Anda di halaman 1dari 17

AKUNTANSI PERHOTELAN

RMK SAP 13

MENGANALISIS INFORMASI KEUANGAN BERDASARKAN USALI


PADA USAHA HOTEL

KELOMPOK 6 :

1. Ida Bagus Krisna Aristana 1607532041


2. Ni Komang Ayu Inda Rumesa 1607532043
3. Putu Eka Rahmayanti 1607532065
4. Ni Luh Putu Indah Anggreni 1607532066
5. Ida Bagus Pramayoga 1607532075
6. Dicky Wahyudi Rumaday 1607532040

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
A. Analisis Vertikal dan Horizontal
Analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data
keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi
keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara
mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam
suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari
peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap
rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suat u keputusan yang akan
diambil
Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:
 Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,
baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk
beberapa periode.
 Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
 Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
 Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
 Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
 Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis
tentang hasil yang mereka capai.
Analisis Vertikal yakni membandingkan masing-masing pos dalam periode
berjalan dengan jumlah total pada laporan yang sama dapat bermanfaat untuk
menyoroti hubungan yang signifikan dalam laporan keuangan.
Analisis vertikal (vertical analisys) adalah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan perbandingan semacam itu. Dalam analisis vertikal terhadap
neraca, masing-masing pos aktiva dinyatakan sebagai persen dari total aktiva.
Masing-masing pos kewajiban dan ekuitas pemilik dinyatakan sebagai persen
dari total kewajiban dan ekuitas pemilik. Dalam analisis vertikal terhadap

1
laporan laba-rugi, masing-masing pos dinyatakan sebagai persen dari total
pendapatan atau penghasilan. Analisis vertikal juga bisa diterapkan untuk
beberapa periode guna menyoroti perubahan hubungan sepanjang waktu.
Analisis Horizontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan
laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan
diketahui perkembangannya. Dalam melakukan analisis horisontal, sutau akun
laporan keuangan tahun berjalan dibandingkan dengan akun yang sama pada
periode sebelumnya. Kenaikan atau penurunan jumlah pos tersebut dihitung
sebagai persentase kenaikan atau penurunan. Dalam membandingkan laporan
dari dua periode yang berbeda, laporan keuangan yang lebih awal selalu
dijadikan dasar perhitungan untuk analisis horizontal.
 Perbedaan Analisis horizontal dan Vertikal
Pertama, analisis vertikal membandingkan pos yang satu dengan yang lain
dalam satu periode sedangkan pada analisis horizontal membandingkan dengan
pos yang sama pada periode yang berbeda. kedua, total angka pos-pos yang
dibandingkan pada analisis vertikal bila dikumulatifkan sbesar 100%,
sedangkan pada analisis horozontal, periode pembanding ditetapkan sebesar
100% sehingga angka pada periode yang dibandingkan bisa diatas atau dibawah
100%. ketiga, dari sisi tujuannya analisis vertikal diaplikasikan untuk
mengetahui kontribusi masing-masing pos terhadap angla total, sedangkan pada
analisis horizontal digunakan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan dan
perkembangan masing-masing pos. oleh karena itu analisisi horizontal sering
juga disebut sebagai analisis tren (trend analysis)

B. Analisis Rasio
Beberapa rasio keuangan yang lazim diterapkan untuk mengevaluasi kinerja
keuangan hotel diantaranya:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam melunasi hutang – hutang jangka pendeknya. Rasio
likuiditas terdiri dari beberapa rasio diantaranya:
1) Current Ratio

2
Current ratio membandingkan antara aktiva lancar dengan utang
lancar, karena rasio ini mengukur kemampuan hotel dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Bila hasil rasio ini = 1, berarti bahwa
setiap Rp1 utang lancar dijamin dengan Rp1 aktiva lancar. Makin tinggi
rasio ini, makin besar aktiva lancar untuk menjamin utang lancar.
Penekanan arti penting rasio ini berbeda – beda sesuai dengan tujuan
pihak yang memerlukan informasi keuangan hotel. Bagi pemilik dan
manajemen hotel, current ratio yang relatif kecil akan lebih baik karena
pada rasio ini terdapat unsur persediaan bahan makanan yang bila
dimiliki dalam jumlah yang relatif besar akan memberikan pengaruh
pada kinerja operasional hotel, yaitu kemungkinan kerusakan dan
menurunnya mutu persediaan bahan makanan. Kreditur pada sisi lain
lebih mementingkan bila rasio ini relatif tinggi. Rasio yang relatif tinggi
menggambarkan kemampuan hotel dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Formula untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑐𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
2) Rasio Cepat (Acid Test Ratio)
Rasio ini membandingkan aktiva lancar yang benar – benar likuid
dengan kewajiban lancar hotel. Dalam rasio ini pos – pos yang kurang
likuid tidak disertakan, seperti persediaan dan pembayaran dimuka.
Formula untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
Kas + Piutang + Surat Berharga Jangka Pendek
𝐴𝑐𝑖𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Utang Lancar
3) Tingkat Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover – ARTO)
Rasio ini mengukur tingkat perputaran piutang hotel menjadi kas.
Informasi yang dapat diungkap dari rasio ini adalah makin tinggi rasio
ini berarti bahwa piutang makin cepat menjadi kas. Dengan kata lain,
makin tinggi rasio ini, usia piutang relatif singkat karena cepat tertagih
menjadi kas. Formula untuk menghitung rasio ini adalah sebagai
berikut:
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝐴𝑅𝑇𝑂 =
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

3
4) Jangka Waktu Pengutipan Piutang (Average Collection Period – ACP)
Rasio ini mengukur jangka waktu piutang menjadi kas. Makin
pendek jangka waktu yang dihasilkan, makin pendek usia piutang
sehingga makin cepat pula menjadi tunai. Lazimnya, usia piutang
selama 30 hari. Jangka waktu ini diperlukan karena hotel memiliki
kewajiban jangka pendek pembayaran tunai yang bersifat pasti, yaitu
membayar gaji karyawan. Salah satu sumber kas hotel adalah penjualan
tunai dan pengutipan piutang.
Hasil rasio ini dapat dianalisis lebih lanjut untuk mengungkap
informasi berikut:
a. Kualitas kebijakan kredit yang diberikan oleh hotel.
b. Aktivitas penagihan yang dilakukan bagian kredit/penagihan hotel,
yang mencerminkan kepatuhan pada kebijakan kredit hotel.
c. Kualitas debitur hotel.
Formula untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
365 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐴𝐶𝑃 =
𝐴𝑅𝑇𝑂
5) Arus Kas Operasional atas Utang Lancar (Operating Cash Flows To
Current Liabilities Ratio – OCFCL)
Rasio ini mengungkapkan informasi mengenai besaran arus kas dari
kegiatan operasional hotel dibandingkan dengan kewajiban jangka
pendek hotel. Hasil rasio ini mengungkapkan informasi bahwa makin
tinggi rasio ini, makin baik sumber kas hotel dari kegiatan
operasionalnya. Formula untuk menghitung rasio ini adalah sebagai
berikut:
𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑎𝑠ℎ 𝑓𝑙𝑜𝑤𝑠
𝑂𝐶𝐹𝐶𝐿 =
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan hotel untuk
memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio – rasio ini mengungkapkan
seberapa besar hotel menggunakan utang jangka panjang sebagai sumber

