Anda di halaman 1dari 11

Etika dan Lingkungan Bisnis 2018

KODE ETIK
INTERNAL AUDIT

TUGAS KELOMPOK:
1. LINA
2. PRATIWI HANDAYANI
3. RIDWAN JUNUS
4. HISYAM NASIR BALFAS
5. FRANSISKUS HERY
6. RIO HERNAWAN SUGIHARTO
7. RENHARD MANIK

PPAK ATMA JAYA


NOVEMBER 2018

1
Etika dan Lingkungan Bisnis 2018

DAFTAR ISI

RINGKASAN MASALAH………………………………………………………..……………………………………………………… 3

INFORMASI RELEVAN……………………………………….………………………………………………………………………… 4

STUDI KASUS ……………………………………………………………………………………………………………………………… 7

KESIMPULAN……………………………………………..……………………………………………………………………………… 11

2
Etika dan Lingkungan Bisnis 2018

RINGKASAN MASALAH

Pelaporan keuangan merupakan bagian penting sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, kualitas pelaporan keuangan perlu diperhatikan karena
mempengaruhi pengambilan keputusan para stakeholder. Dewasa ini, peran audit internal
disorot sebagai salah satu peran penting untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan.

Auditor Internal memiliki tugas untuk mengevaluasi kinerja entitas untuk mengetahui adanya
kemungkinan terjadi penyimpangan, baik yang bersifat kepatuhan (compliance), inefisensi,
kecurangan (fraud), aktivitas, operasi, atau keefektifan dan relevansi laporan keuangan.
Singkatnya, fungsi dari audit internal dirancang untuk melakuakn pengawasan baik dari
perspektif keuangan maupun operasional, dimana dalam salah satu bagian dari perspektif
keuangan tersebut yaitu menjamin keamanan asset perusahaan dan membantu menghasilkan
informasi akuntansi yang reliable dan relevant.

IIA International Professional Practices Framework mendefinisikan audit internal sebagai: suatu
kegiatan penjaminan (assurance) atas tujuan dan konsultasi yang independen, dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi perusahaan. Audit Internal membantu
organisasi mencapai tujuannya dengan pendekatan yang sistematis dan teratur untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektitas proses-proses manajemen risiko, pengendalian
internal dan tata kelola.

The Institute of Internal Auditors (IIA) adalah penyatuan suara, otoritas yang diakui dan pendidik
utama dari profesi auditor internal secara global. IIA Global didirikan pada tahun 1941 sementara
IIA Indonesia di dirikan pada tahun 1989. IIA adalah asosiasi profesi internasional yang memiliki
kerjasama dengan lebih dari 100 IIA institute di seluruh dunia, yang memberikan layanan bagi
anggotanya yang memiliki pekerjaan utama di bidang audit internal, manajemen risiko, tata
kelola, pengendalian internal, audit teknologi informasi, pendidikan dan keamanannya.

3
Etika dan Lingkungan Bisnis 2018

INFORMASI RELEVAN

Ada 4 prinsip dasar kode etik seorang auditor internal menurut KODE ETIK - AUDITOR
INTERNAL INDONESIA (Sumber: Kode Etik AI – The IIA)

1. Integritas

Integritas auditor internal membentuk keyakinan dan oleh karenanya menjadi dasar
kepercayaan terhadap pertimbangan auditor internal.

2. Objektivitas
Auditor internal menunjukkan objektivitas profesional pada level tertinggi dalam
memperoleh, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi tentang aktivitas atau proses
yang diuji. Auditor internal melakukan penilaian yang seimbang atas segala hal yang relevan
dan tidak terpengaruh secara tidak semestinya oleh kepentingan pribadi atau pihak lain
dalam memberikan pertimbangan.
3. Kerahasiaan
Auditor internal menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak
mengungkap informasi tersebut tanpa kewenangan yang sah, kecuali diharuskan oleh hukum
atau profesi.
4. Kompetensi
Auditor internal menerapkan pengetahuan, kecakapan dan pengalaman yang diperlukan
dalam memberikan jasa audit internal.

Prinsip No.1: INTEGRITAS.

Aturan perilaku berkenaan dengan prinsip INTEGRITAS:

1. Auditor internal harus melakukan pekerjaannya dengan jujur, sungguh-sungguh, dan


bertanggung jawab.

4
Etika dan Lingkungan Bisnis 2018

2. Auditor internal harus mematuhi hukum dan memberikan penjelasan sesuai dengan
yang diharapkan oleh ketentuan hukum dan profesi.

3. Auditor internal dilarang, secara sadar terlibat dalam kegiatan ilegal, atau kegiatan
yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal ataupun organisasi tempat
bekerjanya.

