Anda di halaman 1dari 23

PRA PROPOSAL

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang
2020
PRA PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

Nama : Fitri Maghfirohtur Rohmah


NIM : 160422608244
Bidang Kajian : Audit dan Akuntansi

A. Rencana Judul Persepsi Auditor tentang Audit Investigasi dan Akuntansi Forensik
terhadap upaya Pengungkapan Fraud
B. Latar Belakang Assosiation of Cerified Fraud Examiners (ACFE) mendefinisikan
fraud sebagai tindakan yang disengaja atau kelalaian yang dirancang
untuk menipu orang lain, sehingga korban menderita kerugikan dan/atau
pelaku mendapatkan keuntungan. Praktik-praktik fraud yang sering
terjadi antara lain adalah penyalahgunaan kepentingan, penyuapan,
penerimaan yang tidak sah dan korupsi (Bologna, Lindquist, & Wells,
1993). Kasus-kasus fraud bukan hanya sekedar operasi fiktif belaka yang
pernah dilakukan perusahaan ataupun lembaga pemerintahan dalam
praktik kecurangan, melainkan juga korupsi yang dikemas dengan apik
oleh jajaran management perusahaan. Gottschalk (2010)
mengklarifikasikan kejahatan keuangan ke dalam empat kategori utama
yang diberi label korupsi, penipuan, pencurian, dan manipulasi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kecurangan meliputi usia, jenis kelamin, latar
belakang pendidikan, posisi, dan adanya motif kolusi (Seetharaman,
Sentivelmurugan, & Periyanagam, 2004). Beberapa waktu ini banyak
ditemukan kasus fraud yang pada akhirnya terbongkar berkat peran aktif
auditor dan whistleblower (Rahmayani, dkk, 2014).
Contoh kasus yang terjadi di Nigeria Custom Services (NCS) atas
pemeriksaan laporan keuangan yang memiliki perbedaan angka untuk
akun pendapatan yang diperoleh dari bea cukai dengan pendapatan yang
dikirimkan ke akun federasi (Orkura, 2009). Perbedaan muncul dari bulan
September, yang menunjukkan bahwa NCS mengirimkan kurang dari
pendapatan yang dikumpulkan selama periode tersebut kepada
pemerintah. Sementara angka-angka untuk bulan Maret, Oktober, dan
November menunjukkan bahwa NCS mengirimkan lebih dari pendapatan
yang dikumpulkan selama periode ke akun federasi, yang memberikan
perbedaan bersih sebesar N11,122 miliar (Orkura, 2009).
Di Indonesia, fraud dibuktikan dengan kasus-kasus yang merugikan
Negara seperti kasus PT. Telekomunikasi Indonesia (2002), untuk
melakukan audit atas laporan keuangan dalam rangka pelaksanaan audit
atas laporan keuangan konsolidasi tahun buku 2002, PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk. (PT. Telkom) Menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP)
Drs. Eddy Planto. Pada pelaksanaan audit laporan keuangan PT. Telkom
yang merupakan selaku induk perusahaan, terdapat laporan keuangan
salah satu anak perusahaan yaitu PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel)
yang mana diketahui bahwa auditor sengaja memberikan interpretasi yang
salah terhadap PT. Telkom, PT. Telkomsel dan United State Commission
mengenai ketentuan standar audit Amerika. PT. Telkomsel pada saat itu
diaudit oleh KAP Hadi Sutanto dan Rekan.
Dengan terjadinya masalah tersebut KAP Eddy Planto terhalang
untuk melakukan audit, karena banyak hal yang harus dikaji ulang.
Sehingga, laporan keuangan PT. Telkom yang telah diaudit oleh KAP
Eddy Planto dan Rekan tidak diakui oleh SEC (Securities and Exchange
Commission) dan pihak PT. Telkom diminta kembali untuk melakukan
audit atau memperbaiki laporan keuangannya. Karena kecerobohan ini
indeks harga saham gabungan Telkom anjlok dan mengalami kerugian.
Contoh kasus lain yang terjadi pada Februari tahun 2017 yang
menimpa Kantor Akuntan Publik mitra Ernst & Young’s (EY) di
Indonesia, yakni Kantor Akuntan Publik Purwantono, Suherman, dan
Surja yang sepakat membayar denda senilai US$ 1 Juta (sekitar Rp 13,3
miliar) kepada regulator Amerika Serikat, akibat divonis gagal melakukan
audit laporan keuangan kliennya. Anggota jaringan EY di Indonesia
mengumumkan hasil audit atas PT. Indosat Tbk. pada 2011 memberikan
opini yang didasarkan atas bukti yang tidak memadai. Temuan ini berawal
ketika Kantor Akuntan mitra EY di AS melakukan kajian atas hasil audit
