PENDAHULUAN
1
2
Picandi Masco Jaya alias Candi selaku Business Manager Unit Bisnis
Sumatera I PT Kimia Farma Diagnostik (FKD) Wilayah Medan dan Aceh divonis
10 tahun penjara. Ia dinilai terbukti memperoleh keuntungan berkisar Rp.
2.236.640.000 dengan memerintahkan karyawannya menggunakan swab antigen
bekas di Bandara Kualanamu Deliserdang, Sumatera Utara (Sumut). Sementara 4
karyawannya dijatuhi hukuman yang bervariasi antara lain Sepipa Razi dan Depi
Jaya masing-masing 2,6 tahun penjara. Kemudian Marzuki dan Renaldio masing-
masing divonis 5 tahun penjara. Kelima terdakwa juga dibebani membayar denda
masing-masing sebesar Rp. 1 Miliar subsidair 1 tahun kurungan. Putusan ini
dibacakan hakim yang diketuai oleh Rusihan Juhriah Rangkuti di Pengadilan
Negeri Lubukpakam. (www.cnnindonesia.com).
Kasus pada PT Pos Indonesia yang menjerat Arjuna, mantan Vice President
Kolekting dan Antaran PT Pos Indonesia didakwa melakukan korupsi uang PT Pos
Indonesia Rp 2,4 miliar. Uang sebesar itu berasal dari dana penyimpangan dalam
penggunaan/pengeluaran biaya tambahan distribusi Kartu Perlindungan Sosial
(KPS). Hal tersebut terungkap dalam sidang korupsi di PT Pos Indonesia yang
digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Bandung, Rabu 1 Februari
2017. Perbuatan korupsi terdakwa Arjuna itu dilakukan secara bersama-sama
dengan Zulkifli Assagap selaku Senior Vice President Operasi PT Pos Indonesia,
Pamungkas Tedjo Asmoro selaku Vice President Pengendalian Sistem Operasi PT
Pos Indoensia dan beberapa terdakwa lainnya.
Terdakwa telah melakukan perbuatan melawan hukum yang telah
bertentangan dengan keputusan bersama antara komisaris dan direksi PT Pos
Indonesia, yang intinya direksi dan karyawan dilarang melakukan transaksi yang
mempunyai benturan kepentingan dan mengambil keuntungan pribadi.
(www.kompas.com).
4
Penelitian Coe dan curtis (1991) menemukan total 127 kasus kelemahan
pengendalian internal di Carolina Utara AS sebagian besar (24%) terjadi di lembaga
pemerintah. Menurut Abbot et al. Dalam Wilopo (2006) pengendalian intern yang
efektif mengurangi kecenderungan kecurangan dalam organisasi. Hal ini senada
dengan survey KMPG tahun 2006 dimana sebagian besar kecurangan (38%)
terdeteksi karena adanya kelemahan pengendalian internal.
keuangan, menjaga kekayaan dan catatan organisasi kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan, efektivitas dan efisiensi operasi (Siti dan Ely, 2010:312).
Pengendalian internal meliputi organisasi yang dikoordinasikan untuk
menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipenuhinya kebijakan manajemen, sehingga
dengan diterapkannya pengendalian internal, manajemen akan menekankan
pentingnya pengendalian dan mengambil langkah penting untuk
mengendalikannya. Laporan keuangan yang memiliki kualitas nilai informasi yang
baik, tidak terlepas dari penerapan pengendalian internal yang baik. Penerapan
sistem pengendalian internal dapat mencegah adanya suatu kegiatan yang tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga dapat memperoleh efisisensi,
efektifitas (Udiyanti, Anantawikrama, dan Darmawan, 2014).
Penelitian ini merupakan sebuah replikasi dari penelitian sebelumnya oleh
Edy Darmadi dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Akuntansi
Berbasis Teknologi Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) Pengaadaan Barang
dan Jasa yang dimoderasi oleh Sistem Pengendalian Internal namun, pada
penelitian ini penulis menggunakan variabel sistem informasi akuntansi dan sistem
pengendalian internal sebagai variabel x, dan mengubah variabel y menjadi
pencegahan fraud dari penelitian tersebut. Sedangkan untuk penelitian sendiri
penulis melaksanakan penelitian di PT. Gracia Pharmindo Kota Bandung.
Berdasarkan fenomena dan uraian di atas dan pentingnya sistem informasi
akuntansi, sistem pengendalian internal dan pencegahan fraud dalam setiap
kegiatan perusahaan, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan
judul “PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
BERBASIS TEKNOLOGI TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN
(FRAUD) PENGADAAN BARANG DAN JASA YANG DIMODERASI
OLEH SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL”.
7
1. Luas lingkup hanya pada sistem pengendalian internal dan sistem informasi
akuntansi terhadap pencegahan kecurangan di PT Gracia Pharmindo dari than
2015 – 2021
2 Bagi Perusahaan
Penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dan pandangan mengenai
pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi terhadap pencegahan
kecurangan (fraud) pengadaan barang dan jasa yang dimoderasi oleh sistem
pengendalian internal. Sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk
menentukan suatu kebijakan dalam menjalankan atau melaksanakan
kepemimpinan selanjutnya.
BAB II
Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran
keputusan.
Sistem informasi akuntansi Akuntansi menurut Azhar Susanto (2013:72)
didefinisikan sebagai kumpulan (integrasi) dari sub sistem atau komponen baik fisik
maupun non fisik yang saling berhubungan dan bekerja sama satu sama lain secara
harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan
menjadi informasi keuangan. Zaki Baridwan (2013:4) juga mengemukakan
pengertian sistem informasi akuntansi akuntansi yaitu suatu komponen yang
3
beberapa unsur-unsur sistem informasi akuntansi yang terdiri dari beberapa pokok
seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2013:3) sebagai berikut:
1. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya
transaksi. Dengan formulir ini data yang bersangkutan dengan transaksi
yang direkam pertama kali dijadikan dasar dalam pencatatan.
2. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat,
mengklasifikasikan, meringkas data keuangan dan data lainnya. Dalam
jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkasan data keuangan dan data
lainnya. Dalam jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkasan data, yang
hasilnya kemudian di posting ke rekening yang bersangkutan dalam buku
4
besar.
3. Buku Besar
Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas
data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.Rekening buku
besar ini disatu pihak dipandang sebagai wadah untukmenggolongkan
data keuangan, dipihak lain dapat dipandang juga sebagai sumber informasi
keuangan untuk penyajian laporan keuangan.
4. Buku Pembantu
Buku besar pembantu terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci
data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalambuku besar.
Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir, yang
berarti tidak ada catatanakunatnsi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas
dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu.
5. Laporan keuangan
Laporan merupakan hasil akhir proses akuntansiyang berupa neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok
produksi, laporan biaya pemasaran dan lain sebagainya.”
3. Manusia (Brainware)
Brainware atau sumber daya manusia (SDM) SI/SIA merupakan bagian
terpenting dari komponen sistem informasi akuntansi (SIA) dalam dunia
bisnis yang dikenal sebagai sistem informasi akuntansi. Komponen SDM ini
merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan komponen lainnyadidalam
suatu sistem informasi (SI) sebagai hasil dari perencanaan, analisis,
perancangan, dan strategi implementasi yang didasarkan kepada
komunikasi diantara sumber daya manusia yang terlinat dalam suatu
ogranisasi.
4. Prosedur (Procedure)
Procedure adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan cara yang sama. Prosedur penting dimiliki bagi suatu
organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Jika
prosedur telah diterima oleh pemakai sistem informasi akuntansi maka
6
1. Menjaga aset
Perusahaan harus menjaga asetnya dari pemborosan, inefisiensi, dan
kecurangan.
2. Mendorong karyawan untuk mengikuti kebijakan perusahaan
Semua orang dalam organisasi – manajer dan karyawan – harus bekerja
mencapai tujuan yang sama. Sistem pengendalian yang memadai
11
bahwa sistem pengecekan internal yang layak bisa menghilangkan kebutuhan akan
audit yang terinci, menurutnya pengendalian terdiri atas tiga elemen: pembagian
kerja, penggunaan catatan akuntansi, dan rotasi pegawai.
Pada 1930 Goerge E. Bennett dalam Amin Widjaja Tunggal (2013:30)
mempersempit definisi pengecekan internal yaitu sistem pengecekan internal bisa
didefinisikan sebagai koordinasi dari sistem akun-akun dan prosedur perkantoran
yang berkaitan sehingga seorang karyawan selain mengerjakan tugasnya sendiri
juga secara berkelanjutan mengecek pekerjaan karyawan yang lain untuk hal-hal
tertentu yang rawan kecurangan. Pada tahun 1949 laporan khusus berjudul
“Pengendalian Internal Elemen-elemen Sistem yang Terkoordinasi dan Pentingnya
pengendalian bagi Manajemen dan Akuntan Independen,” oleh Komite Prosedur
12
domain yang terdiri dari sekumpulan proses TI dan sekumpulan dokumentasi best
practices untuk aktivitas dalam tata kelola TI yang digunakan untuk membantu
pendefinisian strategi serta kontrol pada manajemen tingkat atas untuk menganilis
kesenjangan gap antara resiko bisnis, yang berfungsi sebagai acuan dalam dalam
menemukan masalah-masalah serta solusi untuk perbaikan terkait tata kelola TI.
CobIT merupakan bagian dari Information System Audit and Control Association
(ISACA) yang dibuat oleh IT Governance Institute (ITGI).
Seperti disebut di atas, audit objectives pada audit terhadap IT governance
menurut CobIT adalah: effectiveness, efficiency, confidentiality, integrity,
availability, compliance, dan reliability. Sedangkan menurut Weber (1999) tujuan
audit teknologi informasi (audit objectives) lebih ditekankan pada beberapa aspek
penting, yaitu pemeriksaan dilakukan untuk dapat menilai: (a) apakah sistem
komputerisasi suatu organisasi atau perusahaan dapat mendukung pengamanan
asset (assest saveguarding), (b) apakah sistem komputerisasi dapat mendukung
pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan (system effectiveness), (c) apakah
sistem komputerisasi tersebut sudah memanfaatkan sumber-daya secara efesien
13
(efficiency), dan (d) apakah terjamin konsistensi dan keakuratan datanya (data
integrity).
1. Pengamatan Aset
Dalam model CobIT, tujuan audit ini tidak dinyatakan eksplisit (tidak
tertulis). Aset informasi suatu perusahaan seperti perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (Software ), sumber daya manusia, file atau
data dan fasilitas lainnya harus dijaga dengan sistem pengendalian intern
yang baik agar tidak terjadi penyalahgunaan aset perusahaan. Dengan
demikiansistem pengamanan aset merupakan suatu hal yang sangat penting
yang harus dipenuhi oleh perusahaan.
2. Efektifitas Sistem
Efektifitas sistem informasi akuntansi perusahaan memiliki peranan
penting dalam proses pengambilan keputusan. Suatu sistem informasi
akuntansi dapat dikatakan efektif apabila sistem informasi akuntansi
tersebut sudah dirancang dengan benar (doing the right thing), telahsesuai
dengan kebutuhan user. Informasi yang dibutuhkan oleh para manajer
dapat dipenuhi dengan baik.
3. Efisiensi Sistem
Efisiensi menjadi sangat penting ketika sumber daya kapasitasnya terbatas.
Jika cara kerja dari sistem aplikasi Komputer menurun makan pihak
manajemen harus mengevaluasi apakah efisiensi sistem masih memadai
atau harus menambah sumber daya, karena suatu sistem dapat dikatakan
efisien jikan sistem informasi akuntansi dapat memenuhi kebutuhan user
dengan sumber daya informasi yang minimal. Cara kerja sistem benar
(doing thing right). Adapun ekonomis mencerminkan kalkulasi untung rugi
ekonomi (cost/benefit) yang lebih bersifat kuantifikasi niali moneter
(uang). Efisien berarti sumber daya minimum untuk mencapain hasil
maksimal, sedangkan ekonomis lebih bersifat pertimbangan ekonomi.
4. Ketersediaan (Availability)
Berhubungan dengan ketersediaan dukungan atau layanan teknologi
informasi (TI). TI hendaknya dapat mendukung secara kontinyu terhadap
proses bisnis kegiatan perusahaan. Makin sering terjadi gangguan (system
down) maka berarti tingkat ketersediaaan sistem rendah.
1) Kerahasiaan (Confidentiality) Fokusnya ialah pada proteksi terhadap
informasi dan supaya terlindungi dari akses dari pihak-pihak yangtidak
berwenang.
14
dari generic qualitative model, dimana prinsip dari atribut berikut ditambahkan
dengan cara bertingkat :
1. Kepedulian dan komunikasi (awareness and communication);
2. Kebijakan, standars, dan prosedur (policies, standards, and procedures);
16
Opportunity Rationalization
Gambar 2.1
Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle)
1. Pressure (tekanan)
Tekanan ekonomi merupakan salah satu faktor yang mendorong seorang
berani melakukan tindak kecurangan. Faktor ini berasal dari individu si
pelaku dimana ia merasa bahwa tekanan kehidupan yang begitu berat
memaksa si pelaku melakukan kecurangan untuk keuntungan pribadinya.
Hal ini terjadi biasanya dikarenakan jaminan kesejahteraan yang ditawarkan
perusahaan atau organisasi tempat ia bekerja kurang atau pola hidup yang
serba mewah sehingga si pelaku terus-menerus merasa kekurangan. Namun
tekanan juga dapat berasal dari lingkungan tempatnya bekerja, seperti:
lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, karyawan merasa tidak
diperlakukan secara adil, adanya proses penerimaan pegawai yang tidak
fair.
2. Opportunity (kesempatan)
Merupakan faktor yang sepenuhnya berasal dari luar individu, yakni berasal
dari organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan. Kesempatan
melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Dengan
kedudukan yang dimiliki, si pelaku merasa memiliki kesempatan untuk
mengambil keuntungan. Ditambah lagi dengan sistem pengendalian dari
organisasi yang kurang memadai.
18
3. Rationalization (rasionalisasi)
Si pelaku merasa memiliki alasan yang kuat yang menjadi dasar untuk
membenarkan apa yang dia lakukan. Serta mempengaruhi pihak lain untuk
menyetujui apa yang dia lakukan.
tidak merasa tertekan lagi dan melakukan pembenaran terhadap tindakan fraud
yang dapat merugikan banyak pihak.
W. Steve Albrecht dan Chad D. dalam Karyono (2013:3) mengemukakan
definisi fraud adalah a geberic term, embracing all multi various means which
human ingenuity can device and which are resorted to by one individual to get an
advantage over amother by false representation no divinize an invariable rule can
be laid down as a general proposition in defining fraud, as it included surprise
trickery, cumming an unfair ways by which another is cheated. Theory boundaries
defining is are those which limit human knaver. Definisi yang dikemukakan oleh
W. Steve Albrechdan Chad D. Menjelaskan bahwa fraud merupakan suatu
pengertian umum dan mencakup beragam cara yang dapat digunakan dengan cara
kekerasan oleh seorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain melalui
perbuatan yang tidak benar. Tidak terdapat definisi atau aturan yang dapat
digunakan sebagai suatu pengertian umum dalam mengartikan kecurangan yang
meliputi cara yang mengandung sifat mendadak, menipu, cerdik dan tidak jujur
yang digunakan untuk mengelabuhi seseorang. Satu-satunya batasan untuk
mengetahui pengertian diatas adalah yang membatasi sifat ketidakjujuran manusia.
Menurut Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) dalam Fraud
Examiners Manual 2006 yang dikutip oleh karyono (2013:3) definisi fraud is
intentional untruth or dishonest scheme used to take deliberate an unfair advantage
of another person or group of person it included any mean, such cheatsanother”
Definisi yang dijelaskan oleh Association of Certified Fraud Examiner (ACFE)
tersebut menjelaskan bahwa fraud (kecurangan) berkenaan dengan adanya
keuntungan yang diperoleh seseorang dengan menghadirkan sesuatu yang tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Di dalam termasuk unsur-unsur surprise
atau tak terduga, tipu daya, licik dan tidak jujur yang merugikan orang lain.
Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2010:194) dalam kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat beberapa pasal yang mencakuppengertian
fraud seperti 1) “Pasal 362 tentang pencurian (definisi KUHP: “mengambil barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain,
21
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum”, 2) Pasal 368 tentang
pemerasan dan pengancaman (definisi KUHP: “dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa
seseorang dengan kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya
atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain atau supaya membuat
hutang maupun menghapuskan piutang”), 3) Pasal 372 tentang penggelapan
(definisi KUHP: “dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu
yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang adadalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan”) 4) Pasal 378 tentang perbuatan curang
(definisi KUHP: “dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hokum,dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan
tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya member hutang atau
penghapusan piutang”), 5) Pasal 396 tentang merugikan pemberi piutang dalam
keadaan pailit, 6) Pasal 406 tentang menghancurkan atau merusakan barang(definisi
KUHP: “dengan sengaja atau melawan hokum menghancurkan, merusakan,
membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya
atau sebagian milik orang lain”) 7) Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417,
418, 419, 420, 423, 425, dan 435 yang secara khusus diatur dalam Undang-undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Undang-undang Nomor 31 Tahun1999).
Pencegahan fraud menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:37) merupakan
upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud (fraud
triangle) yaitu:
1. Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat kecurangan.
2. Menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu memenuhi
kebutuhannya.
3. Meminimalisasi alasan untuk membuat pembenaran atau rasionalisasi atas
tindakan fraud yang dilakukan.”
Fraud merupakan suatu masalah di dalam perusahaan dan harus dicegah
sedini mungkin, Amin Widjaja Tunggal (2012:59) mengemukakan bahwa terdapat
22
beberapa tata kelola untuk mencegah fraud diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Budaya jujur dan etika yang tinggi
2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi pencegahan fraud
3. Pengawasan oleh komite audit”.
3) Pembenaran (Rationalization)
Pelaku kecurangan mencari pembenaran ketika pelaku menganggap
bahwa yang dilakukan sudah merupakan hal yang biasa atau wajar
dilakukan oleh orang lain pula, pelaku merasa berjasa besar terhadap
organisasi dan seharusnya ia menerima lebih banyak dari yang
diterimanya, pelaku menganggap tujuannya baik yaitu untuk mengatasi
masalah dan nanti akan dikembalikan
3. Teori GONE
Dalam teori ini terdapat empat faktor pendorong seseorang untukmelakukan
kecurangan, yaitu:
1) Greed (Keserakahan)
Berkaitan dengan perilaku serakah yang potensial ada dalam setiap diri
seseorang
2) Opportunity (Kesempatan)
Berkaitan dengan keadaan organisasi, instansi, masyarakat yang
sedemikian rupa sehingga terbuka bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan terhadapnya
3) Need (kebutuhan)
Berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh individu untuk
menunjang hidupnya secara wajar
4) Exposure (Pengungkapan)
Berkaitan dengan kemungkinan dapat diungkapkannya suatu kecurangan
dan sifat serta beratnya hukuman terhadap pelaku kecurangan. Semakin
besar kemungkinan suatu kecurangan dapat diungkap atau ditemukan,
semakin kecil dorongan seseorang untukmelakukan kecurangan tersebut.
Semakin berat hukuman kepada pelakukecurangan akan semakin kurang
dorongan seseorang untuk melakukankecurangan.
4. Teori Monompoli (Klinggard Theory)
Menurut teori ini korupsi (C) diartikan sama dengan monopoli (Monopoly
= M) ditambah kebijakan (Decretism = D) dikurangi
25
2. Pengendalian Internal
Menurut Tuanakota (2007) dalam Gusnardi (2012) ada ungkapan yang
secara mudah ingin menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari fraud.
26
berbagai aturan dan insetif terbentuknya struktur dan tujuan perusahaan yang
pasti, dan cara mencapai tujuan serta pengawasan kerja perusahaan.
Tabel 2.2
Tinjauan Peneliti Terdahulu
Variabel Hasil
No Nama peneliti Judul Perbedaan
penelitian penelitian
Ryan Pengaruh Variabel Kesesuaian Metode yang
1 Muhammad, kesesuaian dependen : kompensasi, digunakan adalah
Ridwan kompensasi, (Y) penerapan regresi berganda
Jurnal Ilmiah penerapan kecurangan sistem dan
Mahasiswa sistem informasi informasi menggunakan
Ekonomi akuntansi akuntansi akuntansi dan variabel
Akuntansi akuntansi, dan Variabel efektivitas kompensasi dan
(JIMEKA) efektivitas independen pengendalian pengendalian
Vol. 2, No. 4,pengendalian : internal internal
(2017) internal terhadap (X1) secara
Halaman 136- kecurangan kompensasi bersama-
145 akuntansi studi (X2) sama
pada Bank penerapan berpengaruh
www.jim.unsyi Perkreditan sistem negatif
ah.ac.id Rakyat terhadap
(BPR) di Kota Informasi fraud pada
Banda Aceh BPR Kota
akuntansi Banda Aceh.
(X3)
efektivitas
Pengendalia
n
internal
Sukadwilinda, Pengendali Variabel Pengendalian Metode yang
R. Aryanti an Internal dependen : internal digunakan
2 Ratnawati Terhadap (Y) berpengaruh regresi sederhana
Kecuranga Kecurangan terhadap dengan
JURNAL n pada PT. (Fraud) kecurangan menggunakan
ASET Bank Variabel dua variabel
(AKUNTANS Mandiri independen
I RISET), 5 (Persero), :
29
Variabel Hasil
No Nama peneliti Judul Perbedaan
penelitian penelitian
(1), 2013, 11- Tbk Area (X)
21 Asia pengendalia
Afrika n Internal
www.ejournal Bandung
.upi.edu
Deni Ahriati Analisis Variabel Hasil Metode yang
Prayitno pengaruh sistem dependen : penelitian digunakan adalah
3 Basuki pengendalian (Y) menunjukkan regresi berganda
Erna internal, asimetri kecenderun bahwa sistem dan
Widiastuty informasi, gan pengendalian menggunakan
perilaku tidak kecurangan internal tidak variabel asimetri
Jurnal etis dan akuntansi berpengaruh informasi,
InFestasi Vol. kesesuaian Variabel pada perilaku tidak
11, No.1, Juni kompensasi independen kecenderunga etis dan
2015 Hal. 41 terhadap : n kecurangan kesesuaian
– 55 kecenderungan (X1)sistem akuntansi. kompensasi
http://journal.t kecurangan pengendalia
runojoyo.ac.id akuntansi pada n internal,
Pemerintah (X2)asimetr
Daerah i informasi,
Kabupaten (X3)perilak
Lombok Timur u tidak etis
dan
(X4)kesesu
aian
kompensasi
4 Tiara Delfi Pengaruh (X1) Pengendalian Menggunakan
(2014) efektifitas Efektifitas internal regresi berganda
pengendalian pengendali berpengaruh dan
Jom Fekon vol.1 internal dan an Internal terhadap menggunakan
no. 2 oktober kesesuain (X2) kecurangan variabel
2014 kompensasi Kesesuain akuntansi kesesuaian
terhadap kompensas kompensasi
https://jom.unri. kecenderungan i
ac.id kecurangan (Y) Kece
akuntansi nder
(survey pada unga
perusahaan n
BUMN cabang kecur
Pekanbaru) anga
n
akunt
ansi
30
Variabel Hasil
No Nama peneliti Judul Perbedaan
penelitian penelitian
Variabel Hasil
No Nama peneliti Judul Perbedaan
penelitian penelitian
internal tidak
berpengaruh
positif
terhadap
kecenderunga
n kecurangan
akuntansi.
8 Bella Puspita, Analisis (X) Hasil Metode yang
Nyimas Artina pengendalian pengendalia penelitian digunakan adalah
(2015) internal terhadap n internal berupa metode kualitatif
Sistem (Y) Sistem penerapan
informasi informasi metode FIFO
akuntansi akuntansi (First-In
akuntansi akuntansi First-Out)
persediaan pada persediaan pada
PT Sriwijaya pencatatan
Baja Sakti persediaan,
penyempurna
an prosedur
pengadaan
9 Edy Darmadi Pengaruh (X1) Penerapan Metode yang
Penerapan Sistem Sistem digunakan adalah
Sistem Pengendalia Informasi metode
Informasi n Informasi berpengaruh kuantitatif
Akuntansi Akuntansi terhadap
Berbasis (X2) pencegahan
Teknologi Sistem kecurangan
Terhadap Pengendalia pengadaan
Pencegahan n Internal barang dan
Kecurangan (Y) jasa yang
(Fraud) Pencegahan dimoderasi
Pengadaan Kecurangan oleh Sistem
Barang dan Jasa (Fraud) pengendalian
yang internal.
Dimoderasi oleh
Sistem
Pengendalian
Internal di PT
PLN Unit
Distribusi Jabar
dan Banten
Fransiskus Randa Meliana (2010), Tiara Delfi (2014) dan Ananda Aprishella
(2014) yaitu peneliti terdahulu tidak meneliti system infromasi akuntansi seperti
yang dilakukan oleh penulis. Selain itu, perbedaan yang lainnya juga terlihat dari
segi waktu, responden, lokasi penelitian dan jumlah variabel independen (X) yang
diteliti oleh peneliti terdahulu.
kebutuhannya.
3. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenara atau rasionalisasi atas
tindakan fraud yang dilakukan Sehingga dengan adanya tujuan sistem
pengendalian internal bahwa dapat menjaga keandalan pelaporan keuangan,
dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian internal dapat membantu
perusahaan dalam pencapain tujuan karena sistem pengendalian internal
dapat memperkecil kesalahan-kesalahan dalam penyajian data akuntansi,
sehingga akan menghasilkan laporan yang benar, melindungi atau
membatasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan penggelapan-
penggelapan, kegiatan organisasi dapat dilaksanakan dengan efisien
Adapun hal senada dengan hasil penelitian Oguda Ndege Joseph, Odhiambo
Albert, Prof John Byaruhanga (2017) yang melakukan pengujian untuk mengukur
sejauh mana pengendalian internal berpengaruh dalam medeteksi kecurangan dan
penipuan. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
kecurangan, semakin baik penerapan sistem pengendalian intern yang diterapkan
dalam organisasi perusahaan maka akan semakin menekan rendah tingkat tindakan
kecurangan yang akan terjadi pada perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan
Sukadwilinda dan Ratnawati (2013) juga menghasilkan penelitiannya bahwa
Pengendalian internal berpengaruh terhadap kecurangan.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran dan keterkaitan antara variabel
sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian internal dengan pencegahan
kecurangan pengadaan barang dan jasa maka dapat dirumuskan paradigma
mengenai pengaruh sistem infromasi akuntansi dan system pengendalian internal
terhadap pencegahan kecurangan pengadaan barang dan jasa dengan bagan
kerangka pemikiran, sebagai berikut:
35
Sistem informasi
akuntansi Pencegahan
Kecurangan
Komponen Sistem Pengendalian
Sistem informasi Internal Budaya jujur dan
akuntansi: etika yang tinggi
Perangkat Keras Pengendalian
Tanggungjawab
(Hardware) menurut COBIT:
Pengamatan aset manajemen untuk
Perangkat Lunak
Efektivitas sistem mengevaluasi
(Software)
Efisiensi sistem pencegahan fraud
Manusia
(Brainware) ketersediaan Pengawasan oleh
Prosedur (COBIT) komite audit
(Procedure) (Amin Wijayaa
Basis Data Tunggal:2013)
(Database)
Jaringan
Komunikasi
(Communication
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian
1
BAB III
METODE PENELITIAN
“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
yang penulis akan teliti adalah Pengadaan Barang da Jasa di PT Gracia Pharmindo
Kota Bandung.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Sistem informasi akuntansi berbasis teknologi(X) dan Pencegahan Kecurangan (Y)
Variabel Dimensi Indikator Skala Instrumen
Kuesioner
Sistem Komponen SIA: 1. Bagian input memasukkan data Ordinal 1
informasi kedalam komputer
1. Perangkat Keras
akuntansi 2. Bagian pengolah utama dan
(Hardware)
Berbasis memori mengolah data dengan Ordinal 2
Teknologi (X) cepat dan menyimpannya.
3. Bagian output menghasilkan
informasi karyawan hasil Ordinal 3
pengolahan data.
1. Software sistem operasi yang
2. Perangkat Lunak digunakan sesuai dengan Ordinal 4
(Software) kebutuhan perusahaan.
2. Software aplikasi yang
digunakan isinya sesuai dengan Ordinal 5
keiinginan
user.
3. Manusia 1. Pemilik Sistem Ordinal 6
(Brainware)
2. Perancang sistem Ordinal 7
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Sistem Pengendalian Internal (Z)
Instrumen
Variabel Dimensi Indikator Skala
Kuesioner
a. Perangkat keras Ordinal 25
Sistem Pengendalian
b. Perangkat lunak Ordinal 26
Pengendalian Internal Menurut
Internal COBIT: c. Sumber daya manusia Ordinal 27
(Z) 1. Pengamatan aset d. File data Ordinal 28
2. Efektivitas a. Sesuai kebutuhan pengguna Ordinal 29
sistem b. Dapat terpenuhi Ordinal 30
a. Kemamadaian Ordinal 31
3. Efisiensi sistem b. Cara kerja sistem benar Ordinal 32
c. Menilai cost/benefit Ordina 33
a. Kerahasiaan Ordinal 34
b. Keandalan Ordinal 35
4. Ketersediaan
c. Menjaga integritas data Ordinal 36
Tabel 3.3
8
Populasi yang akan diuji dalam penelitian ini adalah yang diteliti yaitu
bagian Bagian Keuangan, Pembelian, Pengendalian Mutu (QC), Jaminan Mutu
(QA), Registrasi, Penelitian dan Pengembangan (RnD), Material Management
(MM), Produksi Steril dan Non Steril, Teknik, dan General Affairs (GA) dengan
jumlah populasi 285 orang. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah
sistem acak sederhana (Simple Sampling Random) dengan taraf kesalahan
pengambilan sampel 10% maka di dapat sampel (n)= 96,61, yang kemudian
dibulatkan menjadi 100 responden Wajib Pajak.
285
𝑛= = 96,61 = 100
1+285.(0,1)
9
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono,2014). Dalam penentuan sampel Wajib Pajak
didasarkan pada Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling) dengan
taraf kesalahan pengambilan sampel 10%.
Menurut Sugiyono (2014) yang dimaksud dengan sampling acak sederhana
adalah:
“Sampling Acak Sederhana adalah pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu”
ni = 𝑁i . 𝑛
𝑁
Dimana :
ni = jumlah anggota sampel menurut stratum
n = jumlah anggota sampel seluruhnya
Ni =jumlah anggota populasi menurut stratum
N = jumlah anggota populasi seluruhnya
Table 3.4
Jumlah Sampel
No Bagian dari Perusahaan Jumlah Karyawan
1 Bagian Keuangan 13
2 Bagian Pembelian 3
3 Bagian Pengendalian Mutu 12
4 Bagian Jaminan Mutu 10
5 Bagian Registrasi 3
6 Bagian Penelitian dan Pengembangan 10
7 Bagian Materal Management 14
8 Bagian Produksi Steril dan Non Steril 23
9 Bagian Teknik 6
10 Bagian General Affairs 3
Jumlah 87
Dimana:
sebagai berikut :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika ada data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Dimana :
a : Intercept coefficient (nilai Y pada saat X = 0)
b : Koefisien regresi (besarnya pengaruh X terhadap Y)
e : Error term, tingkat kesalahan penduga dalam penelitian.
X : penerapan sistem informasi akuntansi
Y : Kecurangan
Z : Sistem pengendalian internal
a=
𝗇ΣX2; − (ΣX;)2
𝗇ΣX;Y; − (ΣX;)(ΣY𝗇)
b=
𝗇ΣX2; − (ΣX;)2
Dimana :
KD : Koefisien Determinasi
R2 : Nilai Koefisien Determinasi
antar variabel yang diteliti. Derajat kebebasan atau degree of freedom menurut
Natawiria (2010:63) ditentukan dengan rumus :
df = n-2
Dimana :
df : Degree of Freedom
n : Jumlah sampel
√𝒏 − 𝟐
𝒕 = 𝒓𝒔
√𝟏 − 𝒓𝒔𝟐
Dimana :
t : Nilai uji t (t hitung)
rs : Koefisien korelasi
rs² : Koefisien determinasi
n : Jumlah sampel yang diteliti