Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PENENTUAN BIAYA POKOK PROSES

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Laporan keuangan yang baik, sangat membantu manajemen dalam melakukan
pengambilan keputusan – keputusan penting bagi kemajuan perusahaan atau organisasi yang
dipimpin. Dalam rangka menyiapkan laporan keuangan yang baik, maka diperlukan
kemampuan yang mumpuni dari jajaran manajemen dalam melakukan perhitungan biaya-
biaya yang terkait. Salah satu sistem perhitungan biaya tersebut adalah perhitungan biaya
berdasarkan proses.
Perhitungan biaya dalam proses atau process costing termasuk dalam salah satu
desain sistem yang penting dalam pembuatan laporan keuangan, sehingga laporan tersebut
dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi yang akurat oleh manajemen demi
menentukan keputusan – keputusan penting bagi kemajuan perusahaan. Bagi perusahaan /
industri yang memproduksi produk yang homogen (sejenis) secara terus menerus,
perhitungan biaya dalam proses atau process costing menjadi alternatif yang efektif dalam
menentukan harga pokok penjualan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Sistem Penentuan Biaya Pokok Proses ?
2. Bagaimana Perbandingan Penentuan Biaya Pokok Pesanan dengan Biaya Pokok Proses ?
3. Bagaimana Perspektif Aliran Biaya Pokok Proses ?
4. Bagaimana Penjurnalan ?
5. Bagaimana Ekuivalen Unit-Unit Produksi ?
6. Bagaimana Metode Rata-Rata Tertimbang ?
7. Bagaimana Metode FIFO ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Sistem Penentuan Biaya Pokok Proses
2. Untuk mengetahui Perbandingan Penentuan Biaya Pokok Pesanan dengan Biaya Pokok
Proses
3. Untuk mengetahui Perspektif Aliran Biaya Pokok Proses
4. Untuk mengetahui Penjurnalan Sistem Penentuan Biaya Pokok Proses.
5. Untuk mengetahui Ekuivalen Unit-Unit Produksi.
6. Untuk mengetahui Metode Rata-Rata Tertimbang dan Metode FIFO
BAB II
Perhitungan Biaya Biaya Berdasarkan Proses

II.I Pengertian Metode Harga Pokok Proses

Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi melalui departemen
produksi atau pusat pertanggungjawaban biaya, yang umumnya diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atau massa.

Karakteristik Metode Harga Pokok Proses

a) Produk yg dihasilkan merupakan bersifat seragam (homogen), bentuk produk standar, tidak
tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.
b) Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, tahun dan
sebagainya.
c) Kegiatan produksi didasarkan pada budget produksi atau schedule produksi untuk satuan
waktu tertentu
d) Sistem produksi merupakan sistem produksi yang berjalan terus-menerus (kontinyu).
e) Tujuan produksinya adaah untuk membentuk persediaan (inventory).
f) Jumlah total biaya maupun biaya satuan dihitung setiap akhir periode, misalnya akhir bulan,
akhir tahun.

II.II Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan Metode Harga Pokok Pesanan

1. Pengumpulan biaya produksi


Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan
metode harga pokok proses mengumpulka biaya produksi per departemen produksi per
periode akuntansi

2. Perhitungan harga pokok produksi per satuan


metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk
yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat
pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok
produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama
periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang
bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi ( biasanya akhir bulan)

3. Penggolongan biaya produksi


dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya produksi
langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung dibebankan kepada
produk berdasar biaya sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung
dibebankan kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka. Didalam metode
harga pokok proses, pembedaan biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung
seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam
produk ( seperti perusahaan semen, pupuk, bumbu masak). Karena harga pokok persatuan
produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya biaya overhead pabrik dibebankan
kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.

4. Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik.


Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong,
biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan
kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka. Di dalam metode harga pokok
proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan bahan
penolong dan biaya tenaga kerja ( baik yang langsung maupun yang tidak langsung). Dalam
metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang
sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu.

Manfaat Informasi Metode Harga Pokok Proses

1. Menentukan harga jual produk


2. Memantau realisasi biaya produksi
3. Menghitung laba atau rugi periodic
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca

II.III Perspektif Aliran Biaya Pokok Proses

Dalam kalkulasi biaya proses, biaya total dan biaya per unit pada setiap departemen
akan diiktisarkan dalam laporan biaya produksi. Arus produk yang berkaitan dengan metode
kalkulasi biaya proses dibagi dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Arus produk berurutan (Saquential Product Flow). Dalam arus produk berurutan, setiap
produk diproses melalui rangkaian langkah yang sama.
2. Arus produk sejajar (Parallel Product Flow). Dalam arus produk sejajar, bagian tertentu
dari pekerjaan dilaksanakan secara serentak atau bebarengan kemudian sama – sama
ditransfer keproses penyelesaian dan akhirnya diteruskan kebarang jadi.
3. Arus produk selektif (Selective Product Flow). Dalam arus selektif, produk bergerak
melalui departemen yang berbeda – beda dipabrik sesuai dengan produk akhir yang
diinginkan.

Prosedur Akuntansi Biaya Pada Metode Harga Pokok Proses


Prosedur dalam rangka menentukan harga pokok produk pada metode harga pokok
proses adalah sebagai berikut :
a) Mengumpulkan data produksi dalam periode tertentu untuk menyusun laporan produksi
ekuivalen dalam rangka menghitung harga pokok satuan,
b) Mengumpulkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik periode tertentu.
Apabila prodk diproses melalui beberapa departemen elemen biaya tersebut dikumpulkan
untuk setiap departemen,
c) Menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya, yaitu jumlah elemen biaya tertentu
dibagi produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan,
d) Menghitung harha pokok produk selesai yang dipindahkan ke gudang atau ke departemen
berikutnya dan menghitung harga pokok produk dalam proses akhir.

II.IV Penjurnalan

Untuk metode harga pokok proses, biaya produksi dapat digolongkan menjadi :
a) Biaya Bahan
Dalam metode harga pokok proses tidak diadakan pemisahan antara bahan baku dan
bahan penolong, hal ini disebabkan umumnya produk yang dihasilkan bersifat homogen dan
bentuknya standar sehingga setiap satuan produk yang sama akan menikmati bahan yang
relatif sama juga. Semua harga pokok bahan yang diproses atau diolah menjadi prodek selesai
atau bagian produk selesai, baik dapat diidentifikasikan atau tidak dapat diidentifikasikan
dengan produk tertentu, adalah merupakan biaya bahan. Kartu buku besar pembantu
persediaan dibuat untuk setiap jenis bahan, permintaan bahan oleh setiap departemen yang
menggunakan bahan digunakan dokumen Bon Permintaan Bahan dan Pemakaian bahan
didalam produksi oleh setiap departemen harus dibuatkan Laporan Pemakaian Bahan yang
akan dipakai dasar menyusun Laporan Harga Pokok Produksi. Laporan Pemakaian Bahan
digunakan pula untuk pengendalian pemakaian bahan oleh setiap departemen.
Misalnya proses pengolahan produk melalui satu tahap pengolahan, pemakaian bahan
dibuat jurnal sebagai berikut :
jurnal untuk mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses – Biaya Bahan Rp, xx
Persediaan Bahan Rp. xx
Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong
Barang dalam proses- biaya bahan penolong Rp. xx
Persediaan bahan penolong Rp. xx
Apabila produk diproses melalui Deoartemen A dan Departemen B, dimana bahan hanya
dipakai pada Departemen A, jurnal pemakaian bahan sebagai berikut :
Barang dalam proses – Departemen A Rp. xx
Persediaan bahan Rp. xx
Apabila bahan dipakai didepartemen A dan Departemen B, jurnalnya sebagai berikut :
Barang dalam proses – Biaya Bahan – Departemen A Rp. xx
Barang dalam proses – Biaya Bahan – Departemen B Rp. xx
Persediaan bahan Rp. Xx

b) Biaya Tenaga Kerja


Dalam metode harga pokok proses tidak dipisahkan atau dibedakan antara biaya tenaga
kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Apabila produk diolah dalam satu
tahapan pengolahan, maka semua biaya tenaga kerja dipabrik digolongkan sebagai elemen
biaya tenaga kerja, dari daftar gaji dan upah untuk produksi dibuat jurnal sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp. xx
Biaya gaji dan upah Rp. xx
Apabila produk diolah melalui beberapa tahapan atau departemen, semua biaya tenaga kerja
pada departemen produksi digolongkan sebagai biaya tenaga kerja, sedangkan biaya tenaga
kerja departemen pembantu diperuntukkan sebagai elemen biaya overhead pabrik. Dari daftar
gaji dan upah departemen produksi, misalnya Departemen A dan Departemen B, akan dibuat
jrnal sebagai berikut :
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja – Departemen A Rp. xx
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja – Departemen B Rp. xx
Biaya gaji dan upah Rp. Xx

c) Biaya Overhead Pabrik


Dari uraian penggolongan biaya bahan dan biaya tenaga kerja tersebut diatas dapat
ditarik kesimpulan biaya overhead pabrik. biaya overhead pabrik dalam metode harga pokok
proses, yaitu meliputi semua biaya produksi di departemen produksi selain biaya bahan dan
biaya tenaga kerja ditambah semua biaya pada departemen pembantu yang ada dipabrik.
Apabila perusahaan tidak memiliki departemen pembantu dipabrik, biaya biaya overhead
pabrik meliputi semua elemen biaya produksi selain biaya bahan dan tenaga kerja. Jurnal
yang dibuat untuk mencatat biaya overhead pabrik sebagai berikut :
Produk diolah melalui satu tahapan produksi
Untuk perusahaan yang telah menggunakan tarif biaya overhead pabrik, biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya dibuat jurnal :
Biaya overhead pabrik Rp. xx
Kas Rp. xx
Persediaan supplies pabrik xx
Persediaan suku cadang xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Dan lain-lain rekening dikredit xx

Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk dibuat jurnal sebagai berikut :
JurnaL untuk mencatat biaya overhead pabrik
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp. xx
Biaya overhead pabrik Rp. Xx

Untuk perusahaan yang menggunakan tarif biaya overhead pabrik, jurnal yang dibuat
atas biaya overhead yang sesungguhnya sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp. xx
Kas Rp. xx
Persediaan supplies pabrik xx
Persediaan suku cadang Rp. xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Dan lain-lain rekening dikredit xx

Terhadap pembebanan biaya overhead pabrik pada produk dibuat jurnal sebagai berikut :
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp. xx
Biaya overhead pabrik dibebankan Rp. xx
Pada akhir periode dalam rangka menghitung selisih biaya overhead pabrik, biaya
overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya
denga jurnal sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik dibebankan Rp. xx
Biaya overhead pabik sesungguhnya Rp. xx
Produk diolah melalui beberapa tahap dan perusahaan memiliki departemen pembantu
dipabrik
Untuk perusahaan yang tidak menggunakan tarif biaya overhead pabrik, biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya dibuat jurnal sebagai berikut (misalnya perusahaan memiliki
departemen produksi : Departemen A dan Departemen B, serta departemen pembantu :
Departemen Y dan Departemen Z) :
Biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Y xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Z xx
Kas Rp. xx
Biaya gaji dan upah xx
Persediaan supplies pabrik xx
Persediaan suku cadang xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Dan lain-lain rekening dikredit xx
Setelah biaya sesungguhnya setiap departemen diketahui, biaya overhead pabrik departemen
pembantu dialokasikan ke departemen prosuksi, karenaa produk yang memikul harga pokok
diolah di departemen produksi, jurnal alokasi sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Y Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen Z xx
Selanjutnya biaya overhead pabrik setiap departemen produksi dibebankan pada produk yang
diproses dengan jurnal sebagai berikut :
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Apabila perusahaan menggunakan tarif biaya overhead pabrik, biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya dibuat jurnal sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Y xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Z xx
Kas Rp. xx
Biaya gaji dan upah xx
Persediaan supplies pabrik xx
Persediaan suku cadang xx
Persekot biaya xx
Akumulasi penyusutan xx
Hutang biaya xx
Dan lain-lain rekening yang dikredit xx
Alokasi biaya overhead pabrik sesungguhnya dari departemen pembantu ke departemen
produksi dibuat jurnal sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Y Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen Z xx
Pembebanan biaya overhead pabrik pada setiap departemen produksi dibuat jurnal sebagai
berikut :
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen A Rp. xx
Barang dalam proses – biaya overhead pabrik – Departemen B xx
Baya overhead pabrik dibebankan – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen B xx
Pada akhir periode dalam rangka menghitung selisih biaya overhead pabrik setiap
departemen produksi, biaya overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke rekening biaya
overhead pabrik sesungguhnya denga jurnal sebagai berikut :
Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik dibebankan – Departemen B xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen A Rp. xx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya – Departemen B xx
II.V Unit Ekuivalen

Ekuivalen unit dalam penentuan biaya proses

Unit ekuivalen produksi atau ekuivalen produksi adalah penyetaraan produk dalam proses
tersebut menjadi produk jadi.

Terdapat dua metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk dalam proses,
dengan perhitungan unit ekuivalen yaitu:

1. Aliran biaya rata-rata tertimbang


Rumus: Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian)
2. Aliran biaya FIFO
Rumus: Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian) – (PDP Awal x tingkat
penyelesaian)

1. Metode rata-rata tertimbang


Semua biaya dalam menghitung biaya satuan, termasuk biaya yang terjadi selama periode
berjalan dan biaya yang dikeluarkan pada periode sebelumnya yang ditampilkan sebagai
persediaan barang dalam proses awal periode berjalan. Dalam periode ini, metode biaya
sebelumnya dan biaya periode saat ini dirata-ratakan untuk menghasilkan nilai rata rata
tertimbang. Untuk mengilustrasikan metode ini kita menggunakan tabel Naftel Toy Company,
dengan mengikuti lima tahap dibawah ini.
Tahap 1 : Menganalisis Arus Fisik dari Unit produksi
Tahap pertama adalah menganalisis arus dari seluruh unit yang melalui proses
produksi. Tujuan utama dari tahap pertama ini adalah untuk memastikan bahwa seluruh unit
produksi diperhitungkan sebelum kita menghitung jumlah unit ekuivalen produksi untuk
setiap elemen produksi
Tahap 2 : Mengalkulasikan Unit Ekuivalen untuk Setiap Elemen Biaya Produksi
Tahap kedua dalam prosedur perhitungan biaya berdasarkan proses adalah
mengalkulasikan jumlah unit ekuivalen dari aktivitas produksi untuk bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik.
Tahap 3 : Menentukan Total Biaya untuk Setiap Elemen Biaya Produksi
Menentukan seberapa banyak uang yang dikeluarkan pada persediaan awal barang
dalam proses dan produksi pada periode bersangkutan untuk bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan overhead pabrik.
Tahap 4 : Menghitung Biaya Per Unit Ekuivalen
Menghitung biaya per unit ekuivalen produksi untuk bahan baku langsung, dan overhead
pabrik.
Tahap 5 : Membebankan Total Biaya Produksi ke Unit yang Telah Selesai dan Barang
dalam Proses Akhir
Membebankan total biaya produksi ke unit produk yang telah selesai dan unit
persediaan akhir barang dalam proses. Table dibawah ini meringkas jadwal pembebanan
biaya.
Laporan Produksi
Tahap 1 sampai 5 menyediakan seluruh informasi yang dibutuhkan dalam menyusun
laporan biaya produksi.

2. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First in, First out –FIFO)
Termasuk dalam menghitung biaya unit hanya biaya yang dikeluarkan dan pekerjaan
yang dilakukan selama periode berjalan. FIFO menganggap persediaan awal sebagai batch
terpisah dari barang barang dimulai dan diselesaikan dalam periode. FIFO mengasumsikan
bahwa pekerjaan pertama yang dilakukan adalah untuk menyelesaikan persediaan dalam
proses awal. Sehingga, semua persediaan dalam proses awal diasumsikan akan selesai
sebelum akhir periode berjalan. Untuk mengilustrasikan metode ini kita menggunakan tabel
Naftel Toy Company, dengan mengikuti lima tahap dibawah ini.
Tahap 1 : Menganalisis Arus Unit Fisik dari Unit Produksi
Arus fisik dari unit produk tidak dipengaruhi oleh metode perhitungan biaya
berdasarkan proses yang digunakan. Oleh karena itu, tahap 1 untuk metode FIFO sama
dengan metode rata-rata tertimbang pada tahap 1 juga.

Tahap 2 : Mengalkulasikan Unit Ekuivalen untuk Setiap Elemen Biaya Produksi


Metode FIFO memperhitungkan persediaan awal sebagai satu kumpulan barang yang
terpisah dari barang yang mulai diproses dan telah selesai pada periode yang sama.
Terdapat dua prosedur ekuivalen, yaitu dua prosedur alternative yang digunakan
untuk mengalkulasikan unit ekuivalen produksi berdasarkan metode FIFO, yaitu :
a)Tahap Alternatif A
Cara untuk mengalkulasikan unit ekuivalen FIFO adalah dengan mengurangkan unit
ekuivalen pada barang dalam proses awal dari unit ekuivalen dengan metode rata-rata
tertimbang agar memperoleh unit ekuivalen melalui metode FIFO.
b) Tahap Alternatif B
Cara untuk mengalkulasikan unit ekuivalen FIFO adalah menambahkan unit-unit
ekuivalen dari pekerjaan yang dilakukan pada periode bersangkutan untuk setiap komponen :
(1) unit-unit ekuivalen ditambahkan untuk menyelesaikan persediaan awal barang dalam
proses, (2) unit-unit yang mulai diproses dan telah selesai pada periode bersangkutan, (3)
unit-unit ekuivalen dari persediaan akhir barang dalam proses.
Tahap 3 : Menentukan Total Biaya untuk Setiap Elemen Biaya Produksi
Total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi unit produk tidak dipengaruhi oleh
metode perhitungan biaya yang digunakan.
Tahap 4 : Menghitung Biaya Per Unit Ekuivalen untuk Setiap Elemen Biaya Produksi
Berdasarkan metode FIFO, biaya per unit ekuivalen dikalkulasikan dengan membagi
biaya-biaya yang ditambahkan pada periode yang bersangkutan dengan unit ekuivalen untuk
pekerjaan yang diselesaikan hanya pada periode bersangkutan. Biaya persediaan awal barang
dalam proses tidak dimasukkan dalam menentukan biaya per unit ekuivalen untuk setiap
elemen biaya.
Tahap 5 : Membebankan Total Biaya Produksi ke Unit yang Telah Selesai dan Barang
Dalam Proses Akhir
Membebankan total biaya produksi ke unit-unit yang telah selesai dan ke unit-unit pada
persediaan akhir barang dalam proses. Pembebanan total biaya produksi ke unit-unit yang
telah selesai pada periode bersangkutan merupakan proses dua bagian, yaitu total biaya untuk
unit-unit yang telah selesai yang berasal dari persediaan awal barang dalam proses dan total
biaya untuk unit-unit yang mulai di proses dan telah selesai.

2.4 Perbedaan antara metode FIFO dan metode rata rata tertimbang
Matode rata-rata tertimbang dan metode FIFO menghasilkan biaya total yang sama
dicatat. Perbedaan utama antara kedua metode adalah penanganan awal sebagian
menyelesaikan unit persediaan barang dalam proses awal. FIFO memisahkan unit dalam
persediaan awal dari unit dimulai dan diselesaikan selama periode. Sebaliknya, metode rata-
rata tertimbang membuat ada perlakuan terpisah dari unit persediaan barang dalam proses
awal.
Dengan demikian, ada perbedaan antara harga pokok selesai metode rata-rata
tertimbang dan FIFO. Demikian pula, ada perbedaan antara persediaan barang dalam proses
awal di antara kedua metode.

CONTOH SOAL

BAB III
PENUTUP

III.I KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa desain sistem perhitungan biaya
berdasarkan proses memiliki sejumlah persamaan sekaligus juga perbedaan dengan sistem
perhitungan biaya berdasarkan pesanan. Dalam penggunaannya, sistem perhitungan biaya
berdasarkan proses digunakan dalam perusahaan yang memproduksi produk homogen (satu
jenis produk) dalam jumlah besar dan dilakukan secara terus menerus (jangka panjang).
Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses dalam penerapannya harus menghitung unit
ekuivalen produksi (UEP). Unit ekuivalen produksi adalah jumlah unit selesai yang
seharusnya (bisa) diperoleh dari bahan dan usaha yang digunakan untuk menghasilkan barang
setengah jadi, dapat ditambahkan ke unit yang selesai untuk menentukan output periodik
suatu departemen. Untuk menghitung UEP dapat menggunakan dua metode yaitu (a) metode
rata-rata tertimbang (weighted average method) dan (b) metode FIFO (first in first out.
Metode rata-rata tertimbang (weighted average method) adalah metode yang
menggabungkan unit dan biaya dari periode sekarang dengan unit dan biaya periode
sebelumnya. Sedangkan metode FIFO (first in first out adalah metode yang menganggap
bahwa unit ekuivalen dan biaya per unit hanya berkaitan selama periode tertentu saja.
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward J.2011.Manajemen biaya penekanan stategis.NY:McGraw Hill
http://fatwarislani.blogspot.com/2014/12/perhitungan-biaya-berdasarkan-proses.html

Anda mungkin juga menyukai