Kantor Akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas
PT. Indosat Tbk. itu tidak didukung dengan bukti yang akurat, yakni
dalam hal persewaan lebih dari 4 ribu unit tower seluler. Namun, afiliasi
EY di Indonesia itu merilis laporan hasil audit dengan status Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP).
Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB)
menyatakan sebelum dilakukan pemeriksaan atas audit laporan pada
2012, afiliasi EY di Indonesia menciptakan balasan pekerjaan audit baru
yang tidak benar sehingga menghambat proses pemeriksaan. Dalam
ketergesaan mereka untuk mengeluarkan laporan audit, EY dan dua
mitranya dikenakan sanksi kepada dua auditor mitra EY di Indonesia
(Tempo.com, 11/02/2017). Dengan adanya contoh kasus fraud di atas
dapat disimpulkan bahwa fraud terus meningkat setiap tahun, sehingga
meningkatkan kekhawatiran pemerintah, memusnahkan miliaran dolar
nilai pemegang saham dan menyebabkan erosi kepercayaan investor di
pasar keuangan dan mengurangi kepercayaan publik pada pemerintah
(Gbegi & Adebisi, 2014). Oleh karena itu, diperlukan jasa khusus yang
memadai untuk mencegah dan mendeteksi fraud yang terjadi.
Meningkatnya fraud di berbagai negara setiap tahunnya dapat
menjadi indikasi untuk peningkatan permintaan jasa audit investigasi dan
akuntansi forensik (Mukoro et al., 2013). Audit investigasi melakukan
suatu investigasi apabila ada dasar yang layak sehingga auditor dapat
mereka-reka mengenai apa, bagaimana, siapa, dan pernyataan lain yang
diduganya relevan (Tuanakotta, 2012:321). Jasa ini memerlukan
pengendalian khusus yang ditujukan untuk mencegah fraud. Audit
investigasi merupakan sebuah penilaian dari auditor atas sebuah fraud
(Hazami-Ammar, 2019). Dengan adanya penilaian tersebut, dapat
membantu manajemen (klien) dalam mendeteksi fraud. Selain audit
investigasi ada juga jasa yang dapat mengungkapkan fraud yaitu
akuntansi forensik. Istilah akuntansi forensik muncul pada tahun 1946
oleh Maurice Peloubet, ia menerbitkan esainya tentang “Akuntansi
forensik: Tempatnya dalam ekonomi hari ini” (Enofe et al., 2013).
Adegbie & Fakile (2012) menyatakan akuntansi forensik adalah
praktik memanfaatkan keterampilan akuntansi, audit, dan investigasi
untuk membantu dalam masalah hukum dan penerapan pengetahuan
khusus pada bukti transaksi ekonomi dan pelaporan yang sesuai dengan
tujuan membangun akuntabilitas atau penilaian proses administrasi. Ada
juga istilah lain yang terkait dengan akuntansi forensik seperti
pemeriksaan penipuan dan penyelidik tetapi persyaratan pekerjaan
mereka serupa (Rezaee & Burton, 1997). Mereka juga disebut sebagai
auditor forensik atau auditor investigasi yang terdiri dari keterampilan
akuntansi, audit, dan investigasi untuk melakukan investigasi pencurian
dan penipuan (Crumbley et al., 2015).
Permintaan akan layanan akuntansi forensik meningkat selama
beberapa tahun terakhir, dan diperkirakan bahwa perusahaan dan firma
hukum akan mengembangkan secara internal kemampuan akuntansi
forensik daripada mengandalkan secara eksklusif pada pihak ketiga
(Henning & Misuraca, 2013). Alan Zysman, seorang akuntan forensik
terkemuka sejak tahun 1987 menyatakan, “Akuntansi forensik
memberikan analisis akuntansi yang cocok untuk pengadilan yang akan
membentuk dasar untuk diskusi, debat, dan akhirnya penyelesaian
sengketa” (Hecht & Redmond, 2010). Perbedaan fokus audit secara
sederhana dengan akuntansi forensik sangat terlihat jelas perbedaanya.
Akuntansi forensik memberikan skeptisme professional dan kemampuan
analisis dari angka yang disajikan untuk diselidiki dan menemukan
maksud sebenarnya dari transaksi tersebut, sebaliknya, fokus audit secara
sederhana adalah untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan disajikan dengan wajar tanpa ada salah saji yang material.
Akuntansi forensik dapat dilakukan jika auditor memiliki kecurigaan
adanya penyimpangan dan salah saji yang disengaja dalam laporan
keuangan (Italia, 2012).
Oleh karena itu, organisasi-organisasi sekarang maupun yang
modern perlu memiliki lingkungan cloud yang siap secara forensik untuk
merespon adanya fraud, sehingga dapat menunjukkan kepatuhan terhadap
