Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Kecurangan (fraud) merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan
sehingga dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan
tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan
umumnya terjadi karena tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan
untuk memanfaatkan kesempatan/peluang yang ada (Rahmawati dan Idjang, 2012).
Sistem kerja yang tidak transparan merupakan peluang emas bagi pelaku
kecurangan. Kecurangan dengan cara menyiasati sistem justru dimungkinkan
karena pelaku adalah “orang dalam” atau melibatkan orang yang memiliki otoritas
atas sistem tersebut. Sistem yang tidak tranparan menutup kesempatan bagi banyak
orang untuk melakukan pengawasan dan memberi masukan terhadap sistem yang
sedang berjalan (Kumaat, 2011:158).
Kecurangan akuntansi dalam bahasa pengauditan disebut fraud (Ananda
Aprishella Parasmita Ayu Putri, 2014). Fraud adalah tindakan yang terjadi karena
adanya peluang untuk melakukan salah saji dalam laporan keuangan dan salah saji
yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aset (Meliany, 2013 dalam
Tiara Delfi, dkk, 2014). Di Indonesia, kecurangan akuntansi (fraud) ini dibuktikan
dengan adanya likuidasi beberapa bank, diajukan manajemen BUMN dan swasta
ke pengadilan, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi di komisi
penyelenggara pemilu, dan DPRD (Wilopo, 2006).
Pada umumnya kecurangan akuntansi berkaitan dengan korupsi. Dalam
korupsi, tindakan yang lazim dilakukan adalah memanipulasi pencatatan,
penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atauperekonomian
Negara. Kecenderungan menunjukan adanya indikasi untuk melakukan tindakan
yang mengarah adanya kecurangan atau penipuan.

1
2

Kecenderungan kecurangan akuntansi dapat dikatakan sebagai tendensi korupsi


dalam definisi dan terminology karena keterlibatan beberapa unsur yang terdiri atas
fakta-fakta menyesatkan, pelanggaran aturan atau penyalahgunaan kepercayaan,
dan omisi fakta kritis. (Wilopo, 2006).
BPK menemukan temuan yang berulang, seperti kasus-kasus kelemahan
sistem pengendalian internal (SPI) dan ketidakpatuhan terhadap perundang-
undangan, sehingga berpotensi merugikan keuangan negara sebesar Rp. 6250
triliun. Dalam semester II tahun 2019 BPK telah memeriksa 971 objek pemeriksaan,
dengan rincian jumlah kelemahan SPI Pemerintah Pusat 304 objek pemeriksaan,
514 objek pemeriksaan Pemerintah Daerah dan 153 objek pemeriksaan BUMN dan
Badan lainnya. Dari pemeriksaan itu, BPK mengungkapkan sebanyak 1.113
kasus kelemahan SPI dan ketidakpatuhan terhadap undang-undang dengan nilai
Rp 7602 triliun.
Tabel 1.1
Fenomena Kelemahan Pengendalian Internal
Ket PDTT PKBL Kelemahan Ketidak Kerugian
SPI Patuhan Negara
BPK - - 971 1.725 709
2019 Kasus Kasus Kasus
Sumber : www.bpk.go.id (diolah Kembali)

Berdasarkan fenomena di atas maka jelaslah bahwa pengendalian internal


mempunyai peranan dan fungsi yang penting terhadap pencegahan kecurangan.
Pengendalian internal yang kurang baik dapat berdampak terhadap terjadinya
banyak permasalahan dalam suatu perusahaan. Pengendalian internal yang baik
memungkinkan manajemen siap menghadapi perubahan ekonomi yang cepat,
persaingan, pergeseran permintaan pelanggan dan fraud serta restrukturisasi untuk
kemajuan yang akan datang (Ruslan,2009).
Salah satu fenomena yang terjadi berkaitan dengan fraud terjadi pada salah
satu perusahaan raksasa dunia yaitu Facebook dan Google Fraud sebesar US$122
juta. Esvaldas Rimasauskas, didakwa melakukan tindak kejahatan pencurian
identitas, penipuan finansial, dan pencurian uang sepanjang 2013 – 2015. Pria asal
Lithuania itu melakukan penipuan terhadap dua perusahaan teknologi raksasa asal
Amerika Serikat (AS), Facebook dan Goggle. Pria berusia 50 tahun tersebut
melakukan penipuan dengan total kerugian mencapai US$122 juta. Masing-
masing Facebook US$99juta dan Goggle US$23 juta. Esvaldas melancarkan
aksinya dengan menggunakan Metode Business Email Compromise (BEC). Ia
mengirimkan tagihan kepada Facebook dan Google menggunakan idenititas
3

Quanta Computer, perusahaan manufaktur di Taiwan, lengkap dengan dokumen


dan surat kontrak yang dipalsukan.Facebook dan Google percaya tagihan ini dan
melakukan pembayaran. Namun pada tahun 2017, aksi itu terungkap dan Esvaldas
dijatuhi hukuman. (www.jurnal.id.com).

Picandi Masco Jaya alias Candi selaku Business Manager Unit Bisnis
Sumatera I PT Kimia Farma Diagnostik (FKD) Wilayah Medan dan Aceh divonis
10 tahun penjara. Ia dinilai terbukti memperoleh keuntungan berkisar Rp.
2.236.640.000 dengan memerintahkan karyawannya menggunakan swab antigen
bekas di Bandara Kualanamu Deliserdang, Sumatera Utara (Sumut). Sementara 4
karyawannya dijatuhi hukuman yang bervariasi antara lain Sepipa Razi dan Depi
Jaya masing-masing 2,6 tahun penjara. Kemudian Marzuki dan Renaldio masing-
masing divonis 5 tahun penjara. Kelima terdakwa juga dibebani membayar denda
masing-masing sebesar Rp. 1 Miliar subsidair 1 tahun kurungan. Putusan ini
dibacakan hakim yang diketuai oleh Rusihan Juhriah Rangkuti di Pengadilan
Negeri Lubukpakam. (www.cnnindonesia.com).
Kasus pada PT Pos Indonesia yang menjerat Arjuna, mantan Vice President
Kolekting dan Antaran PT Pos Indonesia didakwa melakukan korupsi uang PT Pos
Indonesia Rp 2,4 miliar. Uang sebesar itu berasal dari dana penyimpangan dalam
penggunaan/pengeluaran biaya tambahan distribusi Kartu Perlindungan Sosial
(KPS). Hal tersebut terungkap dalam sidang korupsi di PT Pos Indonesia yang
digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Bandung, Rabu 1 Februari
2017. Perbuatan korupsi terdakwa Arjuna itu dilakukan secara bersama-sama
dengan Zulkifli Assagap selaku Senior Vice President Operasi PT Pos Indonesia,
Pamungkas Tedjo Asmoro selaku Vice President Pengendalian Sistem Operasi PT
Pos Indoensia dan beberapa terdakwa lainnya.
Terdakwa telah melakukan perbuatan melawan hukum yang telah
bertentangan dengan keputusan bersama antara komisaris dan direksi PT Pos
Indonesia, yang intinya direksi dan karyawan dilarang melakukan transaksi yang
mempunyai benturan kepentingan dan mengambil keuntungan pribadi.
(www.kompas.com).
4

Penelitian Coe dan curtis (1991) menemukan total 127 kasus kelemahan
pengendalian internal di Carolina Utara AS sebagian besar (24%) terjadi di lembaga
pemerintah. Menurut Abbot et al. Dalam Wilopo (2006) pengendalian intern yang
efektif mengurangi kecenderungan kecurangan dalam organisasi. Hal ini senada
dengan survey KMPG tahun 2006 dimana sebagian besar kecurangan (38%)
terdeteksi karena adanya kelemahan pengendalian internal.

Fenomena-fenomena di atas termasuk kecurangan akuntansi yang


disebabkan karena adanya peluang untuk melakukan kecurangan, adanya tekanan
yang diberikan seorang atasan kepada bawahannya, dan adanya sikap atau
rasionalisasi untuk membenarkan tindakan kecurangan yang dilakukan oleh
seorang atasan. Hal ini juga disebabkan karena lemahnya pengendalian internal dan
sistem informasi yang dapat membuka keleluasaan karyawan untuk melakukan
tindakan yang dapat merugikan perusahaan.
Kecurangan yang terungkap merupakan bagian kecil dari seluruh
kecurangan yang sebenarnya terjadi. Seperti menangani penyakit, lebih baik
mencegah daripada mengobati. Kecurangan dapat dikurangi bahkan dicegah
dengan menciptakan iklim budaya jujur, keterbukaan, dan saling membantu satu
sama lain. Karena itu, upaya utama seharusnya adalah pada pencegahannya. Upaya
pencegahan kecurangan dimulai dari pengendalian internal. Disamping
pengendalian internal, dua konsep penting lainnya dalam pencegahan fraud, yakni
menanamkan kesadaran tentang adanya kecurangan, pengawasan sistem informasi
(otorisasi), dan upaya menilai resiko terjadinya kecurangan. (Sofianingsih, 2014)
Untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik, diperlukan sistem
informasi yang terintegrasi dan pengendalian internal yang efektif. Sistem
informasi yang terintergasi dan sistematika juga merupakan faktor yang
mempengaruhi adanya kecurangan. Perkembangan sistem informasi akuntansi
yang semakin pesat saat ini merupakan hasil pemikiran manusia yang menciptakan
sistem informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi dunia bisnis, sehingga
membawa perubahan-perubahan pada segi kehidupan. Perubahan- perubahan yang
terjadi dapat dilihat pada kecenderungan orang atau badan usaha untuk selalu
menggunakan sebuah sistem informasi akuntansi dalam suatu aktivitas kegiatan
usahanya. Hal ini bertujuan untuk mengefektifkan kerja dan mengefisienkan waktu
agar dapat meningkatkan keuntungan.
Sistem informasi akuntansi dapat didefinisikan sebagai kumpulan
(integrasi) dari sub sistem/komponen baik fisik maupun non fisik yang saling
berhubungan dan bekerja sama satu sama lain secara harmonis untuk mengolah data
5

transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan


(Azhar Susanto: 2013).

Efektivitas dan efisiensi proses bisnis akan tercapai dengan adanya


teknologi yang canggih seperti ERP. Azhar Susanto mendefinisikan Enterprise
Resource Planning (ERP) sebagai paket software terintegrasi yang dirancanguntuk
memberikan integrasi yang menyeluruh terhadap seluruh data yang terkait dengan
sistem informasi akuntansi perusahaan. Sebelum proses implementasi sistem ERP
dilakukan untuk menghindari kendala-kendala yang mungkin muncul,diperlukan
program edukasi yang menyeluruh kepada seluruh karyawan perusahaan yang akan
memanfaatkan sistem tersebut, mulai dari manajemen puncak sampai petugas
lapangan yang sehari-hari terlibat langsung dalam proses transaksi pelanggan atau
end-user.
Selain itu, keefektifan pengendalian internal juga merupakan faktor yang
mempengaruhi adanya kecurangan akuntansi dan perilaku tidak etis. Pengendalian
internal memegang peran penting dalam organisasi untuk meminimalisir terjadinya
kecurangan. Pengendalian internal yang efektif akan menutup peluang terjadinya
perilaku yang tidak etis serta kecenderungan untuk berlaku curangdalam akuntansi.
Pengendalian internal yang efektif dapat melindungi dari pencurian,
penggelapan penyalahgunaan aktiva pada lokasi yang tidak tepat. Selain itu
pengendalian internal juga memberikan jaminan yang wajar terhadap informasi
bisnis yang akurat demi keberhasilan perusahaan, oleh karena itu, jika pengendalian
yang telah dirancang dan dilaksanakan dengan efektif maka pengendalian internal
dapat diandalkan untuk melindungi dari kecurangan termasuk apabila ada karyawan
yang berniat melakukan kecurangan akuntansi (fraud) (Tiara Delfi dkk, 2014).
Pengendalian internal merupakan seperangkat dan prosedur untuk
melindungi aset atau kekayaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan,
menjamin terjadinya informasi akuntansi perusahaan yang akurat. Pengendalian
internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen,
dan personel lainnya dalam suatu entitas yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan berikut: keandalan pelaporan
6

keuangan, menjaga kekayaan dan catatan organisasi kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan, efektivitas dan efisiensi operasi (Siti dan Ely, 2010:312).
Pengendalian internal meliputi organisasi yang dikoordinasikan untuk
menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipenuhinya kebijakan manajemen, sehingga
dengan diterapkannya pengendalian internal, manajemen akan menekankan
pentingnya pengendalian dan mengambil langkah penting untuk
mengendalikannya. Laporan keuangan yang memiliki kualitas nilai informasi yang
baik, tidak terlepas dari penerapan pengendalian internal yang baik. Penerapan
sistem pengendalian internal dapat mencegah adanya suatu kegiatan yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga dapat memperoleh efisisensi,
efektifitas (Udiyanti, Anantawikrama, dan Darmawan, 2014).
Penelitian ini merupakan sebuah replikasi dari penelitian sebelumnya oleh
Edy Darmadi dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
Berbasis Teknologi Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) Pengaadaan Barang
dan Jasa yang dimoderasi oleh Sistem Pengendalian Internal namun, pada
penelitian ini penulis menggunakan variabel sistem informasi akuntansi dan sistem
pengendalian internal sebagai variabel x, dan mengubah variabel y menjadi
pencegahan fraud dari penelitian tersebut. Sedangkan untuk penelitian sendiri
penulis melaksanakan penelitian di PT. Gracia Pharmindo Kota Bandung.
Berdasarkan fenomena dan uraian di atas dan pentingnya sistem informasi
akuntansi, sistem pengendalian internal dan pencegahan fraud dalam setiap
kegiatan perusahaan, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan
judul “PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
BERBASIS TEKNOLOGI TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN
(FRAUD) PENGADAAN BARANG DAN JASA YANG DIMODERASI
OLEH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL”.
7

1.2 Indentifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem informasi akuntansi berbasis teknologi yang diterapkan
pada PT. Gracia Pharmindo Kota Bandung.
2. Bagaimana sistem pengendalian internal yang diterapkan pada PT. Gracia
Pharmindo Kota Bandung.
3. Bagaimana pencegahan kecurangan (fraud) pada PT. Gracia Pharmindo
Kota Bandung.
4. Apakah penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi
berpengaruh Terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pengadaan barang
dan jasa pada PT. Gracia Pharmindo Kota Bandung.
5. Apakah penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi
berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pengadaan barang
dan jasa yang dimoderasi oleh sistem pengendalian internal pada PT.Gracia
Pharmindo Kota Bandung.

