Anda di halaman 1dari 15

RMK TEORI AKUNTANSI

APLIKASI TEORI PADA REGULASI AKUNTANSI

OLEH:
Muh. Alam rifai (A031181303)

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
A. Teori Regulasi yang Relevan untuk Akuntansi dan Audit.
1. Teori Efficient Markets
Para ekonom pasar bebas membantah bahwa pasar akan berfungsi sangat baik
tanpa adanya campur tangan pemerintah, dan maksimum efisiensi dicapai dengan
Supply dan Demand untuk mendikte perilaku pasar. Dalam pasar modal di dunia
internasional Supply dan Demand sangat berparuh dalam arus informasi dan
penanaman modal. Namun, pemerintah juga berperan aktif dalam pasar, tidak hanya
mengatur kegiatan pasar tetapi juga menyediakan informasi menganai kondisi pasar
modal. Campur tangan pemerintah dapat membantu perkembangan pasar dan
pertumbuhan pasar. Pasar yang adil dan transparan dinilai dapat menarik partisipan.
Akuntansi dapat memberikan informasi perusahaan. Advokat dari pendekatan
pasar modal membantah bahwa informasi akuntansi seperti produk lain, ada Demand
dan Supply. Demand untuk informasi akuntansi oleh user dan Supply informasi
tersebut diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Dapat disimpulkan
equilibriumnya adalah informasi akuntansi.
Teori tersebut tidak berguna karena mekanisme pasar tidak dapat memenuhi
equilibrium seperti keadaan diatas. Informasi akuntansi berbeda dengan produk
barang atau jasa yang biasanya. Kenapa? Karena informasi akuntansi sebuah
perusahaan adalah “public” goods, yang mana ketika suatu perusahaan sudah
mengeluarkan informasi akuntansi maka informasi tersebut dapat digunakan oleh
siapa saja. Walaupun bisa saja informasi tersebut terjual kepada pihak tertentu, pihak
lain yang tidak membayar tetap dapat memperoleh informasi tersebut (free-rider).
2. Teori Keagenan
Atkinson dan Feltham mengemukakan bahwa teori keagenan
mempertimbangkan sebagian besar untuk stewardship. Teori ini menekankan pada
hubungan dimana kesejahteraan satu orang dipercayakan ke satu yang lain (Cth:
Manajer). Teori ini merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi
keuangan dengan menambahkan variabel aspek perilaku manusia karena pada
dasarnya hubungan antara pemilik dan manajer pada hakikatnya sukar tercipta karena
adanya kepentingan yang bertolak belakang. Atkinson dan Feltham menjelaskan
permintaan untuk pelayanan informasi tersebut berhubungan dengan keinginan untuk
memotivasi agen dan mendistribusikan resiko secara efisien.
Permintaan informasi untuk kepentingan decision-making berhubungan
dengan peran informasi dalam statistical decision theory. Informasi akan berharga
apabila informasi dapat meningkatkan alokasi sumberdaya dan resiko dalam
perekonomian. Atau paling tidak mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian dalam
teori agen diklasifikasikan menjadi ex ante dan ex post. Ex ante disebut juga sebelum
kejadian, ketidakpastian muncul pada saat keputusan dibuat, seperti ketidakpastian
mengenai kejadian yang berpengaruh dalam produksi, atau ketidakpsatian mengenai
keahlian manajer itu sendiri. Ex post disebut juga setelah kejadian, ketidakpastian
muncul setelah keputusan dibuat dan hasil sudah terlihat. Teori agen fokus pada
dampak alternatif yang akan memberikan efek ketidakpastian ex post.

Teori agen memberikan kerangka untuk mempelajari kontrak antara principal


dan agen untuk memprediksi konsekuensi ekonomi dari sebuah standar. Contoh,
kompensasi manajer tergantung dari profit atau mereka tidak mendapatkan insentif.
Karena ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh seorang agen dengan
pemilik, kemungkinan muncul misalign antara manajemen dan pemilik. Sejauh
mekanisme pasar tidak efisien, peraturan akuntansi diperlukan untuk mengurangi
hasil yang tidak efisien dan tidak adil.

3. Teori Regulasi
a. Teori Kepentingan Publik
Alasan utama adanya campur tangan pemerintah dalam kegiatan pasar adalah
demi kepentingan publik, yang menuju pada kegagalan pasar. Kerangka teori ini
adalah untuk melindungi kepentingan konsumen dari adanya kegagalan potensial
dalam pasar, meliputi: monopoli, oligopoli, halangan untuk masuk pasar,
informasi tidak sempurna antara penjual dan pembeli, dan barang publik.
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa Pasar Ekonomi adalah subjek dari beberapa
kegagalan pasar yang mana jika dilupakan, akan menghasilkan hasil yang tidak
efisien.

b. Regulatory Capture Theory


Walaupun tujuan sebenarnya dibuatnya peraturan pada pasar adalah untuk
melindungi kepentingan umum, namun tujuan tersebut sulit untuk tercapai karena
adalah konflik kepentingan yang dilakukan oleh pihak regulator itu sendiri. Itulah
yang ingin dijelaskan oleh teori ini. Capture Theory mengasumsikan bahwa
semua anggota economically rational, setiap orang mengejar kepentingannya
masing-masing. Regulasi memiliki potensi untuk distribusi kemakmuran. Oleh
karena itu, masyarakat pasti akan melobi sebuah peraturan demi kepentingannya.
Asumsi yang lainnya adalah dengan public interest theory, pemerintah tidak
memiliki peran independen dalam proses regulasi, dan akan ada grup yang terus
memaksakan kepentingannya dalam regulasi.
Secara garis besar, teori ini menyatakan bahwa regulasi memiliki peran yang
sangat penting dalam pasar dan mempengaruhi posisi keuangan industri yang
merupakan bagian dari pasar tersebut. Teori ini menyarankan agar lembaga
akuntansi profesional atau sektor swasta berperan secara aktif dalam menetapkan
suatu standar yang akan digunakan dalam sistem pelaporan industri dalam pasar
itu sendiri.

c. Teori Kepentingan Pribadi


Teori ini muncul karena tanggapan pemerintah atas permintaan publik untuk
mengoreksi praktik inefisien yang dilakukan oleh individu atau organisasi, asumsi
ini diuji oleh George Stigler, 1971. George Stigler menguji apakah pemerintah
memiliki sumber daya yang tidak akan dibagikan kepada masyarakat maupun
yang paling kuat sekalipun? jawabannya Kekuatan Paksaan. Kekuatan Paksaan
ini adalah sumber daya potensial atau ancaman untuk semua perusahaan, dan
dengan kekuatannya pemerintah dapat melarang dan/atau untuk memberikan
pajak dan subsidi, pemerintah bisa dan dapat menolong bahkan mematikan suatu
bisnis kapan saja.
Teori ini percaya dnegan adanya Supply dan Demand, yang mana perusahaan
yang memproduksi produk tertentu akan menawarkan harga setinggi-tingginya
terlebih produk tersebut adalah barang vital bagi masyarakat, membuat
masyarakat tidak bisa berbuat banyak. Dengan kondisi seperti ini, kebijakan
pemerintah hanya memberikan manfaatnya pada produsen.
Intinya teori ini percaya bahwa peraturan bukan merupakan jawaban dari
pemerintah atas permintaan pasar, melainkan dibuat untuk mereka yang
mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi pemerintah dan memperoleh
keuntungan optimal dari dibuatnya peraturan itu. Teori ini memprediksi bahwa
pembuat regulasi akan menggunakan kewenangannya untuk mentransfer
pendapatan dari mereka yang tidak memiliki kekuatan politik kepada mereka
yang memiliki kekuatan politik.

B. Aplikasi Teori Regulasi terhadap Praktik Akuntansi dan Audit

Aplikasi Teori Kepentingan Publik

Dalam Teori Kepentingan Publik, pemerintah melakukan campur tangan dalam


pembuatan peraturan pada pelaporan keuangan sebagi respon dari kegagalan pasar dalam
memenuhi kepentingan publik. Mekanisme pasar telah gagal dalam menciptakan pasar yang
efisien sehingga tindakan dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan yang lebih
baik. Tindakan dari Sarbanes-Oxley pada tahun 2002 dalam menangani bangkrutnya Enron
Corp dan perusahaan audit Arthur Anderson dapat dipandang sebagai suatu implementasi
dari Teori Kepentingan Publik. Sistem pelaporan keuangan dan tata keola perusahaan yang
baru telah diperkenalkan dan standar baru dan juga sistem pengawasan yang baru untuk para
auditor juga telah dibentuk. Tindakan dari Sarbanes-Oxley tersebut dianggap sebagai sistem
perlindungan terbesar dalam sejarah ekonomi dunia.

Contoh yang lebih awal adalah diciptakannya Accounting Standards Review Board
(ASRB) oleh pemerintah Australia pada tahun 1984. Campur tangan pemerintah dalam
pengaturan standar akuntansi keuangan merupakan sebuah bentuk peradilan terhadap
kegagalan pasar dalam memberikan infornasi akuntansi. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya perusahan–perusahaan yang mengalami kebangkrutan meskipun para akuntan
publik telah memberikan pendapat „True and Fair„ pada laporan keuangannya. Sama halnya,
dengan adanya standar akuntansi yang telah diubah atau menjadi lebih ketat mengakibatkan
banyak perusahaan bangkrut di akhir tahun 1990 hingga awal tahun 2000, hal tersebut dilihat
sebagai bentuk peradilan dari Teori Kepentingan Publik tersebut.

Banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan merupakan sebuah indikasi


adanya pelanggaran serius dari kondisi pasar yang kompetitif. Pelanggaran – pelanggaran
tersebut disebabkan oleh informasi yang asimetris antara penawaran (Manajemen dan
Akuntan) dengan pihak eksternal pemakai laopran keuangan (investor) yang tidak mengerti
mengenai informasi akuntansi yang mereka butuhkan dan/atau tidak mampu untuk
menentukan nilai dari informasi akuntansi yang mereka terima. Selanjutnya, informasi
akuntansi dapat dilihat sebagai „public good‟ yang mana mengarahkan pada divergensi antara
biaya marginal dan (a) manfaatnya untuk para pemakai inforrmasi keuangan dan juga (b)
pembuat informasinya (manajemen). Sebelum campur tangan dari pemerintah , standar
informasi tidak secara resmi diatur. Manajer dan para akuntan membuat laporan keuangan
yang menguntungkan pihak internal perusahaan. Mereka lebih fokus dalam membuat laporan
keuangan yang membuat citra perusahaan semakin bagus dan dapat menarik sebanyak-
banyaknya investor.

Oleh karena itu, teori ini menyarankan agar pemerintah turut ikut campur tangan
dalam mengatur standar akutansi untuk memperbaiki kegagalan pasar. Sebagai hasilnya,
dunia pasar modal pun kembali dipercayai oleh para investor.

Aplikasi Capture Theory

Mengenai Teori Kepentingan Publik, seorang ahli Walker berpendapat bahwa


meskipun pemrintah Australia telah memeperkenalkan ASRB untuk meyakinkan tentang
perlindungan terhadap kepentingan publik, ia percaya Capture Theory lebih mampu
menjelaskan mengenai peristiwa tersebut. Ia menyimpulkan bahwa para profesi akuntan
mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh ASRB. Bukti utama untuk pendapat tersebut
adalah adanya kenyataan bahwa proses penetapan yang seharusnya dipercepat seiring dengan
persetujuan dari Australian Accounting Research Foundation (ASRF), yang selanjutnya
berbagai macam perselisihan antara ASRB dan ASRF teselesaikan dan diikuti dengan
mergernya kedua lembaga tersebut. Sesungguhnya ASRB secara resmi memiliki kekuatan
untuk membentuk standar keuangan berdasarkan keputusan dari berbagai sumber, namun
hanya satu dari dua puluh tiga standar yang telah diakui berasal dari lembaga di luar ASRF.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa meksnisme tersebut telah gagal menerapkan Teori
Kepentingan Publik.

Argumen dasar dari Walker adalah bahwa para akuntan perlu untuk mengesahkan
standar keuangan (untuk menjamin keabsahan dari standar tersebut) yang mana dapat
diperoleh ketika standar tersebut memiliki kekuatan hukum karena telah di dukung oleh
badan legistaif. Namun, para akuntan juga memiliki kepentingan dalam proses pengaturan
standar keuangan standar tersebut, oleh karena itu , satu–satunya cara akuntan agar mampu
mengesahkan standar akuntansi tersebut dan juga tetap mempertahankan kepentingan
ekonominya adalah dengan menciptakan ASRB. Dengan demikian ASRB telah gagal
menciptakan standar keuangan yang mewakili kepentingan publik, melainkan hanya
mewakili kepentingan pihak pihak tertentu untuk memperoleh keuntungan yang lebih.

Contoh yang lain dari Capture Theory ini adalah IFRS yang merupakan konvergensi
antara IASB dan FASB. IASB (Internatioal Accounting Standar Boards) sendiri merupakan
lembaga dimana perusahaan–perusaahaan dan bank–bank besar di Eropa memiliki pengaruh
besar didalamnya, jadi output dari IASB tidaklah mungkin hanya mewakili kepentingan dari
satu pihak tertentu. Isu dari IFRS yang banyak mengikuti standar US GAAP yang merupakan
produk dari FASB memunculkan teori bahwa IASB merupakan „capture‟ dari FASB. FASB
(Financial Accounting Standards Boards) merupakan badan atau lembaga non profit yang
bertujuan untuk menetapkan atau membuat suatu sistem prinsip akuntansi yang bisa diterima
secara umum (khususnya di Amerika Serikat). Adanya ketidaksepakatan di Eropa mengenai
IFRS 8 dapat menjelaskan bahwa IFRS yang merupakan hasil dari IASB yang berasal dari
Eropa bahkan tidak melindungi kepentingan dari pencetusnya sendiri.

Aplikasi Teori Kepentingan Pribadi

Teori Kepentingan Pribadi memberikan pendekatan lain dalam memahami dorongan–


dorangan apa saja yang mempengaruhi suatu pihak dalam proses penetapan peraturan standar
laporan keuangan. Rahman berusaha menerapkan Teori Kepentingan Pribadi dalam dalam
pembentukan ASRB. Ia menyimpulkan bahwa terdapat beberapa keterbatasan dalam
peneliatian Walker. Rahman berpendapat bahwa lembaga tersebut tidak dapat dengan mudah
terbebas dari pengaruh pihak–pihak lain yang berkepentingan. Pengaruh dari para akuntan
terhadap pengaturan standar pelaporan menjelaskan bahwa pemerintah juga memiliki
motivasi yang sama dengan pihak swasta yakni untuk memperoleh keuntungan lebih,
sehingga mereka memberikan kesempatan utuk para akuntan turut mengambil alih dalam
proses regulasi standar pelaporan. Peran para auditor dan akuntan turut serta secara aktif
dalam keseluruhan proses persiapan hingga pengesahan dari standar laporan keuangan, maka
sungguh dapat disimpulkan bahwa para eksekutif perusahaan akan menetapkan standar yang
mana akan berpihak pada keuntungan perusahaannya.

Keterbatasan dari teori-teori tersebut adalah bahwa ketidakmampuannya untuk berdiri


sendiri. Hal ini berarti bahwa teori-teori yang lain mungkin mampu menjelaskan secara lebih
baik mengenai isu-isu tersebut. Penjelasan dari satu teori belum tentu lebih jelas dan dapat
terus di pertahankan. Contohnya adalah tindakan dari Sarbanes-Oxley dapat di tentang bahwa
pemerintah Amerika berkewajiban untuk bertanggung jawab terkait bangkrutnya Enron, agar
menunjukan bahwa pemerintahan memeberikan perhtian besar terhadap masalah – masalah
terkait tata kelola perusahaan.

Penentuan Standar sebagai Proses Politik

Peraturan standar dilihat sebagai sebuah proses politik karena memberikan dampak
yang potensial terhadap perlakuan dari berbagai macam pihak. Oleh karena itu , pihak–pihak
terkait berusaha untuk memberikan pengaruh pada saat diperkenalkannya regulasi tersebut.
Konsep politik yang seperti ini disebut sebagai „Public Choice’. Watts dan Zimmerman
berpendapat bahwa proses politik sederhana menunjukan proses pencarian kepentingan dari
masing – masing kelompok. Kelompok yang berbeda, dipengaruhi secara berebeda pula oleh
peraturan standar akuntansi.

Sebagai contoh, standar larangan untuk pengakuan biaya utang tak tertagih mungkin
disambut baik oleh perusahaan yang memiliki banyak hutang. Di sisi lain, bank– bank besar
dengan image yang baik mungkin menentang standar tersebut karena hal tersebut
menyebabkan kenaikan profit, dan penurunan nilai resiko. Dengan adanya berbagai macam
perbedaan dan konflik kepentingan yang kerap terjadi , badan pengambil keputusan dan
pihak pembuat peraturan harus mampu mencapai keseimbangan dalam membuat keputusan
politik. Keputusan–keputusan tersebut juga harus diterima oleh pihak pihak yang terkena
dampak atau pengaruhnya, agen–agen pembuat peraturan membutuhkan sebuah mandat
untuk membuat keputusan sosial, dan untuk hal tersebut, membutuhkan pengesahan poltik.

C. Kerangka Regulasi untuk Laporan Keuangan

Dalam pembahasan sebelumnya, telah disebutkan bahwa banyak pihak yang berperan
aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu direktur perusahaan, eksekutif, manajer dan auditor
eksternal perusahaan. Aktifitas dari pihak-pihak tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dimana
laporan keuangan tersebut berada, seperti legal, ekonomi, politik, dan sosial. Dalam membuat
kerangka peraturan untuk menyajikan laporan keuangan terdapat beberapa elemen penting.
Elemen-elemen dari kerangka peraturan yang akan kita bahas tersebut adalah:

 Statutory requirements (Persyaratan hukum)


 Corporate governance (Tata kelola perusahaan)
 Auditor and oversight (Auditor dan pengawasan)
 Independent enforcement bodies (Badan penegak independen)
Staturory requirements

Peran utama dalam pembuatan laporan keuangan dilakukan oeh direktur perusahaan
(beserta para eksekutif dan manajer) serta auditor independen. Para manajer memiliki
motivasi tersendiri untuk menyediakan informasi keuangan yang akan diverifikasi secara
independen melalui proses audit. Persyaratan hukum juga memiliki peran sebagai suatu
insentif bagi perusahaan untuk menyediakan laporan keuangan yang diaudit. Hal tersebut
diatur guna memberikan informasi keuangan yang sesuai standar sehingga informasi yang
disajikan secara handal dan dapat dipercaya.

Dalam beberapa negara, hukum mewajibkan direksi untuk menyediakan laporan


keuangan yang diaudit, dengan demikian manajemen memiliki motivasi dan kewajiban untuk
memenuhi persyaratan hukum tersebut. Di sisi lain peraturan dari internal perusahaan juga
mewajibkan persyaratan dasar dalam penyajian laporan keuangan, mengenai laporan apa
yang harus disiapkan, frekuensi penyiapan, dan informasi apa yang harus disajikan ke dalam
laporan keuangan.

Persyaratan mengenai laporan keuangan berasal dari standar akuntansi yang spesifik
dan bagi beberapa jurisdiksi, standar tersebut memiliki kekuatan hukum. Sebagai contoh,
perusahaan- perusahaan European Union (EU) yang terdaftar di bursa saham wajib mengikuti
standard IASB dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi. Di Indonesia sendiri,
penyajian laporan keuangan diatur dalam PSAK.

Corporate Governance

Elemen penting lainnya dalam pembuatan kerangka peraturan penyajian laporan


keuangan adalah tata kelola perusahaan. Tata kelola perusahaan memberikan suatu sistem
dan struktur yang membagi hak dan kewajiban di antara pihak-pihak yang berkepentingan
dengan maksud untuk mengarahkan kepada pencapaian tujuan perusahaan.

Dalam prakteknya, tata kelola perusahaan mensyaratkan Direktur untuk mengambil


tindakan spesifik yang berkaitan dengan manajemen perusahaan. Sebagai contoh, persyaratan
untuk melakukan rapat dengan pemegang saham dan pengungkapan informasi penting
mengenai perusahaan merupakan salah satu tata kelola perusahaan yang tergolong dasar dan
memiliki kekuatan hukum. Intinya adalah kerangka peraturan penyajian laporan keuangan
juga harus mencakup pedoman dalam tata kelola perusahaan.
Auditors and oversight

Di banyak negara, peranan dan fungsi yang dimiliki auditor penting dalam
menyediakan kepastian mengenai kualitas laporan keuangan perusahaan. Oleh karenanya,
sangat umum untuk memberikan regulasi pada profesi auditor. Bentuk regulasi paling dasar
adalah membatasi profesi auditor hanya untuk orang-orang yang sudah memiliki kualifikasi
tertentu dan pengalaman serta membutuhkan sertifikasi. Bentuk regulasi lainnya adalah
dibutuhkan badan professional yang memiliki komitmen terhadap kode etik profesi auditor.
Badan profesional juga dapat mendapatkan sanksi apabila melanggar aturannya sendiri.

Beberapa bentuk dari regulasi tersebut merupakan self-imposed atau bersifat


memaksa diri karena seorang auditor setuju untuk mengikuti aturan – aturan tersebut untuk
mempertahankan kedudukannya dan juga melindungi hak-haknya sebagai seorang akuntan.
Sebagai contoh , self- regulation yang dibuat oleh sektor swasta untuk profesi akuntan
merupakan salah satu bentuk awal dari pengawasan auditor. Di masa lampau, badan
profesional mengambil peran secara serius dalam pengawasan terhadap para auditor dengan
menggunakan sumber daya untuk mengembangkan standar profesi auditor dalam level
nasional dan internasional. Banyak lembaga nasional mewakili auditor yang secara sukarela
mengadopsi International Standars of Auditing (ISA) sebagai indikasi komitmen mereka
untuk memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi dan mendemonstrasikan sikap profesi
yang tepat.

Self regulation dari profesi auditor telah diamati secara luas , namun terdapat
bebarapa contoh penting dimana regulasi berawal dari tanggung jawab otoritas negara.
Contohnya, di Prancis dan Italia tanggung jawab peraturan auditor merupakan tanggung
jawab badan pelaksana independen masing- masing negara. Dalam kasus AMF dan
organisasi pendahulunya Commision des Operation de Bours (OCB) , pembuat aturan bekerja
bebarengan dengan badan perwakilan prefeosi auditor Compagnie Nationale des
Commissaires aux Comptes (CNCC) dalam proses pengawasan terhadap profesi auditor.

Penempatan tanggung jawab pengawasan auditor berdasarkan undang – undang ,


dibandingkan dengan self-regulation, menyediakan (setidaknya dalam teori) lebih banyak
peraturan peraturan independen. Peraturan berdasarkan undang – undang mampu
merefleksikan perbedaan ekonomi dan politik dalam pendekatan pasar modal. Sebagai
contoh, hingga 2015 United Kingdom memiliki peraturan standar auditor yang turun temurun
dan berlangsung sangat lama., serta memiliki posisi yang konsisten dalam meminimalisi
adanya campur tangan pada operasi pasar modal. Peraturan perundangan pada profesi auditor
adalah konsisten dengan pendekatan yang lebih terpusat pada peraturan bisnis yang telah di
amati di Perancis dan Italia. Di tahun tahun terakhir, banyak negara telah memperkealkan
badan perundang – undangan yang bertanggung jawab pada pengawasan profesi auditor.

Independent Enforcement Bodies

Sebuah studi dari FEE, yang merupakan badan pelaksana independen dari
keseluruhan sistem dalam pembuatan laporan keuangan. Peran dari badan tersebut dalam
regulasi pelaporan keuangan adalah untuk mendukung regulasi pemerintahan , yang memuat
sistem hukum dan standar akuntansi. Sebuah badan pelaksana independen adalah
perpanjangan dari pengajuan pengawasan , yang merupakan bagian paling dasar dari
peraturan kerangka konseptual. Ketika banyak negara telah memiliki sebuah badan yang
bertanggung jawab untuk pengajuan pengawasan, membentuk sebuah pelaksana independen
merupakan peristiwa yang kerap kali dihubungkan dengan pengadopsian IFRS di tahun 2015.
Melihat betapa pentinganya aplikasi yang komprehensif dan konsisten terhadap IFRS dalam
pencapaian tujuannnya, masing – masing anggota EU membutuhkan badan pelaksana
independen di dalamnya. The Committee of European Securities Regulators (CESR)
melaporkan bahwa pada tahun 2006, 20 dari 27 negara anggota Uni Eropa telah mendirikan
mekanisme penegakan hukum yang memenuhi, paling tidak sebagian, persyaratan yang
ditetapkan oleh standar CESR untuk persyaratan hukum.

Seorang regulator pasar sekuritas adala bentuk yang paling sering di amati untuk
sebuah badan pelaksana independen. Contohnya termasuk AMF di Perancis, Consob di Italy,
Autoriteit Financiele Markten ( or AFM, Financial Market Authority ) di Belanda., The
Securities Exchange Commission in the United States and ASIC di Australia. Badan
pelaksana independen memiliki kewajiban ekstra dan kekuatan dalam kaitannya dengan
peraturan pada pasar sekuritas, yang mana jauh di luar pengawasan pelaporan keuangan.
Namun , badan – badan tersebut dapat sangat aktif dalam menegakan pelaporan keuangan
sesuai dengan standar hukum dan standar keuangan. The SEC adalah sebuah contoh nyata
dari sebuah regulator pasar yang aktif, yang terlibat dalam pengaturan standar akuntansi,
menyediakan saran dan mengambil tindakan hukum untuk perusahaan.

D. Struktur Organisasi yang Mengatur Standar Akuntansi dan Audit

Agar laporan keuangan dapat dibaca dan dapat memberikan informasi yang jelas di
berbagai negara, laporan keuangan yang baik membutuhkan suatu standar yang dimana
syarat
– syarat laporan keuangan untuk mencapai suatu standar tersebut harus memiliki landasan
hukum dan regulasi tertulis berupa peraturan standar akuntansi dan audit. Namun
kenyataannya, adanya perbedaan kultur, budaya, situasi politik, kenyataan di lapangan dan
faktor-faktor lainnya membuat penerapan standar akuntansi di tiap negara berbeda-beda.
Oleh karena itu, dibuatlah suatu standar akuntansi internasional agar dapat diikuti oleh setiap
negara.

Latar Belakang

Perkembangan standar akuntansi internasional dimulai dengan dibentuknya


International Accounting Standards Committee (IASC) pada 1973 di London dan diwakili
oleh 9 negara. Standar ini diharapkan menjadi standar akuntansi yang diikuti oleh semua
negara. Kemudian standar IAS mulai diikuti oleh banyak negara, terutama negara-negara
berkembang yang belum memiliki standar akuntansi, seperti di wilayah Asia dan Afrika.
Penggunaan IAS oleh banyak perusahaan menyediakan informasi yang lebih transparan dan
dapat dibandingkan. Adanya IASC mendapat banyak pujian dari berbagai negara karena
penerapannya yang luas dan dapat menggunakan pendekatan yang berbeda dalam
menetapkan standar akuntansi. Pada awalnya, penggunaan standar IAS memperbolehkan
negara-negara anggota untuk mengkombinasikannya dengan kebijakan akuntansi di
negaranya. Namun pada tahun 1980an, demi meningkatkan kualitas IASC, dilakukan
pengembangan lebih lanjut untuk mengurangi beberapa perlakuan opsional pada beberapa
negara.

Walaupun penggunaan IAS mulai meningkat dari tahun ke tahun, kenyataannya


bahwa IASC bukan sebuah lembaga yang independen. Sehingga pada tahun 2001, IASC di
restruktur dan diubah menjadi International Accounting Standard Board (IASB), yang
merupakan badan/lembaga independen yang berdasarkan struktur dari Financial Accounting
Standard Board (FASB) milik Amerika Serikat, dengan 14 perwakilan negara dan berlokasi
di London. IASB bertanggung jawab untuk memperbarui peraturan IAS dan membuat
International Financial Reporting Standards (IFRS).

Peran penting IASB yang sangat krusial adalah pada tahun 2002, European
Commission (EC) memustuskan bahwa penggunaan IASB sebagai standar akuntansi dimulai
pada tahun 2005, sehingga semua perusahaan di wilayah Uni Eropa harus mengadopsi IASB
sebagai standar akuntansi. Hal ini menjadi sebuah langkah fundamental dalam
mempromosikan laporan keuangan yang lebih transparan dan dapat dibandingkan oleh
perusahaan-perusahaan Eropa. Keputusan tersebut membuat kebingungan massal di negara-
negara Uni Eropa. Oleh karena itu dibutuhkan langkah-langkah strategis. Pertama, standar
IASB sudah harus fixed dan stabil peraturannya pada 1 Maret 2004, untuk kemudian ditinjau
ulang oleh Accounting Regulatory Committee (ARC) apakah IASB dapat digunakan di Uni
Eropa, mengingat IASB memiliki banyak pekerjaan rumah dan waktu yang sempit untuk
memfinalisasi standar. Kedua, Setiap anggota Uni Eropa harus bersiap mengadopsi IASB
dengan pertimbangan apakah IFRS dapat diintegrasikan dengan standar pelaporan keuangan
nasional. Ketiga, profesi akuntansi, termasuk akuntan independen dan auditor eksternal, harus
bersiap mengadopsi IFRS sehingga dibutuhkan pelatihan-pelatihan teknis. Setiap karyawan
perusahaan juga harus memahami IFRS. Perusahaan harus merevisi sistem pencatatannya
dengan IFRS dan mereka juga harus mengkomunikasikan adopsi IFRS tersebut kepada para
investor dan pemegang saham.

Konvergensi IASB dan FASB

Program konvergensi IASB dan FASB dimulai melalui perjanjian Norwalk pada
tahun 2002. FASB yang telah lama berdiri sejak tahun 1973 dan digunakan sebagai standar
akuntansi di hampir seluruh dunia, telah mempertimbangkan penggunaan standar
Internasional IASB di Amerika Serikat. Beberapa perusahaan sudah mengungkapkan
kesediaannya untuk penggunaan standar IASB, walaupun hingga tahun 2007, US Stock
Exchange Commission (SEC) masih mempertahankan tentang perlunya dilakukan
rekonsiliasi antara IFRS dan US GAAP. Namun mulai banyaknya perusahaan di dunia yang
mulai menggunakan IFRS sebagai standar akuntansinya memberikan tekanan untuk tidak
melakukan rekonsiliasi terhadap US GAAP. Dan pada tahun 2007, SEC pun mengizinkan
perusahaan asing yang menggunakan IFRS agar tidak perlu lagi melakukan rekonsiliasi.

Dalam praktiknya, pada tahun 2005 konvergensi IASB/FASB sebagai suatu perangkat
peraturan yang „stabil‟ membutuhkan proses yang rumit. Hal ini karena IASB
ingin menerapkan suatu standar yang stabil dan dapat digunakan oleh semua negara, dimana
secara bersamaan mempertimbangkan sejauh mana standar tersebut dapat dipahami dan
disesuaikan terhadap US GAAP. Dibutuhkan suatu identifikasi untuk mencari perbedaan
antar keduanya, kemudian dicarikan solusi untuk dapat diadopsi oleh keduanya. Perbedaan
yang sangat mencolok terletak pada prinsip standar akuntansinya. IFRS bersifat principal
based sedangkan US GAAP yang bersifat rule based.

Pengadopsian IFRS juga mulai dilakukan di Indonesia. Dimulai pada tahun 2008,
konvergensi antara IFRS dan PSAK dilakukan secara bertahap oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAK – IAI). Konvergensi dilakukan
dengan beberapa tahap. Tahap pertama yaitu tahap adopsi yang dilakukan pada tahun 2008 –
2010. Tahap kedua yaitu tahap persiapan akhir yang dimulai pada tahun 2011. Tahap terakhir
yaitu tahap peresmian dimulai pada 1 Januari 2012, Indonesia mulai menerapkan IFRS.

Standar Akuntansi untuk Sektor Publik

IASB diperuntukkan untuk sektor swasta. Untuk sektor publik, diperlukan suatu
pendekatan yang berbeda dikarenakan tujuan dari lembaga/badan publik berbeda dengan
tujuan perusahaan swasta yang mengedepankan profit.

Pada kasus di Indonesia, PSAK 45 yang mengatur tentang organisasi nirlaba


berdasarkan pada International Public Sector Accounting Standard (IPSAS). Pencatatan
dilakukan dengan basis akrual dengan mengacu kepada IFRS, sepanjang ketentuan –
ketentuan yang ada di IFRS dapat diaplikasikan pada sektor publik.

Standar Audit Internasional

Penerapan standar auditing pertama yang tercatat terdapat di Amerika Serikat yang
dilakukan oleh American Institute of Accountants pada tahun 1939. Tujuannya adalah
bertanggung jawab dalam mempertahankan standar etis, termasuk dalam mendisiplinkan
anggota yang tidak mengikuti standar akuntansi dan audit. Namun, peraturan ini dianggap
lemah dikarenakan belum adanya persyaratan hukum untuk para akuntan yang ingin
bergabung di dalamnya. Sampai pada tahun 1960-an, peraturan tersebut mulai dihidupkan
kembali oleh The American Institute of CPAs walaupun bersifat sukarela.

Sampai pada akhirnya terjadi skandal akuntansi yang dilakukan oleh Enron dan
perusahaan lainnya pada awal tahun 2000an yang dianggap sebagai kegagalan pasar. Maka
dibutuhkan intervensi dari pemerintah dalam menerapkan standar audit agar peraturannya
lebih ketat. Sejak munculnya Sarbanes-Oxley Act (2002), peninjauan audit perusahaan di
Amerika Serikat dilakukan oleh lembaga pemerintah yaitu Public Company Accounting and
Oversight Board (PCAOB).

Walaupun standar audit mulai diatur oleh pemerintah, standar tersebut hanya berfokus
kepada pembuatan kembali standar – standar lama untuk dimasukkan ke dalam undang-
undang, dibanding dengan perubahan/revisi konten – konten yang ada didalamnya. Sehingga
dikembangkan yang namanya International Standards on Auditing (ISA) oleh International
Auditing and Assurance Standards Board (IAASB).
IAASB beroperasi dibawah International Federation of Accountant (IFAC). Selain itu
IFAC juga mendirikan Public Interest Oversight Board (PIOB) untuk meningkatkan
kepercayaan terhadap standar yang dikeluarkan oleh IAASB dan IFAC. Diharapkan bahwa
standar tersebut dibentuk dan ditetapkan secara transparan dan untuk kepentingan publik,
dengan memberikan kesempatan kepada publik dan regulator untuk memberikan input dan
memfasilitasi regulasi audit.

Anda mungkin juga menyukai