Anda di halaman 1dari 11

1.

PSAK 14: Persediaan


a) Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 14 (Revisi 2008)
PSAK 14 (Revisi 2008) ini berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup
periodeang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2009. Ruang lingkupnya terlihat
pada Tabel II.21. PSAK ini berbeda dengan PSAK-PSAK lainnya karena sejak revisi
2008 PSAK ini telah mengadopsi standar akuntansi internasional, IAS 2 (2003):
Inventories. Sementara itu, IAS 2 (2003) tersebut tidak mengalami perubahan sampai
dengan diterbitkannya IFRS yang berlaku mulai 1 Januari 2009.Hal ini terlihat dalam
buku IFRS as issued at 1 January 2009 hal. 982 (IASFC, 2009).

Tabel II.21 Tujuan & Ruang Lingkup PSAK 14 (Revisi 2008)

PERIHAL DESKRIPSI
PSAK 14 (Revisi 2008) mengatur perlakuan akuntansi untuk
persediaan.
Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan
jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi
selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui.

Tujuan PSAK 14 (Revisi 2008) menyediakan panduan dalam menentuan


biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap
penurunan menjadi nilai realisasi neto.

PSAK 14 (Revisi 2008) juga memberikan panduan rumus biaya


yang digunakan untuk menentukan biaya persediaan.

PSAK 14 (Revisi 2008) diterapkan untuk semua persediaan,


kecuali:
a) pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak
konstruksi, termasuk kontrak jasa yang terkait
langsung (lihat PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi);
b) persediaan yang terkait dengan real estat (lihat PSAK 44:
Ruang
Akuntansi Aktivitas Perkembangan Real Estat);
Lingkup c) instrumen keuangan (lihat PSAK 50: Instrumen
Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan dan PSAK
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);
d) aset biolojik terkait dengan hasil hutan (lihat PSAK 32:
Akuntansi Kehutanan); dan
e) hasil tambang umum dan hasil tambang minyak dan
gas bumi (lihat PSAK 33: Akuntansi Pertambangan
Umum dan PSAK 29: Akuntansi Minyak dan Gas
Bumi).

PSAK 14 (Revisi 2008) tidak berlaku untuk pengukuran


persediaan bagi pialang- pedagang komoditi yang mengukur
persediaannya pada nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk
menjual, sesuai dengan praktik yang berlaku pada industri.
Ketika persediaan tersebut diukur pada nilai wajar setelah
dikurangi biaya untuk menjual, maka perubahan nilai wajar
setelah dikurangi biaya untuk menjual diakui dalam laporan
laba rugi pada periode terjadinya.

Sumber: Paragraf 1-3 PSAK 14 (Revisi 2008) (IAI, 2008) dan IAS 2 (IASCF, 2009)

b) Konsep Utama
Persediaan didefinisikan dalam paragraf 5 PSAK 14 (Revisi 2008) sebagai aset:
(a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
(b) dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
(c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
Contoh persediaan menurut paragraf 7 dan 18 PSAK 14 (Revisi 2008) adalah:
 barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, pengadaan tanah dan
properti lainnya untuk dijual kembali.
 barang jadi yang diproduksi,
 barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi,
 bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.
 biaya jasa seperti biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara
langsung
 menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead yang dapat
diatribusikan dan entitas belum mengakui pendapatan yang terkait dengan biaya
jasa tersebut (lihat PSAK 23: Pendapatan).

c) Perlakuan Akuntansi
Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih
rendah (paragraf 8 PSAK 14 (Revisi 2008)). Biaya persediaan meliputi semua biaya
pembelian,biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada
dalam kondisi dan lokasi saat ini. rincian penjelasan dari unsur biaya persediaan
terlihat pada Tabel II.22. Sementara itu, nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual
dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya
yang diperlukan untuk membuat penjualan.
Tabel II.22 Pengukuran Persediaan dalam PSAK 14 (Revisi 2008)

PERIHAL DESKRIPSI
Biaya pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya
(kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas
pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan,dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan,dan jasa.
Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan
biaya pembelian. [par.10]
Unsur
Biaya Biaya konversi
Persediaan Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan
unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga
alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam
mengonversi bahan menjadi barang jadi. Overhead produksi tetap adalah
biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa memerhatikan
volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan
bangunan dan
peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Overhead
produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara
langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi,
seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung [par.11]

Biaya lain
Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya
tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead
nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai
biaya persediaan. [par.14]

Biaya standar
Teknik Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan
Pengukuran perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi kapasitas. Biaya standar
Biaya di-review secara reguler dan, jika diperlukan, direvisi sesuai dengan kondisi
Persediaan terakhir. [par.19]

Metode eceran
Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk menilai
persediaan dalam jumlah besar item yang berubah dengan cepat, dan memiliki
marjin yang sama saat tidak praktis untuk menggunakan metode penetapan
biaya lainnya. [par.20]
Biaya persediaan untuk item yang biasanya tidak dapat diganti dengan
Rumus barang lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang
Biaya dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu harus diperhitungkan
Persediaan berdasarkan identifikasi spesifik terhadap biayanya masing masing [par.21]

Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 21, harus dihitung
dengan menggunakan rumus (1) biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP)
atau first in first out (FIFO) atau (2) ratarata tertimbang. Entitas harus
menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang
memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat
dan kegunaan yang berbeda, rumusan biaya yang berbeda
diperkenankan. [par.23]

Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali jika persediaan


rusak, seluruh atau sebagian persediaan telah usang, atau harga jualnya
Nilai telah menurun. [par.26]
Realisasi
Neto Biaya persediaan juga tidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya
penyelesaian atau estimasi biaya untuk membuat penjualan telah
meningkat. [par.26]

Praktek penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto
konsisten dengan pandangan bahwa aset seharusnya tidak dinyatakan
melebihi perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari penjualan atau
penggunaannya. [par.26]

Sumber: Paragraf 10-26 PSAK 14 (Revisi 2008) (IAI, 2009) dan IAS 2 (IASCF, 2009)

2. PSAK 16: Aset Tetap


a) Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 16 (Revisi 2011)
PSAK 16 (Revisi 2011): Aset Tetap merevisi PSAK 16 (Revisi 2007): Aset Tetap.
Secara substantif tidak terdapat perbedaan di kedua revisi PSAK tersebut. PSAK
(Revisi 2011) hanya untuk menyesuaikan dengan versi IFRS per 1 Januari 2009. PSAK
ini mengadopsi IAS 16 (2009):Property, Plant and Equipment. Tujuan dan ruang
lingkup PSAK 16 (Revisi 2011) terlihat pada Tabel II.15.
Tabel II.15 Tujuan & Ruang Lingkup PSAK 16 (Revisi 2011)
PERIHAL DESKRIPSI

Tujuan PSAK 16 (Revisi 2011) adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi


Tujuan aset tetap agar pengguna aporan keuangan dapat memahami informasi
mengenai investasi entitas di aset tetap dan perubahan dalam investasi
tersebut.

PSAK 16 (Revisi 2011) harus diterapkan dalam akuntansi aset tetap kecuali

PSAK lain menetapkan atau mengizinkan perlakuan akuntansi yang


berbeda

PSAK 16 (Revisi 2011) tidak berlaku untuk hak penambangan dan


Ruang reservasi tambang, seperti minyak,gas alam, dan sumber daya alam
Lingkup sejenis yang tidak dapat diperbarui.

PSAK lain bisa saja mensyaratkan pengakuan aset tetap berdasarkan


pendekatan yang berbeda dari PSAK 16. Contohnya adalah PSAK 30
tentang sewa yang mensyaratkan suatu entitas untuk mengevaluasi
pengakuan aset tetap sewaan atas dasar pemindahan risiko dan imbalan.
Namun demikian, dalam aspek perlakuan akuntansi lain tertentu untuk
aset tersebut, termasuk penyusutan,PSAK 16 (Revisi 2011) mengaturnya.

PSAK 16 (Revisi 2011) diterapkan untuk properti yang dikonstruksi atau


dikembangkan untuk digunakan di masa depan sebagai properti investasi,
tetapi belum memenuhi kriteria definisi Properti Investasi dalam PSAK
13: Properti Investasi. Ketika konstruksi atau pembangunannya telah
selesai, properti tersebut menjadi properti investasi dan entitas diharuskan
menerapkan PSAK 13.Properti investasi yang sedang dikembangkan
ulang untuk dilanjutkan penggunaannya di masa depan sebagai properti
investasi juga harus mengacu pada PSAK 13. Entitas yang menggunakan
model biaya untukproperti investasi sesuai PSAK 13 harus menggunakan
model biaya dalam PSAK 16 (Revisi 2011).

Sumber: Paragraf 1-5 PSAK 16 (Revisi 2011) (IAI, 2011) dan IAS 16 (IASCF, 2009)

b) Konsep Utama
Masalah utama dalam akuntansi untuk aset tetap adalah saat (timing) pengakuan
aset,penentuan jumlah tercatat dan beban penyusutan, serta penentuan dan perlakuan
akuntansi untuk penurunan nilai tercatat aset tetap. Di dalam paragraf 6 PSAK 16
(Revisi 2011), aset tetap didefinisikan sebagai aset berwujud yang
- dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalka kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
- diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Pengertian aset tetap tersebut terkait dengan beberapa istilah umum lainnya,
seperti diuraikan dalam Tabel II.16.

Tabel II.16 Pengertian-pengertian Terkait dengan Aset Tetap


PERIHAL DESKRIPSI
Biaya Perolehan Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan
(cost) lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau
konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan
ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu
dalam PSAK lain.

Jumlah Tercatat Nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi akumulasi penyusutan
(carrying dan akumulasi rugi penurunan nilai.
amount)

Jumlah Yang
Dapat Nilai yang lebih tinggi antara harga jual neto dan nilai pakai (value in use)
Diperoleh suatu aset.
Kembali
(recoverable
amount)

Jumlah Yang
Dapat Biaya perolehan suatu aset atau jumlah lain yang menjadi pengganti biaya
Disusutkan perolehan,dikurangi nilai residunya.
(depreciable
amount)

Nilai Khusus Nilai kini dari arus kas suatu entitas yang diharapkan timbul dari
Entitas (entity penggunaan aset dan dari pelepasannnya pada akhir umur manfaat
Specific value) atau yang diharapkan terjadi ketika penyelesaian kewajiban

Jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset
Nilai Residu setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah
Aset mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Nilai Jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak
Wajar yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu
transaksi dengan wajar (arm’s length transaction)

Penyusutan Alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama
umur manfaatnya.

Selisih dari jumlah tercatat suatu aset dengan jumlah yang dapat diperoleh
Rugi Penurunan (impairment loss) kembali dari aset tersebut.
Nilai

Umur Manfaat a) suatu periode dimana asset diharapkan akan digunakan oleh entitas,
(usefullif) atau
b) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh
dari asset tersebut oleh entitas

Sumber: Paragraf 1-5 PSAK 16 (IAI, 2009) dan IAS 16 (IASCF, 2009)

c) Perlakuan Akuntansi
Tabel II.17 menjelaskan perlakuan akuntansi utama untuk aset tetap sesuai dengan PSAK
16 (Revisi 2011). Perlakuan tersebut merujuk pada paragraf berhuruf miring dan tebal di
PSAK 16 (Revisi 2011). Namun demikian, Tabel II.17 juga mencakup beberapa paragraf
yang tidak berhuruf miring dan tebal untuk lebih memperjelas uraian tentang perlakuan
akuntansi aset tetap.

Tabel II.17 Perlakuan Akuntansi untuk Aset Tetap dalam PSAK 16 (Revisi 2011)
PERIHAL DESKRIPSI
Pengakuan Biaya perolehan aset diakui jika dan hanya jika
a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan
dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas, dan
b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal [par.7]

PSAK 16 (Revisi 2011) tidak menentukan unit ukuran dalam pengakuan


suatu aset tetap. Karena itu, diperlukan pertimbangan dalam penerapan kriteria
pengakuan yang sesuai dengan kondisi tertentu entitas.
Pertimbangan tersebut tepat terhadap agregasi unit-unit yang secara individual
tidak signifikan, seperti cetakan dan perkakas, kemudian menerapkan kriteria
atas nilai agregat tersebut [par.9]
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset
Pengukuran
pada awalnya harus diakui berdasarkan biaya perolehan, yang meliputi :
Awal a) harga perolehan, termasuk bea impor dan non-creditable tax
1)Komponen dikurangi diskon dan potongan
Biaya
b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset
Perolehan
ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan
sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen
c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset.[par.15-16]

a) Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunainya dan
diakui pada saat terjadinya.Jika pembayaran untuk suatu aset
2)Pengukuran
ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal,
Biaya
perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui
Perolehan
sebagai beban bunga selamaperiode kredit, kecuali dikapitalisasi
sesuai dengan perlakuan alternatif yang diizinkan dalam PSAK 26
tentang Biaya Pinjaman. [par.23]
b) Aset yang diperoleh melalui pertukaran non moneter atau kombinasi
aset moneter dan non moneter diukur sebesar nilai wajar, kecuali
1) Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau
2) Nilai wajar aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur
secara andal [par.24]
c) Biaya perolehan aset tetap yang dicatat oleh lessee dalam sewa
pembiayaan ditentukan sesuai dengan PSAK 30 (Revisi 2011): Sewa
[par.27]
d) Nilai tercatat aset tetap dapat dikurangi dengan hibah pemerintah
sesuai dengan PSAK 61:Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan Pemerintah [par.28]

Pengukuran Entitas memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation
Setelah model) sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut
Pengukuran terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama [par.29]
Awal Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan
1) Model
dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
Biaya
2)Model aset [par.30]
Revaluasi
a) Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya
dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian,
yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi
setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan
keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang
ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode
pelaporan [par.31].
b) Jika suatu aset direvaluasi, seluruh aset tetap dalam kelompok
yang sama harus direvaluasi[par.36].
c) Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan
tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian surplus
revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan
laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat
revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba
rugi [par.39].
d) Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan
tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun, penurunan nilai
akibat revaluasi tersebut langsung didebit ke ekuitas pada bagian
surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo
kredit sruplus untuk aset tersebut [par.40].
e) Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke
model revaluasi dalam pengukuran aset tetap, perubahan tersebut
berlaku prospektif [par.43]

Penyusutan a) Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan secara
signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan
secara terpisah [par.44].
b) Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laporan
laba rugi, kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah
tercatat aset lainnya [par.49].
c) Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis
sepanjang umur manfaatnya [par.51].
d) Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review
minimum setiap akhir tahun buku. Bila ternyata hasil review berbeda
dengan estimasi sebelumnya, perbedaan tersebut harus diperlakukan
sebagai perubahan estimasi akumulasi sesuai dengan PSAK 25 (Revisi
2009):
Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Koreksi Kesalahan
Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi [par.52].
e) Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi
pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas
[par.61].
f) Metode penyusutan harus di-review minimum setiap akhir tahun buku.
Bila terjadi perubahan signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi
manfaat
ekonomi masa depan dari aset tersebut, metode penyusutan harus diubah
untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode
penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi
sesuai dengan PSAK 25: Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan,
Koreksi Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi
[par.62].

Penurunan
Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai,
Nilai
entitas menerapkan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset. PSAK ini
menjelaskan
1. bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya,
2. bagaimana menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset,
dan
3. kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai [par.64].
Dalam hal terdapat kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang
mengalami penurunan nilai, hilang, atau dihentikan, kompensasi tersebut
harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat kompensasi itu
diakui
sebagai piutang [par.65]

Penghentian 1. Pengakuan jumlah tercatat aset tetap dihentikan pada saat


Pengakuan a) dilepaskan; atau
b) tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya [par.67].
2. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap
harus
dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat pengakuan aset tersebut
dihentikan (kecuali PSAK 30 mengharuskan perlakuan berbeda dalam hal
transaksi jual dan sewa balik). Laba tidak boleh diklasifikasikan
sebagai pendapatan [par.68].
3. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian suatu aset
tetap harus ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil
pelepasan, jika ada, dan jumlah tercatat dari aset tersebut [par.72].
Sumber: PSAK 16 (Revisi 2011) (IAI, 2011) dan IAS 16 (IASCF, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: PSAK 16 (Revisi 2011) (IAI, 2011) dan IAS 16 (IASCF, 2009)

Sumber: Paragraf 1-3 PSAK 14 (Revisi 2008) (IAI, 2008) dan IAS 2 (IASCF, 2009)

Anda mungkin juga menyukai