1.3 Batasan Masalah

2 Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya


penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut
lebih terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian
akan tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Luas lingkup hanya pada sistem pengendalian internal dan sistem informasi
akuntansi terhadap pencegahan kecurangan di PT Gracia Pharmindo dari than
2015 – 2021

2. Informasi yang disajikan yaitu sistem pengendalian internal, sistem inforasi


akuntansi dan kecurangan (Fraud)
8

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sistem informasi akuntansi berbasis teknologi
yang diterapkan pada PT. Gracia Pharmindo Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui sistem pengendalian internal yang diterapkan
pada PT. Gracia Pharmindo Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan kecurangan pada PT.
Gracia Pharmindo Kota Bandung.
4. Untuk mengetahui penerapan sistem informasi akuntansi berbasis
teknologi berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud)
pengadaan barang dan jasa pada PT. Gracia Pharmindo Kota
Bandung.

Untuk mengetahui penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi


berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pengadaan barang
dan jasa yang dimoderasi oleh sistem pengendalianinternal pada PT. Gracia
Pharmindo Kota Bandung.

1.4.2 Manfaat Penelitian


Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang
bermanfaat, sesuai dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.3 Kegunaan Teoritis


Adapun kegunaan teoritis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk
meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang sejauh mana Pengaruh
sistem pengendalian internal terhadap pencegahan kecurangan (fraud)
pengadaan barang dan jasa yang dimoderasi oleh penerapan sistem
informasi akuntansi pada PT. Gracia Pharmindo Kota Bandung.

2. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi ilmu


pengetahuan terutama yang berubungan dengan disiplin ilmu ekonomi,
khususnya ilmu akuntansi serta studi aplikasi dengan teori-teori serta
literatur-literatur lainnya dengan keadaan sesungguhnya yang ada di
PT.Gracia Pharmindo Kota Bandung.
9

1.4.4 Kegunaan Praktis


Adapun kegunaan praktis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan sarana untuk menambah wawasan dan
pengetahuan praktis mengenai pengaruh sistem pengendalian internal
terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pengadaan barang dan jasa yang
dimoderasi oleh penerapan sistem informasi akuntansi, serta masalah
operasional perusahaan dilapangan untuk melengkapi pengetahuan teoritis
yang dapat diperkuliahan.

2 Bagi Perusahaan
Penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dan pandangan mengenai
pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi terhadap pencegahan
kecurangan (fraud) pengadaan barang dan jasa yang dimoderasi oleh sistem
pengendalian internal. Sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk
menentukan suatu kebijakan dalam menjalankan atau melaksanakan
kepemimpinan selanjutnya.

3 Bagi Pihak Lain


Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi
untuk menambah pengetahuan penerapan sistem informasi akuntansi
terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pengadaan barang dan jasa yang
dimoderasi oleh sistem pengendalian internal sebagai bahan pertimbangan
bagi penelitian-penelitian yang sejenis
10
1

BAB II
Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Theory Agency
Teori keagenan menurut Scott (2015) adalah: “Hubungan atau kontrak
antara principal dan agent, dimana principal adalah pihak yang mempekerjakan
agent agar melakukan tugas untuk kepentingan principal, sedangkan agent adalah
pihak yang menjalankan kepentingan principal.”

Teori agensi ini menyatakan bahwa dalam suatu perusahaan, terdapat


pemisahan peran antara pemilik sebagai principal dan manajer sebagai agent yang
menjalankan perusahaan. Oleh karena itu, dalam menjalankan perusahaan ada
kemungkinan akan muncul permasalahan agensi karena masing-masing pihak, baik
pihak principal dan agent akan selalu berusaha untuk memaksimalkan fungsi
utilitasnya (Jensen dan Meckling, 1976)

Konflik keagenan terjadi ketika pemilik perusahaan (principal) bukan


merupakan bagian dari manajemen. Para manajer yang tidak mempunyai
kepentingan dalam dividen cenderung akan bertindak opportunistic yaitu
menggunakan sumber dana perusahaan untuk kepentingan pribadinya seperti
menggunakan fasilitas berlebih atau melakukan investasi yang kurang
menguntungkan bagi perusahaan (overinvestment) (Ross et al., 2008).

Adanya konflik keagenan ini dapat menimbulkan masalah yang disebabkan


karena perbedaan informasi yang didapatkan oleh pemilik dan manajemen. Manajer
sering kali punya lebih banyak informasi tentang kondisi dan kinerja perusahaan
daripada principal. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai asimetri informasi.
Menurut Scott (1977) dalam Suryono (2013), asimetri informasi terbagi menjadi
dua macam, yaitu :
1. Adverse selection, yaitu para pihak internal perusahaan yakni manajer dan
orang-orang yang terlibat di dalamnya mengetahui lebih banyak informasi
dibandingkan dengan para investor yang menjadi pihak eksternal
perusahaan.
2. Moral hazard, yaitu aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh pihak internal
perusahaan tidak seluruhnya dapat diketahui oleh para pemegang saham,
investor ataupun kreditor sehingga pihak internal perusahaan dapat
melakukatindakan-tindakan diluar sepengetahuan dari para pemegang
2

saham, investor maupun kreditor.

2.1.2 Pengertian Akuntansi


Dalam setiap perusahaan ilmu akuntansi sangat diperlukan untuk mengelola
perusahaannya, agar dapat diketahui kemajuan dan kemunduran dari usaha sebuah
perusahaan tersebut. Dengan adanya akuntansi perusahaan dapat mengontrol laju
perkembangan perusahaannya.
Pengertian akuntansi menurut Reeve,dkk (2014:9) yang dialih bahasakan
oleh Damayanti Dian bahwa Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai sistem
informasi akuntansi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan
mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Menurut Kieso, et al dalam
Dwi Martani (2015:4) Akuntansi sebagai suatu sistem dengan input data/informasi
dan output berupa informasi dan laporan keuangan yang bermanfaat bagi pengguna
internal maupun eksternal entitas. Sedangkan pengertian akuntansi menurut Azhar
Susanto (2013:4) adalah sebagai berikut: “Akuntansi adalah bahasa bisnis, setiap
organisasi menggunakannya sebagai bahasa komunikasi saat berbisnis.
Dari kutipan pengertian Akuntansi di atas maka penulis berkesimpulan
bahwa akuntansi adalah suatu sistem informasi yang menyediakan laporan
keuangan untuk pengguna internal dan eksternal perusahaan dan sebagai alat
komunikasi bisnis.

2.1.3 Pengertian Sistem informasi akuntansi Berbasis Teknologi


Sistem informasi akuntansi merupakan dasar untuk mendapatkan informasi-
informasi yang tepat dan cepat. Tepat artinya data benar-benar bergunadan dapat
dipercaya kebenarannya. Sedangkan cepat berarti informasi akuntansi dapat
membuat perusahaan mampu beroperasi secara efektif dan efisien karena kegitan
akuntansi pada perusahaan atau organisasi menjadi lebih cepat dan mudah, serta
menghasilkan informasi yang bermanfaat dalam proses pengambilan

keputusan.
Sistem informasi akuntansi Akuntansi menurut Azhar Susanto (2013:72)
didefinisikan sebagai kumpulan (integrasi) dari sub sistem atau komponen baik fisik
maupun non fisik yang saling berhubungan dan bekerja sama satu sama lain secara
harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan
menjadi informasi keuangan. Zaki Baridwan (2013:4) juga mengemukakan
pengertian sistem informasi akuntansi akuntansi yaitu suatu komponen yang
3

mengumpulkan, menggolongkan, mengolah, menganalisa danmengkombinasikan


informasi keuangan yang relevan untuk pengambilan keputusan pihak-pihak luar
(seperti inspektorat pajak, investor, dan kreditor) pihak-pihak dalam (terutama
manajemen).”
Sedangkan Bodnar dan Hopwood (2010:1) mengemukakan pengertian
sistem informasi akuntansi An accounting information system is a collection of
resources, such as people and equipment, designed to transform financial and other
data into information. Kutipan di atas dapat diartikan bahwa sistem informasi
akuntansi akuntansi adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan
yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya ke dalam
informasi.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi akuntansi adalah kumpulan dari sumber daya yang akan
mentransformasikan data-data keuangan menjadi informasi yang diolah secara
manual maupun dengan bantuan komputer yang berguna bagi pengambilan
keputusan. Definisi tersebut menggambarkan bahwa formulir-formulir, catatan-
catatan, dan prosedur-prosedur serta jenis-jenis alat yang digunakan untuk
mengolah data yang berhubungan operasi dari suatu badan usaha yang bertujuan
untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan yang diperlukan oleh
manajemen untuk mengendalikan operasi perusahaan.

2.1.3.1 Unsur-unsur Sistem informasi akuntansi Berbasis Teknologi


Sistem informasi akuntansi merupakan suatu langkah untuk melaksanakan
kegiatan perusahaan demi tercapainya suatu tujuan, dengan ini maka diperlukan

beberapa unsur-unsur sistem informasi akuntansi yang terdiri dari beberapa pokok
seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2013:3) sebagai berikut:
1. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya
transaksi. Dengan formulir ini data yang bersangkutan dengan transaksi
yang direkam pertama kali dijadikan dasar dalam pencatatan.
2. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat,
mengklasifikasikan, meringkas data keuangan dan data lainnya. Dalam
jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkasan data keuangan dan data
lainnya. Dalam jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkasan data, yang
hasilnya kemudian di posting ke rekening yang bersangkutan dalam buku
4

besar.
3. Buku Besar
Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas
data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.Rekening buku
besar ini disatu pihak dipandang sebagai wadah untukmenggolongkan
data keuangan, dipihak lain dapat dipandang juga sebagai sumber informasi
keuangan untuk penyajian laporan keuangan.
4. Buku Pembantu
Buku besar pembantu terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci
data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalambuku besar.
Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir, yang
berarti tidak ada catatanakunatnsi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas
dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu.
5. Laporan keuangan
Laporan merupakan hasil akhir proses akuntansiyang berupa neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok
produksi, laporan biaya pemasaran dan lain sebagainya.”

Sistem informasi akuntansi akuntansi terdiri dari beberapa unsur seperti


yang diungkapkan Bodnar dan Hopwood (2010:1) sebagai berikut:
1. People and equipment
2. Data
3. Information.

2.1.3.2 Komponen Sistem informasi akuntansi Berbasis Teknologi


Komponen sistem informasi akuntansi terdiri dari beberapa bagian yang
saling berintegrasi yang membentuk sebuah sistem. Komponen sistem informasi
akuntansi menurut Romney dan Steinbart (2014:28) adalah 1) People the who
operate the system and perform various function, 2) The procedures and indtruction
both manual automated, involved in collecting, 3) The data about organization and
its business processes, 4) The Software used to process the organization’s data, 5)
The information technology infrastructure, including, computers, peripheral
devices and network communication devices used to collect, strore, process, and
transmit data and information, 6)The internal controls and security measure that
safeguard the data in the accounting information system.
Berdasarkan pernyataan Romney dan Steinbart (2014) dapat dijelaskan
bahwa komponen sistem informasi akuntansi terdiri dari:
5

1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi.


2. Prosedur dan intruksi baik manual maupun otomatis, dan terlihat dalam
pengumpulan sistem.
3. Data tentang organisasi dan proses bisnis.
4. Perangkat lunak yang digunakan untuk memproses dan data organisasi.
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan
pendukung, dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
Pengendalian internal (Internal control) dan langkah-langkah keamanan
yang menjaga data dalam sistem informasi akuntansi. Sedangkan komponen sistem
informasi akuntansi menurut Azhar Susanto (2013:58) adalah sebagai berikut:

1. Perangkat Keras (Hardware)


Hardware merupakan peralatan fisik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan, memasukkan, memproses, menyimpan dan mengeluarkan
hasil pengolahan data dalam bentuk informasi.

2. Perangkat Lunak (Software )


Software adalah kumpulan dari program-program yang digunakan untuk
menjalankan aplikasi tertentu pada komputer, sedangkan program
merupakan kumpulan dari perintah-perintah komputer yang tersusun secara
sistematis. Software dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
berdasarkan fungsinya yaitu perangkat lunak sistem (sytem Software ) dan
perangkat lunak aplikasi (application Software ).

3. Manusia (Brainware)
Brainware atau sumber daya manusia (SDM) SI/SIA merupakan bagian
terpenting dari komponen sistem informasi akuntansi (SIA) dalam dunia
bisnis yang dikenal sebagai sistem informasi akuntansi. Komponen SDM ini
merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan komponen lainnyadidalam
suatu sistem informasi (SI) sebagai hasil dari perencanaan, analisis,
perancangan, dan strategi implementasi yang didasarkan kepada
komunikasi diantara sumber daya manusia yang terlinat dalam suatu
ogranisasi.

4. Prosedur (Procedure)
Procedure adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan cara yang sama. Prosedur penting dimiliki bagi suatu
organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Jika
prosedur telah diterima oleh pemakai sistem informasi akuntansi maka
6

prosedur akan menjadi pedoman bagaimana fungsi sistem informasi


akuntansi tersebut harus dioperasikan. Dengan adanya prosedur yang
memadai maka pengendalian dapat dilakukan dengan baik.

5. Basis Data (Database)


Data adalah fakta baik dalam bentuk angka-angka, huruf-huruf atau
apapun yang dapat digunakan sebagai input dalam proses untuk
menghasilkan informasi.

6. Jaringan Komunikasi (Communication Network)


Jaringan komunikasi atau komunikasi data dapat didefinisikan sebagai
penggunaan media elektronik atau cahaya untuk memindahkan data atau
informasi dari satu lokasi ke satu atau beberapa lokasi lain yang bebeda.
Komunikasi yang terjadi di antara beberapa pihak yang berkomunikasi
harus difasilitasi dengan infrastruktur berupajaringan telekomunikasi yang
konfigurasinya bisa berbentuk bintang (star), cincin (ring), dan hirarki
(BUS).

Dengan demikian dalam membentuk suatu sistem informasi akuntansi tidak


hanya dibutuhkan operator yang menjalankannya, karena pada dasarnya operator
yang menjalankan sistemharus berpedoman pada prosedur-prosedur dan didukung
oleh infrastruktur terkonologi seperti Software , komputer, dan peralatanpendukung
lainnya. Tanpa itu sebuah sistem tidak akan berjalan dengan baik.

2.1.3.3 Fungsi Sistem informasi akuntansi Berbasis Teknologi


Sistem informasi akuntansi yang baik dalam pelaksanaanya diharapkan
akan memberikan atau menghasilkan informasi-informasi yang berkualitas serta
akan memberikan manfaat bagi pihak manajemen khususnya pemakai-pemakai
informasi lainnya dalam pengambilan keputusan. Fungsi utama sistem informasi
akuntansi adalah mendorong seoptimal mungkin agar akuntansi dapat
menghasilkan berbagai Informasi yang berkualitas yaitu informasi yang tepat
waktu, relevan, akurat, dapat dipercaya, dan lengkap secara keseluruhan Informasi
tersebut mengandung arti dan berguna.
Adapun beberapa fungsi sistem informasi akuntansi dari para ahli salah
satunya menurut Azhar Susanto (2013:8) mengemukakan bahwa terdapat tiga
fungsi utama sistem informasi akuntansi adalah: 1). mendukung aktivitas sehari-
hari perusahaan. Suatu perusahaan agar tetap bisa eksis perusahaan tersebut harus
terus beroperasi dengan melakukan sejumlah aktivitas bisnis yang peristiwanya
7

disebut sebagai transaksi seperti melakukan pembelian, penyimpanan, proses


produksi dan penjualan. Transaksi akuntansi untuk diolah oleh sistem pengolahan
transaksi (SPT) yang merupakan bagian atau sub dari sistem indormasi akuntansi,
data-data yang bukan merupakan data transaksi akuntansi dan data transaksi lainnya
yang tidak ditangani oleh sistem informasi akuntansi lainnya yang ada diperusahaan
dengna adanya sistem informasi akuntansi dapat melancarkan operasi yang
dijalankan perusahaan. 2). Mendukung proses pengambilan keputusan. Tujuan
yang sama pentingnya dari sistem informasi akuntansi adalah untuk memebrikan
informasi yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. Keputusan harus dibuat
dalam kaitannya dengan perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan. 3).
Membantu dalam memenuhi tanggung jawab pengelolaan perusahaan Setiap
perusahaan memenuhi tanggung jawab hukum. Salah satu tanggung jawab yang
penting adalah keharusannya member informasi kepada pemakai yang berada diluar
perusahaan atau Stakeholder yang meliputi pemasok, pelanggan, pemegang saham,
kreditor, investor besar, serikat kerja, analisis keuangan, assosiasi indutri atau
bahkan publik secara umum.

2.1.3.4 Tujuan Sistem informasi akuntansi Berbasis Teknologi


Dalam memenuhi kebutuhan informasi baik untuk kebutuhan pihak internal
maupun pihak eksternal, sistem informasi akuntansi harus didesain sedemikian rupa
sehingga memenuhi fungsinya. Demikian pula suatu sistem infromasi akuntansi
dalam memenuhi fungsinya harus mempunyai tujuan-tujuan yang dapat
memberikan pedoman kepada manajemen dalam melakukan tugasnya sehingga
dapat menghasilkan informasi-informasi yang berguna, terutama dalam menunjang
perencanaan dan pengendalian.
Azhar Susanto (2013:8), mengemukakan tujuan sistem informasi akuntansi
bagi suatu perusahaan, sistem informasi akuntansi dibangun dengan tujuan utama
untuk mengolah data keuangan yang berasal dari berbagai macam sumber menjadi
Informasi yang diperlukan oleh berbagai macam penilaian. Pemakai informasi
tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan seperti manajer atau dari luar seperti
pelanggan dan pemasok.

Adapun tujuan sistem informasi akuntansi menurut Mulyadi (2013:19)


menyatakan bahwa :
1. Menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.
2. Memperbaiki informasiyang dihasilkan oleh suatu sistem yang sudah ada,
8

baik mengenai suatu, ketepatan penggajian maupun struktur informasinya.


3. Memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan internal, yaitu untuk
memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan juga
untuk menyadiakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan
perlindungan terhadap kekayaan perusahaan.
4. Mengurangi biaya klerikal dalam pemeliharaan catatan akuntansi.”

2.1.3.5 Pengguna Sistem informasi akuntansi informasi Akuntansi


Berbasis Teknologi
Sistem informasi akuntansi berbasis teknologi memberikan manfaat bagi
penggunanya baik pengguna internal maupun pengguna eksternal sesuai dengan
harapan dan kebutuhannya. Menurut Mardi (2011:11) menyebutkan pihak-pihak
yang memanfaatkan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi perusahaan
terdiri dari:
1. Pihak internal perusahaan. Kelompok ini terdiri para manajer yang dalam
kapasitasnya di perusahaan memerlukan informasi sesuai bentuk tugas dan
tanggung jawabnya, mereka membuat keputusan berdasarkan data dan
informasi yang dihasilkan oleh SIA. Apabila informasi yang mereka peroleh
dapat menunjang tugasnya, maka kinerja perusahaan akan meningkat.
2. Pihak eksternal. Kelompok ini adalah pihak-pihak di luar perusahaan
memiliki kepentingan dengan perkembangan perusahaan, posisi mereka
adakalanya menentukan terhadap eksistensi perusahaan ke depan. Mereka
memerlukan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi,
mereka berada di luar perusahaan, seperti pemegang saham, kreditor, dan
masyarakat umum.”
9

2.1.4 Pengendalian Internal


2.1.4.1 Pengertian Pengendalian Internal
Sukrisno Agoes (2014:100) menjelaskan istilah pengendalian pertama kali
muncul dalam kamus bahasa Inggris sekitar tahun 1600 dan didefinisikan sebagai
“salinan dari sebuah putaran (untuk akun), yang kualitas dan isinya sama dengan
aslinya. Samuel Johnson dalam Amin Widjaja Tunggal (2013) menyimpulkan
pengertian awal ini sebagai “daftar atau akun yang dipegang oleh seorang pegawai,
yang masing-masing dapat diperiksa oleh pegawai lain.” Sebelumnya istilah yang
dipakai untuk pengendalian internal adalah sistem pengendalian intern, sistem
pengawasan intern dan struktur pengendalian internal. Mulai tahun 2001 istilah
resmi yang digunakan IAI adalah pengendalian internal.
IAPI 2011, dalam Sukrisno Agoes (2014:100) mendefinisikan pengendalian
internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,manajemen dan
personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
1. Keandalan pelaporan keuangan
Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan kreditor
dan para pengguna lainnya. Manajemen memiliki tanggung jawab hukum
maupun profesionalisme untuk meyakinkan bahwa informasi disajikan
dengan wajar sesuai dengan ketentuan dalam pelaporan. Tujuan
pengendalian yang efektif terhadap laporan keuangan adalah untuk
memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan ini.
2. Efektivitas dan efisiensi operasi
Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong penggunaan sumber
daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran
yang dituju perusahaan.
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Perusahaan publik, non-publik maupun organisasi nirlaba diharuskan untuk
memenuhi beragam ketentuan hukum dan peraturan. Beberapa peraturan
ada yang terkait dengan akuntansi secara tidak langsung, misalnya
perlindungan terhadap lingkungan dan hukum hak-hak sipil.
10

Sedangkan yang terkait erat dengan akuntansi, misalnya peraturan pajak


penghasilan dan kecurangan.”

Sedangkan pengertian pengendalian internal menurut COSO (2013:3) yaitu


Internal control is a process, effected by an entity’s board of directors,
management, and other personnel, designed to providen reasonable assurance
regarding the achievement of objectives relating to operations, reporting, and
compliance. Adapun terjemahan dari pengertian COSO tersebut yaitupengendalian
internal adalah suatu proses yang dipengaruhi dewan direksi, manajemen dan
personil lainnya, pada suatu entitas, didesain untuk menyediakan penjaminan yang
bertanggung jawab mengenai pencapaian tujuan hubungannya dengan operasional,
laporan dan pencapaian tujuan.
Berdasarkan pengertian pengendalian internal di atas, dapat dipahami
bahwa pengendalian internal adalah proses, karena hal tersebut menembus kegiatan
operasional organisasi dan merupakan bagian internal dari kegiatan manajemen
dasar. Pengendalian internal hanya dapat menyediakan keyakinanmemadai, bukan
keyakinan mutlak.

2.1.4.2 Tujuan Pengendalian Internal


Pengendalian internal yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk
mendorong daya efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Adapun tujuan
pengendalian internal menurut Azhar Susanto (2013:88) yaitu untuk memberikan
jaminan yang meyakinkan bahwa tujuan dari setiap aktivitas bisnis akan dicapai;
untuk mengurangi resiko yang akan dihadapi perusahaan karena kejahatan, bahaya
atau kerugain yang disebabkan oleh penipuan, kecurangan, penyelewengan dan
penggelapan; untuk memberikan jaminan yang meyakinkan dan dapat dipercaya
bahwa semua tanggung jawab hukum telah dipenuhi.
Sedangkan menurut Horngren Harrison yang dialih bahasakan oleh Gina
Gania (2015:233) tujuan pengendalian intern (internal control) tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Menjaga aset
Perusahaan harus menjaga asetnya dari pemborosan, inefisiensi, dan
kecurangan.
2. Mendorong karyawan untuk mengikuti kebijakan perusahaan
Semua orang dalam organisasi – manajer dan karyawan – harus bekerja
mencapai tujuan yang sama. Sistem pengendalian yang memadai
11

menyediakan kebijakan yang jelas yang menghasilkan perlakuan yang adil


baik bagi pelanggan maupun karyawan.
3. Mempromosikan efisiensi operasional
Perusahaan tidak boleh memboroskan sumber dananya. Perusahaanbekerja
keras untuk melakukan penjualan, dan tidak ingin menyia-nyiakan setiap
manfaat yang ada. Pengendalian yang efektif akan meminimalkan
pemborosan, yang menurunkan biaya dan meningkatkan laba.
4. Memastikan catatan akuntansi yang akurat dan dapat diandalkan
Catatan yang akurat merupakan hal yang penting. Tanpa pengendalian yang
memadai, catatan mungkin tidak dapat diandalkan yang membuatnyatidak
mungkin menyatakan bagaimana dari perusahaan yang menguntungkan dan
bagaimana yang memerlukan perbaikan. Perusahaan dapat kehilangan uang
atas setiap produk yang terjual kecuali catatan yang akurat mengenai biaya
produk tersebut telah dibuat.
5. Mentaati persyaratan hukum
Perusahaan, seperti manusia, merupakan hukum, seperti agen regulator yang
mencakup Securities Exchange Commission atau SEC (di AS), bursa saham,
otoritas pajak, dan badan pengatur negara bagian, lokal, serta internasional.
Jika mengabaikan hukum, perusahaan akan dikenai denda. Pengendalian
internal yang efektif akan membantu memastikan ketaatan terhadap hukum
dan membantu menghindari kesulitan hukum.

2.1.4.3 Perkembangan Pengendalian Internal


Pentingnya pengendalian atau “pengecekan internal” seperti disebut
pertama kali, diakui oleh L.R Dicksee pada awal tahun 1905. Ia mengtakan

bahwa sistem pengecekan internal yang layak bisa menghilangkan kebutuhan akan
audit yang terinci, menurutnya pengendalian terdiri atas tiga elemen: pembagian
kerja, penggunaan catatan akuntansi, dan rotasi pegawai.
Pada 1930 Goerge E. Bennett dalam Amin Widjaja Tunggal (2013:30)
mempersempit definisi pengecekan internal yaitu sistem pengecekan internal bisa
didefinisikan sebagai koordinasi dari sistem akun-akun dan prosedur perkantoran
yang berkaitan sehingga seorang karyawan selain mengerjakan tugasnya sendiri
juga secara berkelanjutan mengecek pekerjaan karyawan yang lain untuk hal-hal
tertentu yang rawan kecurangan. Pada tahun 1949 laporan khusus berjudul
“Pengendalian Internal Elemen-elemen Sistem yang Terkoordinasi dan Pentingnya
pengendalian bagi Manajemen dan Akuntan Independen,” oleh Komite Prosedur
12

Audit lembaga Amerika untuk Akuntan Publik Bersertifikat (American Institute of


Certified Public Accountants- AICPA Committee on Auditing Procedure) dalam
Amin Widjaja Tunggal (2013:30) memperluas definisi pengendalian internal
menjadi pengendalian internal berisi rencana organisasi dan semua metode yang
terkoordinasi dan pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan
aset, memeriksa akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi
operasional, dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah
ditetapkan.
Pada tanggal 14 Mei 2013, COSO menerbitkan Internal ControlIntegrated
Framework (ICIF) sebagai revisi dari versi tahun 1992. Revisi kerangka kerja
pengendalian internal ini di setiap organisasi, walaupun penyesuaian lebih lanjut
diperlukan untuk menyelaraskan pengendalian internaldi seluruh dunia dan untuk
membantu organisasi mengelola risiko secara lebih baik dan untuk meningkatkan
kinerja organisasi secara keseluruhan.

2.1.4.4 Komponen Pengendalian Internal


CobIT (Control Objective for Information and related Technology) CobIT
adalah suatu bentuk kerangka kerja TI yang berfungsi sebagai pembantu dalam
mengevaluasi strategi bisnis dan tujuan tata kelola TI. Untuk lebih jelasnya
pengertian dari CobIT merupakan suatu standar dalam kerangka kerja

domain yang terdiri dari sekumpulan proses TI dan sekumpulan dokumentasi best
practices untuk aktivitas dalam tata kelola TI yang digunakan untuk membantu
pendefinisian strategi serta kontrol pada manajemen tingkat atas untuk menganilis
kesenjangan gap antara resiko bisnis, yang berfungsi sebagai acuan dalam dalam
menemukan masalah-masalah serta solusi untuk perbaikan terkait tata kelola TI.
CobIT merupakan bagian dari Information System Audit and Control Association
(ISACA) yang dibuat oleh IT Governance Institute (ITGI).
Seperti disebut di atas, audit objectives pada audit terhadap IT governance
menurut CobIT adalah: effectiveness, efficiency, confidentiality, integrity,
availability, compliance, dan reliability. Sedangkan menurut Weber (1999) tujuan
audit teknologi informasi (audit objectives) lebih ditekankan pada beberapa aspek
penting, yaitu pemeriksaan dilakukan untuk dapat menilai: (a) apakah sistem
komputerisasi suatu organisasi atau perusahaan dapat mendukung pengamanan
asset (assest saveguarding), (b) apakah sistem komputerisasi dapat mendukung
pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan (system effectiveness), (c) apakah
sistem komputerisasi tersebut sudah memanfaatkan sumber-daya secara efesien
13

(efficiency), dan (d) apakah terjamin konsistensi dan keakuratan datanya (data
integrity).
1. Pengamatan Aset
Dalam model CobIT, tujuan audit ini tidak dinyatakan eksplisit (tidak
tertulis). Aset informasi suatu perusahaan seperti perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (Software ), sumber daya manusia, file atau
data dan fasilitas lainnya harus dijaga dengan sistem pengendalian intern
yang baik agar tidak terjadi penyalahgunaan aset perusahaan. Dengan
demikiansistem pengamanan aset merupakan suatu hal yang sangat penting
yang harus dipenuhi oleh perusahaan.
2. Efektifitas Sistem
Efektifitas sistem informasi akuntansi perusahaan memiliki peranan
penting dalam proses pengambilan keputusan. Suatu sistem informasi
akuntansi dapat dikatakan efektif apabila sistem informasi akuntansi
tersebut sudah dirancang dengan benar (doing the right thing), telahsesuai
dengan kebutuhan user. Informasi yang dibutuhkan oleh para manajer
dapat dipenuhi dengan baik.
3. Efisiensi Sistem
Efisiensi menjadi sangat penting ketika sumber daya kapasitasnya terbatas.
Jika cara kerja dari sistem aplikasi Komputer menurun makan pihak
manajemen harus mengevaluasi apakah efisiensi sistem masih memadai
atau harus menambah sumber daya, karena suatu sistem dapat dikatakan
efisien jikan sistem informasi akuntansi dapat memenuhi kebutuhan user
dengan sumber daya informasi yang minimal. Cara kerja sistem benar
(doing thing right). Adapun ekonomis mencerminkan kalkulasi untung rugi
ekonomi (cost/benefit) yang lebih bersifat kuantifikasi niali moneter
(uang). Efisien berarti sumber daya minimum untuk mencapain hasil
maksimal, sedangkan ekonomis lebih bersifat pertimbangan ekonomi.
4. Ketersediaan (Availability)
Berhubungan dengan ketersediaan dukungan atau layanan teknologi
informasi (TI). TI hendaknya dapat mendukung secara kontinyu terhadap
proses bisnis kegiatan perusahaan. Makin sering terjadi gangguan (system
down) maka berarti tingkat ketersediaaan sistem rendah.
1) Kerahasiaan (Confidentiality) Fokusnya ialah pada proteksi terhadap
informasi dan supaya terlindungi dari akses dari pihak-pihak yangtidak
berwenang.
14

2) Kehandalan (Realibility) Berhubungan dengan kesesuaian dan


keakuratan bagi manajemen dalam pengelolaan organisasi, pelaporan
dan pertanggungjawaban.
3) Menjaga Integritas Data
Integritas data adalah salah satu konsep dasar sistem informasi
akuntansi. Data memiliki atribut-atribut seperti:Nkelengkapan,
kebenaran, dan keakuratan. Jika integritas data tidak terpelihara, maka
suatu perusahaan tidak akan lagi memiliki informasi atau laporan yang
benar, bahkan perusahaan dapat menderita kerugian karena
pengawasan tidak tepat atau keputusan-keputusan yang salah. Faktor
utama yang membuat data berharga bagi organisasi dan pentingnya
untuk menjaga integritas data adalah:
a. Makna penting data atau informasi bagi pengambilan keputusan.
Peningkatan data sehingga dapat memberikan informasi bagi para
pengambil keputusan.
b. Nilai data bagi pesaing, jika data tersebut berguna bagi pesaing maka
kehilangan data akan memberikan dampak buruk bagi organisasi
tersebut. Pesaing dapat menggunakan data tersebut untuk
mengalahkan organisasi sehingga mengakibatkan organisasi
menjadi kehilangan pasar (market), berkurangnya keuntungan dan
sebagainya.

2.1.4.5 Pengukuran Tingkat Kematangan (Maturity Level)


Salah satu alat pengukuran dari kinerja suatu sistem teknologi informasi
adalah model kematangan (maturity level). Model kematangan untuk pengelolaan
dan pengendalian pada proses teknologi informasi didasarkan pada metode evaluasi
organisasi sehingga dapat mengevaluasi sendiri dari level 0 (tidak ada) hingga level
5 (Optimis). Model kematangan dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan
persoalan yang ada dan bagaimana menentukan prioritas peningkatan. Model
kematangan dirancang sebagai profil proses teknologi informasi, sehingga
organisasi akan dapat mengenali sebagai deskripsi kemungkinan keadaan sekarang
dan mendatang. Penggunaan model kematangan yang dikembangkan untuk setiap
34 proses teknologi informasi memungkinkan manajemen dapat mengidentifikasi
(ITGI, 2007): (1) Kondisi perusahaan sekarang. (2) Kondisisekarang dari industri
untuk perbandingan. (3) Kondisi yang diinginkan perusahaan. (4) Pertumbuhan
yang diinginkan antara as-is dan to-be. Model kematangan yang dibangun berawal
15

dari generic qualitative model, dimana prinsip dari atribut berikut ditambahkan
dengan cara bertingkat :
1. Kepedulian dan komunikasi (awareness and communication);
2. Kebijakan, standars, dan prosedur (policies, standards, and procedures);
16

3. Perangkat bantu dan otomatisasi (tools and automation);


4. Keterampilan dan keahlian (skills and expertise);
5. Pertanggungjawaban internal and eksternal (responsibility and
accountability);
6. Penetapan tujuan dan pengukuran (goal setting and measurement).
Teknik pengukuran dalam maturity level menggunakan beberapa
pernyataan dimana setiap pernyataan dapat dinilai tingkat kepatutannya dengan
menggunakan standar penilaian seperti berikut ini

2.1.5 Kecurangan (Fraud)


Pusdiklatwas BPKP (2008:11) menjelaskan pengertian fraud dalam istilah
sehari-hari, fraud dimaknai sebagai ketidakjujuran. Dalam terminologi awam fraud
lebih ditekankan pada aktivitas penyimpangan perilaku yang berkaitan dengan
konsekuensi hukum, seperti penggelapan, pencurian dengan tipu muslihat, fraud
pelaporan keuangan, korupsi, kolusi, nepotisme, penyuapan, penyalahgunaan
wewenang, dan lain-lain. Tugiman (2008:3) menjelaskan pengertian kecurangan
sebagai suatu penyimpangan atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan
secara sengaja untuk tujuan tertentu. Menipu atau memberikan yang keliru untuk
keuntungan pribadi atau kelompok secara tidak adil, baik secara langsung maupun
tidak langsung merugikan pihak lain.
Kurt, et al. (2009:8-6) menjelaskan pengertian kecurangan (fraud) adalah
Fraud is any intentional act or omission designed to deceive others, resulting in the
victim suffering a loss and or the perpetrator achieving a gain.” Maksud
kecurangan dari kutipan tersebut adalah setiap tindakan yang disengaja atau
kelalaian yang dirancang untuk menipu orang lain, sehingga korban menderita
kerugian dan atau pelaku mendapat keuntungan. Dari beberapa uraian di atasdapat
diketahui bahwa fraud berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga
menyebabkan informasi tidak benar, apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka
kesalahan tersebut merupakan fraud (fraudulent).
17

2.1.5.1 Faktor Terjadinya Kecurangan (Fraud)


Menurut SAS 99 (AU 316) yang dikutip oleh Amin Widjaya Tunggal
(2014:9) terdapat tiga faktor seseorang melakukan kecurangan yang dikenal
sebagai fraud triangle, yaitu:
Pressure

Opportunity Rationalization
Gambar 2.1
Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)

1. Pressure (tekanan)
Tekanan ekonomi merupakan salah satu faktor yang mendorong seorang
berani melakukan tindak kecurangan. Faktor ini berasal dari individu si
pelaku dimana ia merasa bahwa tekanan kehidupan yang begitu berat
memaksa si pelaku melakukan kecurangan untuk keuntungan pribadinya.
Hal ini terjadi biasanya dikarenakan jaminan kesejahteraan yang ditawarkan
perusahaan atau organisasi tempat ia bekerja kurang atau pola hidup yang
serba mewah sehingga si pelaku terus-menerus merasa kekurangan. Namun
tekanan juga dapat berasal dari lingkungan tempatnya bekerja, seperti:
lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, karyawan merasa tidak
diperlakukan secara adil, adanya proses penerimaan pegawai yang tidak
fair.
2. Opportunity (kesempatan)
Merupakan faktor yang sepenuhnya berasal dari luar individu, yakni berasal
dari organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan. Kesempatan
melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Dengan
kedudukan yang dimiliki, si pelaku merasa memiliki kesempatan untuk
mengambil keuntungan. Ditambah lagi dengan sistem pengendalian dari
organisasi yang kurang memadai.
18

3. Rationalization (rasionalisasi)
Si pelaku merasa memiliki alasan yang kuat yang menjadi dasar untuk
membenarkan apa yang dia lakukan. Serta mempengaruhi pihak lain untuk
menyetujui apa yang dia lakukan.

2.1.5.2 Klasifikasi Kecurangan


Siti dan Ely (2010:64) mengklasifikasikan kecurangan (fraud) kedalam dua
kelompok utama, yaitu:
1. Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial reporting) merupakan
salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan
dalam laporan keuangan, untuk mengelabui pemakai laporan keuangan,
yang menyebabkan laporan keuangan menjadi menyesatkan secara
material. Kecurangan ini mencakup tindakan seperti:
1) Manipulasi, pemalsuan dan penggelapan data akuntansi dan dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan
keuangan.
2) Representasi yang salah atau hilangnya peristiwa, transaksi atau
informasi yang signifikan.
3) Penerapan salah prinsip akuntansi yang disengaja, berkaitan dengan
jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
2. Penyalahgunaan aset (missappropriation of assets) merupakan salah saji
yang timbul dari pencurian asset entitas yang mengakibatkan laporan
keuangan tidak disajikan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.
kecurangan ini mencakup tindakan:
1) Penggelapan tanda terima barang atau uang.
2) Pencurian asset.
3) Tindakan yang menyebabkan entitas harus membayar atas harga barang
yang tidak diterima.

Menurut Setianto, dkk (2008:11) ada jenis-jenis kecurangan yang dikenal


selama ini meliputi kecurangan-kecurangan sebagai berikut:
19

1. Employee embezzlement atau occupational fraud, yaitu kecurangan yang


dilakukan pegawai karena jabatan atau kedudukannya dalam organisasi,
yang menjadi korban atau yang dirugikan adalah organisasi atau
perusahaan.
2. Management fraud, yaitu kecurangan yang dilakukan oleh manajemen,
biasanya dengan melakukan penyajian laporan keuangan yang tidak benar
untuk keuntungan organisasi atau perusahaan. Untuk menarik investor,
manajemen merekayasa laporan keuangannya yang tidak baik menjadi
seolah- olah menguntungkan (hal ini dikenal juga sebagai fraudulent
financial reporting). Management fraud ini termasuk dalam kategori
kejahatan kerah putih (white color crime).
3. Investment scam, yaitu kecurangan yang dilakukan dengan membujuk
investor untuk menanamkan uangnya pada suatu bentuk investasi dengan
janji akan memperoleh hasil investasi yang berlipat dalam waktu cepat.
4. Vendor fraud, yaitu kecurangan yang dilakukan oleh pemasok atau
organisasi yang menjual barang atau jasa dengan harga yang terlalu tinggi
dibandingkan dengan kwalitasnya, atau barang atau jasanya tidak
direalisasikan walaupun pembeli telah membayar, korbannya adalah
pembeli.
5. Customer fraud, yaitu kecurangan yang dilakukan pembeli atau pelanggan,
pembeli tidak atau kurang membayar harga barang atau jasa yang diterima,
korbannya adalah penjual.
6. Computer fraud, adalah kecurangan yang dilakukan dengan cara merusak
program komputer, file data, sistem operasi, alat atau media yang digunakan
yang mengakibatkan kerugian bagi organisasi yang sistem komputernya
dimanipulasi.

2.1.5.3 Pengertian Pencegahan Kecurangan


Fraud merupakan masalah di dalam perusahaan dan harus di cegah sedini
mungkin, dengan adanya upaya pencegahan yang diterapkan oleh perusahaandapat
memperkecil peluang terjadinya fraud karena setiap tindakan fraud dapat terdeteksi
cepat dan diantisipasi dengan baik oleh perusahaan. Setiap karyawan
20

tidak merasa tertekan lagi dan melakukan pembenaran terhadap tindakan fraud
yang dapat merugikan banyak pihak.
W. Steve Albrecht dan Chad D. dalam Karyono (2013:3) mengemukakan
definisi fraud adalah a geberic term, embracing all multi various means which
human ingenuity can device and which are resorted to by one individual to get an
advantage over amother by false representation no divinize an invariable rule can
be laid down as a general proposition in defining fraud, as it included surprise
trickery, cumming an unfair ways by which another is cheated. Theory boundaries
defining is are those which limit human knaver. Definisi yang dikemukakan oleh
W. Steve Albrechdan Chad D. Menjelaskan bahwa fraud merupakan suatu
pengertian umum dan mencakup beragam cara yang dapat digunakan dengan cara
kekerasan oleh seorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain melalui
perbuatan yang tidak benar. Tidak terdapat definisi atau aturan yang dapat
digunakan sebagai suatu pengertian umum dalam mengartikan kecurangan yang
meliputi cara yang mengandung sifat mendadak, menipu, cerdik dan tidak jujur
yang digunakan untuk mengelabuhi seseorang. Satu-satunya batasan untuk
mengetahui pengertian diatas adalah yang membatasi sifat ketidakjujuran manusia.
Menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) dalam Fraud
Examiners Manual 2006 yang dikutip oleh karyono (2013:3) definisi fraud is
intentional untruth or dishonest scheme used to take deliberate an unfair advantage
of another person or group of person it included any mean, such cheatsanother”
Definisi yang dijelaskan oleh Association of Certified Fraud Examiner (ACFE)
tersebut menjelaskan bahwa fraud (kecurangan) berkenaan dengan adanya
keuntungan yang diperoleh seseorang dengan menghadirkan sesuatu yang tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Di dalam termasuk unsur-unsur surprise
atau tak terduga, tipu daya, licik dan tidak jujur yang merugikan orang lain.
Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2010:194) dalam kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat beberapa pasal yang mencakuppengertian
fraud seperti 1) “Pasal 362 tentang pencurian (definisi KUHP: “mengambil barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain,
21

dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum”, 2) Pasal 368 tentang
pemerasan dan pengancaman (definisi KUHP: “dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa
seseorang dengan kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya
atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain atau supaya membuat
hutang maupun menghapuskan piutang”), 3) Pasal 372 tentang penggelapan
(definisi KUHP: “dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu
yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang adadalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan”) 4) Pasal 378 tentang perbuatan curang
(definisi KUHP: “dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hokum,dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan
tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya member hutang atau
penghapusan piutang”), 5) Pasal 396 tentang merugikan pemberi piutang dalam
keadaan pailit, 6) Pasal 406 tentang menghancurkan atau merusakan barang(definisi
KUHP: “dengan sengaja atau melawan hokum menghancurkan, merusakan,
membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya
atau sebagian milik orang lain”) 7) Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417,
418, 419, 420, 423, 425, dan 435 yang secara khusus diatur dalam Undang-undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Undang-undang Nomor 31 Tahun1999).
Pencegahan fraud menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:37) merupakan
upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud (fraud
triangle) yaitu:
1. Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat kecurangan.
2. Menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu memenuhi
kebutuhannya.
3. Meminimalisasi alasan untuk membuat pembenaran atau rasionalisasi atas
tindakan fraud yang dilakukan.”
Fraud merupakan suatu masalah di dalam perusahaan dan harus dicegah
sedini mungkin, Amin Widjaja Tunggal (2012:59) mengemukakan bahwa terdapat
22

beberapa tata kelola untuk mencegah fraud diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Budaya jujur dan etika yang tinggi
2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi pencegahan fraud
3. Pengawasan oleh komite audit”.

Adapun penjelasan dari tata kelola pencegahan fraud tersebut adalah


sebagai berikut:
1. Budaya jujur dan etika yang tinggi
Riset menunjukkan bahwa cara paling efektif untuk mencegah dan
menghalangi fraud adalah mengimplementasikan program serta
pengendalian anti fraud, yang didasarkan pada nilai-nilai inti yang dianut
perusahaan. Nilai-nilai semacam itu menciptakan lingkungan yang
mendukung perilaku dan ekspektasi yang dapat diterima, bahwa pegawai
dapat menggunakan nilai itu untuk mengarahkan tindakan mereka. Nilai-
nilai itu membantu menciptakan budaya jujur dan etika yang menjadi dasar
bagi tanggung jawab pekerjaan para karyawan.
2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi pencegahan fraud.
Fraud tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan untuk
melakukannya dan menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mencegah fraud,
mengambil langkah-langkah yang teridentifikasi untuk mencegah fraud,
serta memantau pengendalian internal yang mencegah dan
mengidentifikasi fraud.
3. Pengawasan oleh komite audit
Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan
keuangan serta proses pengendalian internal organisasi. Dalam memenuhi
tanggung jawab ini komite audit memperhitungkan potensi diabaikannya
pengendalian internal oleh manajemen serta mengawasi proses pencegahan
fraud oleh manajemen, dan program serta pengendalian anti fraud. Komite
audit juga membantu menciptakan “Tone at the Top” yang efektif tentang
pentingnya kejujuran dan perilaku etis dengan mendukung toleransi nol
manajemen terhadap fraud.
23

2.1.5.4 Faktor-Faktor Penyebab Kecurangan


Karyono (2013:8) terdapat beberapa teori tentang faktor-faktor yang
menjadi penyebab dari fraud yaitu:
1. Teori C = N + K
2. Teori Segitiga Fraud (Fraud Triangle Theory)
3. Teori GONE
4. Teori Monopoli (Klinggard Theory)
Adapun penjelasan dari teori-teori tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Teori C = N + K
Teori ini dikenal di jajaran kepolisian yang menyatakan bahwa criminal
(C) sama dengan niat (N) dan kesempatan (K). Teori ini sangat sederhana
dan gambling karena meskipun ada niat melakukan fraud, bila tidak ada
kesempatan tidak akan terjadi, demikian pula sebaliknya. Kesempatan ada
pada orang atau kelompok orang yang memiliki kewenangan otoritas dan
akses atas objek fraud. Nilai perbuatan ditentukan oleh moral dan integritas.
2. Teori Segitiga Fraud (Fraud Triangle Theory)
Dalam teori ini perilaku fraud (kecurangan) didukung oleh tiga unsur yaitu
adanya tekanan, kesempatan dan pembenaran.
1) Tekanan (Pressure)
Dorongan untuk melakukan fraud terjadi pada karyawan (employee
fraud) dan oleh manajer (management fraud) dan dorongan itu terjadi
antara lain karena tekanan keuangan, kebiasaan buruk, tekanan
lingkungan dan tekanan lainnya seperti tekanan dari istri atau suami
untuk memiliki barang-barang mewah.
2) Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan timbul karena lemahnya pengendalian internal dalam
mencegah dan mendeteksi kecurangan. Kesempatan juga dapat terjadi
karena lemahnya sanksi dan ketidak mampuan untuk menilai kualitas
kinerja.
24

3) Pembenaran (Rationalization)
Pelaku kecurangan mencari pembenaran ketika pelaku menganggap
bahwa yang dilakukan sudah merupakan hal yang biasa atau wajar
dilakukan oleh orang lain pula, pelaku merasa berjasa besar terhadap
organisasi dan seharusnya ia menerima lebih banyak dari yang
diterimanya, pelaku menganggap tujuannya baik yaitu untuk mengatasi
masalah dan nanti akan dikembalikan
3. Teori GONE
Dalam teori ini terdapat empat faktor pendorong seseorang untukmelakukan
kecurangan, yaitu:
1) Greed (Keserakahan)
Berkaitan dengan perilaku serakah yang potensial ada dalam setiap diri
seseorang
2) Opportunity (Kesempatan)
Berkaitan dengan keadaan organisasi, instansi, masyarakat yang
sedemikian rupa sehingga terbuka bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan terhadapnya
3) Need (kebutuhan)
Berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh individu untuk
menunjang hidupnya secara wajar
4) Exposure (Pengungkapan)
Berkaitan dengan kemungkinan dapat diungkapkannya suatu kecurangan
dan sifat serta beratnya hukuman terhadap pelaku kecurangan. Semakin
besar kemungkinan suatu kecurangan dapat diungkap atau ditemukan,
semakin kecil dorongan seseorang untukmelakukan kecurangan tersebut.
Semakin berat hukuman kepada pelakukecurangan akan semakin kurang
dorongan seseorang untuk melakukankecurangan.
4. Teori Monompoli (Klinggard Theory)
Menurut teori ini korupsi (C) diartikan sama dengan monopoli (Monopoly
= M) ditambah kebijakan (Decretism = D) dikurangi
25

pertanggungjawaban (Accountability = A). Fraud (Kecurangan) sangat


bergantung pada monopoli kekuasaan yang dipegang oleh yang
bersangkutan dan kebijakan yang di buatnya. Namun kedua faktor itu
dipengaruhi pula oleh kondisi akuntabilitas. Pertanggungjawaban
(Accountability) yang baik cenderung akan mempersempit peluang atau
kesempatan bagi pelakunya.

2.1.5.5 Faktor-Faktor Lain yang Berpengaruh Terhadap Pencegahan


Kecurangan (Fraud)
1. Auditor Eksternal
Salah satu peran auditor eksternal menurut Anggriawan (2014) adalahuntuk
memberikan keyakinan kepada pihak yang berkepentingan bahwa laporan
keuangan telah disusun sesuai standar yang berlaku serta mencerminkan keadaan
yang sebenarnya atas suatu entitas bisnis. Selain itu peran auditor eksternal adalah
memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement) yang
material baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan (fraud).
Kemampuan mendeteksi fraud adalah sebuah kecakapan atau keahlian yang
dimiliki auditor untuk menemukan indikasi mengenai fraud. Menurut Kumaat
(2011: 156) mendeteksi kecurangan adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal
yang cukup mengenai tindak kecurangan, sekaligus mempersempit ruang gerak
para pelaku kecurangan.
Salah satu cara mencegah pelanggaran akuntansi sehingga dapat
mengembalikan kepercayaan masyarakat adalah dengan melakukan
whistleblowing. Staley et al. (dikutip oleh Fultanegara, 2010) menyatakan bahwa
whistleblowing yang dilakukan oleh akuntan merupakan salah satu cara terpenting
untuk mendeteksi kecurangan, pemborosan, dan penyalahgunaan wewenang atau
sumber daya oleh perusahaan.

2. Pengendalian Internal
Menurut Tuanakota (2007) dalam Gusnardi (2012) ada ungkapan yang
secara mudah ingin menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari fraud.
26

Ungkapan itu adalah: fraud by need, by greed, and by opportunity. Ungkapan


tersebut diartikan jika kita ingin mencegah fraud, hilangkanlah atau tekan sekecil
mungkin penyebabnya.
Pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengaktifkan internal control,
internal control yang aktif biasanya merupakan bentuk internal control yangpaling
banyak diterapkan. Ia seperti pagar-pagar yang menghalangi pencuri masuk
kehalaman rumah orang. Seperti pagar, bagaimanapun kokohnya tetap dapat
ditembus oleh pelaku fraud yang cerdik dan mempunyai nyali untuk
melakukannya.
Pengendalian internal berperan penting dalam menekan suatu peluang yang
dapat menciptakan terjadinya fraud. Hal ini dikemukakan oleh Tunggal(2013:13)
Ketika kecurangan dilihat dari segi perspektif penilaian risiko kita dapat katakan
kondisi tertentu dari manusia dan kondisi lingkungan utama yang meningkatkan
tingkat tekanan untuk kecurangan salah satunya adalah pengendalian internal tidak
cukup, tidak ada, kelemahan, kecerobohan dalam melakukan pengendalian.

3. Penerapan Good Corporate Governance


Achmad (2005:15) menjelaskan penerapan Good Corporate Governance
sebagai pelaksanaan penerapan Good Corporate Governance di perusahaan penting
bagi perusahaan untuk melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis
atas situasi dan kondisi perusahaan dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan
Good Corporate Governance dapat berjalan lancar dan mendapatkan dukungan dari
seluruh unsur di dalam perusahaan.
Sutedi (2011:1) mengemukakan pengertian good corporate governance
secara definitif adalah: “Sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan
untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder”.
Sementara itu, OECD (Organization for Economic Co-Operation and
Development) (dalam Setiawan, 2014) memberikan pengertian good corporate
governance sebagai bentuk hubungan antara manajemen suatu perusahaan, board
of directors, pemegang saham, dan stakeholder lainnya. Hubungan ini meliputi
27

berbagai aturan dan insetif terbentuknya struktur dan tujuan perusahaan yang
pasti, dan cara mencapai tujuan serta pengawasan kerja perusahaan.

2.1.5.6 Sistem Pengadaan Barang dan Jasa


Istilah pengadaan secara khusus mengacu pada kegiatan penyediaan barang
atau jasa pada institusi atau instansi pemerintahan, yang pelaksanaannya dilakukan
dengan berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku. Bagi perusahaan,
pengadaan barang merupakan kegiatan yang penting dalam mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Pasal 1 ayat 1 Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010sebagaimana
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Barang atau jasa Pemerintah disebutkan bahwa:“Pengadaan Barang atau jasa adalah
kegiatan untuk memperoleh barang atau jasa oleh Kementerian atau Lembaga atau
Satuan kerja perangkat daerah atau institusi (K/L/SKPD/I)yang prosesnya dimulai
dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikan seluruh kegiatan untuk
memperoleh Barang atau jasa.” Menurut Indra Bastian (2012:263) pengadaan
barang dan jasa yakni perolehan barang, jasa dan pekerjan perusahaan dengan cara
dan waktu tertentu, yang menghasilkan nilai terbaik bagi perusahaan.Definisi lain
mengenai pengadaan barang dan jasa yaitu seperti yang diungkapkan Marbun
(2012:35) yaitu:
“Pengadaan barang dan jasa adalah upaya mendapatkan barang dan jasa
yang diinginkan yang dilakukan atas dasar pemikiran yang logis dan
sistematis (the system of thought), mengikuti norma dan etika yang berlaku,
berdasarkan metode dan proses pengadaan yang baku.”

Christopher & Schooner (2007) yang dikutip oleh Badzlina Daroyani


Novitaningrum (2014) menyatakan bahwa:
“ sietem Pengadaan atau procurement adalah kegiatan untuk mendapatkan
barang atau jasa secara transparan, efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan penggunanya.”

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka


dapat disimpulkan bahwa pengadaan barang atau jasa merupakan suatu kegiatan
untuk
28

mendapatkan atau mewujudkan barang atau jasa yang diinginkan berdasarkan


peraturan yang berlaku dengan cara dan waktu tertentu serta dilaksanakan oleh
pihak–pihak yang memiliki keahlian dalam melakukan proses pengadaan.

2.1.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2
Tinjauan Peneliti Terdahulu

Variabel Hasil
No Nama peneliti Judul Perbedaan
penelitian penelitian
Ryan Pengaruh Variabel Kesesuaian Metode yang
1 Muhammad, kesesuaian dependen : kompensasi, digunakan adalah
Ridwan kompensasi, (Y) penerapan regresi berganda
Jurnal Ilmiah penerapan kecurangan sistem dan
Mahasiswa sistem informasi informasi menggunakan
Ekonomi akuntansi akuntansi akuntansi dan variabel
Akuntansi akuntansi, dan Variabel efektivitas kompensasi dan
(JIMEKA) efektivitas independen pengendalian pengendalian
Vol. 2, No. 4,pengendalian : internal internal
(2017) internal terhadap (X1) secara
Halaman 136- kecurangan kompensasi bersama-
145 akuntansi studi (X2) sama
pada Bank penerapan berpengaruh
www.jim.unsyi Perkreditan sistem negatif
ah.ac.id Rakyat terhadap
(BPR) di Kota Informasi fraud pada
Banda Aceh BPR Kota
akuntansi Banda Aceh.
(X3)
efektivitas

Pengendalia
n

internal
Sukadwilinda, Pengendali Variabel Pengendalian Metode yang
R. Aryanti an Internal dependen : internal digunakan
2 Ratnawati Terhadap (Y) berpengaruh regresi sederhana
Kecuranga Kecurangan terhadap dengan
JURNAL n pada PT. (Fraud) kecurangan menggunakan
ASET Bank Variabel dua variabel
(AKUNTANS Mandiri independen
I RISET), 5 (Persero), :
29

Variabel Hasil
No Nama peneliti Judul Perbedaan
penelitian penelitian
(1), 2013, 11- Tbk Area (X)
21 Asia pengendalia
Afrika n Internal
www.ejournal Bandung
.upi.edu
Deni Ahriati Analisis Variabel Hasil Metode yang
Prayitno pengaruh sistem dependen : penelitian digunakan adalah
3 Basuki pengendalian (Y) menunjukkan regresi berganda
Erna internal, asimetri kecenderun bahwa sistem dan
Widiastuty informasi, gan pengendalian menggunakan
perilaku tidak kecurangan internal tidak variabel asimetri
Jurnal etis dan akuntansi berpengaruh informasi,
InFestasi Vol. kesesuaian Variabel pada perilaku tidak
11, No.1, Juni kompensasi independen kecenderunga etis dan
2015 Hal. 41 terhadap : n kecurangan kesesuaian
– 55 kecenderungan (X1)sistem akuntansi. kompensasi
http://journal.t kecurangan pengendalia
runojoyo.ac.id akuntansi pada n internal,
Pemerintah (X2)asimetr
Daerah i informasi,
Kabupaten (X3)perilak
Lombok Timur u tidak etis
dan
(X4)kesesu
aian
kompensasi
4 Tiara Delfi Pengaruh (X1) Pengendalian Menggunakan
(2014) efektifitas Efektifitas internal regresi berganda
pengendalian pengendali berpengaruh dan
Jom Fekon vol.1 internal dan an Internal terhadap menggunakan
no. 2 oktober kesesuain (X2) kecurangan variabel
2014 kompensasi Kesesuain akuntansi kesesuaian
terhadap kompensas kompensasi
https://jom.unri. kecenderungan i
ac.id kecurangan (Y) Kece
akuntansi nder
(survey pada unga
perusahaan n
BUMN cabang kecur
Pekanbaru) anga
n
akunt
ansi
30

Variabel Hasil
No Nama peneliti Judul Perbedaan
penelitian penelitian

5 Oguda Ndege Effect of X Pengendalian Menggunakan


Joseph, Internal Control pengendali internal regresi sederhana
Odhiambo on Fraud an internal berpengaruh dan
Albert, Prof Detection and Y dalam menggunakan
John Prevention in medeteksi mendeteksi variabel
Byaruhanga District kecuranga kecurangan kecurangan dan
(2017) Treasuries of n dan dan penipuan penipuan
Kakamega penipuan
International County
Journal of
Business and
Management
Invention ISSN
(Online): 2319 –
8028, ISSN
(Print): 2319 –
801X
6 Sukadwilin Pengendali (X) Pengendalian Menggunakan
da, R. an Internal Pengendalia internal regresi sederhana
Aryanti Terhadap n Internal berpengaruh dan
Ratnawati Kecuranga (Y) terhadap menggunakan
n Kecurangan kecurangan hanya
menggunakan
JURNAL dua variabel
ASET
AKUNTAN
I RISET), 5
(1), 2013,
11-21
7 Animah Pengaruh Sistem (X1) Sistem Penerapan Tidak
(2018) informasi informasi sistem menggunakan
akuntansi akuntansi informasi variabel Sistem
Jurnal Akuntansi Dan Akuntansi akuntansi informasi
Universitas Efektivitas (X2) akuntansi akuntansi
Muhammadiy Pengendalian Efektivitas berpengaruh Akuntansi
ah Jember Hal Internal Pengendalia positif sebagai variabel
168-183 Terhadap n Internal terhadap mediasi.
Kecenderungan (Y) kecenderunga
Kecurangan Kecenderun n kecurangan
Akuntansi gan akuntansi.
Kecurangan Sedangkan
Akuntansi efektivitas
pengenalian
31

Variabel Hasil
No Nama peneliti Judul Perbedaan
penelitian penelitian
internal tidak
berpengaruh
positif
terhadap
kecenderunga
n kecurangan
akuntansi.
8 Bella Puspita, Analisis (X) Hasil Metode yang
Nyimas Artina pengendalian pengendalia penelitian digunakan adalah
(2015) internal terhadap n internal berupa metode kualitatif
Sistem (Y) Sistem penerapan
informasi informasi metode FIFO
akuntansi akuntansi (First-In
akuntansi akuntansi First-Out)
persediaan pada persediaan pada
PT Sriwijaya pencatatan
Baja Sakti persediaan,
penyempurna
an prosedur
pengadaan
9 Edy Darmadi Pengaruh (X1) Penerapan Metode yang
Penerapan Sistem Sistem digunakan adalah
Sistem Pengendalia Informasi metode
Informasi n Informasi berpengaruh kuantitatif
Akuntansi Akuntansi terhadap
Berbasis (X2) pencegahan
Teknologi Sistem kecurangan
Terhadap Pengendalia pengadaan
Pencegahan n Internal barang dan
Kecurangan (Y) jasa yang
(Fraud) Pencegahan dimoderasi
Pengadaan Kecurangan oleh Sistem
Barang dan Jasa (Fraud) pengendalian
yang internal.
Dimoderasi oleh
Sistem
Pengendalian
Internal di PT
PLN Unit
Distribusi Jabar
dan Banten

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat ringkasan penelitian terdahuluyang


memiliki persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh penulis. Persamaan
variabel penulis dengan penelitian terdahulu terdapat pada variabel independen
(X) yaitu Pengendalian Internal variabel dependen (Y) yaitu Pencegahan Fraud
dalam penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) dan Fransiskus Randa
Meliana (2010). Namun terdapat perbedaan pada variabel independen (X) yang
diteliti antara penulis dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wilopo (2006),
32

Fransiskus Randa Meliana (2010), Tiara Delfi (2014) dan Ananda Aprishella
(2014) yaitu peneliti terdahulu tidak meneliti system infromasi akuntansi seperti
yang dilakukan oleh penulis. Selain itu, perbedaan yang lainnya juga terlihat dari
segi waktu, responden, lokasi penelitian dan jumlah variabel independen (X) yang
diteliti oleh peneliti terdahulu.

2.2 Kerangka Pemikiran


2.2.1 Pengaruh Sistem informasi akuntansi Terhadap Pencegahan
Kecurangan
Organisasi menggantungkan diri pada sistem informasi untuk dapat berdaya
saing. Produktivitas sebagai faktor yang penting untuk mempertahankan daya saing
perusahaan dapat ditingkatkan dengan sistem informasi akuntansi yang baik.
Dengan adanya sistem informasi akuntansi yang benar maka manajemen dalam
organisasi perusahaan dapat mengevaluasi hasil dari suatu operasi atau suatu
kegiatan apakah berjalan dengan efektif dan efisien. Sistem informasi akuntansi
merupakan suatu sistem informasi akuntansi dalam sebuah perusahaan yang
bertanggung jawab untuk menyiapkan informasi yang diperoleh dari pengumpulan
dan pengolahan data transaksi yang berguna bagi semua pengguna baik di dalam
(internal) maupun di luar (ekstenal) perusahaan. Sistem informasi akuntansi (SIA)
dapat juga digunakan sebagai pedoman dalam penugasan dan wewenang bagi
sumber daya manusia yang bekerja dalam organisasi atau perusahaan tersebut,
sehingga dapat berjalan sesuai prosedur.
Sistem informasi akuntansi menurut Azhar Susanto (2013:30)
mengemukakan bahwa Sistem informasi akuntansi (SIA) dapat didefinisikan
sebagai kumpulan (integrasi) dari sub-sub sistem/komponen baik fisik maupun
nonfisik yang saling berhubungan dan bekerja satu sama lain secara harmonis untuk
mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi
informasi keuangan. Sistem informasi akuntansi juga susunan berbagai dokumen,
alat komunikasi, tenaga pelaksana, dan berbagai laporan yang didesain untuk
mentransformasi data keuangan menjadi informasi keuangan Kepercayaan terhadap
sistem informasi akuntansi yang baru mencerminkan sikap pemakai individu
tentang keyakinan bahwa sistem informasi akuntansi yang diterapkan saat ini
memang lebih baik dengan sistem sebelumnya. (Wijayanto dalam Mardi (2011:10).
Penelitian yang dilakukan Animah (2018) menunjukkan bahwa penerapan
sistem informasi akuntansi akuntansi berpengaruh positif terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi. Sedangkan efektivitas pengenalian internal tidak
33

berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian


tersebut didukung penelitian

2.2.2 Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan


Kecurangan
Dalam perusahaan yang semakin berkembang, pembentukan struktur
organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Struktur organisasi yang baik
harus mencerminkan adanya pemisahan fungsi antara departemen, sehingga dapat
mencegah atau mengurangi terjadinya kesalahan atau penyimpangan, karena
walaupun pengendalian internal yang baik telah dirancang dan ditetapkan tetapi
bukan berarti pengendalian internal telah ditaati. Pengendalian internal merupakan
rencana organisasi dan semua ukuran dan metode terkoordinasi yang diterapkan
dalam suatu perusahaan untuk melindungi aktiva, menjaga keakurasian dan
keterpercayaan data akuntansi, meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan
kepatuhan terhadap kebijakan manajemen Wing Wahyu Winarno (2006:11.4).
Pengendalian internal tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak akan
terjadi. Namun pengendalian internal diharapkan mampu mendeteksi indikasi
terjadinya kecurangan di dalam perusahaan dan dapat memberikan saran yang
bermanfaat bagi manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan dan dalam
pengambilan suatu keputusan. Melalui pengendalian, kecurangan dapat dipecahkan
dan dideteksi sedini mungkin oleh pihak manajemen. (Syahru Ramadhan, 2015)
Amin Wijaya (2012:2) mengemukakan pengertian fraud adalah bahwasuatu
item tidak dimasukan sehingga menyebabkan informasi tidak benar, apabila suatu
kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan farud. Fraud
sebagaimana yang umumnya dimengerti dewasa ini, berarti ketidak jujuran dalam
bentuk suatu penipuan yang disengaja atau suatu kesalahan penyajian yang
dikehendaki atas suatu fakta yang material.
Tindakan fraud dapat dicegah dengan cara menciptakan budaya kejujur dan
etika yang tinggi, tanggung jawab dari pihak manajemen, serta adanya pengawasan
oleh komite audit perusahaan. Pencegahan fraud menurut Pusdiklatwas BPKP
(2008:37) merupakan upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor
penyebab fraud (fraud triangle), yaitu:

1. Memperkecil peluang terjadinya kesemptan untuk berbuat kecurangan.


2. Menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu memenuhi
34

kebutuhannya.
3. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenara atau rasionalisasi atas
tindakan fraud yang dilakukan Sehingga dengan adanya tujuan sistem
pengendalian internal bahwa dapat menjaga keandalan pelaporan keuangan,
dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian internal dapat membantu
perusahaan dalam pencapain tujuan karena sistem pengendalian internal
dapat memperkecil kesalahan-kesalahan dalam penyajian data akuntansi,
sehingga akan menghasilkan laporan yang benar, melindungi atau
membatasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan penggelapan-
penggelapan, kegiatan organisasi dapat dilaksanakan dengan efisien

Adapun hal senada dengan hasil penelitian Oguda Ndege Joseph, Odhiambo
Albert, Prof John Byaruhanga (2017) yang melakukan pengujian untuk mengukur
sejauh mana pengendalian internal berpengaruh dalam medeteksi kecurangan dan
penipuan. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
kecurangan, semakin baik penerapan sistem pengendalian intern yang diterapkan
dalam organisasi perusahaan maka akan semakin menekan rendah tingkat tindakan
kecurangan yang akan terjadi pada perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan
Sukadwilinda dan Ratnawati (2013) juga menghasilkan penelitiannya bahwa
Pengendalian internal berpengaruh terhadap kecurangan.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran dan keterkaitan antara variabel
sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian internal dengan pencegahan
kecurangan pengadaan barang dan jasa maka dapat dirumuskan paradigma
mengenai pengaruh sistem infromasi akuntansi dan system pengendalian internal
terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang dan jasa dengan bagan
kerangka pemikiran, sebagai berikut:
35

Sistem informasi
akuntansi Pencegahan
Kecurangan
Komponen Sistem Pengendalian
Sistem informasi Internal Budaya jujur dan
akuntansi: etika yang tinggi
Perangkat Keras Pengendalian
Tanggungjawab
(Hardware) menurut COBIT:
Pengamatan aset manajemen untuk
Perangkat Lunak
Efektivitas sistem mengevaluasi
(Software)
Efisiensi sistem pencegahan fraud
Manusia
(Brainware) ketersediaan Pengawasan oleh
Prosedur (COBIT) komite audit
(Procedure) (Amin Wijayaa
Basis Data Tunggal:2013)
(Database)
Jaringan
Komunikasi
(Communication

Gambar 2.2
Paradigma Penelitian
1

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian yang pertama kali diperhatikan adalah


objek penelitian yang akan diteliti. Dimana objek penelitian tersebut terkandung
masalah yang akan dijadikan bahan penelitian untuk dicari pemecahannya.

Menurut Husein Umar (2013:18) objek penelitian adalah sebagai berikut :


“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek
penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambakan hal-
hal lain juga di anggap perlu.”

Menurut Supriati (2015:44) pengertian objek penelitian adalah : “Variabel


yang diteliti oleh peneliti ditempat penelitian yang dilakukan.”

Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan


sistem informasi akuntansi berbasis teknologi terhadap kecurangan (fraud)
pengadaan barang dan jasa yang dimoderasi oleh sistem pengendalian internal,
maka objek penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui dan menjadi
mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi
(Uma Sekaran, 2016:158).

Menurut Sugiyono (2013:38) pengertian objek penelitian adalah sebagai


berikut :

“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Sementara itu sebagai subjek penelitian adalah karyawan perusahaan PT


Gracia Pharmindo Kota Bandung, pemilihan perusahaan PT Gracia Pharmindo
Kota Bandung sebagai tempat penelitian karena fenomena yang berkembang di
Indonesia yaitu Kinerja karyawan perusahaan perseroan yang menarik untuk
dibahas.

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek penelitian


adalah suatu gambaran sasaran ilmiah yang akan dijelaskan untuk mendapatkan
infomasi dan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun objek penelitian
2

yang penulis akan teliti adalah Pengadaan Barang da Jasa di PT Gracia Pharmindo
Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitian


Penelitian pada dasarnya untuk menunjukan kebenaran dan pemecahan
masalah atas apa yang diteliti untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan suatu
metode yang tepat dan relevan untuk tujuan yang diteliti. Pengertian Metode
Penelitian menurut Sugiyono (2014:2) adalah metode penelitian diartikan sebagai
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan
metode penelitian, penulis bermaksud mengumpulkan data historis dan mengamati
secara seksama mengenai aspek-aspek tertentu yang berkaitan eratdengan masalah
yang diteliti sehingga akan diperoleh data-data yang menunjang penyusunan
laporan penelitian. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan penulis
adalah metode studi empiris, yaitu penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh
berdasarkan observasi dan pengalaman.

Menurut Sugiyono (2014:2) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan


studi empiris adalah sebagai berikut Studi empiris berarti cara-cara yang dilakukan
itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamatidan
mengetahui cara-cara yang digunakan.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah penelitian


kuantitatif dengan pendekatan metode deskriptif dan verifikatif, dikarenakan objek
penelitian pada PT Gracia Pharmindo Kota Bandung yang akan ditelaah oleh
peneliti, selain itu adanya hasil penelitian dari variabel yang akan dijelaskan
hubungannya. Metode kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang
spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan testruktur dengan jelas sejak awal
hingga pembuatan desain penelitiannya. Menurut Sugiyono (2013:13) pengetian
metode kuantitatif adalah sebagai berikut Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tetentu, teknik pengembilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan. Adapun tujuanuntuk menyajikan gambaran secara
terstruktur dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang
diteliti.
3

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif dan


verifikatif dengan tujuan untuk mendetesiskan objek penelitian ataupun hasil
penelitian. Adapun pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2014:54),
adalah Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat- sifat
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Tujuan dari penelitian deskriptif digunakan untuk menganalisis tentang
sistem informasi akuntansi, pencegahan kecurangan (fraud) dan sistem
pengendalian internal pada PT Gracia Pharmindo Kota Bandung. Untuk mengatasi
masalah yang ada maka penulis mencoba melakukan penelitian ini terlebih dahulu
menjelaskan variabel apa saja yang akan diteliti dan mengumpulkan informasi awal
meliputi pencarian informasi secara mendalam mengenai hal yang akan diteliti.
Data yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan
dasar-dasar teori yang telah dipelajari.
Menurut Mashuri (2009:45) menyatakan bahwa pengertian metode
deskriptif verifikatif adalah memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk
menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat
lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.
Tujuan dari penelitian verifikatif digunakan untuk mengetahui pengaruh
penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi terhadap pencegahan
kecurangan (fraud) pengadaan barang dan jasa yang dimoderasi oleh sistem
pengendalian internal.

Alat ukur dalam penelitian biasa disebut dengan instrumen penelitian.


Menurut Sugiyono (2015: 102) instrumen penelitian adalah, “Instrumen penelitian
adalah suatu alat ukur yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Instrumen untuk mengukur teknologi informasi, keahlian pemakai
komputer, dan kualitas laporan keuangan pada PT Gracia Pharmindo Kota
Bandung adalah dengan menggunakan observasi, wawancara dan kuesioner
metode tertutup, dimana pilihan jawaban telah ditentukan terlebih dahulu
dan responden tidak diberikan alternatif jawaban lain.
4

b. Indikator-indikator untuk kelima variabel tersebut kemudian dijabarkanoleh


penulis menjadi sejumlah pertanyaan-pertanyaan sehingga diperoleh data
kualitatif. Data ini akan dianalisis dengan pendekatan kuantitatif
menggunakan analisis statistik. Sedangkan teknik ukuran yang digunakan
yaitu teknik Skala Likert. Pengertian Skala Likert menurut Sugiyono (2014:
93) adalah, “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang ata sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Skala
likert, dimana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju
mengenai berbagai pernyataan mengenai perilaku, objek, orang, atau
kejadian. Biasanya skala diajukan terdiri atas 5 atau 7 titik. Skala-skala ini
nantinya dijumlahkan untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku.
Dalam skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebutdijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan.

3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian


Menurut Uma Sekaran (2016:115) mendefinisikan tentang pengertian
variabel adalah membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda
pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama
untuk objek atau orang yang berbeda. Sesuai dengan judul yaitu: pengaruh
penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi terhadap kecurangan
(fraud) pengadaan barang dan jasa yang dimoderasi oleh sistem pengendalian
internal, maka penulis melakukan penelitian dan variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel independen, dan variabel dependen. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:

Variabel independen atau Variabel bebas

Sekaran (2016:117) mendefinisikan tentang variabel independent atau


variabel bebas adalah variabel yang mengambil variabel terikat, entahsecara positif
maupun secara negative. Jika terdapat variabel bebas, variabel terikatpun akan
hadir, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas, terdapat pula
kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat. Maka dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independent atau variabe bebas adalah : Sistem Informasi
Akuntansi Berbasis Teknologi.
5

1. Variabel dependen atau variabel terikat


Sekaran (2016:116) mendefinisikan tentang variabel terikat adalah variabel
yang menjadi perhatian utama peneliti. Pada penelitian ini yang menjadi
variabel dependent atau variabel terikat adalah pencegahan kecurangan
(fraud).
2. Variabel antara (Intervening variable)
Sekaran (2016:124) mengatakan variabel antara (intervening variable)
adalah variabel yang mengemuka antara waktu variabel bebas mulai bekerja
mempengaruhi variabel terikat, dan waktu pengaruh variable bebas terasa
pada variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
intervening adalah sistem pengendalian internal.

3.3.1 Pengertian Operasionalisasi Variabel


Oprasionalisasi variabel merupakan penjelasan dan pengertian teoritis
variabel untuk dapat diamati dan diukur sesuai dengan alat ukur yang dijabarkan
kedalam indikator pernyataan angket serta disusun urutan item pernyataan dari
setiap variabel penelitian. Adapun variabel-variabel yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah sistem informasi akuntansi sebagai variable bebas dan
pencegahan kecurangan (fraud) sebagai variabel terikat serta sistem pengendalian
internal sebagai variabel antara. Untuk memperjelas mengenai variabel penelitian
yang penulis gunakan dalam penelitian ini dapat dilihat operasionalisasi variabel
masing-maisng pada table berikut:
6

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Sistem informasi akuntansi berbasis teknologi(X) dan Pencegahan Kecurangan (Y)
Variabel Dimensi Indikator Skala Instrumen
Kuesioner
Sistem Komponen SIA: 1. Bagian input memasukkan data Ordinal 1
informasi kedalam komputer
1. Perangkat Keras
akuntansi 2. Bagian pengolah utama dan
(Hardware)
Berbasis memori mengolah data dengan Ordinal 2
Teknologi (X) cepat dan menyimpannya.
3. Bagian output menghasilkan
informasi karyawan hasil Ordinal 3
pengolahan data.
1. Software sistem operasi yang
2. Perangkat Lunak digunakan sesuai dengan Ordinal 4
(Software) kebutuhan perusahaan.
2. Software aplikasi yang
digunakan isinya sesuai dengan Ordinal 5
keiinginan
user.
3. Manusia 1. Pemilik Sistem Ordinal 6
(Brainware)
2. Perancang sistem Ordinal 7

4. Prosedur 1. Rangkaian kegiatan sistem Ordinal 8


informasi akuntansi
(Procedure)
2. Terdapat aplikasi dua atau
Ordinal 9
lebih

5. Basis Data 1. Pengumpulan Data Ordinal 10


(Database) 2. Pemprosesan Data Ordinal 11
1. Hardware sistem
Ordinal 12
6. Jaringan komunikasi
komunikasi
(Communica tion 2. Software sistem komunikasi Ordinal 13
Network)

Pencegahan a. Mengimplementasikan program


Kecurangan
Tata Cara Pencegahan
pengendalian anti fraud Ordinal 14
Fraud :
(fraud) b. Menciptakan lingkungan kerja
(Y) 1. Budaya Jujur dan Ordinal 15
yang positif
Etika yang Tinggi
c. Mempekerjakan dan
mempromosikan pegawai yang Ordinal 16
tepat
d. Pelatihan Ordinal 17
2. Tanggung jawab a. Identifikasi risiko kecurangan. Ordinal 18
manajemen untuk b. Mengukur risiko kecurangan Ordinal 19
mengevaluasi c. Mengurangi risiko kecurangan Ordinal 20
pencegahan d. Memantau program
Kecurangan Ordinal 21
3. Pengawasan Oleh a. Pelaporan Ordinal 22
Komite Audit b. Laporan periodik Ordinal 23
c. Laporan lain Ordinal 24
7

Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Sistem Pengendalian Internal (Z)
Instrumen
Variabel Dimensi Indikator Skala
Kuesioner
a. Perangkat keras Ordinal 25
Sistem Pengendalian
b. Perangkat lunak Ordinal 26
Pengendalian Internal Menurut
Internal COBIT: c. Sumber daya manusia Ordinal 27
(Z) 1. Pengamatan aset d. File data Ordinal 28
2. Efektivitas a. Sesuai kebutuhan pengguna Ordinal 29
sistem b. Dapat terpenuhi Ordinal 30
a. Kemamadaian Ordinal 31
3. Efisiensi sistem b. Cara kerja sistem benar Ordinal 32
c. Menilai cost/benefit Ordina 33
a. Kerahasiaan Ordinal 34
b. Keandalan Ordinal 35
4. Ketersediaan
c. Menjaga integritas data Ordinal 36

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


Untuk melakukan penelitian, terlebih dahulu harus ditentukan populasi yang
akan diteliti. Sebagaimana oleh Sugiyono (2014:119) mengenai populasi adalah
sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yangmempunyai
kuantitas dan karakterstik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untukdipelajari dan
kemudian di tarik kesimpulannya. Sedangkan pengertian populasi menurut Uma
Sekaran (2016:64) adalah keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal yang
ingin peneliti investigasi. Berdasarkan pengertian dari kedua pendapat pakar
tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa populasi bukan hanya orang, tetapi
juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Populasi yang diteliti
yaitu bagian Bagian Keuangan, Pembelian, Pengendalian Mutu (QC), Jaminan
Mutu (QA), Registrasi, Penelitian dan Pengembangan (RnD), Material Management
(MM), Produksi Steril dan Non Steril, Teknik, dan General Affairs (GA).
Adapun jumlah dari karyawan yang berkaitan dengan proses sistem
informasi akuntansi dan sistem pengendalian internal di PT Gracia Pharmindo Kota
Bandung adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3
8

Bagian-bagian dari perusahaan yang menjadi populasi penelitian


No Bagian dari Perusahaan Jumlah Karyawan
1 Bagian Keuangan 38
2 Bagian Pembelian 9
3 Bagian Pengendalian Mutu 35
4 Bagian Jaminan Mutu 30
5 Bagian Registrasi 10
6 Bagian Penelitian dan Pengembangan 28
7 Bagian Materal Management 40
8 Bagian Produksi Steril dan Non Steril 67
9 Bagian Teknik 18
10 Bagian General Affairs 10
Total 285 Orang

Populasi yang akan diuji dalam penelitian ini adalah yang diteliti yaitu
bagian Bagian Keuangan, Pembelian, Pengendalian Mutu (QC), Jaminan Mutu
(QA), Registrasi, Penelitian dan Pengembangan (RnD), Material Management
(MM), Produksi Steril dan Non Steril, Teknik, dan General Affairs (GA) dengan
jumlah populasi 285 orang. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah
sistem acak sederhana (Simple Sampling Random) dengan taraf kesalahan
pengambilan sampel 10% maka di dapat sampel (n)= 96,61, yang kemudian
dibulatkan menjadi 100 responden Wajib Pajak.

285
𝑛= = 96,61 = 100
1+285.(0,1)
9

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono,2014). Dalam penentuan sampel Wajib Pajak
didasarkan pada Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling) dengan
taraf kesalahan pengambilan sampel 10%.
Menurut Sugiyono (2014) yang dimaksud dengan sampling acak sederhana
adalah:
“Sampling Acak Sederhana adalah pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu”

Jumlah anggota sampel bertingkat (strata) dilakukan dengan cara


pengambilan sampel secara proportional random sampling yaitu menggunakan
rumus alokasi proportional :

ni = 𝑁i . 𝑛
𝑁

Dimana :
ni = jumlah anggota sampel menurut stratum
n = jumlah anggota sampel seluruhnya
Ni =jumlah anggota populasi menurut stratum
N = jumlah anggota populasi seluruhnya

Maka jumlah anggota sampel berdasarkan bidangnya masing-masing:


38
a. .100 = 13,33 ≈ 13
285
9
b. .100 = 3,15. ≈ 3
285
35
c. .100 = 12,28 ≈ 12
285
30
d. .100 = 10,52 ≈ 10
285
28
10

Penentuan anggota sampel dilakukan secara acak yaitu dengan cara


mengundi nama pada pada anggota sehingga diperoleh sesuai jumlah sampel yang
dibutuhkan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Table 3.4
Jumlah Sampel
No Bagian dari Perusahaan Jumlah Karyawan
1 Bagian Keuangan 13
2 Bagian Pembelian 3
3 Bagian Pengendalian Mutu 12
4 Bagian Jaminan Mutu 10
5 Bagian Registrasi 3
6 Bagian Penelitian dan Pengembangan 10
7 Bagian Materal Management 14
8 Bagian Produksi Steril dan Non Steril 23
9 Bagian Teknik 6
10 Bagian General Affairs 3
Jumlah 87

3.4.2 Teknik Sampling


Sampling adalah suatu cara pengumpulan data yang sifatnya tidak
menyeluruh, yaitu tidak mencakup seluruh objek penelitian (populasi) akan tetapi
sebagian saja dari populasi. Menurut Sugiyono (2014:81) menyatakan bahwateknik
sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan probability sampling dengan jenis
simple random sampling. Menurut Sugiyono (2014:82) probability sampling
diartikan sebagai teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel
ini meliputi, simple random sampling, proportionate stratified random sampling,
disproportionate stratified random, sampling area (cluster)

sampling (sampling menurut daerah).”


Jenis probability sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah simple random sampling. Menurut Sugiyono (2014:82)
menyebutkan bahwa dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhartikan strata yang ada
dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen.”
11

Pada penelitian ini dilakukan teknik pengambilan sampel dengan


menggunakan simple random sampling, pemilihan responden dilakukan secara
acak oleh penulis kepada responden, tidak melihat dari kondisi dan syarat tertentu.
Acak yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft excel untuk
menghasilkan nomor acak sesuai dengan jumlah responden. Hal ini dilakukan
karena anggota populasi yakni karyawan pengguna sistem informasi akuntansi pada
PT Gracia Pharmindo Kota Bandung memiliki peluang yang sama untuk dipilih
menjadi sampel, karena karyawan pengguna sistem informasi akuntansi pada PT
Gracia Pharmindo Kota Bandung menggunakan sistem informasi akuntansi yang
sama pada waktu yang sama dan dipastikan memiliki kemampuan yang sama
mengenai sistem informasi akuntansi yang digunakan saat ini sehingga peneliti
menentukan sampel sebanyak 100 orang yang dianggapmerupakan sampel yang
dapat mewakili (representatif) anggota populasi.

3.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


3.5.1 Sumber Data
Sebagian besar tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data yang
relevan, dapat di percaya dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam penyusunan
tesis ini penulis memperoleh data dari data primer. Data primer merupakan data
yang diperoleh secara langsung dari PT Gracia Pharmindo Kota Bandung yang
diteliti. Data ini peneliti peroleh dengan memberikan kuesioner yang bersifat
tertutup dengan menggunakan Skala Likert.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk


memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian.
Adapun cara-cara untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini,
peneliti melakukan pengumpulan data dan dilengkapi oleh berbagai keterangan
melalui Penelitian Lapangan. Penelitian Lapangan (Field Research) merupakan
cara untuk memperoleh data primer yang secara langsung melibatkan pihak
responden yang dijadikan sampel dalam penelitian. Metode penelitian lapangan
yang digunakan peneliti adalah kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner yang penulis gunakan
adalah kuesioner tertutup, yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawabannya.
12

Adapun alasan penulis menggunakan kuesioner tertutup adalah : 1). Kuesioner


tertutup memberikan kemudahan kepada responden dalam memberikan jawaban,
2). Kuesioner tertutup lebih praktis, 3). Keterbatasan biaya dan waktu penelitian.

3.6 Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis


3.6.1 Analisis Data
Menurut Sugiyono (2014:244) yang dimaksud dengan analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.
Analisis data dilakukan untuk mengolah data menjadi informasi, data akan
menjadi mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang
berkaitan dengan kegiatan penelitian. Data yang akan dianalisis merupakan data
hasil pendekatan survei penelitian dari penelitian lapangan dan penelitian
kepustakaan, kemudian dilakukan analisa untuk menarik kesimpulan. Adapun
urutan analisis yang dilakukan yaitu:
1. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara menyebarkan kuesioner
pada populasi yang telah ditentukan.
2. Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian menentukan alat
pengukuran yang digunakan untuk memperoleh data dari elemen-elemen
yang akan diselidiki. Dalam penelitian ini alat pengukuran yang dimaksud
adalah daftar penyusunan pernyataan atau kuesioner.
3. Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner ke perusahaan yang dipilih
dengan bagian tertentu yang telah ditetapkan. Setiap item dari kuesioner
tersebut merupakan pernyataan positif yang diberikan skor 1 sampai 5yang
telah penulis sediakan. Dalam penelitian ini skor untuk setiap jawaban dari
pernyataan yang diajukan kepada responden, penelitian ini akan mengacu
pada pernyataan Sugiyono (2014:93) yaitu :
“Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan.”
Skala Likert dipergunakan dalam melakukan pengukuran atas jawaban dari
13

pernyataan yang diajukan kepada responden penelitian dengan cara


memberikan skor pada setiap item jawaban.
4. Apabila seluruh data yang diperlukan telah terkumpul, kemudian dilakukan
pengolahan data, disajikan dan dianalisis. Dalam penelitian ini penulis
melakukan uji statistik. Untuk mengetahui nilai variabel X dan variabel Y,
maka analisis yang digunakan berdasarkan rata-rata (mean)dari setiap
variabel.

Selanjutnya dicari rata-rata dari setiap jawaban responden, untuk


memudahkan penilaian dari rata-rata tersebut maka peneliti mengkategorikan
berdasarkan interval nilai skor jawaban responden dari seluruh pernyataan variabel
lokasi untuk menentukan panjang kelas interval.
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Panjang Kelas Interval (P) = Rentangan (R)
Banyak Kelas Interval (K)

Dimana:

Rentangan (R) = Data tertinggi – data terendah


Jumlah kelas (K) =5
Berdasarkan rumus diatas, maka panjang kelas interval adalah:
Panjang Kelas Interval = 5−1 = 0,8
5

Dengan demikian, maka interval dari kriteria penilaian rata-rata adalah


sebagai berikut:
Tabel 3.5
Interpretasi Kriteria Penilaian Rata – rata
Interval
No Penilaian
Kelas
1 1.00 – 1.79 Sangat tidak Baik/Sangat rendah/Sangat tidak/ memadai

2 1.80 – 2.59 Tidak Baik/Rendah/Tidak memadai

3 2,60 – 3,39 Cukup Baik/Cukup tinggi/Cukup Memadai


4 3,40 - 4,19 Baik/Tinggi/Memadai
5 4.20 – 5.00 Sangat Baik/Sangat tinggi/Sangat memadai

3.6.2 Uji Asumsi Klasik


Sebelum dilakukan analisis data dengan menggunakan model regresi
terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang mendasari penggunaan analisis
regresi agar hasil analisis tersebut kuat dan tidak bisa (Gujarati, 2003).
14

3.6.2.1 Uji Normalitas


Uji normalitas digunakan untuk mnguji apakah model regresi mempunyai
distribusi normal atau tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat
penting pada pengujian kebermaknaan (signifikan) koefisien regresi. Model regresi
yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati
normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Dalam penelitian ini,
untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dilakukan
dengan menggunakan analisis grafik normal probability plot. Pada prinsipnya
normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik dengan dasar pengambilan keputusa

sebagai berikut :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika ada data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.6.2.2 Uji Multikolinieritas


Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variable independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya Multikolinieritas didalam model ini adalah sebagai berikut:
a) Jika ini tolerance > 10% dan nilai variance inflation factors (VIF) < 10,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada Multikolinieritas antar variable
independen dalam model regresi .
b) Jika nilai tolerance < 10% dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan
bahwa ada Multikolinieritas antar variable independen dalam model regresi.

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heterokedakstisitas digunakan
grafik scatterplot untuk menganalisis terjadi heterokedaktisitas, adapun alat
pengujian yang digunakan adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
15

variable terikat (SDRESID) dengan residunya (ZPRED).

3.7 Analisis Regresi Moderasi (Moderating Regresion Analysis)


Penelitian ini terdiri dari satu variabel independen, satu variabel dependen,
dan satu variabel moderasi. Karena itulah digunakan analisis regresi moderasi
(moderating regression analysis). Analisis tersebut digunakan untuk melihat
apakah variabel pemoderasi mempengaruhi pengaruh antara variabel X yaitu suatu
variabel yang menekan/menerangkan variabel lainnya dan disebut sebagai variabel
bebas (independen variabel) terhadap variabel Y (variabel dependen/terikat) yaitu:
suatu variabel yang ditentukanatau diterangkan oleh variabel lainnya dari
variabel ini disebut dengan variabel tidak bebas (dependen variabel). Pengaruh ini
selanjutnya dapat digunakan untuk mencari pengaruh variabel X terhadap variabel
Y. kemudian melihat apakah variabel moderasi mempengaruhi hubungan antara
variabel X terhadap Y.
Moderating Regression Analysis dinyatakan dalam dua bentuk persamaan
sebagai berikut :
Persamaan (1) Y = a+bX+bZ +e
a = Konstanta
b = koefisien regresi X
Z = Variabel moderasi
 = Nilai Residu
Untuk menguji keberadaan Z apakah benar sebagai pure moderator, quasi
moderator, atau bukan variabel moderating sama sekali, dapat diamati dengan
kriteria sebagai berikut (Tambun, 2013):
a. Pure moderator, apabila pengaruh dari Z terhadap Y pada output pertama dan
pengaruh interaksi Z*X pada output kedua, salah satunya signifikan.
b. Quasi moderator, apabila pengaruh dari Z terhadap Y pada output pertama dan
pengaruh interaksi Z*X pada output kedua-duanya signifikan.
c. Bukan moderator, apabila pengaruh dari Z terhadap Y pada output pertama dan
pengaruh interaksi Z*X pada output kedua, tidak ada satupun yang signifikan.

Secara skematis, hubungan di antara ketiga variabel tersebut bisa


diilustrasikan seperti pada gambar berikut :
16

Penerapan sistem Pencegahan


informasi Kecurangan
akuntansi
Sistem
pengendalian
internal

Gambar 3.1 hubungan variabel x,y,z

3.7.1 Analisis Regresi


Analisis regresi digunakan untuk menaksir harga variabel Y berdasarkan
variabel X yang diketahui, serta taksiran perubahan variabel Y untuk setiap satuan
perubahan variabel X (Sudjana, 2004:60). Hubungan tersebut biasanya dinyatakan
dalam bentuk persamaan matematis yang mempunyai hubungan fungsional antara
variabel-variabel tersebut. Persamaan umum regresi menurut Sugiyono(2009:261)
adalah sebagai berikut :
Y = a + bX + bZe

Dimana :
a : Intercept coefficient (nilai Y pada saat X = 0)
b : Koefisien regresi (besarnya pengaruh X terhadap Y)
e : Error term, tingkat kesalahan penduga dalam penelitian.
X : penerapan sistem informasi akuntansi
Y : Kecurangan
Z : Sistem pengendalian internal

Nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus :


(ΣY;)(ΣX2;) − (ΣX;)(ΣX;Y;)
17

a=
𝗇ΣX2; − (ΣX;)2

𝗇ΣX;Y; − (ΣX;)(ΣY𝗇)
b=
𝗇ΣX2; − (ΣX;)2

3.7.2 Analisis Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi digunakan di dalam penelitian untuk menghitung
besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung
(Jonathan Sarwono, 2005:72). Koefisien determinasi ini berfungsi sebagai alat
untuk mengetahui persentase besarnya pengaruh dari variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Besarnya sumbangan
atau kontribusi dari variabel X terhadap naik atau turunnya variabel Y dihitung
koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut :
KD = r2 x 100%
Sumber: Natawiria (2010:61)

Dimana :
KD : Koefisien Determinasi
R2 : Nilai Koefisien Determinasi

3.7.3 Pengujian Hipotesis (Uji t)


Uji t dipakai untuk melihat signifikansi pengaruh variabel independen
secara individu (parsial) terhadap variabel dependen dengan menganggap
variabel lain bersifat konstan (Sulaiman 2014:15). Uji ini dilakukan dengan
memperbandingkan 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Taraf signifikansi (a) atau menyatakan
tingkat kekeliruan dalam pengujian hipotesis yang dapat ditolerir adalah sebesar
5% (0,05) karena menurut Nazir (2013:467) tingkat signifikansi ini yang umum
digunakan pada penelitian dan dianggap cukup ketat untuk mewakili hubungan
18

antar variabel yang diteliti. Derajat kebebasan atau degree of freedom menurut
Natawiria (2010:63) ditentukan dengan rumus :

df = n-2

Dimana :
df : Degree of Freedom
n : Jumlah sampel

Rumus 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g menurut Natawiria (2010:61), yaitu :

√𝒏 − 𝟐
𝒕 = 𝒓𝒔
√𝟏 − 𝒓𝒔𝟐

Dimana :
t : Nilai uji t (t hitung)
rs : Koefisien korelasi
rs² : Koefisien determinasi
n : Jumlah sampel yang diteliti

Hipotesis yang diajukan yaitu :


1. Ho: Penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi tidak
berpengaruh positif terhadap kecurangan pengadaan (fraud) barang
dan jasa.
Ha: Penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi berpengaruh
positif terhadap Kecurangan pengadaan barang dan jasa.
2. Ho: Penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi tidak
berpengaruh positif terhadap sistem pengendalian internal.
Ha: Penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi
berpengaruh positif terhadap Sistem pengendalian internal
3. Ho: Pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi tidak
berpengaruh terhadap kecurangan (fraud) pengadaan barang dan jasa
yang dimoderasi oleh Sistem pengendalian internal.
Ha: Pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi berbasis teknologi
berpengaruh terhadap kecurangan (fraud) pengadaan barang dan jasa
19

yang dimoderasi oleh Sistem pengendalian internal


Pengujian signifikansi untuk mendapatkan suatu kesimpulan apakah
terdapat pengaruh masing-masing variabel maka hasil 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g dibandingkan
dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan kriteria sebagai berikut :
1. 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (α, df), maka H0 diterima dan Ha tidak diterima.
2. 𝑡ℎi𝑡𝑢𝑛g > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (α, df), maka H0 tidak diterima dan Ha diterima.

Bila terjadi penerimaan H0, maka dapat diartikan sebagai tidak


signifikannya suatu pengaruh dari variabel independen secara parsial terhadap suatu
variabel dependen. Sebaliknya, tidak diterimanya H0 menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel independen secara parsialterhadap
variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai