Anda di halaman 1dari 6

RMK ATRIBUT DAN KODE ETIK AKUNTAN FORENSIK SERTA STANDAR

AUDIT INVESTIGATIF

DISUSUN OLEH :

MUH. ALAM RIFAI ( A031181303 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
1. Atribut Seorang Akuntan Forensik
Howard R. davia menyebutkan bahwa ada lima hal yang harus dilakukan oleh
seorang auditor dalam melakukan investigasi terhadap fraud. Diantaranya :
a. Auditor harus menghindari pengumpulan data secara berlebihan. Yang harus
menjadi perhatian utama ialah mengidentifikasi siapa pelaku atau siapa yang
mempunyai potensi untuk menjadi pelaku. Fraud tidak terjadi begitu saja. Selalu
ada pelakunya. Terkadang auditor hanya melaporkan "Kami menemukan adanya
pembayaran sebesar Rp.139 milliar yang tidak didukung bukti-bukti yang cukup".
Ini merupakan suatu temuan yang sangat penting, akan tetapi berakhir dengan
kalimat tersebut tanpa menjawab siapa pelakunya.
Contoh lain misalnya "Perusahaan (atau bagian pembelian) tidak melakukan
proses tender dalam pengadaan alat-alat kantor, sehingga ada potensi kerugian
negara sebesar Rp175 Milliar" Dalam kalimat ini, pelaku bersembunyi di balik
kata perusahaan (atau bagian pembelian). Jadi howard menekankan dari awal
bahwa betapa pentingnya auditor dalam mengidentifikasi siapa pelaku atau siapa
yang berpotensi menjadi pelaku di balik fraud tersebut.
b. Fraud auditor harus dapat membuktikan niat pelaku melakukan fraud. Sangat
banyak kasus fraud di pengadilan yang kandas karena para penyidik dan saksi ahli
dalam hal ini akuntan forensik gagal membuktikan niat para pelaku melakukan
kejahatan dan pelanggaran. Bahkan Davia mengatakan bahwasanya tujuan proses
pengadilan adalah menilai orang, bukan mendengar celoteh berkepanjangan dari
kejahatan yang dia lakukan.
c. Seorang fraud auditor harus kreatif, dalam artian bahwa seorang fraud auditor
harus memposisikan diri sebagai pelaku. Seorang fraud auditor seharusnya jangan
dapat ditebak. Seperti semisal dalam permainan poker, kita selalu berupaya
mengantisipasi langkah lawannya dengan memposisikan diri sebagai lawan, akan
tetapi langkah kita jangan sampai di tebak oleh lawan.
d. Fraud auditor harus tahu bahwa banyak fraud dilakukan dengan persekongkolan.
Dalam teorinya bahwa pengendalian internal yang bagaimanapun baiknya, sangst
sulit mencegah hal tersebut. Ada dua jenis persekongkolan, ada yang sifatnya
sukarela dan memang punya niat yang jahat. Ada juga pseudo-conspiracy, dimana
pelaku tidak menyadari bahwa dirinya sedang dimanfaatkan oleh rekannya.
e. Auditor harus punya strategi untuk menemukan kecurangan dalam investigasi
proaktif. Dalam artian bahwa seorang auditor harus mempertimbangkan apakah
kecurangan dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan.

2. Kualitas akuntan forensik


a. Kreatif, kemampuan seorang auditor untuk melihat sesuatu yang orang lain
menganggap situasi bisnis yang normal dan mempertimbangkan interpretasi lain,
yaitu bahwa itu tidak perlu merupakan situasi bisnis yang normal.
b. Rasa ingin tahu, keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya terjadi
dalam suati rangkaian peristiwa dan situasi
c. Tak menyerah, kemampuan auditor untuk maju terus pantang mundur walaupun
seolah-olah fakta tidak mendukung.
d. Akal Sehat, kemampuan auditor untuk memprtahankan perspektif dunia nyata.
e. Business sense, kemampuan untik memahami secara mendalam bagaimana bisnis
sesungguhnya berjalan, bukan hanya sekedar paham terkait bagaimana
pencatatannya.
f. Percaya diri, kemampuan auditor untuk mempercai diri dan kemampuan terhadap
temuan yang dimiliki sehingga dapat bertahan di bawah pertanyaan silang dari
jaksa penuntut umum dan pembela.

3. Kode etik akuntan forensik


Kode etik merupakan bagian dari kehidupan seseorang sebagai suatu
profesional. Kode etik bertujuan untuk mengatut hubungan antara anggota profesi
dengan sesamanya, dengan klien dan stakrholder serta dengan masyarakat luas.
Kode etik berisikan nilai-nilai luhur yang kaya akan nilai integritas, rasa
hormat dan kehormatan, dan nilai-nilai lainnya yang dapat membuat para pengguna
jasa dan stakeholder lainnya percaya terhadap jada profesional yang kita berikan.
Seorang ahli hukum berkebangsaan inggris, john fletcher moulton
membedakan tiga wilayah tingkat manusia. Pertama, wilayah hukum positif dimana
orang patuh karena ada hukum dan adanya hukuman bagi yang tidak patuh. Kedua,
disisi ekstrim ada wilayah kebebasan memilih, dimana orang-orang mempunyai
kebebasan penuh untuk menentukan sikapnya, misalnya kebebasan beragama dan
tidak beragama. Wilayah ketiga berada di tengah-tengah kedua wilayah tadi. Moulton
menyebutnya sebagai kesopan-santunan (manners). Manners inilah yang diistilahkan
sebagai ethics. Kode etik pimpinan KPK pada bab IV sangat relevan untuk mengatur
perilaku akuntan forensik.

4. Standar audit Investigatif


K. H. Spencer pickett dan jennifer pickett merumuskan beberapa standar untik
melakukan investigatif terhadap fraud. Konteks yang mereka rujuk ialah fraud oleh
pegawai di perusahaan. Standar tersebut ialah :
a. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui
b. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian sehingga bukti
tersebutvdapst diterima di pengadilan.
c. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan
diindeks
d. Pastikan bahwa investigator mengerti hal-hak asasi pegawai dan senantiasa
menghormatinya.
e. Beban pembuktian ada pada yang menduga bahwa pegawainya melakukan
kecurangan, dan pada penuntun umum yang mendakwa pegawai tersebut. Baik
dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana.
f. Mencakup seluruh substansi investigatif dan kuasai seluruh target yang sangat
krisis ditinjau dari segi waktu.
g. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan,
pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara kontak dengan pihak ketiga,
pengamatan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol,
dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, melibatkan dan/atau melapor ke polisi,
kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.

5. Standar akuntansi forensik


a. Independensi : Akuntan Forensik harus independen dalam melaksanakan tugas.
Termasuk di dalamnya ialah Garis Pertanggungjawaban.
b. Objektivitas : Akuntan Forensik harus obyektif (tidak berpihak) dalam
melaksanakan telaah akuntansi forensiknya.
c. Kemahiran Profesional : Akuntansi forensik harus dilaksanakan dengan
kemahiran dan kehati - hatian profesional. Meliputi :
 Sumber Daya Manusia
 Pengetahuan, Pengalaman, Keahlian dan Disiplin
 Supervisi
 Kepatuhan terhadap Standar Perilaku
 Hubungan Manusia
 Komunikasi
 Pendidikan Berkelanjutan
  Kehati - Hatian Profesional
d. Lingkup Penugasan : Akuntan forensik harus memahami dengan baik penugasan
yang diterimanya. Ia harus mengkaji penugasan itu dengan teliti untuk
menentukan apakah penugasan dapat diterima secara profesional, dan apakah ia
mempunyai keahlian yang diperlukan atau dapat memperoleh sumber daya yang
mempunyai keahlian tersebut. Lingkup penugasan ini dicantumkan dalam kontrak.
Meliputi :
 Keandalan Informasi
 Kepatuhan terhadap Kebijakan, Rencana, Prosedur dan Ketentuan
Perundang – Undangan
 Pengamanan Aset
 Penggunaan Sumber Daya secara Efisien dan Ekonomi
e. Pelaksanaan Tugas Telaahan, meliputi :
 Perumusan Masalah dan Evaluasinya
 Perencanaan
 Pengumpulan Bukti
 Evaluasi Bukti
 Komunikasikan Hasil Penugasan
DAFTAR PUSTAKA

Tuanakotta, Theodorus M. 2018. Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi Edisi 2. Jakarta
Selatan : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai