Anda di halaman 1dari 9

RESUME MATERI 7

(Akuntansi Forensik, Ruang Lingkup, dan Kode


Etik)

Diajukan untuk memenuhi salah satu unsur penilaian pada


mata kuliah Fraud and Forensic Audit
Tahun Akademik 2021/2022

Kelompok 3

Serlin Supandi 023002004074


Refi Nur Amalia 023002004075
Fima Nur Annisa 023002004076
Yola Yufita Nadila 023002004515

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI (KELAS ATLET/BEASISWA)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
2021
A. Definisi Akuntansi Forensik

Mengintegrasikan teknik audit dan investigasi ke dalam bidang akuntansi telah


memunculkan keahlian yang dikenal sebagai “akuntansi forensik,” yang berfokus pada
pencegahan dan penentuan kecurangan akuntansi (Arboleda, Luna, & Torres, 2018, p. 13).

Akuntansi forensik adalah tindakan menentukan, mencatat, menganalisis,


mengklasifikasikan, melaporkan, dan mengkonfirmasikan ke data keuangan historis atau
aktivitas akuntansi lainnya untuk penyelesaian sengketa hukum saat ini atau di masa
mendatang. Data historis ini juga digunakan untuk evaluasi data keuangan dalam
penyelesaian sengketa hukum di masa mendatang (Crumbley et al., 2015).

Pengertian forensik dalam profesi akuntan berkaitan dengan keterkaitan dan penerapan
fakta keuangan dengan permasalahan hukum. Akuntansi forensik berisi audit atas catatan
akuntansi untuk mencari bukti penipuan (kecurangan dan pemalsuan) (Singleton & Singleton,
2010, hal. 12). Akuntansi forensik adalah area intuisi yang menggunakan teknik investigasi
dan audit, mengintegrasikannya dengan keterampilan akuntansi dan komersial, memberikan
kesaksian di pengadilan melalui saksi ahli, menyelesaikan masalah keuangan yang kompleks,
melaksanakan investigasi penipuan (Oberholzer, 2002, hal. 5). Akuntansi forensik
memperoleh pemeriksaan mendalam dalam bisnis dan membantu untuk pemahaman yang
lebih baik tentang sistem akuntansi yang dipegang oleh bisnis (McKittrick, 2009, p. 3).

B. Segitiga Akuntansi Forensik

Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa akuntansi forensik menggabungkan antara
ilmu akuntansi, hukum dan audit. Tuanakotta (2017) mengistilahkan Segitiga Akuntansi
Forensik sebagai salah satu model untuk melihat akuntansi forensik. Ada tiga titik dalam
Segitiga Akuntansi Forensik ini: Perbuatan melawan hukum, kerugian, dan hubungan
kausalitas.

Kerugian merupakan titik awal dalam Segitiga Akuntansi Forensik. Kerugian akan
ditetapkan dan kemudian dihitung seberapa besar kerugian yang timbul akibat fraud.
Disebutkan dalam Tuanakotta (2017) bahwa Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata yang berbunyi tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk
menggantikan kerugian tersebut menjadi landasan hukum terkait dengan kerugian tersebut.
Titik yang kedua menurut Tuanakotta (2017) adalah perbuatan melawan hukum. Pihak
yang melakukan perbuatan melanggar hukum akan dituntut sebagai pihak yang mengganti
kerugian. Dalam suatu kasus yang menimbulkan kerugian, termasuk juga kasus kecurangan
finansial, tentunya ada pihak yang bertanggung jawab karena melanggar suatu peraturan atau
hukum dan ia akan menjadi pihak yang dapat dituntut untuk mengganti kerugian.

Titik ketiga dalam Segitiga Akuntansi Forensik adalah keterkaitan (atau hubungan
kausalitas) antara kerugian dan perbuatan melawan hukum. Menurut Tunakotta (2017),
praktisi atau ahli hukum mengambil bagian pada penilaian terhadap perbuatan melanggar
hukum dan hubungan kausalitasnya dengan kerugian yang terjadi. Para akuntan forensik
mengambil bagian pada perhitungan besarnya kerugian. Akuntan forensik juga bisa
membantu ahli dan praktisi hukum untuk mengumpulan barang bukti untuk menentukan
kausalitas.

C. Tujuan Akuntansi Forensik

Sebagai akuntan forensik yang mendalami akuntansi forensik, akuntansi ini bertujuan
untuk memeriksa data dengan mengetahui segala bentuk pencurian uang dan solusinya. Jenis
akuntansi ini juga dapat menyajikan laporan temuan keuangan sebagai bukti selama
persidangan, dengan akuntan yang bersaksi sebagai saksi ahli.

D. Ruang Lingkup Akuntansi Forensik

Ada berbagai jenis dalam ruang lingkup akuntansi forensik dan biasanya dikelompokkan
berdasarkan jenis proses hukum. Berikut beberapa contoh pada umumnya:

 Penghindaran atau Penipuan Pajak

Beberapa individu dan bisnis mengklaim informasi palsu tentang situasi keuangan mereka
untuk menghindari pembayaran pajak. Akuntan forensik melacak pendapatan untuk
menentukan sejauh mana penipuan pajak yang dilakukan. Akuntan forensik juga dapat
menggunakan data untuk membuktikan bahwa perusahaan tertuduh tidak melakukan
penipuan pajak.
 Penipuan Sekuritas

Ketika pialang saham atau organisasi membuat klaim palsu tentang informasi yang
digunakan investor untuk membuat keputusan, mereka melakukan penipuan sekuritas.
Akuntan forensik bekerja untuk membantu investor menghindari penipuan ini dan
mengungkap perusahaan yang terlibat dalam penipuan sekuritas.

 Pencucian Uang

Pencucian uang mempersulit akuntan forensik untuk melacak uang ilegaL. Keterampilan
analitis dan akuntansi yang kuat diperlukan bagi akuntan forensik untuk menyelesaikan
kejahatan ini dan menemukan sumber asli dana.

 Perselisihan Keluarga dan Perkawinan

Penipuan juga bisa terjadi dalam keluarga dan pernikahan. Apakah menyembunyikan
uang atau menggunakan hubungan untuk mencuri dana, akuntan forensik membantu
menyelesaikan situasi ini. Meskipun kejahatan ini biasanya terjadi dalam skala yang lebih
kecil daripada skandal dengan perusahaan yang lebih besar, perselisihan keluarga dan
perkawinan masih bisa sangat merusak.

 Perselisihan Keluarga dan Perkawinan

Ketika sebuah bisnis mengalami kerugian ekonomi yang parah atau menghadapi
kebangkrutan, akuntan forensik dapat memainkan peran berharga dalam proses pemulihan.
Terkadang akuntan forensik menemukan bukti penipuan yang dapat membantu bisnis
mendapatkan kembali pijakannya.

 Aset Tersembunyi atau Disalahgunakan

Aset yang disalahgunakan mungkin tampak sebagai penggelapan, penipuan, atau


pencurian. Individu atau bisnis juga dapat menyembunyikan aset mereka, dengan sengaja
meninggalkannya dari neraca agar tidak dimiliki oleh individu atau entitas lain. Akuntan
keuangan bekerja untuk mengungkap ketidaksesuaian ini dan membuat orang dan perusahaan
bertanggung jawab atas keuangan mereka.
 Klaim Asuransi

Klaim asuransi palsu adalah cara umum bagi individu untuk mendapatkan keuntungan
dari kebohongan yang melibatkan perlindungan atas aset mereka. Contohnya termasuk klaim
palsu seperti pencurian atau kebakaran rumah. Akuntan forensik dengan hati-hati melihat
fakta seputar klaim ini untuk menentukan validitasnya.

E. Tahapan dan Prosedur yang Dilakukan


Audit akuntansi forensik memerlukan jenis penanganan yang berbeda dari audit laporan
keuangan. Setiap situasi membutuhkan protokol yang unik. Proses ini melibatkan
penyelidikan awal, pelaporan informasi, dan litigasi akhir. 
Informasi di bawah ini mengeksplorasi investigasi akuntansi forensik dan pentingnya
keterampilan khusus akuntan forensik saat melakukan penelitian untuk membuat klaim.
 Investasi
Akuntan forensik biasanya memulai penyelidikan dan mengumpulkan bukti ketika
kecurigaan penipuan sudah ada. Mereka mungkin mewawancarai staf di suatu perusahaan
untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan berusaha menemukan individu di balik
penipuan tersebut. 
Dengan menggunakan informasi yang dikumpulkan, mereka mulai membuat hipotesis
tentang apa yang terjadi dan membuat rencana tindak lanjut untuk terus menilai bisnis.
Setelah langkah ini mencapai penyelesaian, akuntan forensik menentukan tindakan
selanjutnya yang diperlukan dan menyampaikan informasi ini ke perusahaan.
 Pelaporan
Setelah profesional akuntansi forensik mengumpulkan informasi / data dan
mengembangkan kasus, mereka menyajikan ringkasan temuan mereka. Dengan
menggunakan informasi ini, para akuntan menentukan bagaimana penipuan terjadi dan siapa
yang berperan.  Kemudian, akuntan menentukan bagaimana menangani kasus tersebut dan
menyarankan langkah-langkah yang harus diambil perusahaan selanjutnya. Selain itu, mereka
mungkin merekomendasikan cara untuk mencegah insiden ini di masa mendatang dengan
meningkatkan / memperkuat keamanan internal.  Setelah menyerahkan laporan mereka,
akuntan forensik mempersiapkan peran mereka dalam proses pengadilan terkait kasus
tersebut.
 
  Litigasi
Langkah terakhir dari proses akuntan forensik yakni sebagai saksi ahli dalam kasus
pengadilan insiden tersebut. Akuntan menyajikan temuan mereka sebagai bukti di pengadilan
dan bersaksi melawan pelanggar. Akuntan menjelaskan bukti apa pun dan menafsirkan
dokumen keuangan dalam istilah yang dapat dimengerti, menyajikan bagaimana mereka
mengidentifikasi subjek. Artinya, akuntan tidak hanya harus mencari bukti tetapi juga
menggunakan retorika yang masuk akal ke pengadilan. Setelah langkah ini selesai,
pengadilan akan menentukan keputusan akhir untuk situasi tersebut. Akuntan forensik
memainkan peran penting selama proses ini.
F. Kode Etik Akuntan Forensik

1. Tanggung Jawab Profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai
jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama
dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi
akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan
yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia
bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini
menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham
bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan
etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat
dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik
kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi.

3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik
tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang
tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.

4. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain.

5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan
dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling
mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.

6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan
dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas
kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau
pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa
berakhir.

7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi
oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan
pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai