Anda di halaman 1dari 11

KASUS AUDITING FRAUD

PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO)

Disusun Oleh :

1. Adelia Nabilatunnuha (4321600118)

2. Elvira Maharani Adzkiya (4321600080)

3. Wahyu Utomo (4318500204)


BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara maju dan berkembang yang mengikuti


perkembangan dan perubahan era digital ini, Pada era saat ini, pertumbuhan
teknologi dan inovasi bisnis ditingkatkan menimbulkan persaingan bisnis serta
usaha yang terus menjadi ketat (Matompo, 2020). Tingkatan perusahaan dari
rendah, menengah sampai tinggi di titik puncak. Setiap perusahaan memiliki
strategi tersendiri untuk meningkatkan reputasi dan kinerjanya bisnis untuk
memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen (Febrina et al.,2022), Strategi
tersendiri di perusahaan dengan menjaga integritas dan kode etik agar suatu
perusahaan dapat berjalan dengan semestinya.Dengan adanya integritas
perusahaan agar memberikan kesan perusahaan tersebut dapat berjalan sesuai
dengan rencana, suatu tindakan di perusahaan yang tidak baik yaitu fraud
(kecurangan).

Adanya kecurangan terjadi ketika ada kesempatan perusahaan yang


kurang diterapkan dalam kode etiknya, Kecurangan internal maupun eksternal
dapat merobohkan integritas perusahaannya, kecurangan internal yang sering
terjadi dan dilakukan yaitu skandal pada laporan keuangan yang dibuat oleh
seorang akuntan maupun staff accounting. Salah satu bentuk kecurangan internal
yang sering terjadi dalam laporan keuangan adalah manipulasi pendapatan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mencatat pendapatan yang tidak valid atau
menginflasi pendapatan yang sebenarnya. Tujuan utama dari manipulasi ini
merupakan buat tingkatkan citra industri di mata investor, Mendapatkan fasilitas
pinjaman dengan tingkat suku bunga yang lebih murah., ataupun penuhi sasaran
kinerja yang diresmikan.

Kecurangan internal lainnya dalam laporan keuangan misalnya


penghindaran pajak yang tidak sah. Perusahaan dapat menggunakan berbagai
metode yang bertentangan dengan hukum dan peraturan perpajakan untuk
mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan. Contohnya adalah
memanipulasi data keuangan atau mentransfer keuntungan ke negara atau wilayah
dengan pajak rendah. Kecurangan internal misalnya kasus kegagalan perusahaan
besar di Amerika Serikat sampai pada akhirnya ditutup, yaitu industri Enron yang
terjalin akibat manipulasi laporan keuangan yang dicoba serta menimbulkan
penyusutan harga di sahamnya secara ekstrem (Awalia, 2014). Terdapatnya
permasalahan itu, tingkatkan pemahaman terhadap fraud selanjutnya adanya tanda
fraud pada industri WorldCom, Tyco, Adelphia dan industri yang lain( Indrati,
2019; Mishrai 2021).

Fraud eksternal pada laporan keuangan terjadi ketika pihak di luar


perusahaan, seperti pemasok, pelanggan, atau mitra bisnis, terlibat dalam tindakan
penipuan yang mempengaruhi informasi keuangan yang disajikan. Faktanya
terjadinya kecurangan tidak tergantung pada tingkat kemajuan suatu negara atau
keberhasilan suatu perusahaan. Kejahatan dalam industri tergantung pada SPI
(Sistem Pengendaliam Internal) yang ada di industri (Sánchez-Aguayo et al.,
2021). Suatu situasi, oknum kejahatan ditemukan dan menerapkan kelemahan SPI
(sistem pengendalian internal) perusahaan untuk melakukan kecurangan.
Kecurangan terjadi karena tindakan yang disengaja oleh manusia, oleh karena itu,
meningkatkan kode etik dapat memberikan pengajaran baru untuk memberikan
sinyal agar kecurangan tidak terjadi.

Pada era ini, kasus kecurangan (fraud) banyak yang melakukan di


Indonesia, dan salah satunya menyebabkan kerugian financial dan material yang
signifikan di indonesia. Menurut hasil penelusuran oleh Asosiasi Akuntan
Penyidik Kecurangan / ACFE (2019), kegiatan korupsi adalah bentuk fraud yang
sering terjadi di Indonesia, mencapai 69,9% dari 167 yang diwawancarai.
Kecurangan korupsi mempunyai dampak negatif dan besar yang ada di indonesia,
total keseluruhan kerugian berkisar dari 100.000.000 - Rp. 500.000.000 tiap
kasus. Selain korupsi, survei tersebut juga mengungkapkan bahwa
penyalahgunaan aset dan kecurangan pada laporan keuangan menjadi bentuk
kecurangan yang signifikan. Penyalahgunaan aset dilaporkan oleh 20,9%
responden, sedangkan kecurangan pada laporan keuangan dilaporkan oleh 9,2%
responden.

Dengan adanya hasil survei tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecurangan


perusahaan merupakan masalah serius di Indonesia, dengan korupsi menjadi
bentuk kecurangan yang paling umum terjadi dan memiliki dampak kerugian yang
besar. Penyalahgunaan aset dan kecurangan pada laporan keuangan juga perlu
diperhatikan, mengingat frekuensi dan implikasi yang signifikan dari kecurangan
tersebut. Upaya pencegahan dan penindakan terhadap kecurangan perlu
ditingkatkan guna melindungi kepentingan negara dan masyarakat.

Kejadian fraud dalam penyajian laporan keuangan di PT. Asuransi


Jiwasraya (Persero) sebagai akhir dari kegiatan korupsi dan pencucian uang telah
menjadi perhatian yang signifikan. Menurut laporan CNN Indonesia (2020),
permasalahan Proses ini telah berjalan sejak awal tahun 2000-an, tetapi Tingkat
puncak baru tercapai pada tahun 2018. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyelidiki kasus kecurangan yang terjadi di PT. Asuransi Jiwasraya
(Persero) pada tahun 2018. Penelitian ini akan mengambil sejumlah bagian
penting, seperti jenis penyelewangan yang terjadi, menyelidiki terkait letak suatu
daerah atau sektor kegiatan manufaktur di mana penyelewangan terjadi, profil
korban dan pelaku penyelewangan, hal yang mendorong pelaku penyelewangan,
dampak yang dihasilkan oleh penyelewangan, serta cara yang digunakan dalam
melacak penyelewangan.

Melalui penelitian, Diharapkan bahwa penelitian ini akan memberikan


wawasan yang lebih komprehensif tentang kasus kecurangan yang terjadi di PT.
Asuransi Jiwasraya (Persero) pada tahun 2018. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai kasus yang melibatkan
analisis yang komprehensif terhadap beberapa aspek terkait kasus kecurangan
tersebut. Pertama, akan diteliti kategori kecurangan yang terjadi, seperti
manipulasi laporan keuangan, korupsi, dan pencucian uang. Selanjutnya,
penelitian juga akan melibatkan analisis lokasi geografis atau industri di mana
kecurangan ini terjadi. Hal ini akan memberikan pemahaman tentang konteks
lingkungan di mana kecurangan dilakukan, apakah terdapat faktor-faktor spesifik
yang mempengaruhi terjadinya kecurangan di perusahaan ini.

Selain itu, penelitian ini juga akan membahas profil korban dan pelaku
kecurangan. Profil korban mencakup pihak-pihak yang mengalami kerugian
akibat kecurangan ini, seperti nasabah, pemegang saham, atau pihak terkait
lainnya. Sementara itu, profil pelaku kecurangan akan melibatkan analisis
mengenai karakteristik dan motivasi pelaku. Pemahaman ini dapat memberikan
wawasan terkait kegiatan yang mempengaruhi pelaku untuk melakukan
kecurangan.Selanjutnya, penelitian ini akan mengidentifikasi dampak yang
ditimbulkan oleh kecurangan tersebut. Dampak tersebut bisa mencakup kerugian
finansial bagi perusahaan, reputasi yang rusak, kehilangan kepercayaan dari
publik, dan efek negatif lainnya. Dengan memahami dampak yang terjadi,
langkah-langkah yang tepat dapat diambil untuk mengurangi risiko kecurangan
untuk kedepannya.

Selanjutnya, penelitian ini akan membahas strategi dalam mendeteksi


terjadinya kecurangan. Hal ini penting untuk meningkatkan kemampuan
perusahaan dalam mengidentifikasi indikasi kecurangan dengan lebih efektif.
Dengan memiliki strategi yang baik, perusahaan dapat memperkuat pengendalian
internalnya dan menerapkan langkah-langkah yang proaktif dalam mencegah dan
mengatasi kecurangan. Dengan demikian, penelitian ini memiliki tujuan yang
penting untuk memberikan pemahaman mendalam tentang kasus fraud yang
terjadi di PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) pada tahun 2018. Melalui pemahaman
tersebut, diharapkan dapat ditemukan solusi yang tepat untuk mencegah
kecurangan di masa depan dan memperbaiki sistem pengendalian internal
perusahaan.
BAB II

TEORI PEMBAHASAN

PT Asuransi Jiwasraya didirikan pada tanggal 31 Agustus 1859 di Hindia


Belanda dengan nama "De Nederlandsch Indische Levensverzekering en Lijfrente
Maatschappij" (NILLMIJ). Pada awalnya, fokus perusahaan ini adalah asuransi
jiwa untuk masyarakat Belanda yang tinggal di Hindia Belanda. Seiring
berjalannya waktu, Jiwasraya berkembang menjadi perseroan asuransi terbesar di
Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia, perusahaan ini terus beroperasi dan
pada tahun 1960 mengubah namanya menjadi "Jiwasraya". Jiwasraya kemudian
menjadi perusahaan asuransi jiwa yang dimiliki oleh negara. Perseroan melakukan
kegiatan utama dengan tujuan memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang
rencana kedepannya dan berusaha untuk menyeimbangkan keadaan masyarakat
dalam bentuk asuransi jiwa untuk masa depan.

Seiring berjalannya waktu, PT Asuransi Jiwasraya terus mengembangkan


cakupan dan produknya. Perusahaan ini menawarkan berbagai jenis asuransi jiwa,
termasuk asuransi jiwa tradisional, asuransi pendidikan, asuransi pensiun, dan
asuransi terkait investasi. Jiwasraya bertujuan untuk memberikan perlindungan
finansial kepada pemegang polis dan keluarga mereka dalam berbagai tahap
kehidupan. PT Asuransi Jiwasraya mulai menunjukkan tanda-tanda yang
mencurigakan sejak tahun 2014, ketika meskipun menghadapi masalah keuangan,
perseroan tetap mampu memberikan sponsor kepada klub sepak bola Manchester
City. Namun, keadaan keuangan perseroan tampaknya mengalami peningkatan
dengan adanya pendapatan sebesar Rp 21 triliun dari produk JS Saving Plan.
Meskipun perusahaan menunjukkan kinerja yang baik dalam jangka waktu
tersebut, keadaan tersebut dalam waktu cepat.

Pada pertengahan tahun 2018, terjadi temuan yang mencurigakan dalam


laporan keuangan oleh direksi baru PT Asuransi Jiwasraya yaitu Asmawi Syam
mengambil alih posisi direktur utama, dan di bawah kepemimpinannya, ia
melaporkan keanehan dalam laporan keuangan perseroan kepada Kementerian
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Hasil audit PricewaterhouseCoopers (PwC)
terhadap laporan keuangan perusahaan pada tahun 2017 mengungkapkan adanya
keanehan, di mana terjadi perbaikan terhadap laporan keuangan interim yang
awalnya mencatat keuntungan sebesar Rp 2,4 triliun menjadi Rp 428 miliar.
Temuan tersebut menjadi kasus terbukti sebagai kasus kecurangan manipulasi
laporan keuangan pada bulan November 2018.

Erick Thohir, yang menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), mengakui bahwa dia telah melaporkan tanda-tanda kecurangan yang
terjadi di perusahaan kepada Kejaksaan Agung (Kejagung) pada bulan November
2019, tindakam ini diambil setelah pemerintah melakukan pemeriksaan atau audit
eksternal yang mendalam terhadap laporan keuangan perusahaan yang dianggap
kurang jelas atau tidak transparan. Selain itu, investasi perusahaan dalam saham-
saham yang tidak baik menjadikan adanya penyebab gagalnya pembayaran
permintaan asuransi kepada nasabah. Hasil pertemuan antara Kepala Staf
Kepresidenan, Moeldoko, dengan Forum Nasabah Korban Jiwasraya
mengungkapkan bahwa gagalnya pembayaran permintaan asuransi ini
menggabungkan sekitar 5.3000.000 nasabah yang 80 % dari mereka berasal dari
masyarakat indonesia menengah ke bawah. Pada bulan yang sama, status
penyelidikan terhadap perusahaan ditingkatkan menjadi penyidikan kasus korupsi.
Korupsi merupakan suatu tindakan penipuan yang dilakukan untuk memberikan
dampak merugikan di Indonesia (Murdock, 2018).

Kemudian, pada bulan Desember 2019, Jiwasraya mengalami penurunan


kerugian menjadi Rp 13,7 triliun setelah menghadapi situasi sulit dan negative
equity sebesar Rp 27,2 triliun, Kejagung mengungkapkan Jiwasraya
menempatkan 95 persen dari dana investasinya pada aset yang memiliki tingkat
risiko tinggi.perseroan juga terbukti terlibat dalam pencucian uang. Pencucian
uang adalah tindakan yang disengaja dilakukan untuk menyembunyikan hasil dari
kegiatan tidak baik, seperti korupsi, perjudian, atau pelanggaran hukum lainnya.
Dalam analisis geografis dan industri. Penyelidikan mengungkapkan dugaan
korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan dalam perusahaan. Sejumlah petinggi
Jiwasraya disebut terlibat manipulasi laporan keuangan dan pengelolaan reksa
dana untuk keuntungan pribadi.

Hal ini mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi perusahaan dan


pemegang polis. Pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah tindakan untuk
menangani situasi tersebut. insiden Jiwasraya. Salah satunya adalah pembentukan
Komite Penyelamat Jiwasraya yang bertugas menyelamatkan perusahaan dan
melindungi kepentingan pemegang polis. Selain itu, juga dalam kasus ini, proses
peradilan berlanjut pada pemeriksaan para tersangka.

Permasalahan yang mengaitkan perseroan terus bersinambung sampai


tahun 2021. Pada bertepatan pada 25 Agustus 2021, 6 tersangka yang teruji
menimbulkan kerugian negeri sebesar Rp 16 triliun dalam permasalahan korupsi
serta pencucian duit di PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) dijatuhi hukuman penjara
oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) DKI Jakarta. Terpidana tersebut tercantum
Heru Hidayat, yang berprofesi selaku komisaris PT Trada Alam Minera, dan
mantan direktur divisi investasi yang lain. Vonis tersebut diberikan oleh
Mahkamah Agung( MA) terhadap sebagian mantan pejabat Jiwasraya, antara lain
Syahwirman, mantan direktur Maxima Integra, Joko Hartono, mantan direktur
keuangan Jiwasraya, Hary Prasetyo, mantan direktur utama Jiwasraya, Rahim
Hendrisman, serta Benny Tjokcrosaputro, komisaris PT Hanson Internasional.
Keputusan MA tersebut memutuskan buat menjatuhkan hukuman pidana
berbentuk penjara serta denda kepada mereka.

Dampak adanya fraud yang dilakukan oknum PT Asuransi jiwasraya yaitu


Ketidakpercayaan Publik, Kasus ini telah mengguncang kepercayaan publik
terhadap perusahaan asuransi dan sektor keuangan secara umum. Masyarakat
menjadi skeptis terhadap kemampuan perusahaan asuransi dalam melindungi dan
mengelola dana mereka. Hal ini dapat mempengaruhi industri asuransi secara
keseluruhan, dengan menurunkan minat masyarakat untuk membeli produk
asuransi. Kasus ini mencerminkan kelemahan dalam pengawasan dan regulasi di
sektor keuangan. Hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor dan pelaku
bisnis dalam iklim investasi di Indonesia, serta mempengaruhi reputasi negara
dalam skala internasional.

Kasus PT Asuransi Jiwasraya telah memicu tindakan hukum yang keras


terhadap para pelaku kecurangan. Pihak berwenang telah melakukan investigasi
dan penuntutan terhadap mereka yang terlibat dalam kasus ini. Kasus ini juga
mendorong perlunya reformasi secara bertahap dalam sistem pengawasan dan tata
kelola perusahaan, serta penguatan aturan dan regulasi untuk mencegah terjadinya
kecurangan serupa di masa depan. Dalam rangka memulihkan kepercayaan
masyarakat dan memperbaiki reputasi, upaya perbaikan dan reformasi yang
komprehensif perlu dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga pengawas, maupun
perusahaan asuransi itu sendiri.

Dari analisis kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa Negara


menanggung kerugian sebesar Rp 16 triliun akibat tindak kecurangan yang
dijalankan PT Asuransi Jiwasraya. Maka dari itu,kasus ini memberikan dampak
negatif kepada sekitar 5,3 juta nasabah, di mana sekitar 80 persen dari mereka
kalangan ke bawah dan merasakan kerugian akibat kejadian tersebut. Melalui
analisis dan diskusi mengenai kasus PT. Asuransi Jiwasraya (Persero), dapat
ditarik kesimpulan bahwa pelaku kecurangan mengakibatkan kerugian finansial
yang besar, baik bagi perusahaan maupun nasabah. Defisit dalam ekuitas
perusahaan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
pembayaran klaim kepada nasabah, Kasus ini menimbulkan ketidakpercayaan
publik terhadap perusahaan asuransi dan sektor keuangan. Masyarakat menjadi
skeptis terhadap kemampuan perusahaan dalam melindungi dana nasabah dan
memenuhi kewajiban.

Nasabah Jiwasraya mengalami kerugian finansial yang signifikan. Mereka


tidak mendapatkan klaim asuransi yang seharusnya mereka terima setelah
membayar premi dalam jangka waktu yang lama. Ini berdampak pada
kepercayaan nasabah terhadap perusahaan asuransi secara umum, Kasus ini
menyoroti kelemahan dalam sistem pengawasan dan tata kelola perusahaan.
Diperlukan reformasi yang komprehensif dalam sektor asuransi, termasuk
perbaikan regulasi dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kecurangan,
dan Kasus ini menunjukkan pentingnya transparansi dalam pelaporan keuangan
dan pengelolaan investasi perusahaan asuransi. Perusahaan perlu meningkatkan
integritas dan transparansi dalam menjalankan operasionalnya agar dapat
memulihkan kepercayaan publik. Kesimpulan ini menekankan perlunya tindakan
yang cepat dan efektif untuk memperbaiki tata kelola perusahaan asuransi,
memulihkan kepercayaan publik, serta mengambil langkah-langkah pencegahan
yang lebih baik Dengan maksud mencegah terulangnya kejadian serupa di masa
depan.

DAFTAR PUSTAKA

ACFE Indonesia Chapter. (2019). Survai Fraud Indonesia 2019. Acfe Indonesia
Chapter, 76.

Awalia, A. (2014). Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas Pelaporan


Keuangan dengan Keahlian Hukum Komite Audit Sebagai Variabel
Pemoderasi ( Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2012 ). Diponegoro Journal of Accounting, 3(3), 1–13.

Febrina, R., Hukum, F., & Kuning, U. L. (2022). Persaingan Usaha pada Era
Digital. Menurut Persepektif Hukum Persaingan Usaha. 2(1), 121–127.

Indrati, M., Purwaningsih, E., Agustinah, W., & Sarikha, A. (2019). Corporate
Governance Mechanisms and Possible Financial Statements Containing Fraud..
Budapest International Research and Critics Institute-Journal, November,
8609–8621.

Matompo, O. S. (2020). Revolusi Industri 4.0 Dalam Perspektif Hukum


Persaingan Usaha Di Indonesia. Maleo Law Journal, 4(2), 126–136.

Murdock, D. H. (2018). Association of Certified Fraud Examiners (ACFE).


Auditor

Essentials, 7–10.

Sánchez-Aguayo, M., Urquiza-Aguiar, L., & Estrada-Jiménez, J. (2021). Fraud


detection using the fraud triangle theory and data mining techniques: A
literature review. Computers, 10(10), 1–22.

Anda mungkin juga menyukai