Anda di halaman 1dari 7

Pelanggaran Etika Profesi di

Kantor Akuntan Publik Mitra Winata


& Rekan
Pelanggaran Etika Profesi di Kantor Akuntan Publik Mitra Winata &
Rekan

LATAR BELAKANG

Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia.


Di USA kecurangan akuntansi telah berkembang secara luas.

Di USA kecurangan akuntansi menimbulkan kerugian yang sangat besar di hampir


seluruh industri. Kerugian dari kecurangan akuntansi di pasar modal adalah
menurunnya akuntabilitas manajemen dan membuat para pemegang saham
meningkatkan biaya monitoring terhadap manajemen. Pada umumnya kecurangan
akuntansi berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim dilakukan
diantaranya adalah memanipulasi pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up
yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Tindakan ini
merupakan bentuk kecurangan akuntansi.

Indonesia termasuk negara dengan peringkat korupsi tertinggi di dunia


(Transparancy International, 2005). Di Indonesia, kecurangan akuntansi
dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa bank, diajukannya manajemen BUMN
dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi di
komisi penyelenggara pemilu, dan DPRD. Meski kecurangan akuntansi diduga sudah
menahun, namun di Indoonesia belum terdapat kajian teoritis dan empiris secara
komprehensif. Oleh karenanya fenomena ini tidak cukup hanya dikaji oleh ilmu
akuntansi, tetapi perlu malibatkan disiplin ilmu yang lain.

Keinginan yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan
kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham, antara lain
berperilaku tidak etis dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Ikatan
Akuntan Indonesia menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai berikut:

1. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji
atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan
keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan
2. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali
disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian
aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan berbagai
cara, termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian aktiva, atau
tindakan yang menyebabkan entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima
oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan
catatan atau dokumen palsu atau yang menyesatkan dan dapat menyangkut satu
atau lebih individu diantara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Dari
perspektif kriminal, kecurangan akuntansi dikategorikan sebagai kejahatan kerah
putih (white-collar crime). Kejahatan kerah putih dalam dunia usaha diantaranya
berbentuk salah saji atas laporan keuangan, manipulasi di pasar modal, penyuapan
komersial, penyuapan dan penerimaan suap oleh pejabat publik secara langsung
atau tidak langsung, kecurangan atas pajak, serta kebangkrutan.

Jika suatu sisitem pengendalian internal lemah maka akan mengakibatkan kekayaan
perusahaan tidak terjamin keamananya, informasi akuntansi yang ada tidak teliti
dan tidak dapat dipercaya, tidak efisien dan efektifnya kegiatan-kegiatan operasional
perusahaan serta tidak dapat dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang
ditetapkan. Dengan adanya pengendalian wewenang oleh pemilik kepada pengelola,
maka fungsi pengendalian semakin bertambah penting. Hal ini untuk menentukan
apakah tugas dan wewenang yang didelegasikan telah dilaksankan sesuai dengan
rencana yang ditetapkan. Proses pengendalian intern tersebut dilakukan oleh pihak
manajemen yang bertanggung jawab untuk melindungi dan mangamankan harta
perusahaan.

PERMASALAHAN

Dalam hal ini saya mengambil kasus Pelanggaran Standar Akuntan Publik Drs.
Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Mitra Winata dan
Rekan, yang diberi sanksi pembekuan selama 2 tahun oleh Menteri Keuangan Sri
Mulyani Indrawati, pada tahun 2007. Sanksi pembekuan izin diberikan karena
akuntan public tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP).

Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT


Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus.
Selain itu, Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan
audit umum dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek
Jaya, PT Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001
sampai dengan 2004.

Selama izinnya dibekukan, Petrus dilarang memberikan jasa atestasi termasuk audit
umum, review, audit kinerja dan audit khusus. Yang bersangkutan juga dilarang
menjadi pemimpin rekan atau pemimpin cabang KAP, namun dia tetap
bertanggungjawab atas jasa-jasa yang telah diberikan, serta wajib memenuhi
ketentuan mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL).
Pembekuan izin yang dilakukan oleh Menkeu ini merupakan yang kesekian kalinya.
Menkeu membekukan izin Akuntan
Pada 4 Januari 2007,
Publik (AP) Djoko Sutardjo dari Kantor Akuntan
Publik Hertanto, Djoko, Ikah & Sutrisno selama 18 bulan.
Djoko dinilai Menkeu telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan
audit dengan hanya melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Myoh
Technology Tbk (MYOH). Penugasan ini dilakukan secara berturut-turut sejak tahun
buku 2002 hingga 2005.

bulan November 2008, Depkeu juga melakukan pembekuan


izin
terhadap Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta. Dalam
kasus ini, Justinus terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap SPAP berkaitan
dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Great River
International Tbk (Great River) tahun 2003.

Kasus Great River sendiri mencuat ke publik seiring terjadinya gagal bayar obligasi
yang diterbitkan perusahaan produsen pakaian tersebut. Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengindikasikan terjadi
praktik overstatement (pernyataan berlebihan) penyusunan laporan keuangan yang
melibatkan auditor independen, yakni akuntan publik Justinus Aditya Sidharta.

TELAAH KRITIS

Terhadap kasus Great River, saat ini Bapepam-LK sedang meminta penilaian
independen dari saksi ahli untuk menuntaskan pemeriksaan
kasus overstatement laporan keuangan emiten berkode saham GRIV itu.

Kepala Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK Wahyu Hidayat mengatakan


akuntan publik akan dipanggil untuk memberikan penilaian terhadap kasus laporan
keuangan Great River. “Penyidikan Great River masih pada tahap penyempurnaan,
kami menyiapkan saksi ahli dari akuntan publik,” tuturnya kepada pers, pekan lalu.

Pemanggilan saksi ahli oleh penyidik Bapepam-LK ini dibenarkan oleh UU No 8


Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Alasannya, dalam Pasal 101 ayat 3 h UU Pasar
Modal disebutkan, penyidik Bapepam-LK berwenang meminta bantuan ahli dalam
rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pasar modal.

Pasca pengambilan keterangan akuntan publik, otoritas pasar modal segera


menyusun berkas pemeriksaan overstatement laporan keuangan Great River yang
akan dilimpahkan ke Kejaksaan. Berkas itu, kata Wahyu, akan dibuat terpisah dari
berkas pemeriksaan direksi.
Ditambahkan oleh Wahyu saksi ahli kasus Great River bisa diambil dari anggota
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) asalkan independen. Dalam waktu dekat ini,
akuntan yang akan ditetapkan sebagai saksi ahli segera diumumkan oleh otoritas
pasar modal itu. “Satu saksi ahli cukup. Bisa dari IAI atau siapapun, yang pasti
independen. Kalau sudah cukup dengan saksi ahli itu, langsung kami berkas,”
sambungnya.

PEMBAHASAN & OPINI UNTUK PERUSAHAAN

Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yangdilaksanakan


manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu
meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukansudah dilakukan dewan komisaris,
manajemen, dan personil lainperusahaan untuk dapat memberikan keyakinan
memadai dalam mencapai 3 ( tiga ) tujuan pokok yaitu ; keandalan pelaporan
keuangan,efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum &
peraturan yang berlaku.

Untuk hal tersebut, kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegahantara lain
dengan cara –cara berikut.

1. Membangun struktur pengendalian intern yang baik

Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka tugasmanajemen untuk


mengendalikan jalannya perusahaan menjadisemakin berat. Agar tujuan yang telah
ditetapkan top manajemen dapatdicapai, keamanan harta perusahaan terjamin dan
kegiatan operasi bisa dijalankan secara efektif dan efisien, manajemen
perlumengadakan struktur pengendalian intern yang baik dan efektifmencegah
kecurangan. Dalam memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The
Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada bulan
September 1992memperkenalkan suatu rerangkapengendalian yang lebih luas
daripada model pengendalian akuntansiyang tradisional dan mencakup menejemen
risiko, yaitu pengendalianintern terdiri atas 5 ( lima ) komponen yang saling terkait
yaitu :

1. Lingkungan pengendalian (control environment)

Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-


orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen
pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur.

 Penaksiran risiko (risk assessment)

Adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai
tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menenetukan bagaimana risiko harus
dikelola.
 Standar Pengedalian (control activities)

Adalah kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan


manajemendilaksanakan.

 Informasi dan komunikasi (information and communication)

Adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasidalam suatu


bentuk dari waktu yang memungkinkan orangmelaksanakan tanggungjawab mereka.
Sistem imformasi mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metodedan catatan yang
dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas
dan untuk memelihara akuntabiltas bagi aktiva, utang dan ekuitas. Komunikasi
mencakup penyediaan suatu pemahaman tentangperan dan tanggung jawab
individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.

 Pemantauan (monitoring)

Adalah proses menentukan mutu kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.


Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat
waktu dan pengambilan tindakan koreksi.

 Mengefektifkan aktivitas pengendalian


 Review Kinerja

Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya


dibandingkan dengan anggaran, prakiraan, atau kinerja priode sebelumnya,
menghubungkan satu rangkaian data yang berbeda operasi atau keuangan satu sama
lain, bersama dengan analisis atas hubungan dan tindakan penyelidikan dan
perbaikan; dan review atas kinerja fungsional atau aktivitas seseorang manajer
kredit atas laporan cabang perusahaan tentang persetujuan dan penagihan
pinjaman.

 Pengolahan informasi

Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan, kelengkapan, dan


otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas pengendalian sistem informasi
adalah pengendalian umum (general control) dan pengendalian aplikasi
(application control). Pengendalian umum biasanya mencakup pengendalian atas
operasi pusat data, pemerosesan dan pemeliharaan perangkat lunak sistem,
keamanan akses, pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi. Pengendalian ini
berlaku untuk maiframe, minicomputer dan lingkungan pemakai akhir (end-user).
Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa transaksi adalah sah, diotorisasi
semestinya, dan diolah secara lengkap dan akurat.

 Pengengendalian fisik

Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva, penjagaan yang


memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari akses terhadap aktiva dan catatan;
otorisasi untuk akses ke program komputer dan data files; dan perhitungan secara
periodic dan pembandingan dengan jumlah yang tercantum dalam catatan
pengendali.

 Pemisahan tugas

Pembebanan tanggungjawab ke orang yang berbeda untuk memberikan otorisasi,


pencatatan transaksi, menyelenggarakan penyimpanan aktiva ditujukan untuk
mengurangi kesempatan bagi seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan
dan sekaligus menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan
tugasnya dalam keadaan normal.

 Meningkatkan kultur organisasi

Meningkatkan kultur organisasi dapat dilakukan dengan mengimplementasikan


prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang saling terkait satu sama
lain agar dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara
efisien, menghasikan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi
para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Prinsip –
prinsip dasar tersebut antara lain : Keadilan, Transparansi, Akuntabilitas, Tanggung
Jawab, Moralitas, Kehandalan, dan Komitmen.

 Mengefektifkan fungsi internal audit

Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak akan
terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya dengan saksama
sehingga diharapkan mampu mendeteksi terjadinya kecurangan dan dapat
memberikan saran-saran yang bermafaat kepada manajemen untuk mencegah
terjadinya kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh manajemen agar
fungsi internal audit bisa efektif membantu manajemen dalam melaksanakan
tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar
mengenai kegiatan yang diperiksanya adalah :

1. Internal audit departemen harus mempunyai kedudukan yang independen dalam


organisasi perusahaan dalam arti kata ia tidak boleh terlibat kegiatan operasional
perusahaan dan bertanggung jawab kepada atau melaporkan kegiatannya kepada top
manajemen.
2. Internal audit departemen harus mempunyai uraian tugas secara tertulis, sehingga
setiap auditor mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas, wewenang dan
tanggungjawabnya.
3. Internal audit harus mempunyai internal audit manual yang berguna untuk
mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas menentukan standar
yang berguna untuk mengukur dan meningkatkan performance memberi keyakinan
bahwa hasil akhir internal audit departemen sesuai dengan requirement dari
internal audit director.
4. Harus ada dukungan yang kuat dari top manajemen kepada internal audit
departemen . Dukungan tersebut dapat berupa : penempatan internal audit
departemen dalam posisi yang independen penempatan audit staf dengan gaji yang
cukup menarik penyediaan waktu yang cukup dari top manajemen untuk membaca,
mendengarkan dan mempelajari laporan – laporan internal audit departemen dan
respon yang cepat dan tegas terhadap saran-saran perbaikan yang diajukan oleh
internal auditor.
5. Internal audit departemen harus memiliki sumber daya yang profesional, capable,
bisa bersikap objective dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi.
6. Internal auditor harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik Jika internal auditor
sudah bisa bekerja secara efisien dan efektif dan bisa bekerjasama dengan akuntan
publik, maka audit fee yang harus dibayar kepada KAP bisa ditekan menjadi lebih
rendah karena hasil kerja internal auditor bisa mempercepat dan mempermudah
penyelesaian pekerjaan KAP.
7. Menciptakan struktur pengajian yang wajar dan pantas.
8. Mengadakan Rotasi dan kewajiban bagi pegawai untuk mengambil hak cuti.
9. Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan dan berikan
penghargaan kepada mereka yang berprestasi.
10. Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan baik dalam
hal keuangan maupun non keuangan.
11. Menetapkan kebijakan perusahaan terhadap pemberian-pemberian dari luar harus
diinformasikan dan dijelaskan pada orang-orang yang dianggap perlu agar jelas
mana yang hadiah dan mana yang berupa sogokan dan mana yang resmi.
12. Menyediakan sumber-sumber tertentu dalam rangka mendeteksi kecurangan karena
kecurangan sulit ditemukan dalam pemeriksaan yang biasa-biasa saja.
13. Menyediakan saluran saluran untuk melaporkan telah terjadinya kecurangan
hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses pada jalur yang benar.

Anda mungkin juga menyukai