peraturan yang berlaku (Elyas et al., 2014). Untuk itu, upaya pendeteksi,
pegungkapan dan pencegahan fraud di Indonesia telah dibentuk Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan
Kantor Akuntan Publik (KAP). Hal ini menjadi salah satu wujud nyata
dan keseriusan pemerintah untuk memberantas, mendeteksi, mengungkap
dan mencegah adanya fraud. Dalam melakukan tindakan pendeteksian,
pengungkapan dan pencegahan yang bertujuan untuk meminimalisir
fraud merupakan sesuatu yang harus dikuasai dan dimiliki oleh auditor.
Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui persepsi auditor tentang audit investigasi dan akuntansi
forensik terhadap upaya pengungkapan fraud. Peneliti ingin mengetahui
persepsi yang diartikan sebagai pandangan seseorang melalui
pengetahuan sebagai auditor investigasi dan akuntan forensik. Dengan
diketahuinya persepsi tersebut, dapat menjadi informasi dan saran bagi
masyarakat akan jasa dari audit investigasi dan akuntansi forensik. Pada
penelitian ini, sampel yang diambil yaitu Kantor Akuntan Publik yang
berwilayah di Malang.
C. Keunikan Keunikan penelitian ini adalah masyarakat umum masih belum mengenal
audit investigasi dan akuntansi forensik. Sehingga peneliti melakukan
penelitian tentang bagaimana persepsi dari auditor tentang audit
investigasi dan akuntansi forensik terhadap upaya pengungkapan fraud,
karena jasa tersebut belakangan ini sangat dibutuhkan. Selain itu, indeks
persepsi korupsi indonesia naik dengan menduduki peringkat 89
(Kompas.com, 01/29,2019), sehingga audit investigasi dan akuntansi
forensik sangat berperan dalam menghadapi masalah tersebut.
D. Rumusan Masalah 1. Apakah persepsi auditor berdasarkan pengetahuan audit
investigasi berpengaruh terhadap upaya pengungkapan fraud?
2. Apakah persepsi auditor berdasarkan pengetahuan akuntansi
forensik berpengaruh terhadap upaya pengungkapan fraud?
E. Kajian Literatur Audit Investigasi
Wiratmaja (2010) menjelaskan audit investigasi adalah audit
dengan tujuan khusus yaitu untuk membuktikan dengan penyimpangan
dalam bentuk kecurangan, ketidakteraturan, pengeluaran ilegal atau
penyalahgunaan wewenang di bidang pengelolaan keuangan negara yang
memenuhi unsur-unsur tindak pidana korupsi, kolusi atau nepotisme yang
harus diungkapkan oleh auditor serta ditindaklanjuti oleh instansi yang
berwenang, kejaksaan atau kepolisian berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Tuanakotta (2012:350) menjelaskan bahwa
seorang auditor investigasi meggunakan teknik audit yang mencakup
memeriksa fisik, meminta konfirmasi, memeriksa dokumen, review
analitikal, meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee, menghitung
kembali, dan mengamati. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Repousis, Lois, & Veli (2019) menunjukkan bahwa fraud dan skema
penipuan di Bank Komersial Yunani merupakan fraud yang paling
penting dan utama, di mana untuk mengatasi fraud tersebut perlu adanya
kontrol internal seperti melakukan audit mendadak dan menggunakan
whistleblowing. Pada penelitian ini audit investigasi mengungkap
bagaimana pemalsuan, penyuapan,dan pencucian uang yang ada di Bank
Komersial Yunani dapat terjadi.
Tang & Karim (2019) melakukan penelitian yaitu menganalisis
data besar dan mendeteksi kecurangan dengan bantuan auditor. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko penipuan yang ada perlu
ditingkatkan dengan penggunaan data yang tidak terstruktur. Dalam hal
ini, dengan menggunakan analitik big data pada saat brainstorming,
auditor yang melakukan audit investigasi merasa terbantu, dan
pengungkapan fraud jadi cepat diselesaikan. Penelitian yang dilakukan
oleh Ozili (2015) berpendapat bahwa audit investigasi dapat merugikan
auditor, dikarenakan biaya yang dikeluarkan terbilang mahal bagi auditor.
Apabila ketika melakukan investigasi tidak mengarah pada kasus
penipuan yang nyata atau bisa dibilang adanya kekeliruan, maka sumber
daya auditor hilang. Maka dari itu, banyak auditor yang melakukan secara
kekeluargaan apabila memang benar terjadi penipuan daripada harus
mengeluarkan biaya mahal tetapi penipuan tersebut tidak benar adanya.

Akuntan Forensik
Tuanakotta (2012:4) mendefiniskan akuntansi forensik yaitu
sebagai penerapan ilmu yang berarti luas, termasuk auditing dan masalah
hukum untuk menyelesaikan hukum di dalam atau di luar pengadilan.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gbegi & Adebisi (2014) tentang
keterampilan akuntansi forensik dan teknik dalam fraud investigasi di
Sektor Publik Nigeria menghasilkan bahwa keterampilan dan teknik
akuntansi forensik berpengaruh signifikan atas pengungkapan fraud di
Sektor Publik Nigeria. Selain itu, juga memiliki pengaruh pada
pengurangan fraud di Sektor Publik Nigeria. Gbegi & Adebisi (2014) juga
berpendapat bahwa keterampilan dan teknik akuntansi forensik telah
memberikan kontribusi besar bagi lembaga Anti-Korupsi di Nigeria.
Madan (2013) melakukan penelitian di India tentang “An
Emperical Investigation of the Relevant Skills of Forensic Accountants:
Experience of a Developing Economy” dan menunjukkan hasil bahwa
keterampilan yang diperlukan oleh akuntansi forensik harus memiliki
pemikiran kritis, dapat menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur,
bersikap fleksibilitas, mampu menganalisis dan memiliki pengetahuan
hukum. Dengan ini, India yang ekonominya masih berkembang dan
memiliki banyak fraud di beberapa perusahaan sangat membutuhkan jasa
akuntansi forensik untuk mengatasi hal tersebut. Arežina et.al (2014)
menunjukkan bahwa Pengacara, Akademisi, dan Akuntan Publik yang
bersertifikat memiliki sifat bawaan yaitu; analitik, etika dan rasa ingin
tahu yang tinggi. Sedangkan, keterampilan diperoleh dari pengalaman
yang selama ini mereka kerjakan, seperti berpikir kritis, berbicara di
depan umum, dan menyederhanakan informasi yang kompleks. Menurut
Bolanle (2017) akuntansi forensik harus dilihat dalam konteks yang lebih
luas, tidak hanya dalam konteks kejahatan keuangan saja. Pada penelitian
ini, akuntansi forensik membantu melacak teroris dengan meninjau
catatan keuangan individu atau bisnis.
F. Teori Theory of Planned Behavior (TPB)
Pengertian Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned
Behavior) menurut Kan, Fabrigar, dan Fishbein (2019) adalah teori yang
digunakan untuk memahami dan memprediksi perilaku, yang menyatakan
bahwa perilaku segera di tentukan oleh niat perilaku, dalam keadaan
tertentu, dan kontrol perilaku yang dirasakan. Sedangkan menurut Ajzen
(1991) tiga macam keyakinan menonjol yang didasari sebagai penentu
tindakan seseorang, yaitu: (1) keyakinan perilaku, yang dianggap
mempengaruhi sikap terhadap perilaku, (2) keyakinan normatif, yang
merupakan penentu mendasar dari norma-norma subjektif, dan (3)
keyakinan kontrol, yang memberikan dasar untuk persepsi kontrol
perilaku. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian yang saya lakukan
terhadap persepsi auditor tentang audit investigasi dan akuntansi forensik
dalam upaya pengungkapan fraud, diharapkan auditor investigasi dan
forensik memiliki keyakinan perilaku, keyakinan normatif, dan keyakinan
kontrol.
Sikap terhadap perilaku merupakan suatu kecenderungan untuk
mendekat atau menghindar, merespon positif atau negatif berbagai
keadaan sosial. Sehingga, dalam hal ini upaya pengungkapan fraud adalah
suatu hal yang positif (kecenderungan mendekat) bagi auditor. Karena
fraud pada dasarnya harus diungkapkan, dan itu menjadi tugas seorang
auditor. Keyakinan normatif atau norma subjektif terdiri dari kepercayaan
orang lain terhadap perilaku yang sedang dipertimbangkan dan
kepercayaan normatif untuk mentaati kepercayaan tersebut (Ajzen, 2012).
Hal ini berhubungan dengan sejauh mana auditor menerima saran yang
diberikan oleh pihak yang memberi acuan (atasan) terhadap upaya
pengungkapan fraud. Kontrol perilaku persesi merupakan kepercayaan
terhadap faktor yang memfasilitasi atau menghalangi individu untuk
berperilaku dan seberapa besar faktor-faktor kontrol berpengaruh
terhadap keputusan individu untuk berperilaku (Ajzen, 2012). Dalam hal
ini peneliti ingin mengetahui persepsi auditor tentang audit investigasi dan
akuntansi forensik terhadap upaya pengungkapan fraud.
G. Kontribusi Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan peneliti dapat menguji Theory of Planned Behavior
(TPB). Sehingga, dapat menjadi sumbangan untuk kepentingan
penelitian di masa yang akan datang dan bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis bermanfaat bagi sejumlah pihak, baik
secara perorangan maupun secara lembaga. Manfaat yang
dimaksud sebagai berikut:
1) Auditor
Sebagai tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan informasi
untuk meningkatkan pengetahuan audit atas kecurangan yang
terjadi pada laporan keuangan.
2) Kantor Akuntan Publik (KAP)
Sebagai tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan informasi
atau dapat memberi pemahaman seberapa pentingnya audit
investigasi dan akuntansi forensik dalam upaya pengungkapan
fraud.
3) Riset Selanjutnya
Hasil yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan acuan atau
replika bagi penelitian dimasa mendatang yang tertarik untuk
membahas permasalahan yang sama dengan pembahasan
dalam penelitian ini.
H. Hipotesis H1 : Persepsi Auditor berdasarkan pengetahuan Audit Investigasi
berpengaruh negatif terhadap upaya pengungkapan fraud
H2 : Persepsi Auditor berdasarkan pengetahuan Akuntansi Forensik
berpengaruh negatif terhadap upaya pengungkapan fraud
I. Data Populasi dan Sampel:
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor investigasi Kantor Akuntan
Publik kota Malang. Peneliti menggunakan purposive sampling dengan
adanya beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Auditor yang memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun.
2. Memahami tentang Audit Investigasi dan Akuntansi Forensik
Unit Analisis:
Unit analisis dalam penelitian ini adalah auditor yang memiliki
pengetahuan tentang audit investigasi dan akuntansi forensik.
Sumber Data:
Data yang akan digunakan bersumber dari data primer. Data primer
diperoleh melalui metode survei dengan kuesioner. Penyebaran kuesioner
menggunakan google form dan dibagikan langsung kepada responden.
Setiap responden diminta untuk menjawab satu pertanyaan menggunakan
skala likert 4 poin, dimulai dari angka 1 (tidak pernah) sampai dengan
angka 4 (selalu). Skor yang rendah (1) menunjukkan rendahnya
kemampuan auditor dalam mendeteksi dan mengungkap adanya fraud,
sedangkan skor yang tinggi (4) menunjukkan tingginya kemampuan
auditor dalam mendeteksi dan mengungkap fraud.

Definisi Operasional Variabel:


Variabel Independen:
a. Audit Investigasi
Tuanakotta (2012:350) menjelaskan bahwa seorang auditor
investigasi meggunakan teknik audit yang mencakup memeriksa
fisik, meminta konfirmasi, memeriksa dokumen, review analitikal,
meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee, menghitung
kembali, dan mengamati. Variabel audit investigasi diukur dengan
3 dimensi dan 19 indikator (Patunru, 2014).
b. Akuntansi Forensik
Tuanakotta (2012:4) mendefiniskan akuntansi forensik yaitu
sebagai penerapan ilmu yang berarti luas, termasuk auditing dan
masalah hukum untuk menyelesaikan hukum di dalam atau di luar
pengadilan. Variabel akuntansi forensik diukur dengan 3 indikator
(Hartan, 2016).

Variabel Dependen:
a. Pengungkapan Fraud
Menurut Tuanakotta (2012:188) Fraud adalah kejahatan yang
dapat ditangani dengan dua cara, mencegah dan mendeteksi. Para
ahli memperkirakan bahwa fraud yang terungkap merupakan
bagian kecil dari seluruh fraud yang sebenarnya terjadi. Variabel
ini diukur dengan menggunakan 3 indikator (Hasbi, 2019).
Kerangka Berpikir:
Audit Investigasi
(X1)
Pengungkapan
fraud
Akuntansi (Y)
Forensik
(X2)

J. Alat Statistik a. Uji Kualitas Data


Uji kualitas data meliputi uji validitas dan uji reliabilitas untuk
mengukur apakah instrumen penelitian yang digunakan telah valid dan
reliable.
b. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolonearitas, dan
uji heteroskedastisitas.
c. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda menurut Sugiyono (2014:277) adalah
meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen
(kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
prediator dimanipulasi (dinaik turunkan nilainnya). Jadi, analisis
regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya
minimal 2.
NB: Jumlah halaman untuk pra proposal ± 10 halaman.

Telah disetujui Dosen Pembimbing

Bety Nur Achadiyah, S.Pd., M.Sc


NIP 198207182006042003
LEMBAR SARAN DOSEN PENGUJI
NO KETERANGAN

Rekomendasi: Layak / Tidak Layak Lanjut Proposal Penelitian

Malang, Februari 2020


Dosen Penguji

Dr. Satia Nur Maharani, S.E.,M.SA.,Ak.


NIP 197801062005012003
LEMBAR SARAN DOSEN PENGUJI
NO KETERANGAN

Rekomendasi: Layak / Tidak Layak Lanjut Proposal Penelitian

Malang, Februari 2020


Dosen Penguji

Nujmatul Laily, S.Pd., M.SA


NIP 198505292010122003
INSTRUMEN PENELITIAN

Responden yang Terhormat,


Saya adalah mahasiswa semester akhir di fakultas ekonomi Universitas Negeri Malang yang
sedang melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Auditor tentang Audit Investigasi dan
Akuntansi Forensik terhadap upaya Pengungkapan Fraud”. Pada kesempatan ini, saya
memohon kerjasama dari saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden
kuesioner ini.
Kriteria responden:
1. Auditor yang memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun.
2. Memahami tentang Audit Investigasi dan Akuntansi Forensik
Jawaban yang saudara/i berikan dalam kuesioner ini akan sangat membantu kelancaran
penelitian. Kami akan merahasiakan identitas dan jawaban yang telah saudara/i berikan.
Informasi yang saudara/i berikan hanya terbatas sebagai bahan penelitian dan tidak untuk
dipublikasikan. Atas kesediaan saudara/i untuk mengisi kuesioner, peneliti mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.

Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah dengan seksama setiap pernyataan yang diberikan.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√ ) pada
kolom yang tersedia.
3. Keterangan:
a. TP = Tidak Pernah
b. HTP = Hampir Tidak Pernah
c. SR = Sering
d. SL = Selalu
Daftar Pernyataan
A. Audit Investigasi
No Pernyataan TP HTP SR SL
Kemampuan Dasar dan Analisa
1. Dalam melakukan audit investigasi saudara/i menerapkan
ilmu Akuntansi dan Audit.
2. Saudara/i melakukan komunikasi kepada rekan kerja.
3. Memperhatikan teknik-teknik audit investigasi dalam
memperoleh bukti .
4. Saudara/i merahasiakan segala sesuatu yang berkaitan
dengan informasi yang telah diperoleh.
5. Saudara/i melakukan evaluasi pada suatu bukti apakah
relevan.
6. Saudara/i memahami masalah teknologi informasi yang
berkaitan dengan kasus yang dihadapi.
7. Saudara/i memahami tentang cyber crime.
8. Saudara/i melakukan penelusuran bukti dengan sikap
skeptisme profesional.
9. Saudara/i melakukan analisis kasus sebelumnya agar
menambah wawasan atas kasus yang akan datang.
Kemampuan Tekniks
10. Jika tidak memiliki pengetahuan IT yang cukup, saudara/i
menggunakan tenaga ahli IT.
11. Saudara/i bersikap independen dalam menghadapi suatu
kasus.
12. Setelah melakukan penelusuran bukti, saudara/i
memperoleh informasi untuk membuat hipotesis/dugaan
sementara
13. Saudara/i mengumpulkan data untuk membuktikan
hipotesis.
Sikap Mental
14. Saudara/i melaksanakan investigasi sesuai standar yang
berlaku umum.
15. Saudara/i memiliki sikap tidak mudah mempercayai setiap
pernyataan/jawaban yang diberikan oleh klien setelah
menemukan beberapa bukti yang berkaitan dengan kasus
yang dihadapi.
16. Pada saat investigasi saudara/i memiliki sikap mental yang
bebas dari pengaruh pihak luar sehingga dapat bersikap
tidak memihak dalam memberikan pendapat.
17. Melakukan evaluasi secara kritis atas bukti-bukti audit.
B. Akuntansi Forensik
No Pernyataan TP HTP SR SL
18. Dalam melakukan analisis bukti saudara/i menerapkan ilmu
Akuntansi, Audit, dan Hukum
19. Saudara/i menganalisis kejanggalan yang terjadi dalam
laporan keuangan
20. Saudara/i berfikir kritis dalam membedakan antara opini
dengan fakta
21. Melakukan pendekatan untuk memecahkan masalah yang
tidak terstruktur
22. Memperhatikan teknik-teknik akuntansi forensik dalam
memperoleh bukti .
23. Melekukan analisis apa yang seharusnya ada bukan apa
yang telah ada
24. Setelah melakukan penyidikan, saudara/i memperoleh
informasi untuk membuat hipotesis/dugaan sementara
25. Saudara/i mengumpulkan data untuk membuktikan
hipotesis.
26. Saudara/i melakukan komunikasi efektif kepada rekan
kerja.
27. Komunikasi didasari dengan opini yang nyata
28. Saudara/i mengetahui tentang proses-proses hukum dasar
tindak pidana
29. Saudara/i memahami tentang isu-isu hukum termasuk pada
ketentuan bukti
30. Saudara/i bersikap independen dalam menghadapi suatu
kasus.
31. Saudara/i menjaga sikap untuk tetap tenang dalam situasi
tertekan
32. Saudara/i memperdalam kembali atau mempelajari kembali
pengetahuan yang dimiliki.

C. Pengungkapan Fraud
No. Pernyataan TP HTP SR SL
33. Melaksanakan penelaahan atas temuan fraud.
34. Melaksanakan penelaahan atas pengendalian internal
35. Merancang skenario kerugian dari indikasi fraud yang
terjadi berdasarkan kelemahan pengendalian internal yang
teridentifikasi.
36. Dalam pelaksanaan audit investigasi dan akuntansi forensik
dilakukan penelaahan perundang-undangan yang berlaku.
37. Menelaah dokumen yang mendukung transaksi-transaksi.
38. Memeriksa fisik dengan menghitung kembali berbagai
komponen dalam laporan keuangan.
39. Melakukan konfirmasi piutang.
40. Memeriksa dokumen termasuk informasi yang diolah
kemudian disimpan secara elektronik/komputer
41. Mempunyai gagasan untuk melakukan review analytical
atau wajar tidaknya suatu data yang diperoleh
42. Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada
auditee.
43. Memperoleh gambaran yang wajar tentang fraud yang
terjadi untuk membuat keputusan yang tepat mengenai
tindakan yang harus diambil.
44. Menghitung kerugian keuangan perusahaan atau klien
dalam nilai uang.
45. Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola
resiko terjadinya kecurangan dengan tepat.
Lampiran Kisi-Kisi Kuesioner
Variabel Dimensi Indikator
Audit Investigasi Kemampuan Dasar  Penerapan ilmu Akuntansi dan Auditing
dan Analisa
 Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
Sumber:
Patunru (2014)  Memiliki pengetahuan tentang investigasi dan
kecurangan, teknik audit investigasi dan cara
memperoleh bukti
 Menjaga kerahasiaan sumber informasi
 Memiliki pengetahuan tentang bukti, bahwa bukti
harus relevan
 Mengetahui masalah informasi dan teknologi
(hardware, software, maupun sistem), serta
memahami tentang cyber crime
 Memiliki jiwa skeptisme profesional
 Berwawasan luas
Kemampuan Teknis  Menggunakan ahli IT untuk pengetahuan yang
cukup
 Mampu bertindak objektif dan independen
 Memiliki kemampuan membuat hipotesa
 Mampu mengumpulkan data untuk membuktikan
hipotesis.
Sikap Mental  Mengikuti standar audit investigasi
 Bersikap independen
 Bersifat bebas dan tidak memihak siapapun
 Bersifat kritis
Akuntansi Forensik  Pengalaman
 Pengetahuan
Sumber:
Hartan (2016)  Pendidikan Berkelanjutan
Pengungkapan  Syarat penemuan fraud
Fraud
 Ruang lingkup fraud
Sumber:
Hasbi (2019)  Pendekatan auditing
DAFTAR RUJUKAN

Adegbie F. F., & Fakile A. S. (2012). Economic and Financial Crime in Nigeria: Forensic
Accounting as Antidote. British Journal of Arts and Social Sciences, Vol. 6(1), pp 37-50
Ajzen, I., & Driver, B. L. (1991). Prediction of leisure participation from behavioral,
normative, and control beliefs: An application of the theory of planned behavior. Leisure
Sciences, 13(3), 185–204. https://doi.org/10.1080/01490409109513137
Ajzen, Icek. (2012). "The Theory of Planned Behavior. In P. A. M. Lange, A. W. Kruglanski &
E. T. Higgins (Eds.)". Handbook of Theories of Social Psychology (Vol. 1, pp. 438-459).
London, UK: Sage.
Arežina N., Knežević G., Simeunović N., Vukićević S. (2014). Forensic Accountant: innate
Trait or Acquired Skill?. Singidunum University International Scientific Conference, Finiz
– Forensic.
Association of Certified Fraud Examiners, 2016. Fraud Examiners Manual (International
Edition). Texas: The Association of Certified Fraud Examiners, inc.
Bolanle, A. W. E. J. (2017). Forensic Accounting as a Tool for Fighting Corruption and
Terrorism: Case Study of Nigeria. International Journal of Social Science and Economic
Research, (01), 2210-2225.
Bologna, J., Lindquist, R. J., & Wells, J. T. (1993). The Accountant’s Handbook of Fraud and
Commercial Crime: Wiley New York, NY
Crumbley L., Heitger L. E., & Smith G. S. (2015). Forensic and Investigative accounting (7th
Ed.). USA: Wolters Kluwer
Elsa Vidayanti. (2006). Persepsi Auditor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) Jawa Timur terhadap Audit Forensik dalam Pemberantasan Korupsi. Skripsi
Mahasiswa Universitas Airlangga
Elyas M., Maynard S. B., Ahmad A, & Lonie A. (2014). Towards a Systemic Framework for
Digital Forensic Readliness. Journal of Computer Information Systems, 54(3), 97-105,
doi:10.1080/08874417.2014.11645708
Enofe A. O., Aronmwan E. J., & Abadua H. S. (2013). Audit Committee report in Coporate
Financial Statements: users’ Perception in Nigeria. European Journal of Accounting and
Finance Research, (1) 1, March 2013.
Gbegi, D. O., & Adebisi, J. F. (2014). Forensic Accounting Skills and Techniques in fraud
investigation in the Nigerian public sector. Mediterranean Journal of Social Sciences,
5(3), 243–252. https://doi.org/10.5901/mjss.2014.v5n3p243
Gottschalk, P. (2010). Categoried of Financial Crime. Journal of Financial Crime, vol. 17 no.
4, pp. 441-458.
Gusnardi. (2012). Peran Forensic Accounting dalam Pencegahan Fraud. Jurnal Pendidikan
Ekonomi dan Bisnis.
Hazami-Ammar S. (2019). Internal Auditors' perception of the function's ability to invetigate
fraud. Journal of Applied Accounting Research, 20(2), 132-153.
https://doi.org/10.1108/JAAR-09-2017-0098
Henning SL & Misuraca Y. (2013). Increased Regulation Drives Demand for Forensic
Accounting Services. The Metropolitan Corporate Counsel, Vol 21, No. 12, pp 19
Italia M. (2012). The Multi-Disciplined Skills Required of Forensic Accountants. Journal of
Modern Accounting and Auditing, Vol 8, No 3, pp 365-373
Kan, M. P. H., Fabrigar, L. R., & Fishbein, M. (2019). Encyclopedia of Personality and
Individual Differences. Encyclopedia of Personality and Individual Differences, 1–8.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-28099-8
Madan, B. (2013). An Emperical Investigation of the Relevant Skills of Forensic. European
Journal of Accounting Auditing and Finance Research, 1(June), 11–52.
Marion Hecht and Mary Ellen Redmond. (2010). Unvelling the Mystery of Forensic
Accounting . Oregon Society of Certified Publik Accountants. Published by Accounting
Today Retrieved on 06/02/2020 from www.orcpa.org
Mukoro D., Yamusa O., & Faboyede S. (2013). The Role of Forensic Accountants in Fraud
Detection and National Security in Nigeria. Change and Leadership, Vol 17, pp 90-106
Orkura S. (2009). Auditor General Admits Mass Fraud in Revenue Remittance to Goverment.
Information Nigeria (https://www.informationng.com/2012/01/auditor-general-admits-
mass-fraud-in-revenue-remittances-to-govt.html), Retrieved on 06/2/2020
Ozili, P. K. (2015). Loan Loss Provisioning, Income Smoothing, Signaling, Capital
Management and Procylicality: Does IFRS Matter?. Empirical Evidence from Nigeria,
Mediterranean Journal of Social Science, 6(2): 224-232
Paterson K. Ozili. (2015). Forensic Accounting and Fraud: A Review of Literature and Policy
Implications. International Journal of Accounting and Economics Studies, 3(1), 63-68.
http://doi.org/10.14419/ijaes.v3i1.4541
Rachman D. A. 29 Januari 2019. Skor indeks persepsi korupsi indonesia naik jadi 38.
Kompas.com (https://nasional.kompas.com/read/2019/01/29/15404111/skor-indeks-
persepsi-korupsi-indonesia-naik-jadi-38), di akses 30 september 2019.
Rahmayani, L., Dr. Kamalilah, M. A., & Dra. Susilatri, M. A. (2014). "Pengaruh Kemampuan
Auditor, Skeptisisme Profesionalisme Auditor, Teknik Audit dan Whistleblower Terhadap
Efektifitas Pelaksanaan Audit Investigasi Dalam Pengungkapan Kecurangan", JOM
FEKON, Vol 1, No. 2.
Repousis, S., Lois, P., & Veli, V. (2019). An Investigation of the Fraud Risk and Fraud Scheme
Methods in Greek Commercial Banks. Journal of Money Laundering Control, 22(1), 53-
61. https://doi.org/10.1108/JMLC-11-2017-0065
Rezaee, Z., & Burton E. J. (1997). Forensic accounting education: Insights from academicians
and certified fraud examiner practitioners. Managerial Auditing Journal, 12(9), 470-489.
Seetharaman, A., Sentivelmurugan M., & Periyanayagam R. (2004). "Anatomy of Computer
Accounting Fraud". Managerial Auditing Journal, Vol. 19 No. 8 pp 1055-1072
Tang, J., & Karim, K. E. (2019). Financial Fraud Detection and Big Data Analytics –
Implications on Auditors’ use of Fraud Brainstorming Session. Managerial Auditing
Journal, 34(3), 324–337. https://doi.org/10.1108/MAJ-01-2018-1767
Tempo. 11 Februari 2017. Mitra Ernst & Young Indonesia Didenda Rp 13 Miliar di AS.
Tempo.com (https://bisnis.tempo.co/read/845604/mitra-ernst-young-indonesia-didenda-
rp-13-miliar-di-as/full&view=ok), di akses 06 februari 2020.
Tuanakotta, 2012. Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi. Jakarta: edisi 2, Salemba Empat
Widiyastuti, M. & Pamudji, S. (2009). Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan
Profesionalisme Terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan.
Wiratmaja. 2010. Akuntansi Forensik Dalam Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Jurnal Akuntansi. Bali: Fakultas Ekonomi - Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai