama – sama
ditransfer keproses penyelesaian dan akhirnya diteruskan kebarang jadi.
3. Arus produk selektif (Selective Product Flow). Dalam arus selektif, produk bergerak
melalui departemen yang berbeda – beda dipabrik sesuai dengan produk akhir yang
diinginkan.
II.IV Penjurnalan
Untuk metode harga pokok proses, biaya produksi dapat digolongkan menjadi :
a) Biaya Bahan
Dalam metode harga pokok proses tidak diadakan pemisahan antara bahan baku dan
bahan penolong, hal ini disebabkan umumnya produk yang dihasilkan bersifat homogen dan
bentuknya standar sehingga setiap satuan produk yang sama akan menikmati bahan yang
relatif sama juga. Semua harga pokok bahan yang diproses atau diolah menjadi prodek selesai
atau bagian produk selesai, baik dapat diidentifikasikan atau tidak dapat diidentifikasikan
dengan produk tertentu, adalah merupakan biaya bahan. Kartu buku besar pembantu
persediaan dibuat untuk setiap jenis bahan, permintaan bahan oleh setiap departemen yang
menggunakan bahan digunakan dokumen Bon Permintaan Bahan dan Pemakaian bahan
didalam produksi oleh setiap departemen harus dibuatkan Laporan Pemakaian Bahan yang
akan dipakai dasar menyusun Laporan Harga Pokok Produksi. Laporan Pemakaian Bahan
digunakan pula untuk pengendalian pemakaian bahan oleh setiap departemen.
Misalnya proses pengolahan produk melalui satu tahap pengolahan, pemakaian bahan
dibuat jurnal sebagai berikut :
jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses – Biaya Bahan Rp, xx
Persediaan Bahan Rp. xx
Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong
Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp. xx
Persediaan bahan penolong Rp. xx
Apabila produk diproses melalui Deoartemen A dan Departemen B, dimana bahan hanya
dipakai pada Departemen A, jurnal pemakaian bahan sebagai berikut :
Barang dalam proses – Departemen A Rp. xx
Persediaan bahan Rp. xx
Apabila bahan dipakai didepartemen A dan Departemen B, jurnalnya sebagai berikut :
Barang dalam proses – Biaya Bahan – Departemen A Rp. xx
Barang dalam proses – Biaya Bahan – Departemen B Rp. xx
Persediaan bahan Rp. Xx
Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dibuat jurnal sebagai berikut :
JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp. xx
Biaya overhead pabrik Rp. Xx
Untuk perusahaan yang menggunakan tarif biaya overhead pabrik, jurnal yang dibuat
atas biaya overhead yang sesungguhnya sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. xx
Kas Rp. xx
Persediaan supplies pabrik xx
Persediaan suku cadang Rp. xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Dan lain-lain rekening dikredit xx
Terhadap pembebanan biaya overhead pabrik pada produk dibuat jurnal sebagai berikut :
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp. xx
Biaya overhead pabrik dibebankan Rp. xx
Pada akhir periode dalam rangka menghitung selisih biaya overhead pabrik, biaya
overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya
denga jurnal sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik dibebankan Rp. xx
Biaya overhead pabik sesungguhnya Rp. xx
Produk diolah melalui beberapa tahap dan perusahaan memiliki departemen pembantu
dipabrik
Untuk perusahaan yang tidak menggunakan tarif biaya overhead pabrik, biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya dibuat jurnal sebagai berikut (misalnya perusahaan memiliki
departemen produksi : Departemen A dan Departemen B, serta departemen pembantu :
Departemen Y dan Departemen Z) :
Biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Y xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Z xx
Kas Rp. xx
Biaya gaji dan upah xx
Persediaan supplies pabrik xx
Persediaan suku cadang xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Dan lain-lain rekening dikredit xx
Setelah biaya sesungguhnya setiap departemen diketahui, biaya overhead pabrik departemen
pembantu dialokasikan ke departemen prosuksi, karenaa produk yang memikul harga pokok
diolah di departemen produksi, jurnal alokasi sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Y Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Z xx
Selanjutnya biaya overhead pabrik setiap departemen produksi dibebankan pada produk yang
diproses dengan jurnal sebagai berikut :
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Apabila perusahaan menggunakan tarif biaya overhead pabrik, biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya dibuat jurnal sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Y xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Z xx
Kas Rp. xx
Biaya gaji dan upah xx
Persediaan supplies pabrik xx
Persediaan suku cadang xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Dan lain-lain rekening yang dikredit xx
Alokasi biaya overhead pabrik sesungguhnya dari departemen pembantu ke departemen
produksi dibuat jurnal sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Y Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Z xx
Pembebanan biaya overhead pabrik pada setiap departemen produksi dibuat jurnal sebagai
berikut :
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Baya overhead pabrik dibebankan – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen B xx
Pada akhir periode dalam rangka menghitung selisih biaya overhead pabrik setiap
departemen produksi, biaya overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke rekening biaya
overhead pabrik sesungguhnya denga jurnal sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B xx
II.V Unit Ekuivalen
Unit ekuivalen produksi atau ekuivalen produksi adalah penyetaraan produk dalam proses
tersebut menjadi produk jadi.
Terdapat dua metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk dalam proses,
dengan perhitungan unit ekuivalen yaitu:
2. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First in, First out –FIFO)
Termasuk dalam menghitung biaya unit hanya biaya yang dikeluarkan dan pekerjaan
yang dilakukan selama periode berjalan. FIFO menganggap persediaan awal sebagai batch
terpisah dari barang barang dimulai dan diselesaikan dalam periode. FIFO mengasumsikan
bahwa pekerjaan pertama yang dilakukan adalah untuk menyelesaikan persediaan dalam
proses awal. Sehingga, semua persediaan dalam proses awal diasumsikan akan selesai
sebelum akhir periode berjalan. Untuk mengilustrasikan metode ini kita menggunakan tabel
Naftel Toy Company, dengan mengikuti lima tahap dibawah ini.
Tahap 1 : Menganalisis Arus Unit Fisik dari Unit Produksi
Arus fisik dari unit produk tidak dipengaruhi oleh metode perhitungan biaya
berdasarkan proses yang digunakan. Oleh karena itu, tahap 1 untuk metode FIFO sama
dengan metode rata-rata tertimbang pada tahap 1 juga.
2.4 Perbedaan antara metode FIFO dan metode rata rata tertimbang
Matode rata-rata tertimbang dan metode FIFO menghasilkan biaya total yang sama
dicatat. Perbedaan utama antara kedua metode adalah penanganan awal sebagian
menyelesaikan unit persediaan barang dalam proses awal. FIFO memisahkan unit dalam
persediaan awal dari unit dimulai dan diselesaikan selama periode. Sebaliknya, metode rata-
rata tertimbang membuat ada perlakuan terpisah dari unit persediaan barang dalam proses
awal.
Dengan demikian, ada perbedaan antara harga pokok selesai metode rata-rata
tertimbang dan FIFO. Demikian pula, ada perbedaan antara persediaan barang dalam proses
awal di antara kedua metode.
CONTOH SOAL
BAB III
PENUTUP
III.I KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa desain sistem perhitungan biaya
berdasarkan proses memiliki sejumlah persamaan sekaligus juga perbedaan dengan sistem
perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Dalam penggunaannya, sistem perhitungan biaya
berdasarkan proses digunakan dalam perusahaan yang memproduksi produk homogen (satu
jenis produk) dalam jumlah besar dan dilakukan secara terus menerus (jangka panjang).
Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses dalam penerapannya harus menghitung unit
ekuivalen produksi (UEP). Unit ekuivalen produksi adalah jumlah unit selesai yang
seharusnya (bisa) diperoleh dari bahan dan usaha yang digunakan untuk menghasilkan barang
setengah jadi, dapat ditambahkan ke unit yang selesai untuk menentukan output periodik
suatu departemen. Untuk menghitung UEP dapat menggunakan dua metode yaitu (a) metode
rata-rata tertimbang (weighted average method) dan (b) metode FIFO (first in first out.
Metode rata-rata tertimbang (weighted average method) adalah metode yang
menggabungkan unit dan biaya dari periode sekarang dengan unit dan biaya periode
sebelumnya. Sedangkan metode FIFO (first in first out adalah metode yang menganggap
bahwa unit ekuivalen dan biaya per unit hanya berkaitan selama periode tertentu saja.
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward J.2011.Manajemen biaya penekanan stategis.NY:McGraw Hill
http://fatwarislani.blogspot.com/2014/12/perhitungan-biaya-berdasarkan-proses.html