KASUS KPMG-SSH
Profil Perusahaan
KPMG merupakan salah satu perusahaan jasa professional terbesar di dunia. KPMG
mempekerjakan 104.000 orang dalam partnership global yang menyebar di 144 negara.
Pendapatan komposit dari anggota KPMG pada tahun 2005 adalah sebesar US$ 15,7 miliar.
KPMG memiliki tiga jalur layanan, yaitu: audit, pajak, dan penasehat. KPMG adalah salah satu
anggota dari the Big Four Auditors, Bersama dengan PricewaterhouseCoopers, Erns & Young
dan Deloitte.
Skandal Penyuapan Pajak KPMG- Siddharta Siddharta & Harsono
Pada bulan september tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus
menanggung malu. Hal ini terjadi karena kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok
aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasatnya, diterbitkan faktur palsu untuk
biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar kliennya yaitu PT Easman Christensen, anak
perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak PT Easman menyusut sangat drastis. Dari yang
semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya
was-was dengan polah anak perusahaannya ini. Maka, Daripada menanggung risiko lebih besar,
Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan
Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar negeri.
Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena
Baker memohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun
terselamatan dari jeratan hukum pidana dan denda.
Kronologi
AS memiliki undang-undang yang dinamakan Foreign Corrupt Practises Act (FCPA), yaitu
undang-undang yang melarang praktek korupsi yang dilakukan di ranah asing. UU ini
memungkinkan pemerintah AS melakukan aksi hukum terhadap warga asing yang diduga terlibat
korupsi dengan pihak AS, baik korporat ataupun perorangan.
Dalam kasus gugatan terhadap KPMG-SSH mitra bisnis dari multinational accounting firm
KPMG International ini, salah satu pihak yang terlibat secara langsung adalah PT Easman
Christensen. PT ini adalah perusahaan Indonesia yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Baker
Hughes Incorporated, perusahaan pertambangan yang bermarkas di Texas, AS.
PTEC ini sendiri adalah pihak yang, menurut gugatan SEC dan Departemen Kehakiman
AS, meminta KPMG-SSH untuk menyogok pejabat kantor pajak yang berada di Jakarta Selatan.
Perintah itu dimaksudkan agar jumlah kewajiban pajak bagi PTEC dibuat seminim mungkin.
Penyuapan yang diduga digagas oleh Harsono melibatkan jumlah yang sangat signifikan.
Menurut gugatan itu, KPMG-SSH telah menyetujui untuk melakukan pembayaran ilegal tersebut.
Penyogokan ini untuk mempengaruhi si pejabat kantor pajak agar "memangkas" jumlah
kewajiban pajak PTEC, dari US$ 3,2 juta menjadi US$270 ribu.
Berakhir dengan Damai
Sonny mengemukakan bahwa pihaknya telah melakukan suatu upaya hukum yang
menyatakan, baik KPMG-SSH ataupun dirinya secara pribadi tidak mengakui ataupun menolak
tuduhan-tuduhan yang diajukan SEC dan Departemen kehakiman dan tidak dikenakan sanksi
apapun. Menurut rilis SEC, penyelesaian dengan pola seperti yang dilakukan KPMG-SSH dan
Harsono berdampak pada bebasnya kedua tergugat itu dari sanksi pidana ataupun denda.
Sedangkan menurut Harsono, upaya hukum yang dilakukan pengacaranya di AS merupakan hal
yang lazim dipraktekkan di AS.
Akibat hukum dari perdamaian itu sendiri adalah bahwa para tergugat, baik KPMG-SSH
dan Harsono, dilarang untuk melakukan pelanggaran, memberikan bantuan dan advis yang
berakibat pelanggaran terhadap pasal-pasal anti penyuapan dalam FCPA. Sekaligus, keduanya
juga dilarang untuk melanggar pasal-pasal tentang pembukuan dan laporan internal perusahaan
berdasarkan Securities Exchange Act tahun 1934.
Sumber http://rizkykurniaputri.blogspot.com/2015/04/kasus-kpmg-siddharta-siddharta-
harsono.html?m=1
Dari kasus ini, KPMG-SSH telah melanggar 4 prinsip etika profesi, yaitu:
1. Integritas: menyuap oknum pegawai pajak untuk kepentingan klien
2. Objektifitas: lebih mementingkan klien dengan mengorbankan negaranya sendiri
(penerimaan negara hilang sebesar hampir US$ 3 juta)
3. Kompetensi: Dalam kasus ini, akuntan tidak menggunakan sikap kehati-hatian
profesionalnya dengan tidak mempertimbangkan resiko yang akan terjadi berkaitan
dengan kelangsungan jasa kantor akuntan publiknya yang menyebabkan keraguan pada
masyarakat terhadap jasa profesional akuntannya.
4. Prinsip perilaku professional: KPMG-SSH telah melanggar prinsip perilaku profesional
dengan melakukan pelanggaran hukum yang dapat mendiskreditkan profesinya yaitu
dengan menyarankan klien untuk melakukan penyuapan pajak dan merugikan negara.
Cara Mencegah Kasus Serupa