4
pendanaan hotel. Investor umumnya lebih menyukai risiko yang lebih kecil
dengan mengamati rasio solvabilitas hotel. Rasio solvabilitas terdiri dari
beberapa rasio diantaranya:
1) Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)
Rasio ini membandingkan jumlah aset yang dimiliki oleh hotel
dengan kewajiban hotel. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa
besar aset hotel didanai oleh utang hotel, yang biasa disebut dengan
financial leverage. Makin kecil rasio ini, makin tinggi financial leverage
yang dilakukan oleh hotel yang bersangkutan.
Penekanan arti penting rasio ini berbeda dari pihak yang
memerlukan informasi keuangan hotel. Pemilik memerlukan rasio yang
rendah karena dapat memaksimalkan kapasitas hotel dengan utang
jangka panjang dan beban bunga yang harus ditanggung. Di sisi lain,
kreditur menginginkan rasio yang tinggi untuk keamanan dana yang
ditanamkan pada hotel dalam jangka panjang. Formula untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
𝑆𝑜𝑙𝑣𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
2) Rasio Ekuitas Utang (Debt Equity Ratio – DER)
Rasio ini digunakan dalam mengukur kemampuan pemilik hotel
untuk memenuhi seluruh kewajiban hotel. Dengan rasio ini, dapat
diungkapkan berapa besar modal sendiri (ekuitas) pemilik hotel
dibandingkan dengan total utang dalam pendanaan hotel. Rasio ini juga
mengungkapkan informasi seberapa besar kemampuan hotel bertahan
atas gejolak ekonomi makro yang mungkin terjadi di luar kendali
manajemen seperti krisis moneter.
Makin tinggi rasio ini, makin tinggi risiko yang dihadapi oleh
kreditur untuk dana yang diinvestasikan pada hotel. Bila rasio ini adalah
3, maka pemilik hotel memiliki modal Rp100 untuk setiap Rp300 utang.
Formula untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝐷𝐸𝑅 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑤𝑛𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

5
3) Number of Times Interest Earned Ratio – NTIE
Rasio ini mengukur kemampuan hotel dalam menutupi beban bunga
jangka panjang dibandingkan dengan laba sebelum bunga dan pajak
(EBIT) yang dihasilkan oleh hotel. Makin tinggi rasio ini, makin baik
dan makin besar kemungkinan kreditur mendapatkan pembayaran
bunga dari hotel. Bila hasil rasio ini adalah 3 kali, maka laba sebelum
pajak dan biaya bunga adalah 3 kali lebih besar daripada biaya bunga
hotel. Formula untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑁𝑇𝐼𝐸 =
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio untuk mengungkapkan informasi mengenai
efektivitas manajemen dalam mengelola sumber daya hotel. Pengelolaan
sumber – sumber ekonomis hotel akan lebih baik bila semua digunakan
(semua berputar untuk waktu tertentu). Rasio aktivitas terdiri dari beberapa
rasio diantaranya:
1) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover − ITO)
Rasio ini mengungkapkan informasi tingkat kecepatan berputar
persediaan bahan makanan dan minuman dalam satu periode, misalnya
sebulan. Pengertian perputaran persediaan bahan makanan dan
minuman adalah dari saat bahan makanan dan minuman diterima dari
rekanan, disimpan di gudang, keluar gudang untuk diproduksi, dijual di
restoran. Formula untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑀𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛/𝑀𝑖𝑛𝑢𝑚𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖𝑎𝑛
𝐼𝑇𝑂 =
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

2) Jangka Waktu Perputaran Persediaan (Days Of Turnover−DTO)


Rasio ini merupakan varian dari ITO, yaitu mengukur berapa lama
waktu (hari) yang diperlukan untuk satu kali perputaran bahan makanan
untuk periode satu bulan. Formula untuk menghitung rasio ini adalah
sebagai berikut:

6
30 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐷𝑇𝑂 =
𝐼𝑇𝑂
3) Perputaran Aset (Asset Turnover − ATO)
Rasio ini mengungkapkan efektivitas manajemen dalam mengelola
aset hotel yang digunakan. Bisnis hotel menggunakan aset dalam jumlah
besar untuk kegiatan operasionalnya, seperti kamar, restoran, bar dan
lainnya. Dalam bangunan hotel, ada bagian – bagian hotel yang tidak
dapat menghasilkan penjualan karena berfungsi untuk menunjang
layanan dan tidak terpisahkan dari kegiatan layanan seperti lobby,
corridor (jalan hotel), ruang taman, dan ruang parkir.
Dalam menentukan perputaran aset ini, hal yang perlu diperhatikan
adalah bahwa nilai aset yang diterapkan dalam perhitungan adalah nilai
buku aset. Formula untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
𝐴𝑇𝑂 =
𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
4) Persentase Tamu yang Bayar (Paid Occupancy Percentage − POP)
Rasio ini membandingkan jumlah kamar yang dijual kepada tamu
dengan jumlah kamar yang ditawarkan oleh hotel. Makin tinggi rasio
ini, makin tinggi persentase kamar hotel yang berhasil dijual kepada
tamu.
𝑟𝑜𝑜𝑚𝑠 𝑜𝑐𝑐𝑢𝑝𝑖𝑒𝑑
𝑃𝑂𝑃 =
𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑟𝑜𝑜𝑚𝑠
5) Persentase Tamu Komplimen (Complimentary Occupancy Percentage
− COP)
Memberikan jasa kamar dengan gratis kepada pihak – pihak tertentu
misalnya agen perjalanan, pada saat check-out (complimentary)
merupakan salah satu cara promosi hotel. Untuk tujuan pengendalian,
jumlah complimentary harus dilaporkan. Formula untuk menghitung
rasio ini adalah sebagai berikut:
𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡𝑎𝑟𝑦 𝑟𝑜𝑜𝑚𝑠
𝐶𝑂𝑃 =
𝑟𝑜𝑜𝑚𝑠 𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒
6) Persentase Hunian Ganda (Double Occupancy Percentage − DOP)
Rasio ini mengungkapkan informasi jumlah kamar yang dihuni oleh
lebih dari satu orang atau dihuni oleh dua orang. Tingkat hunian ganda

7
yang tinggi akan memberikan pengaruh positif atas penjualan kamar.
Pada sisi lain, makin tinggi tingkat hunian ganda, peluang penjualan jasa
– jasa hotel yang lain seperti makanan, minuman, dan yang lain pun
diharapkan akan lebih tinggi. Formula untuk menghitung rasio ini
adalah sebagai berikut:
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑚𝑢 − 𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑢𝑛𝑖)
𝐷𝑂𝑃 =
𝑘𝑎𝑚𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑢𝑛𝑖
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang memberikan gambaran pada pihak
– pihak yang berkepentingan tentang kemampuan manajemen hotel dalam
menghasilkan laba untuk periode tertentu. Manajemen hotel yang efektif
dan efisien mengelola sumber daya hotel akan memberikan tingkat
profitabilitas yang berarti bagi pemilik, kreditur, dan pihak manajemen
sendiri. Rasio profitabilitas terdiri dari beberapa rasio diantaranya:
1) Marjin Laba (Profit Margin – PM)
Rasio ini mengungkapkan informasi kemampuan manajemen dalam
menghasilkan laba dalam periode tertentu. Formula untuk menghitung
rasio ini adalah sebagai berikut:
𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑃𝑀 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
2) Rasio Efisiensi Operasional (Operating Efficiency Ratio – OER)
Rasio ini mengungkapkan informasi efisiensi manajemen dalam
menghasikan tingkat laba sebelum beban – beban tetap hotel. Formula
untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑑𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑒𝑑 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒𝑠 (𝐼𝐴𝑈𝑂𝐸)
𝑂𝐸𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒

3) Imbal Hasil Aset (Return On Asset – ROA)


Rasio ini mengungkapkan informasi besaran laba yang diberikan
oleh asset hotel. Bila pengelolaan hotel baik, pengendalian biaya – biaya
dilakukan dengan baik dan manajemen selalu berusaha meningkatkan
penjualan maka ROA yang relatif tinggi bisa dicapai. Formula untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:

8
𝑛𝑒𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑅𝑂𝐴 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃𝑀 × 𝐴𝑇𝑂
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
4) Imbal Hasil Ekuitas (Return On Owner’s Equity – ROE)
Rasio ini mengungkapkan informasi laba yang diperoleh oleh
investor untuk dana yang diinvestasikan hotel. Formula untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝑛𝑒𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
𝑅𝑂𝐸 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅𝑂𝐴 ×
𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑤𝑛𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
5) Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share – EPS)
Rasio ini menggambarkan jumlah laba yang dihasilkan untuk setiap
lembar saham yang dimiliki oleh pemilik atau investor. Formula untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝑛𝑒𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝐸𝑃𝑆 =
𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒𝑠 𝑜𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
5. Rasio Operasional
Dengan menganalisis rasio – rasio operasional, manajemen hotel
mendapatkan informasi mengenai operasional hotel, baik untuk revenue
generating departments seperti room dan food and beverages, maupun
untuk non-revenue department seperti marketing, administrative and
general dan lainnya. Rasio operasional terdiri dari beberapa rasio
diantaranya:
1) Rerata Harga Kamar Harian (Average Daily Rate – ADR)
ADR dipengaruhi oleh jenis kamar yang terjual seperti single
standard, deluxe, suite, dan jenis kamar yang lain. Disamping itu, ADR
dipengaruhi oleh tingkat hunian ganda dan tunggal serta struktur harga
yang ditawarkan oleh hotel. Rasio ini mencerminkan efektivitas suatu
departemen dalam menghasilkan penjualan kamar. Formula untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝑟𝑜𝑜𝑚 𝑟𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
𝐴𝐷𝑅 =
𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑟𝑜𝑜𝑚𝑠 𝑠𝑜𝑙𝑑
2) Pendapatan Untuk Setiap Kamar (Revenue Per Available Room –
REVPAR)

9
Rasio ini memberikan informasi mengenai penjualan yang
dihasilkan untuk setiap kamar yang dimiliki hotel yang dapat dijual
kepada tamu. Formula untuk menghitung rasio ini adalah sebagai
berikut:
𝑟𝑜𝑜𝑚 𝑟𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
𝑅𝐸𝑉𝑃𝐴𝑅 =
𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑟𝑜𝑜𝑚𝑠
3) Rerata Pengeluaran Tamu Restoran (Average Food Service Check –
AFC)
Rasio ini mengukur efektivitas penjualan makanan di restoran hotel.
Rasio ini memberikan gambaran secara rerata berapa rupiah tamu
berbelanja/makan di restoran hotel. Makin tinggi rasio ini, makin efektif
pengelolaan restoran hotel oleh manajer restoran. Formula untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
𝐴𝐹𝐶 =
𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑠
4) Persentase Harga Pokok Makanan (Food Cost Percentage – FCP)
Rasio ini menggambarkan efisiensi kinerja bagian produksi
makanan hotel. Efisiensi diukur dari persentase harga pokok makanan
yang dijual dengan harga pokok makanan baku. Formula untuk
menghitung rasio ini adalah sebagai berikut:
𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑠𝑜𝑙𝑑
𝐹𝐶𝑃 =
𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
5) Persentase Harga Pokok Minuman (Beverage Cost Percentage – BCP)
Rasio ini mengungkapkan informasi mengenai efisiensi bagian
minuman hotel. Formula untuk menghitung rasio ini adalah sebagai
berikut:
𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑏𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑠𝑜𝑙𝑑
𝐵𝐶𝑃 =
𝑏𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠

C. Analisis Informasi Keuangan Berdasarkan USALI


Uniform System of Accounts for Lodging Industries merupakan penetapan
format standar dan klasifikasi perkiraan yang mengarah pada kepemilikan

10
individu dalam penyiapan dan penyajian laporan keuangan pada bidang
perhotelan.
Standarisasi tersebut membantu pemakai laporan keuangan internal dan
eksternal untuk membandingkan posisi keuangan dan kinerja operasi pada jenis
kepemilikan yang sama dalam industri hotel.
Ada beberapa konsep penting dari Uniform System of Accounts for
Lodging Industries, yaitu :
1. Membagi departemen fungsional menjadi 3 jenis yaitu :
 Departemen operasi, merupakan departemen yang memberikan
kontribusi pendapatan
seperti room, F & B, telephone, laundry dan lain-lain.
 Departemen overhead, merupakan departemen pendukung, seperti
administration &
general, marketing.
 Departemen alokasi, merupakan departemen yang berfungsi
mengalokasikan beban
pada masing-masing departemen, seperti departemen personalia
mengalokasikan
beban gaji karyawan.
2. Setiap departemen dalam organisasi akan dibebani oleh gaji karyawan
dan pengeluaran departemennya.
3. Memberikan keseragaman dalam departemen dan dalam klasifikasi aktiva,
hutang, penghasilan dan biaya.
4. Memberi kemampuan untuk membandingkan hasil operasi.
5. Memberikan kemampuan untuk melatih pengendalian anggaran yang kuat
dimana pengendalian anggaran merupakan alat untuk mengendalikan hasil
departemen.
Uniform System of Accounts for the Lodging Industry berisi lima bagian
yang terbagi lagi dalam 15 seksi. Adapun yang dibahas meliputi penyusunan
laporan keuangan industri perhotelan, analisa keuangan, format laporan
keuangan, petunjuk dalam mengalokasikan biaya -biaya operasional,
penyusunan dan pengendalian anggaran operasional.Contohnya penyusunan

11
bagan arus, contoh pencatatan sederhana pada industri perhotelan, dan kamus
pengeluaran/biaya, serta contoh laporan yang dihasilkan dari penerapan
Uniform System of Accounts.
Salah satu kegiatan yang perlu dilakukan dalam pengelolaan keuangan
usaha perhotelan yaitu perlunya analisis terhadap laporan keuangan dan
operasional.Analisis keuangan yang terkait dengan operasional bertujuan untuk
menyajikan informasi secara terstruktur mengenai keadaan keuangan
perusahaan. Analisis terhadap laporan keuangan perusahaan pada dasarnya
untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan ) dan tingkat risiko aatau
tingkat kesehatan perusahaan. Analisis keuangan mencakup analisis rasio
keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan bidang financial dan
operssional,yang sangat membantu dalam menilai kinerja manajemen masa lalu
dan prospeknya dimasa datang.Analisis antara lain menyajikan informasi
mengenai: tingkat pencapaian target operasional yang telah direncanakan,
tingkat pencapaian laba, efisiensi biaya, efektifitas pengolaan kas dan piutang,
efektifitas pengelolaan persediaan dan sebagainya.
Dalam analisis laporan keuangan, terdapat suatu kebutuhan untuk
membandingkan informasi. Perbandingan-perbandingan dapat dibuat menurut
dasar yang berbeda-beda:
1. Dasar intra perusahaan
Membandingkan suatu pos atau hubungan finansial perusahaan pada
tahun sekarang dengan pos atau hubungan yang sama pada tahun-tahun
sebelumnya.
2. Rata-rata industri (Industry Averages)
Membandingkan suatu pos atau hubungan finansial sebuah perusahaan
dengan rata-rata (norma-norma) industri yang diterbitkan pleh lembaga
pemeringkat keuangan.
3. Dasar antar perusahaan (intercompany basis)
Membandingkan suatu pos atau hubungan finansial perusahaan pada
tahun sekarang dengan pos atau hubungan yang sama dalam satu atau
lebih perusahaan-perusahaan pesaing lainnya.

12
 Alat Analisis
Analisis keuangan yang terkait dengan operasional dapat dilakukan
dengan menggunakan alat analisis berupa Laporan Keuangan dan Laporan
Operasional Harian.
1. Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Hotel terdiri dari 2 (dua) laporan utama yaitu:
Neraca dan Laporan Laba Rugi. Laporan keuangan menyajikan
informasi keuangan perusahaan pada waktu yang lalu sehingga
menggambarkan “apa yang telah terjadi”. Angka- angka yang disajikan
dalam laporan keuangan hanya akan merupakan data bagi manajemen
untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan antara lain: jumlah kas,
jumlah piutang, jumlah hutang , tingkat laba. Tanpa analisis keuangan
lebih lanjut, angka - angka tersebut tidak dapat menggambarkan apakah
kondisi tersebut menguntungkan ataukah merugikan bagi kesehatan
keuangan perusahaan. Analisis memberikan tolok ukur dan diskripsi
mengenai kondisi tersebut bagi manajemen untuk pengambilan
keputusan usaha.
2. Laporan Operasional Harian
Selain Laporan Keuangan, dalam operasional hotel disusun pula laporan
operasional harian, yang menyajikan tingkat pencapaian operasional
setiap harinya. Laporan ini khususnya menyajikan mengenai tingkat
penjualan dan statistik dari dua departemen mayor yaitu: Room dan
Food and Beverage. Karena disajikan setiap hari, maka manajemen
dapat segera mengetahui tingkat pencapaian rencana dan target usaha
setiap harinya. Analisis menyajikan informasi mengenai tingkat
pencapaian anggaran operasional, pencapaian tingkat penjualan ,
kebijakan harga dan discount serta produktivitas usaha.

 Prosedur Analisis
Analisis yang dilakukan dari waktu ke waktu sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain: ekonomi, pasar, persaingan, kondisi umum dan

13
sebagainya. Sehingga, hal-hal tersebut perlu dipertimbangkan dalam
melakukan analisis.
1. Memahami Latar Belakang Data Keuangan
Analisis dilakukan perlu memahami terlebih dahulu pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan. Kebijakan Akuntansi yang digunakan
misalnya: FIFO untuk pengelolaan persediaan bahan makanan, Metode
Garis Lurus dalam penghitungan Penyusutan Aktiva Tetap, Metode
Rata-rata untuk penghitungan harga perasediaan, Metode Prosentase
Cost untuk penghitungan Harga Jual, dan sebagainya. Sistem dan
Format Laporan Keuangan, perlu memahami format yang digunkan
dalam menyusun Laporan keuangan, misalnya dalam laporan keuangan
hotel, perlu disusun laporan keuangan tiap-tiap departemen dan
perhitungan laba rugi tiap-tiap departemen. Pada umumnya laporan
keuangan hotel disusun berdasarkan “Uniform System of Account for
Hotel” yang distandarisasi oleh AHMA (American Hotel Motel
Association).
2. Kondisi Yang Mempengaruhi Usaha Hotel
Dalam melakukan analisis, perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi
yang mempengaruhi usaha suatu hotel. Kondisi tersebut misalnya :
Ekonomi, Pariwisata, Transportasi, Keamanan Negara, Politik, Kondisi
Alam, Persaingan/pasar dan sebagainya. Kondisi-kondisi tersebut
dapat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan diluar batas
pengendalian manajemen. Misalnya, bencana alam disuatu kota akan
mempengaruhi tingkat penjualan kamar hotel (turun), hal
tersebut tentunya diluar batas kemampuan manajemen dalam
memasarkan hotel. Kejadian – kejadian tersebut perlu dipertimbangkan
dalam menganalisis.
3. Mereview Penyusunan Laporan Keuangan
Sebelum melakukan analisis terhadap laporan keuangan,
perlu mereview kembali penyusunan laporan keuangan dari tahun ke
tahun. Langkah ini sangat penting untuk memastikan apakah metode-
metode akuntansi di gunakan secara konsisten dari tahun-

14
ketahun. Perubahan metode penyusutan aktiva tetap (misalnya: dari
metode Beban Menurun ke metode garis lurus) akan mempengaruhi
perhitungan Laba yang diperoleh. Kalau hal ini terjadi, maka kenaikan
laba yang diperoleh bukan berasal dari kegiatan usaha, melainkan hanya
dari perubahan metode akuntansi saja.
4. Menganalisa Laporan Keuangan
Langkah terakhir yaitu melakukan analisis terhadap laporan
keuangan. Analisis laporan keuangan perlu dilakukan karena laporan
keuangan yang disusun perusahaan masih bersifat umum dan ditujukan
bukan hanya untuk melakukan interpretasi dan analisis.Dalam
melakukan analisis terdapat beberapa tehnik yang dapat digunakan,
salah satunya adalah dengan teknik analisis Ratio Financial Statement.

15
Daftar Referensi

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Wiyasha, IBM. 2010. Akuntansi Perhotelan: Penerapan Uniform System of


Accounts for The Lodging Industry. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai