Anda di halaman 1dari 24

USULAN PENELITIAN

Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan

Akuntansi, Implementasi Good Governance dan Persepsi Kesesuaian

Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud)

(Studi Empiris Pada LPD Kecamatan Menguwi)

OLEH

ISI NAMA YA

ISI NIM YA

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian

media dan menjadi isu yang menonjol serta penting di mata pemain bisnis dunia

(Alison, 2006 dalam Rahmawati, 2012). Kecenderungan menunjukkan adanya

indikasi untuk melakukan tindakan yang mengarah adanya kecurangan atau

penipuan (Wilopo, 2006). Kecenderungan kecurangan akuntansi meliputi berbagai

bentuk, seperti tendensi untuk melakukan tindak korupsi, tendensi untuk

penyalahgunaan aset, dan tendensi untuk melakukan pelaporan keuangan yang

menipu (Thoyibatun, 2009).

Kecurangan umumnya terjadi karena tekanan untuk melakukan

penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada. Pada

umumnya, kecurangan akuntansi berkaitan erat dengan korupsi. Dalam korupsi

tindakan yang lazim dilakukan di antaranya adalah memanipulasi pencatatan,

penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau

perekonomian negara. Ikatan Akuntan Indonesia (2001) mendefinisikan

kecurangan sebagai : (1) salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan

keuangan yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau

pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan

keuangan, (2) salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap

aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan


dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Kecurangan atau Fraud merupakan suatu kesalahan yang dilakukan

secara sengaja. Dalam lingkup akuntansi, konsep kecurangan atau Fraud

merupakan penyimpangan dari prosedur akuntansi yang seharusnya diterapkan

dalam suatu entitas. Penyimpangan tersebut akan berdampak pada laporan

keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Statement of Auditing Standart dalam

Norbarani (2012) mendefinisikan fraud sebagai tindakan kesengajaan untuk

menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subyek

audit. Salah saji material dalam laporan keuangan akan menyesatkan stakeholder

atau pengguna laporan keuangan karena informasi yang ada dalam laporan

keuangan tersebut tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.

Secara skematis Association of Certified Examiners atau ACFE

(Tuanakotta, 2007) menggambarkan kecurangan akuntansi dalam bentuk fraud

tree. Pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari kecurangan dalam hubungan

kerja, beserta ranting dan anak rantingnya. Kecurangan mempunyai 3 cabang

utama yakni Asset Misappropriation (Penyalahgunaan Aset), Fraudulent

Statement (Kecurangan Laporan Keuangan) , dan Corruption ( Korupsi).

Penyalahgunaan Aset meliputi penyalahgunaan atau pencurian asset atau harta

perusahaan atau pihak lain. Kecurangan jenis ini juga merupakan jenis kecurangan

yang frekuensi terjadinya paling sering dan biasanya dilakukan oleh pegawai yang

kurang memiliki pengaruh atau wewenang dalam organisasi.


Menurut Thoyibatun (2009), salah satu faktor yang mempengaruhi

kecenderungan kecurangan akuntansi adalah kesesuaian kompensasi. Menurut

Panggabean dalam Dito (2010), kompensasi seringkali juga disebut penghargaan

dan dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada

karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada

organisasi. Dengan kompensasi yang sesuai kecurangan akuntansi dapat

berkurang. Individu diharapkan telah mendapatkan kepuasan dari kompensasi

tersebut dan tidak melakukan kecurangan dalam akuntansi untuk memaksimalkan

keuntungan pribadi.

Selain kesesuaian kompensasi, ketaatan aturan akuntansi juga merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi

(Shintadevi, 2015). Ketaatan aturan akuntansi dipandang sebagai tingkat

kesesuaian prosedur pengelolaan aset organisasi, pelaksanaan prosedur akuntansi,

dan penyajian laporan keuangan beserta semua bukti pendukungnya, dengan

aturan yang ditentukan oleh BPK dan/atau SAP (PP RI Nomor 24/2005). Suatu

instansi atau lembaga akan melakukan tindakan kecurangan karena mereka tidak

berpedoman pada aturan akuntansi yang berlaku.

Wilopo (2006) menyatakan bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan

untuk meminimalisir tindakan kecurangan adalah melalui peningkatan sistem

pengendalian intern. Menurut PP No. 8 Tahun 2006 pengendalian internal adalah

suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk

memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efesiensi,

ketaatan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku, dan keandalan


penyajian laporan keuangan. Pengendalian internal merupakan suatu tindakan atau

aktivitas yang dilakukan manajemen untuk memastikan (secara memadai, bukan

mutlak) tercapainya tujuan dan sasaran organisasi. Dengan pengendalian internal

yang efektif diharapkan pemimpin berperilaku mencapai tujuan organisasi. Jadi

dapat dikatakan bahwa dengan pengendalian internal yang efektif akan mencegah

terjadinya kecurangan akuntansi.

Amin Widjaja Tunggal (2012:59) mengemukakan bahwa terdapat

beberapa tata kelola untuk mencegah kecurangan (fraud) diantaranya menciptakan

budaya jujur dan etika yang tinggi, tanggung jawab manajemen untuk

mengevaluasi pencegahan fraud dan pengawasan oleh komite audit. Good

Corporate Governance adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah

yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan

bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang

berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara

keseluruhan (world bank).

Report to the Nation on Occupational Fraud and Abuse terakhir tahun

2012 menyebutkan industri-industri yang paling umum dan sering menjadi korban

kecurangan adalah jasa keuangan dan perbankan, administrasi publik dan

pemerintah, manufaktur. Hasil survei ini konsisten dengan survei tahun-tahun

sebelumnya (Priantara, 2013). Di Bali sendiri kasus kecurangan semakin marak

terjadi. Berdasarkan hal tersebut, salah satu lembaga yang rentan terhadap

kecenderungan kecurangan yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Sedangkan di

Kabupaten Badung dari 122 LPD, hanya 83 LPD yang masuk kategori sehat.
Sedangkan sisanya 27 LPD kategori cukup sehat, 9 LPD kurang sehat dan tiga

LPD dinyatakan tidak sehat. Penilaian sehat tidaknya sebuah LPD berdasarkan

hasil Laporan Kesehatan (Camel) LPD Periode Juli 2016 Wilayah LP-LPD

Kabupaten Badung. Dari LPD tersebut bermasalah karena oknum pengurus dan

pengawasnya tidak wajar (Pos Bali id, 2017) Pada tahun 2016 LPD Desa Adat

Kapal yang terletak di Kecamatan Mengwi, dari hasil verifikasi terungkap adanya

penyelewengan dana LPD yang nilainya mencapai sekitar Rp 10,6 miliar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat

judul “Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan

Akuntansi, Implementasi Good Governance dan Persepsi Kesesuaian

Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud)

(Studi Empiris Pada LPD Kecamatan Menguwi)”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah Efektivitas Sistem Pengendalian Internal bepengaruh terhadap

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada LPD di

Kecamatan Menguwi?

2. Apakah Ketaatan Aturan Akuntansi berpengaruh terhadap penyusunan

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada LPD di

Kecamatan Menguwi ?
3. Apakah Implementasi Good Governance berpengaruh terhadap

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada LPD di

Kecamatan Menguwi ?

4. Apakah Persepsi Kesesuaian Kompensasi berpengaruh terhadap

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada LPD di

Kecamatan Menguwi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dalam penelitian ini

adalah

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Efektivitas Sistem

Pengendalian Internal bepengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi (Fraud) pada LPD di Kecamatan Menguwi.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi

berpengaruh terhadap penyusunan Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada

LPD di Kecamatan Menguwi.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Implementasi Good

Governance berpengaruh terhadap Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada

LPD di Kecamatan Menguwi.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Persepsi Kesesuaian

Kompensasi berpengaruh terhadap Kecurangan Akuntansi (Fraud) pada

LPD di Kecamatan Menguwi.


1.4 Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian dan penulisan usulan penelitian ini diharapkan dapat

mencapai tujuan yang diinginkan serta dapat diperoleh beberapa kegunaan baik

secara teoritis maupun praktis, antara lain sebagai berikut :

1) Kegunaan Teoritis
a) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan

dengan faktor–faktor yang memengaruhi Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi (Fraud) pada LPD di Kecamatan Menguwi.


b) Sebagai saran dan masukan bagi LPD di Kecamatan Menguwi dalam

pencegahan kecenderungan kecurangan akuntansi dengan penerapan

Efektivitas Sistem Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi,

Implementasi Good Governance dan Persepsi Kesesuaian Kompensasi.