4. Auditor internal harus menghormati dan memberikan dukungan kepada tujuan


organisasi yang sah dan etis.

Prinsip No.2: OBYEKTIVITAS.

Aturan perilaku berkenaan dengan prinsip OBYEKTIVITAS:

1. Auditor internal tidak boleh berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun
yang dapat, atau patut diduga dapat, mengurangi kemampuannya untuk melakukan
penilaian (assessment) secara objektif. Termasuk dalam hal ini adalah kegiatan atau
hubungan apapun yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan dengan
organisasinya.

2. Auditor internal dilarang menerima apapun, yang dapat atau patut diduga dapat,
mempengaruhi pertimbangan profesionalnya.

3. Auditor internal harus mengungkapkan semua fakta penting yang diketahuinya, yaitu
fakta yang jika tidak diungkapkan, dapat mendistorsi laporan atas kegiatan yang
direviu.

Prinsip No.3: KERAHASIAAN.

Aturan perilaku berkenaan dengan prinsip KERAHASIAAN:

1. Auditor internal harus bersikap hati-hati (prudent) dalam menggunakan dan menjaga
informasi yang diperolehnya selama melaksanakan tugas.

5
Etika dan Lingkungan Bisnis 2018

2. Auditor internal dilarang menggunakan informasi, untuk mendapatkan keuntungan


pribadi, atau dengan cara apapun yang bertentangan dengan hukum atau merugikan
tujuan organisasi yang sah dan etis.

Prinsip No.4: KOMPETENSI.

Aturan perilaku berkenaan dengan prinsip KOMPETENSI:

1. Auditor internal hanya akan memberikan jasa yang dapat dilaksanakan dengan
pengetahuan, keahlian, dan pengalaman penting yang dimilikinya.

2. Auditor internal harus memberikan layanan jasa audit internal sesuai dengan Standar
Profesi Audit Internal.

3. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan keahlian dan efektivitas, serta


kualitas jasa yang diberikannya.

6
Etika dan Lingkungan Bisnis 2018

STUDI KASUS

Toshiba

• Toshiba, perusahaan berumur 140 tahun tertangkap atas kasus skandal dalam bidang
akuntansi terbesar semenjak kasus Olympus di tahun 2011.
• Di July 2015 President Director Toshiba, Hisao Tanaka mengundurkan diri dari jabatannya
setelah hasil investigasi menemukan bahwa perusahaan telah menggembungkan laba
perusahaannya sedikitnya 1.2 juta dollar AS selama tahun 2009-2014.
• Toshiba sendiri merupakan pioneer dalam reformasi corporate governance di Jepang. Namun
ternyata struktur Corporate Governance yang baik, tidak lalu menjamin akan terjadinya good
governance yang baik pula.
• Adalah kultur dari organisasi itu sendiri menjadi faktor penting dalam kualitas good corporate
governance.
• Hasil investigasi terhadap komponen audit internal Toshiba menemukan bahwa, seharusnya
tugas internal audit perusahaan adalah untuk mengaudit divisi perusahaan, cabang
perusahaan dan afliasi perusahaan namun yang terjadi adalah divisi internal audit di Toshiba
malah lebih banyak menyediakan jasa konsultasi tentang praktek manajemen yang
diterapkan di Toshiba dan perusahaan-perusahaan anak dan afliasinya.
• Sebenarnya tidak salah bila internal audit juga memberikan konsultasi terhadap best practice
yang diperlukan dalam manajemen, namun sayangnya dalam kasus Toshiba, mereka
melupakan tugas utama mereka untuk melakukan fungsi pengawasan / audit atas akuntansi
Toshiba itu sendiri.
• Top management di Toshiba terbiasa untuk menset target yang tidak bisa tercapai. Padahal
40 – 45 persen besaran kompensasi bergantung terhadap kinerja perusahaan secara
keseluruhan, yang sebenarnnya hampir tidak mungkin dicapai. Tidak mengherankan ini
membuat praktik untuk melakukan earning management guna mencapai target yang
dikehendaki.
• Di Toshiba, komite auditnya kurang cakap dan independent. 3 anggota eksternal komite
auditnya tidak punya pengetahuan tentang finance maupun accounting

7
Etika dan Lingkungan Bisnis 2018

• Lalu bekas CFOnya sendiri, yang merupakan CFO pada saat kejanggalan akuntansi tersebut
terjadi, merupakan anggota internal dari komite auditnya, sehingga tentunya sama sekali
tidak independent.
• Earning management didukung oleh manajemen puncak, maka tidak mengherankan bila
scope dari accounting audit, yang seharusnya sangat penting, dikeluarkan dari prosedur
internal audit.
• Kultur organisasi juga merupakan aspek yang menyebabkan kegagalan internal audit di
Toshiba.
• Kultur masyarakat jepang yang tunduk terhadap superior, membuat internal auditor tidak
memiliki taring terhadap kesuperioran manajemen puncak, hal ini tentunya membuat mereka
tidak independent.
• Mungkin hal inilah yang membuat internal audit di Toshiba lebih memilih fungsi yang lebih
mudah sebagai pemberi konsultasi, dibanding menjadi pemberi fungsi pengawasan.

Dimana jika dilihat dari kasus Toshiba, Internal Auditor lebih banyak menyediakan jasa konsultasi tentang
praktek manajemen yang diterapkan di Toshiba dan perusahaan-perusahaan anak dan afliasinya dimana
hal tersebut menyebabkan Auditor internal melanggar kode etik objectivitas dikarenakan seharusnya
Internal Auditor tidak boleh berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun yang dapat, atau patut
diduga dapat, mengurangi kemampuannya untuk melakukan penilaian (assessment) secara objektif.
Selain itu, Auditor Internal juga melanggar kode etik Kompetensi dimana dalam hal Auditor internal harus
memberikan layanan jasa audit internal sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal yang pada dasarnya
menitikberatkan pada “fungsi pengawasan”.

Adelphia

• Adelphia, sebuah perusahaan kabel yang pada tahun 1952 hanya memiliki 25 pelanggan ini
menjadi salah satu dari 6 perusahaan kabel terbesar di Amerika Serikat padatahun 1990-an.
Namanya kembali melejit sepuluh tahun kemudian, tahun 2002, dimana terjadi skandal
kecurangan perusahaan yang telah diteptakan Secutiry Echange Comission (SEC) sebagai
salah satu kasus fraud terbesar yang pernah dialami oleh Ameriks Serikat.
• The Adelphia Communications Scandal terjadi di bulan Maret 2002 ketika 4 dari anggota
keluarga pendiri (john, Michael, Timothy, dan James) bersama dengan 2 pimpinan eksekutif
lainnya ditangkap karena secara sengaja mengambil bagian dari aset perusahaan Adelphia

8
Etika dan Lingkungan Bisnis 2018

untuk kepentingan pribadi. Tindakan penyelewengan ini termasuk salah satu kecurangan
terbesar yang pernah terjadi di perusahaan publik.
• Keluarga Rigas terbukti menyembunyikan hutang milyaran dollar Amerika dengan cara
memalsukan laporan keuangan Adelphia dan secara terang-terangan membohongi para
investor mengenai hal tersebut. 'ereka menghabiskan jutaan dollar uang yang seharusnya
dimiliki oleh perusahaan dan para pemegang saham Adelphia untuk konsumsi pribadi.
Mereka juga menolak untuk mencatat beban-beban pengeluaran untuk tujuan pencatatan
publik.
• Tindakan tidak beretika yang dilakukan para pemimpin perusahaan semakin terlihat dari
bagaimana cara mereka membenarkan pelaporan untuk isi buku yang salah dan bagaimana
mereka menggunakan perusahaan Adelphia yang merupakan entitas terpisah sebagai
pendapatan dana pribadi.
• Permasalahan etika yang terjadi pada Adelphia Communications adalah dimana keluarga
Rigas terlibat dalam penyelewengan yang mengikutsertakan salah satu dari anggotanya, yaitu
Timothy Rigas yang ditangkap karena memalsukan laporan keuangan Adelphia ketika ia
mengetahui bahwa pendapatan Adelphia dibawah prediksi dan harapan publik. Timothy Rigas
lalu dengan cepat memerintahkan karyawannya membuat transaksi-transaksi fiktif untuk
meninggikan pendapatan Adelphia sehingga perusahaan terlihat lebih kuat dibanding apa
yang benar-benar terjadi kepada para pemegang sahamnya.
• Masalah etika selanjutnya adalah perampasan kekayaan perusahaan secara besar- besaran
untuk mendukung gaya hidup mewah yang dimiliki keluarga Rigas. Walau secara resmi
pembukuan akuntansi menyebutkan bahwa keluarga Rigas menerima gaji sekitar $1.9 juta
pertahun, namun akumulasi sebenarnya adalah lebih dari $66 juta dollar sebagai hutang
pribadi dan pengambilan prive secara besar-besaran.
• Hal ini menyebabkan para pemegang saham dari Adelphia mengalami kerugian yang besar
akibat membesarnya kerugian akibat jatuhnya harga saham yang mereka miliki. Harga saham
jual beli Adelphia yang mencapai $28 terjatuh menjadi 79 sen di Maret 2002. NASDAQ lalu
mengeluarkan Adelphia dari list saham yang diperjualbelikan di bursanya.
• Hampir seluruh transaksi keluarga Rigas yang berhubungan dengan pendapatan, hutang
kredit, dan jurnal pencatatan milik Adelphia memberikan hutang yang lebih banyak bagi
perusahaan tetapi menambahkan aset kepada keluarga Rigas. Hutang pinjaman pada 1996-
2000 menyebutkan bahwa perusahaan anak dan keluarga Rigas menjadi pihak pengutang
dengan 3 perjanjian kredit. Di akhir tahun 2000, hutang dari perusahaan anak hanyalah

9
Etika dan Lingkungan Bisnis 2018

sebesar $2,1 milliar, namun karena ditambah dengan pengambilan pribadi dari keluarga
Rigas, hutang perusahaan anak berubah menjadi $3,78 milliar (kenaikan $1,68 milliar).
• Sebagai salah satu bentuk conflict of interest yang dilakukan oleh keluarga Rigas yakni dengan
cara menggunakan perusahaan sebagai 'personal piggy bank' milik keluarga Rigas. Walau
dibangun dari nol dimana dahulu Adelphia yang didirikan oleh John Rigas hanyalah
perusahaan keluarga dengan k0nsumen sebanyak 25 pelanggan saja, kini sebagai salah satu
dari 6 perusahaan TV kabel terbesar di Amerika Serika, John Rigas dan ketiga anaknya yang
menjabat sebagai petinggi direksi perusahaan memperlakukan Adelphia seperti perusahaan
pribadi keluarga, padahal sahamnya sudah dijual luas di pasar NASDAQ yang mengindikasikan
bahwa Adelphia ialah perusahaan yang kepemilikan terbuka untuk investor, bukan keluarga
Rigas saja.
• Pada kasus ini terlihat bahwa keluarga Rigas melakukan berbagai macam cara yang perlu
dilakukan agar mendapatkan kontrol sepenuhnya atas perusahaan yang mereka bangun dari
skala kecil tersebut. Beberapa bentuk dari hasil kecurangan yang dinikmati keluarga Rigas
diantaranya adalah tempat latihan golf di tanah pribadi keluarga, menggunakan kredit
perusahaan untuk meminjam $2,3 juta.
• Disini dapat terlihat bahwa keluarga Rigas merasa memiliki hak untuk mendapatkan lebih
karena Adelphia ialah perusahaan yang tak akan menjadi besar tanpa perjuangan dari
keluarga Rigas. Ketika Timothy Rigas sebagai former CFO Adelphia menyadari bahwa ayahnya
telah menggunakan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, seharusnya ia langsung
melaporkan tindakan pada SEC. Keluarga dipengaruhi oleh satu sama lain sehingga keluarga
Rigas, baik anak ataupun ayah sebagai pelaku utama, tidaklah memiliki perbedaan.

Adapun prinsip Audit Internal yang tidak diterapkan dan ditegakan oleh Adelphia adalah prinsip Integritas.
Dimana sebagai seorang Auditor internal harus melakukan pekerjaannya dengan jujur, sungguh-sungguh,
dan bertanggung jawab. Sedangkan secara nyata Keluarga Rigas terutama Timothy Rigas sebagai former
CFO atau audit committe sudah mengetahui adanya pelanggaran tetapi tetap membiarkan terjadi.

10
Etika dan Lingkungan Bisnis 2018

KESIMPULAN

AUDITOR INTERNAL ADALAH BAGIAN PENTING DARI TATA KELOLA ORGANISASI

Auditor internal memberikan nilai bagi organisasi ketika audit internal diposisikan untuk secara
proaktif sehingga dalam menjalankan fungsinya sebagai pertahanan lini ketiga, fungsi audit
internal, melalui pendekatan berbasis risiko, memberikan jaminan (assurance) atas keefektifan
tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian internal kepada fungsi pengelola dalam
organisasi, senior manajemen termasuk bagaimana pertahanan lapis pertama dan kedua
beroperasi. Tanggung jawab untuk memberikan jaminan (assurance)ini melingkupi semua
kerangka kerja manajemen risiko yang dimiliki suatu organisasi. Misalnya identifikasi risiko,
penilaian risiko dan tanggapan untuk mengkomunikasikan informasi yang berhubungan dengan
risiko (melalui organisasi atau manajemen senior dan fungsi pengelola).

11

Anda mungkin juga menyukai