2) Kegunaan Praktis
a) Memberikan informasi kepada mahasiswa maupun orang-orang yang

bekerja di Pemerintahan mengenai pencegahan kecenderungan kecurangan

akuntansi dengan penerapan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal,

Ketaatan Aturan Akuntansi, Implementasi Good Governance dan Persepsi

Kesesuaian Kompensasi.
b) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana atau

sumbangan pikiran dalam mengatasi persoalan yang berkaitan pencegahan

kecenderungan kecurangan akuntansi pada LPD di Kecamatan Menguwi.

BAB II

LANDASAN DAN KAJIAN TEORI


2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
A. Pengertian Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 2001) dalam Wilopo (2006:3)

menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai :


1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan

yaitu salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau

pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai

laporan keuangan,
2) Salah saji yang timbul dari perlakuan yang tidak semestinya, hal ini

sering kali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan berkaitan

dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak

disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia. Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat

dilakukan dengan berbagai cara termasuk penggelapan tanda terima

barang uang, pencurian aktiva, atau tindakan yang menyebabkan

entitas membayar barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas.

Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva dapat disertai dengan

catatan atas dokumen palsu atau yang menyesatkan dan menyangkut

satu atau lebih individu diantara manajemen, karyawan, atau pihak

ketiga.

Menurut The Association of Certified Fraud Examines (ACFE)

dalam Abdul Halim (2003) kecurangan merupakan segala sesuatu yang

secara lihai dapat digunakan untuk mendapatkan keuntungan dengan


caramenutupi kebenaran, tipu daya, kelicikan atau mengelabui dan cara

tidak jujur yang lain.

Dari perspektif kriminal, kecurangan akuntansi dikategorikan

sebagai kejahatan kerah putih (white-collar crime). Sutherland,

sebagaimana dikutip oleh Geis dan Meier (1977) dalam Wilopo (2006:4)

menjelaskan bahwa kejahatan kerah putih dalam dunia usaha diantaranya

berbentuk salah saji atas laporan keuangan, manipulasi di pasar modal,

penyuapan komersial, penyuapan dan penerimaan suap oleh pejabat publik

secara langsung atau tidak langsung, kecurangan atas pajak, serta

kebangkrutan.

Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik benang merah bahwa

menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) kecurangan akuntansi merupakan

penyalahgunaan/penggelapan atau perbuatan yang tidak semestinya,

sedangkan Sutherland (1940) dalam Wilopo (2006) sebagai pakar hukum

menganggap bahwa kecurangan akuntansi sebagai kejahatan.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan, dapat

disimpulkan bahwa Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (KKA) adalah

keinginan untuk melakukan segala sesuatu untuk memperoleh keuntungan

dengan cara yang tidak jujur seperti menutupi kebenaran, penipuan,

manipulasi, kelicikan atau mengelabui yang dapat berupa salah saji atas

laporan keuangan, korupsi dan penyalahgunaan aset.


2.1.2 Pengertian Keefektifan Pengendalian Internal

Menurut Komaruddin (1994:269) efektivitas adalah suatu keadaan

yang menunjukkan tingkat keberhasilan dari suatu kegiatan manajemen

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu, sedangkan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa

keefektifan adalah keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Dengan

demikian keefektifan lebih menitik beratkan pada tingkat keberhasilan

suatu instansi dalam mencapai tujuan atau target yang telah ditentukan.

Menurut PP No. 8 Tahun 2006 dalam Adelin (2013:6) pengendalian internal

adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan

untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas,

efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan keandalan penyajian laporan keuangan, sedangkan menurut Abdul

Halim (2003:197) struktur pengendalian internal merupakan rangkaian

proses yang dijalankan entitas, yang mana proses tersebut mencakup

berbagai kebijakan dan prosedur sistematis, bervariasi dan memiliki tujuan

utama :
1) Menjaga keandalan pelaporan keuangan entitas
2) Menjaga efektif dan efisiensi operasi yang dijalankan
3) Menjaga kepatuhan hukum dan peraturan yang berlaku
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Keefektifan

pengendalian internal adalah keberhasilan manajemen dalam mencapai

tujuan instansi yang berkaitan dengan menjaga keandalan penyajian laporan

keuangan, efisiensi operasional dan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Keefektifan pengendalian internal dapat


berperan dalam mencegah dan mendeteksi suatu kecurangan akuntansi

(fraud) dalam suatu instansi.


2.1.4 Pengertian Ketaatan Aturan Akuntansi

Ketaatan adalah suatu sikap patuh kepada aturan atau perintah,

sedangkan aturan adalah cara atau tindakan yang telah ditetapkan yang

harus dijalankan atau dituruti. Di dalam suatu instansi terdapat dasar atau

pedoman yang digunakan manajemen dalam menentukan dan

melaksanakan jalannya berbagai kegiatan di dalam perusahaan salah

satunya adalah aturan mengenai kegiatan akuntansi.


Menurut Rahmawati (2012:9) aturan akuntansi dibuat sedemikian

rupa sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam standar

akuntansi terdapat aturan-aturan yang harus digunakan dalam pengukuran

dan penyajian laporan keuangan yang berpedoman terhadap aturan-aturan

yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).


Dengan demikian Ketaatan Aturan Akuntansi merupakan suatu

kewajiban dalam organisasi untuk mematuhi segala ketentuan atau aturan

akuntansi dalam melaksanakan pengelolaan keuangan dan pembuatan

laporan keuangan agar tercipta transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan dan laporan keuangan yang dihasilkan efektif , handal serta

akurat informasinya. Adanya aturan akuntansi tersebut menghindari

tindakan yang menyimpang yang dapat merugikan organisasi. Laporan

keuangan berkaitan dengan pihakpihak yang berkepentingan seperti

manajemen dan investor. Apabila laporan keuangan yang dibuat tidak

sesuai atau tanpa mengikuti aturan akuntansi yang berlaku maka keadaan
tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak etis dan memicu terjadinya

kecurangan akuntansi di mana hal tersebut akan menyulitkan auditor untuk

menelusurinya.
2.1.5 Pengertian Good Governance
Good Governance diartikan sebagai mekanisme, praktek dan tata

cara pemerintahan dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan

masalah – masalah publik. Dalam konsep Governance, pemerintahan hanya

menjadi salah satu aktor dan tidak selalu menjadi aktor yang menentukan.

Implikasi peran pemerintahan sebagai pembangunan maupun penyedia jasa

layanan dan infrastruktur akan bergeser menjadi bahan pendorong

terciptanya lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak lain di komunitas.

Governance menuntut redefinisi peran negara, dan itu berarti adanya

redefinisi pada peran warga, antara lain untuk memonitor akuntanbilitas

pemerintahan itu sendiri.


Dapat dikatakan bahwa good governance adalah suatu

penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung

jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efesien,

penghindaran salah alokasi dana investasi dan pecegahan korupsi baik

secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta

penciptaan legal and political frame work bagi tumbuhnya aktifitas usaha.

Padahal, selama ini birokrasi di daerah dianggap tidak kompeten. Dalam

kondisi demikian, pemerintah daerah selalu diragukan kapasitasnya dalam

menjalankan desentralisasi. Disisi lain mereka juga harus mereformasi diri

dari pemerintahan yang korupsi menjadi pemerintahan yang bersih dan

transparan.
2.1.6 Pengertian Kesesuaian Kompensasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kesesuaian adalah

perihal sesuai, keselarasan atau kecocokan. Kesesuaian juga merupakan

suatu keadaan merasa cocok atau pas terhadap sesuatu yang kita dapatkan.

Kesesuain disini mengacu pada tingkat kepuasaan karyawan dalam instansi.


Menurut Werther dan Davis (1982) dalam Kadarisman (2012:1)

kompensasi adalah apa yang seorang karyawan/pegawai/pekerja terima

sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya baik upah perjam

ataupun gaji periodik yang didesain dan dikelola oleh bagian personalia.
Veitzhal Rivai (2011:741) menjelaskan bahwa kompensasi adalah

sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka

pada perusahaan. Kompensasi merupakan biaya utama atas keahlian atau

pekerjaan dan kesetiaan dalam bisnis perusahaan. Kompensasi menjadi

alasan utama mengapa kebanyakan orang mencari pekerjaan.


Kompensasi yang diberikan organisasi ada yang berbentuk uang,

namun ada yang tidak berbentuk uang. Kompensasi yang berwujud upah

pada umumnya berbentuk uang, sehingga kemungkinan nilai riilnya naik

turun. Kompensasi yang diterimakan kepada karyawan cenderung untuk

menentuan standar hidup serta kedudukan sosial dimasyarakat. Pentingnya

kompensasi bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap perilaku dan

kinerjanya. Untuk menarik orang supaya masuk bekerja pada

organisasi/perusahaan tertentu, untuk mengusahakan karyawan datang dan

pulang bekerja tepat waktu, memotivasi karyawan supaya bekerja lebih

giat, disiplin dan mengembangkan kompetensinya, maka

organisasi/perusahaan perlu memberikan imbalan (reward) pada karyawan


yang telah mengorbankan waktu, tenaga, kemampuan dan keterampilan

sehingga karyawan merasa puas karena usahanya tersebut dihargai

(Khadarisman, 2012:1-3).
Dengan demikian Kesesuaian Kompensasi adalah kecocokan dan

kepuasan karyawan/pegawai/pekerja atas apa yang diberikan instansi

kepada mereka baik berupa upah perjam maupun gaji secara periodik

sebagai balasan dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. Dan dengan adanya

kesesuaian kompensasi diharapkan dapat mencegah dan meminimalisasikan

tindakan kecurangan akuntansi di dalam instansi.

2.2 Kerangka Konsepsual

penelitian ini menguji pengaruh keefektivan pengendalian intern (x1),

ketaatan aturan akuntansi (x2), implementasi good governance (x3), persepsi

kesesuaian kompensasi (x4) terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi

(fraud) (Y). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Efektivitas Sistem
Pengendalian Internal (X1)

Ketaatan Aturan Akuntansi


Kecenderungan
(X2)
Kecurangan Akuntansi
Implementasi Good (Fraud) (Y)
Governance (X3)

Persepsi Kesesuaian
Kompensasi (X4)
Sumber : Data diolah 2018

2.3 Hipotesis

1. H1: Efektivitas pengendalian internal berpengaruh terhadap

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.


2. H2 : Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan negatif terhadap

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi.


3. H3 : Implementasi Good Governance berpengaruh signifikan terhadap

kecenderungan kecurangan (fraud) akuntansi


4. H4 : Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan

kecurangan (fraud) akuntansi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pengujian

hipotesis yaitu penelitian diskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk

memberikakn bukti adanya pengaruh antara etika kepemimpinan, fungsi badan

pengawas, dan tingkat pemahaman akuntansi terhadap kualitas laporan keuangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian adalah LPD yang ada di Kecamatan Menguwi. Tempat

penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa data dan informasi yang


dibutuhkan dapat diperoleh. Selain itu, tempat penelitian dipilih karena relevan

dengan pokok permasalahan yang menjadi objek pokok penelitian.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah suatu sifat dari obyek yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian memperoleh kesimpulan (Sugiyono, 2013:

38). Objek penelitian disini adalah efektivitas sistem pengendalian internal,

ketaatan aturan akuntansi, implementasi good governance dan persepsi kesesuaian

kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi (fraud) pada LPD di

Kecamatan Menguwi.

3.4 Identifikasi Masalah

1) Variabel bebas atau independent variable (X)


Adalah variabel yang mempengarui atau menjadi sebab perubahan atau

timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2015:64). Variabel keefektivan

pengendalian intern (x1), ketaatan aturan akuntansi (x2), implementasi

good governance (x3), persepsi kesesuaian kompensasi (x4).


2) Variabel terikat atau dependent variable (Y)
Adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2015:64). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud)

(Y).

3.5 Defenisi Operasional Variabel


1) Efektivitas Sistem Pengendalian Internal (X1)
Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala likert yang dituangkan

dalam kuesioner. Indikator yang digunakan dalam kuesioner ini terdiri dari:
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penilaian Resiko
3. Aktivitas Pengendalian
4. Informasi dan Komunikasi
5. Pemantauan

2) Ketaatan Aturan Akuntansi (X2)

Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala likert yang dituangkan

dalam kuesioner. Indikator yang digunakan dalam kuesioner ini terdiri dari:

1. Tanggung jawab penerapan

2. Kehati-hatian

3. Konsistensi

4. Standar Teknis

3) Implementasi Good Governance (X3)

Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala likert yang dituangkan

dalam kuesioner. Indikator yang digunakan dalam kuesioner ini terdiri dari:

1. Partisipasi masyarakat
2. Tegaknya Supermasi hukum
3. Transparansi
4. Efektifitas dan Efesiensi
5. Akuntabilitas
6. Visi Strategi
4) Kesesuaian Kompensasi (X4)
Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala likert yang dituangkan

dalam kuesioner. Indikator yang digunakan dalam kuesioner ini terdiri dari:
1. Kompensasi Keuangan
2. Pengakuan perusahaan atas keberhasilan dalam melaksanakan

pekerjaan
3. Promosi
4. Penyelesaian Tugas
5. Pencapaian Sasaran
6. Pengembangan Pribadi
5) Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Y)

Variabel ini akan diukur dengan menggunakan skala likert yang dituangkan

dalam kuesioner. Indikator yang digunakan dalam kuesioner ini terdiri dari:

1. Kecenderungan untuk melakukan manipulasi, pemalsuan, atau

perubahan catatan akuntansi


2. Kecenderungan untuk melakukan penyajian yang salah atau

penghilangan peristiwa transaksi atau informasi yang signifikan dari

Laporan Keuangan.
3. Kecenderugnan untuk melakukan salah menerapkan prinsip

akuntansi secara sengaja.


4. Kecenderungan untuk melakukan penyajian laporan keuangan yang

salah akibat pencurian terhadap aktiva yang membuat entitas

membayar barang/jasa yang tidak diterima.


5. Kecenderungan untuk menyajikan laporan keuangan yang salah

akibat pelakun yang tidak semestinya pada aktia disertai dokumen

palsu.

3.6 Populasi Sampel dan Metode Penentuan Sampel

Menurut Sugiyono, (2014:148) populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah

karyawan LPD yang ada di Kecamatan Sukawati.


(Sugiyono, 2014:149), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan Porposive Sampling. Porposive Sampling merupakan teknik

penentuan sampel dalam perhitungan atau kriteria tertentu (Sugiyono,

2014:156).

3.7 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

1. Data kualitatif adalah data yang digunakan untuk mendapatkan data yang

mendalam, yaitu data yang mengandung makna (Sugiyono 2012:8) .

2. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yaitu data yang tidak langsung diperoleh dari perusahaan, melainkan

diperoleh dari sumber-sumber lain baik melalui individu maupun

dokumentasi (Sugiyono, 2012:8).

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi

dua, yaitu :

1. Data primer adalah data mentah yang diperoleh langsung dari

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Sugiyonoo,

2014:223).
2. Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti melainkan sudah dikumpulkan oleh

pihak lain (Sugiyono, 2014:223).


3.8 Metode Penelitian Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

survey melalui kuesioner. Pada penelitian ini, kuesioner yang dipilih sebagai

teknik pengumpulan data yang dianggap paling cocok diterapkan.

3.9 Instrumen Penelitian

Mengingat adanya pengumpulan data menggunakna kuesioner, maka

kesungguhan responden menjawab merupakan suatu hal yang penting. Untuk

tujuan tersebut, di dalam penelitian ini diadakan pengujian instrumen melalui :

1. Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah tidaknya suatu kuesioner

(Ghozali, 2016: 52). Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel

pada signifikansi 5%, maka butir pertanyaan dinyatakan valid (Ghozali,

2016: 53).

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan konsisten dari waktu ke waktu (Ghozali,

2016: 47). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,70 (Ghozali, 2016: 48).

3.10 Teknis Analisis Data


Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis linear berganda dan

diuji dengan tingkat signifikansi 0,05. Analisis linear berganda digunakan untuk

mengukur pengaruh satu atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk

memudahkan pelaksanaan perhitungan, akan digunakan program SPSS versi 16.

Adapun persamaan model regresi linear berganda yang dipergunakan adalah :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ,

Keterangan:

Y = Kecenderungan kecurangan (Fraud) ;


X1 = Kefektifan Pengendalian Internal;
X2 = Ketaatan Aturan Akuntansi
X3 = Implementasi Good Governance
X4 = Kesesuaian Kompensasi
β1,β2,β3, β4 = koefisien regresi variabel X1,X2,X3, X4
e = standar error

DAFTAR PUSTAKA

Boy Sulfianto Eko Prasetyo (2013) yang berjudul “Analisis Faktor yang
berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi ( Study Pada
PT. Telkom dan PDAM di Pati)”.
Brejita Mamuaja, Maret 2016. Analisis Efektivitas Penerapan Sistem
Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Di Dinas
Pendapatan Kota Manado. (Journal EMBA Vol. 4)
balitribune.co.id(http://balitribune.co.id/content/14-pns-pemkab-gianyar-masing-
masing-divonis-setahun-penjara.diterbitkan pada 1 April 2016 14:51 ).
Dhermawati, 2013.Persepsi pegawai dinas sekabupatenbatang tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kecurangan (fraud).
Devyanthi Syarif, SE., M.Ak“Analisis Pengaruh Pengendalian Intern Ketaatan
Pada Aturan Akuntansi Dan Asimetri Informasi Terhadap Kecendrungan
Kecurangan Akutansi Dengan Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel
Intervening”
Eka Prasetya Argarini, 2015. Pengaruh Kompensasi Terhadap Fraud Dengan
Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Nominal / Volume IV
Nomor 2 / Tahun 2015
Fauwzi. Mohammad Glifandi Hari. 2011. Analisis Pengaruh Keefektifan
Pengendalian Internal, Persepsi Kesesuain Kompensasi, Moralitas Manajem
terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
Skripsi Universitas Diponogoro

Fitriana, Annisa. 2010. Pengaruh Pengendalian Internal dan Kesesuaian


Kompensasi terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Fraud) Pada
Pura Group Perseroan Terbatas di Kabupaten Kudus. Skripsi Universitas
Negeri Semarang

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM


SPSS17. Semarang: BPFE Universitas Diponogoro

Hall. James A. 2009. Sistem Informasi Akuntansi. Buku 1 Edisi 4. Jakarta.


Salemba Empat. Husna, Fitriatil. 2008. Pengaruh Penerapan Pengendalian
Intern Kas dan Implementasi Good Corporate Governance Terhadap
Kecurangan (Studi Empiris Pada Perusahaan BUMN di Kota Padang).
M. GLIFANDI HARI FAUWZI, Universitas Diponegoro Semarang,Analisis
Pengaruh Keefektifan pengendalian Internal, Persepsi Kesesuaian
Kompensasi, Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak Etis dan
Kecurangan Akuntansi.
Nur Ratri Kusumastuti, Wahyu Meirant.Tahun 2012, Analisis Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Dengan
Perilaku Tidak Etis Sebagai Variabel Intervening.
NORMADEWI ABDI PRADNYANI, Tahun 2014, Pengaruh Keefektifan
Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akuntansi Dan Asimetri Informasi
Pada Akuntabilitas Organisasi Dengan Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi Sebagai Variabel Intervening
Nilam Sanuari, Tahun 2014, Pengaruh Sistem Pengendalian Internal,
Kesesuaian Kompensasi, dan Moralitas Manajemen Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi(studi empiris pada BUMN Kota
Padang).
Okky Faisal dan dan Leny Suzan. Pengaruh pengendalian internal terhadap
kecenderungan kecuranganAkuntansi.(15.04.2025 Journal Epoc).
Padang:Artikel Ilmiah Ikatan Akuntan Indonesia (2001). Standar Profesional
Akuntan Publik. Salemba Empat, Jakarta

“Pemahaman Pengendalian Internal”. Diambil dari


https://www.academia.edu/5280069/BAB_10_Pemahaman_Pengendalian_Int
ern
Rae and Subramaniam, 2008. Quality Of Internal Control Procedures
Antecedents And Moderating Effect On Organisational Justice And Employee
Fraud. Managerial Auditing Journal Vol. 23 No. 2, 2008
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta

Thoyibatun, S. 2009. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Tidak


Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Serta Akibatnya terhadap
Kinerja Organisasi.
Vani Adelin, WRA, Vol. 1, No. 2, Oktober 2013, Pengaruh Pengendalian
Internal, Ketaaatan pada Aturan Akuntansi dan Kecenderungan Kecurangan
Terhadap Perilaku Tidak Etis.
Wilopo (2006) “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Study Pada Perusahaan Publik Dan
Badan Usaha Milik Negara di Indonesia”.
www.coso.org. Internal Control - Integrated Framework. (Online),
(http://www.coso.org, diakses tanggal 9 Januari 2017).

Anda mungkin juga menyukai